Anda di halaman 1dari 18

Polihidramnion

Kelompok 7:
Nur Inayah
Siti Aisyah
Ruufian
Widiarti
Bunga Fauziah
Putri sakinah
Dosen pengampu: Maya Febrianti S.St.M keb
Polihidramnion
Polihidramnion adalah kondisi yang terjadi
apabila terlalu banyak air ketuban lebih
dari 1500 ml yang menumpuk selama
kehamilan. Mengutip dari Mayo Clinic,
kondisi ini juga disebut kelainan cairan
ketuban, atau hidramnion dan terjadi
pada sekitar 1 persen dari seluruh
kehamilan.
normal air ketuban pada usia kehamilan
10–20 minggu yang sekitar 50–250 ml.
Kemudian ketika memasuki minggu 30–
40, jumlah normal air ketuban mencapai
500–1500 ml.
Penyebab Polihidramnion
Pada kondisi normal, volume air ketuban akan
meningkat dan mencapai kuantitas maksimal sekitar
1 liter pada minggu ke-34 hingga ke-36 kehamilan. Air
ketuban kemudian akan perlahan-lahan berkurang
sekitar setengah liter hingga mendekati waktu
persalinan.
Pada kasus polihidiramnion, volume air ketuban
dapat meningkat dengan sangat cepat hingga
mencapai 2 liter, atau hingga 3 liter pada kasus yang
parah. Janin berperan dalam mengendalikan volume
air ketuban dengan cara menelannya dan
mengeluarkannya kembali sebagai urine.
Polihidramnion terjadi saat keseimbangan ini
terganggu. Misalnya produksi air ketuban yan
Gejala Polihidramnion
Selama masa kehamilan, tubuh ibu akan mengalami berbagai
perubahan, sehingga polihidramnion pun sulit dideteksi.
Terutama polihidramnion ringan yang berkembang secara
bertahap, sehingga gejalanya tidak bisa terlihat secara jelas.
Polihidramnion dapat menimbulkan gejala jika kondisi sudah
semakin parah hingga rahim atau organ sekitarnya terdesak
oleh tekanan air ketuban. Gejala biasanya ditunjukkan
dengan:
• Kesulitan bernapas, misalnya tersengal-sengal atau napas
pendek.
• Dinding perut yang membesar, terkadang perut bisa jauh
lebih besar hingga ibu tidak bisa merasakan gerakan janin.
• Rahim terasa tidak nyaman atau terjadi kontraksi.
• Janin berada dalam posisi yang tidak baik, seperti
sungsang.
Diagnosis Polihidramnion
Kondisi ini umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan
rutin yang dijalani oleh ibu hamil, khususnya USG
kehamilan. Dokter dapat mengukur volume kantong
ketuban saat melakukan pemeriksaan USG.
Selain USG, dokter juga dapat memeriksa darah
pasien untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya
infeksi atau diabetes yang terkait dengan
polihidramnion.
Untuk mengetahui kelainan kromosom, dokter
kandungan juga bisa melakukan amniocentesis atau
prosedur pengambilan cairan ketuban yang
mengandung sel janin dan berbagai zat kimia yang
dihasilkan janin
Faktor Risiko Polihidramnion
Ada beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan
terjadinya polihidramnion, antara lain:
• Infeksi bawaan (terjadi saat kehamilan).
• Janin mengalam kelainan pencernaan yang
menghambat saluran cairan.
• Sindrom transfusi kembar.
• Janin mengalami gagal jantung.
• Perbedaan golongan darah atau rhesus darah ibu dan
janin.
• Kurangnya sel darah merah pada janin.
• Kehamilan kembar.
• Masalah pada plasenta.
• Masalah genetik pada bayi.
Komplikasi Polihidramnion
Komplikasi kehamilan dan persalinan yang dapat
ditimbulkan dari polihidromnion, berupa:
• Kelahiran prematur.
• Ketuban pecah lebih awal.
• Solusio plasenta.
• Tali pusar yang keluar mendahului bayi saat
persalinan.
• Kematian janin dalam kandungan (stillbirth).
Pengobatan Polihidramnion
Setelah terdiagnosis mengalami polihidramnion,
maka perkembangan kehamilan pasien perlu diamati
secara lebih rutin dan seksama oleh dokter.
Pengamatan tersebut dapat berupa nonstress test
atau pengukuran detak jantung janin saat janin
bergerak, serta melihat profil pernapasan dan
gerakan janin dengan alat USG.
Namun jika polihidramnion terjadi karena gangguan
kesehatan pada janin atau ibu, maka gangguan
tersebut perlu diatasi terlebih dahulu agar nantinya
dapat menghentikan polihidramnion. Contoh
penanganan yang dapat diberikan, antara lain
perubahan pola makan dan pemberian obat jika ibu
diketahui menderita diabetes, serta pemberian obat
antibiotik jika ibu menderita toksoplasmosis.
Kondisi polihidramnion yang ringan umumnya akan
hilang dengan sendirinya tanpa penanganan khusus.
Pasien biasanya akan disarankan untuk beristirahat
sebanyak mungkin dan menjalani pemantauan yang
lebih rutin.
Sementara itu, pada kasus yang parah di mana terjadi sesak
napas, sakit perut, atau persalinan prematur, diperlukan
langkah penanganan medis di rumah sakit. Langkah
penanganan tersebut meliputi:
• Pemberian indomethacin, untuk mengurangi produksi
urine janin dan volume air ketuban. Meski demikian, obat
ini tidak dapat diberikan setelah minggu ke-31 kehamilan.
Saat pemberian obat ini, kondisi jantung janin juga perlu
dipantau. Efek samping setelah mengonsumsi
indomethacin adalah mual, muntah, serta sakit maag.
• Mengeluarkan air ketuban melalui amniocentesis. Meski
demikian, tindakan ini berisiko menimbulkan komplikasi,
seperti solusio plasenta, pecah ketuban dini, atau
persalinan prematur.
• Ablasi dengan laser, pada polihidramnion yang
disebabkan oleh kehamilan anak kembar jika terdeteksi
mengalami sindrom transfusi janin kembar (twin-to-twin
transfusion syndrome). Prosedur ini digunakan untuk
menutup sebagian pembuluh darah plasenta yang
mengalirkan darah berlebihan ke salah satu janin.
Persalinan masih dapat dilakukan secara normal dan
sesuai waktunya ketika janin sudah matang. Namun
pada sebagian penderita, persalinan perlu
dipercepat, dengan mempertimbangkan gejala yang
dialami pasien atau bila janin menunjukkan tanda-
tanda gawat janin.
Jika terdapat risiko komplikasi, seperti kehamilan
janin kembar atau posisi bayi yang sulit dilahirkan
secara normal, maka dokter dapat melakukan operasi
caesar. Prosedur ini juga dianjurkan jika penderita
polihidramnion sudah mengalami kontraksi sebelum
minggu ke-37 kehamilan atau pecah ketuban lebh
awal. Meski polihidramnion mencemaskan, namun
umumnya penderitanya dapat melahirkan anak yang
sehat.
Pencegahan Polihidramnion
Sayangnya hingga kini cara untuk mencegah
polihidramnion belum diketahui dengan pasti.
Namun, setidaknya wanita hamil perlu menjauhi
faktor risiko yang dapat memicu terjadinya
polihidramnion. Misalnya, wanita yang mengidap
diabetes, perlu mengontrol kadar gula darah dengan
baik. Di samping itu, cara mencegah polihidramnion
bisa juga dengan vaksinasi sebelum hamil agar
tehindar dari infeksi selama kehamian.
Kasus polihidramnion

pada Ny.N usia 23 tahun G2P1A0 gravida 37 minggu


dengan polihidramnion
Ibu datang ke rumah sakit dengan suami dan keluarga dianjurkan oleh
bidan, mengeluh mulas sejak pukul 17.30 WIB 12 Maret 2020 dan sesak
nafas seperti ada yang mengganjal di daerah atas perut satu bulan terakhir
ini, ibu belum keluar air air.

Tempat : RSUD Sayang Cianjur


Tanggal : 12 Maret 2020
Jam : 19.30 WIB

A. Data Subyektif
1. Identitas : Klien / Suami
Nama : Ny. N / Tn. E
Usia : 23 Tahun / 26 Tahun
Agama : Islam / Islam
Suku : Sunda / Sunda
Pendidikan : SMP / SMP
Pekerjaan : IRT / Wiraswasta
Alamat : Babakan Gunteng Bojong
B.Data Objektif
TTV : TD : 110/70 mmHg N : 88x/mnt
S : 36,60C RR : 26 x/mnt
His : 4x10‟ 45”
DJJ : 152x/ menit
Genitalia : Periuneum kaku, Bloodslym (+), vulva vagina tidak ada
kelainan, portio tidak terba, pembukaan 10 cm, presentasi
kepala,
denominator ubun-ubun kecil, ketuban (-), Stasion +1, Hodge III+.
USG : Indeks Cairan Amnion >24-25cm
GDS : 96 mg/dl
Leopold I : Teraba bulat lunak
Leopold II : Dibagian kanan ibu teraba keras memanjang
seperti papan dan dibagian kiri ibu teraba baagian kecil janin.
Leopold III : Bagian terbawah ibu teraba bulat keras melenting,
sudah masuk PAP
Leopold IV : Divergen 3/5
C.Assesment
G2P1A0 Gravida 37 minggu inpartu kala 1 fase aktif
dengan polihidramnion
janin hidup tunggal intra uteri.
Planning
1.Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu
memiliki suatu kelainan pada kehamilannya yaitu cairan ketuban yang
berlebih dan memiliki beberapa resiko yang dapat terjadi pada saat
persalinan, namun janin dalam keadaan baik baik saja dan ibu harus
bekerja sama jika merasakan sesuatu, ibu dan keluarga mengerti.
2. Kolaborasi dengan dokter Sp. OG, dilakukan sesuai advice.
3. Melakukan infus RL 20 tpm, infus telah terpasang.
4. Melakukan pengambilan sampel urin untuk pemeriksaan gula
darah ibu,
ibu menyetujui
5. Melakukan pemeriksaan USG oleh dokter Sp.OG, Indeks Cairan
Amnion <24 cm atau diatas normal.
6. Memberi support mental kepada ibu, ibu kembali bersemangat.
7. Observasi TTV, DJJ, his dan kemajuan persalinan, hasil terlampir di
partograf
8. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dalam bentuk SOAP.
Penatalaksanaan
1.Memberitahu kepada ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah
lengkap, ibu dan keluarga mengerti dengan penjelasan dari bidan.
2. Menyiapkan alat, partus set secara steril, peralatan telah disiapkan.
3.Mempersiapkan posisi pasien, pasien posisi litotomi.
4. Memakai sarung tangan steril, sarung tangan steril sudah dipakai
5. Melakukan pertolongan persalinan sesuai advice dokter Sp. OG.
6. Mengajari ibu cara mengejan yang benar saat ada his, ibu bisa mengejan
dengan benar.
7. Melakukan pelebaran jalan lahir dengan epsiotomi, jalan lahir sudah di
episiotomi
8. Menolong persalinan, bayi lahir spontan jam 23.50 WIB, menangis kuat,
tonus otot baik, warna kemerahan dengan jenis kelamin perempuan.
9. Membersihkan tubuh bayi dengan kain bersih, bayi sudah bersih dan
kering.
10. Meletakkan bayi di atas perut ibu , dan memfasilitasi untuk IMD, bayi
tampak mencari puting susu, IMD bersalin
11. Melakukan pemotongan tali pusat, tali pusat telah di potong.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai