Anda di halaman 1dari 9

2.

1 Polihidramnion
Menurut Lehn,jumlah air ketuban yang normal pada primigravida adalah 1 liter,pada
multigravida sebanyak 1,5 liter,dan sebanyak-banyaknya yang masih dalam batas normal
adalah 2 liter. Warnanya putih kekeruhan karena adanya lanugo dan verniks kaseosa.
Asal air ketuban adalah dari fetal urin, transudasi dari darah ibu, sekresi dari epitel
amnion. Cairan amnion sangat penting

bagi tumbuh kembang janin .Untuk pertama

kalinya,cairan amnion dibentuk oleh sel trofoblas sehingga morula dapat berubah menjadi
blastula. Selanjutnya,terjadi perubahan sel trofoblas sedemikian rupa sehingga mampu
melakukan tugas utamanya untuk berimplantasi di dinding uterus bagian depan atau
belakang atasnya.
Cairan amnion selanjutnya dibentuk oleh sel amnion sehingga pertambahannya seiring
dengan makin tuanya usia kehamilan. Pada kehamilan sangat muda,air ketuban merupakan
ultrafiltrasi dari plasma maternal dan dibentuk oleh sel amnionnya. Pada trimester II
kehamilan,air ketuban dibentuk oleh difusi ekstraseluler melalui kulit janin sehingga
komposisinya mirip dengan plasma janin.

Selanjutnya,setelah trimester II terjadi

pembentukan zat tanduk kulit janin dan menghalangi difusi plasma janin sehingga sebagian
besar air ketubannya dibentuk oleh sel amnionnya dan air kencing janin.
Jika produksinya makin berkurang, kemungkinan terjadinya kelainan air ketuban.
Kelainan air ketuban adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban lebih banyak atau
sedikit dari normal.
a. Definisi
Menurut

Rustam

Muchtar

(1998)

polihidramnion/Hidramnion

merupakan

keadaan dimana jumlah air ketuban lebih banyak dari normal atau lebih dari dua liter.
Dimana normal air ketuban itu adalah 500-1500 ml. (Mochtar Rustam,Sinopsis obstetrik)
b. Klasifikasi
Kita mengenal 2 macam polihidramnion:
1. Polihidramnion yang kronis
Dimana penambahan air ketuban perlahan-lahan, dalam beberapa minggu atau bulan.
Ini bentuk yang paling umum biasanya terjadi pada kehamilan yang lanjut.
2. Polihidramnion yang akut
Terjadi penambahan air ketuban yang sangat tiba-tiba dan cepat dalam waktu beberapa
hari saja. Biasanya terdapat pada kehamilan yang agak muda, bulan ke-5 dan ke-6.
Yang sering kita jumpai adalah hidramnion yang ringan, dengan jumlah cairan 23 liter. Yang berat dan akut jarang. Frekuensi hidramnion kronis adalah 0,5-1%. Insiden
dari kongenital anomali lebih sering kita dapati pada hidramnion yaitu sebesar 17,729%. (Amriewibowo, 2010)
c. Tanda dan gejala

Tanda :
1. Ukuran uterus lebih besar dibanding yang seharusnya
2. Identifikasi janin dan bagian janin melalui pemeriksaan palpasi sulit dilakukan
3. DJJ sulit terdengar
4. Balotemen janin jelas
5. Oedem labia, vulva dan dinding perut
Gejala :
1.
2.
3.
4.
5.

Sesak nafas dan rasa tak nyaman di perut karena tekanan pada diafragma
Gangguan pencernaan karena konstipasi maupun obstipasi
Edema karena tekanan pada pembuluh darah vena karena pembesaran dari uterus.
Varises dan hemoroid
Nyeri abdomen karena regangan dinding Rahim
Bila polihidramnion terjadi antara minggu ke 24 30 maka keadaan ini sering
berlangsung secara akut dengan gejala nyeri abdomen akut dan rasa seperti

meledak serta rasa mual


6. Kulit abdomen mengkilat dan edematous disertai striae yang masih baru
(FK UNPAD, 2012)

d. Penyebab
Menurut dr. Hendra Gunawan Wijanarko, Sp.OG dari RSIA Hermina Pasteur, Bandung
(2007) menjelaskan bahwa hidromnion terjadi karena:
- Produksi air jernih berlebih
- Ada kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban menumpuk, yaitu
-

hidrocefalus, atresia saluran cerna, kelainan ginjal dan saluran kencing kongenital
Ada sumbatan / penyempitan pada janin sehingga dia tidak bisa menelan air ketuban.

Alhasil volume ketuban meningkat drastis


Kehamilan kembar, karena adanya dua janin yang menghasilkan air seni
Ada proses infeksi
Ada hambatan pertumbuhan atau kecacatan yang menyangkut sistem syaraf pusat

sehingga fungsi gerakan menelan mengalami kelumpuhan


Ibu hamil mengalami diabetes yang tidak terkontrol
Ketidak cocokan / inkompatibilitas rhesus
(Amriewibowo, 2010)
Polihidramnion sering terkait dengan kelainan janin :
- Anensepali
- Spina bifida
- Atresia oesophaguis
- Omphalocele
- Hipoplasia pulmonal
- Hidrop fetalis
- Kembar monosigotik

(hemangioma)

Polihidramnion sering berkaitan dengan kelainan ibu:


-

Diabetes Melitus
Penyakit jantung
Preeklampsia
(FK UNPAD,2012)

e. Etiologi
Secara teori hidramnion terjadi karena :
a. Produksi air ketuban bertambah;
Yang diduga menghasilkan air ketuban adalah epitel amnion, tetapi air ketuban juga
dapat bertambah karena cairan lain masuk kedalam ruangan amnion, misalnya air
kencing anak atau cairan otak pada anencephalus.
b. Pengaliran air ketuban terganggu;
Air ketuban yang telah dibuat dialirkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu
jalan pengaliran adalah ditelan oleh janin, diabsorbsi oleh usus dan dialirkan ke
placenta akhirnya masuk kedalam peredaran darah ibu. Jalan ini kurang terbuka
kalau anak tidak menelan seperti pada atresia esophogei, anencephalus atau tumortumor placenta. Pada anencephalus dan spina bifida diduga bahwa hidramnion
terjadi karena transudasi cairan dari selaput otak dan selaput sum-sum tulang
belakang. Selain itu, anak anencephal tidak menelan dan pertukaran air terganggu
karena pusatnya kurang sempurna hingga anak ini kencing berlebihan.
Pada atresia oesophagei hidramnion terjadi karena anak tidak menelan. Pada
gemelli mungkin disebabkan karena salah satu janin pada kehamilan satu telur
jantungnya lebih kuat dan oleh karena itu juga menghasilkan banyak air kencing.
Mungkin juga karena luasnya amnion lebih besar pada kehamilan kembar. Pada
hidramnion sering ditemukan placenta besar.
(Manuaba, 2007)
f.

Diagnosis
Anamnesis :
- Perut lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa
- Pada yang ringan keluhan-keluhan subyektif tidak banyak
- Pada yang akut dan pada pembesaran uterus yang cepat maka terdapat keluhankeluhan yang disebabkan karena tekanan pada organ terutama pada diafragma,
-

seperti sesak (dispnoe), nyeri ulu hati, dan diagnosis


Nyeri perut karena tegangnya uterus, mual dan muntah
Edema pada tungkai, vulva, dinding perut
Pada proses akut dan perut besar sekali, bisa syok, bereringat dingin dan sesak .
(Amriewibowo, 2010)

Inspeksi :
Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-retak, kulit jelas dan

kadang-kadang umbilikus mendatar


Jika akut si ibu terlihat sesak (dispnoe) dan sionasis, serta terlihat payah membawa

kandungannya
(Amriewibowo, 2010)
Palpasi :
Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi oedema pada dinding perut dan tungkai
Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya
Bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan
Apabila pada letak kepala, kepala janin bisa diraba, maka ballotement jelas sekali
(Manuaba,2010)
Auskultasi
Denyut jantung janin tidak terdengar atau jika terdengar sangat halus sekali
Pemeriksaan dalam
Selaput ketuban teraba dan menonjol walaupun diluar his
Pemeriksaan penunjang
a. Foto rontgen
Nampak bayangan terselubung kabur karena banyaknya cairan, kadang-kadang

banyak janin tidak jelas


Foto rontgen pada hidromnion berguna untuk diagnosa dan untuk menentukan etiologi,

seperti anomali kongenital (anensefali atau gemelli)


b. Ultrasonografi
- Banyak ahli mendefinisikan hidramnion bila index cairan amnion (ICA) melebihi
-

24-25 cm pada pemeriksaan USG.


Dari pemeriksaan USG, hidramnion terbagi menjadi :
1. Mild hydramnion(hidramnion ringan), bila kantung amnion mencapai 8-11 cm
dalam dimensi vertikal. Insiden sebesar 80% dari semua kasus yang terjadi.
2. Moderate hydramnion(hidramnion sedang), bila kantung amnion mencapai 1215 cm dalamnya. Insiden sebesar 15%.
3. Severe hydramnion(hidramnion berat), bila janin ditemukan berenang dengan
bebas dalam kantung amnion yang mencapai 16 cm atau lebih besar. Insiden
sebesar 5%.
(Amriewibowo, 2010)

Diagnosa banding
Bila seorang ibu datang dengan perut yang lebih besar dari kehamilan yang seharusnya,
kemunginan:
1)

Hidramnion

2)

Gemelli

3)

Asites

4)

Kista ovarri

5)

Kehamilan beserta tumor

6)

kehamilan kembar

7)

mola hidatidosa

8)

kandung kemih yang penuh

(Amriewibowo, 2010)
g. Komplikasi
Pada Janin :
1.
Kelainan kongenital
2.
Prematuritas
3.
Letak lintang atau tali pusat menumbung
4.
Eritroblastosis
5.
Diabetes Melitus
6.
Solusio plasenta, kalau ketuban pecah tiba-tiba
Ibu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Solusio plasenta
Atonia uteri
Perdarahan postpartum
Retensio palsenta
Syok
Kesalahan-kesalahan letak janin menyebabkan partus jadi lama dan sukar

h. Penanganan
Terapi hidromnion dibagi dalam tiga fase:
1. Waktu hamil (di BKIA)
- Hidromnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan berikan
-

terapi simptomatis
Pada hidromnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat dirumah
sakit untuk istirahat sempurna. Berikan diet rendah garam. Obat-obatan yang
dipakai adalah sedativa dan obat diuresis. Bila sesak hebat sekali disertai
sianosis dan perut tengah, lakukan pungsi abdominal pada bawah umbilikus.
Dalam satu hari dikeluarkan 500cc perjam sampai keluhan berkurang. Jika
cairan dikeluarkan dikhawatirkan terjadi his dan solutio placenta, apalagi bila

anak belum viable. Komplikasi pungsi dapat berupa :


1. Timbul his
2. Trauma pada janin
3. Terkenanya rongga-rongga dalam perut oleh tusukan
4. Infeksi serta syok .
2. Waktu partus
o Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu
o Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan pungsi transvaginal
melalui serviks bila sudah ada pembukaan. Dengan memakai jarum pungsi

tusuklah ketuban pada beberapa tempat, lalu air ketuban akan keluar pelano

pelan
Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk
menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan deras, masukan tinju kedalam
vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar pelan-pelan.
Maksud semua ini adalah supaya tidak terjadi solutio placenta, syok karena tiba-

tiba perut menjadi kosong atau perdarahan post partum karena atonia uteri.
3. Postpartum
o Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi sebaiknya lakukan
o
o

pemeriksaan golongan dan transfusi darah serta sediakan obat uterotonika


Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan perdarahan post partum
Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka untuk
menghindari infeksi berikan antibiotika yang cukup. atau dengan metode terbaru

yaitu dengan :
a. Amniosentesis
Tujuannya adalah untuk meredakan penderitaan ibu, dan cukup efektif untuk
tujuan ini. Namun amniosentesis kadang memicu persalinan walaupun hanya
sebagian kecil cairan yangdikeluarkan. Elliot dan kawan-kawan (1994) melaporkan
hasil-hasil dari 200 amniosentesis pada94 wanita dengan hidramnion. Kausa umum
adalah transfusi antar kembar (38 %), idiopatik (26%), anomali janin (17 %) dan
diabetes (12%).
Cara melakukan amniosentesis adalah dengan memasukkan sebuah kateter
plastik yangmenutupi secara erat sebuah jarum ukuran 18 melalui dinding abdomen
yang telah dianestesilokal ke dalam kantung amnion. Jarum ditarik dan set infus
intravena disambungkan ke kateter.Ujung selang yang berlawanan diturunkan ke
dalam sebuah silinder berskala yang diletakkansetinggi lantai dan kecepatan aliran
air ketuban dikendalikan dengan klem putar sehinggadikeluarkan sekitar 500
ml/jam. Setelah sekitar 1500-2000 ml dikeluarkan, ukuran uterus biasanya cukup
berkurang sehingga kateter dapat dikeluarkan. Dengan menggunakan teknik aseptik
ketat, tindakan ini dapat diulang sesuai kebutuhan agar wanita yang bersangkutan
merasanyaman. Elliott dan kawan-kawan (1994) menggunakan penghisap di
dinding dan mengeluarkan1000 ml dalam 20 menit (50 ml/menit).
b. Terapi Indomestasin
Dalam ulasan terhadap beberapa penelitian, Kramer dan kawan-kawan (1994)
menyimpulkan bahwa

indometasin

mengganggu

produksi

cairan

paru

atau

meningkatkan penyerapannya,mengurangi produksi urin janin, dan meningkatkan

perpindahan cairan melalui selaput janin.Dosis yang digunakan oleh sebagian besar
peneliti berkisar dari 1,5 3 mg/kg/hari. Cabrol dankawan-kawan (1987) mengobati
8 wanita dengan hidramnion idiopatik sejak usia gestasi 24-35minggu dengan
indometasin selama 2-11 minggu
Hidramnion, yang didefinisikan sebagai minimal 1 kantung cairan ukuran 8 cm,
membaik pada semua kasus. Tidak terjadi efek samping serius dan hasil semua
kasus baik. Kirshon dankawan-kawan (1990) mengobati 8 wanita (3 kembar)
dengan hidramnion dari minggu ke 21sampai ke 35. Pada seluruh wanita ini,
dilakukan 2 amniosintesis terapeutik sebelum indometasindiberikan. Dari 11 janin, 3
kasus lahir mati berkaitan dengan sindrom transfusi antar kembar dansatu neonates
meninggal pada usia 3 bulan, 7 bayi sisanya normal.
Mamopoulus dan kawan-kawan (1990) mengobati 15 wanita, 11 mengidap
diabetes yangmengalami hidramnion pada gestasi 25 32 minggu. Mereka diberi
indometasin dan volumecairan amnion pada semua wanita ini berkurang, dari ratarata 10,7 cm pada gestasi 27 minggumenjadi 5,9 cm setelah terapi. Hasil akhir pada
seluruh neonatus baik. Kekhawatiran utama pada penggunaan indometasin adalah
kemungkinan penutupan duktusarteriosus janin. Moise dan kawan-kawan (1988)
melaporkan bahwa 50% dari 14 janin yangibunya mendapat indometasin
mengalami konstriksi duktus seperti dideteksi oleh ultrasonografiDoppler. Studi
studi yang dijelaskan sebelumnya tidak menemukan adanya konstriksi menetapdan
penyulit ini juga belum pernah dijelaskan dalam studi-studi yang memberikan
indometasinuntuk tokolitik
(Amriewibowo, 2010)
i.

Asuhan
Jika dijumpai diagnosis polihidramnion, maka bidan harus segera membuat
rencana asuhan atau perawatan untuk segera diimplementasikan, tindakan tersebut
adalah merujuk klien. Alasan dilakukannya rujukan adalah untuk mengantisipasi
adanya masalah-masalah terhadap janin dan juga ibunya.
Alur Rujukan :
Rujukan berasal dari bidan ke Rumah sakit yang mempunyai kapasitas memadai.
Tindakan Selama Rujukan :
1.
Memberikan pengertian kepada ibu bahwa kehamilan ini harus dirujuk ke
Rumah Sakit karena bidan tidak mempunyai kapasitas untuk menganganinya.
2.
Apabila ibu tidak bersedia dirujuk maka akan terjadi kemungkinan yang tidak
diharapkan baik bagi ibu maupun janin. Seperti : bayi lahir premature, tali pusat
menumbung, syok, dll.

3.
4.

Mendampingi ibu dan keluarga selama di perjalanan.


Memberikan semangat kepada ibu bahwa kehamilan ini akan tertangani

dengan baik oleh tenaga kesehatan di tempat rujukan. Ibu agar tetap berdoa dan
berusaha berpikir positif.
(Varney, 2003)

DAFTAR PUSTAKA

Amriewibowo. 2010. Kelainan Air Ketuban Polihidramnion Komplikasi Dan Penyulit Dalam
Kehamilan. Bersumber dari internet: <http://rizkykomputer.wordpress.com/2010/06/01/kelainanair-ketuban-polihidramnion-komplikasi-dan-penyulit-dalam-kehamilan/>. (Diakses

tanggal

19

April 2016).
FK UNFAD. 2012. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC
Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus Gede. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana.
Jakarta: EGC, 1998.
Mochtar, Rustam. Sinopsis obstetrik. Ed. 2. Jakarta: EGC, 1998.
Prawirhadjo, Sarwono . 2008.Ilmu Kebianan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Sastrawinata, S. 2005. obsetri patologi. bandung: bagian obsetri dan gynekologi. FK.UNPAD.
Edisi ke-2.jakarta: ECG
Varney, H. 2003. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai