Anda di halaman 1dari 7

Dosen Pengajar : Heti Ira Ayue,SST.,M.

Keb

Nama : Siti Rahmawati (PO.62.24.2.19.505)

Prodi : Sarjana Terapan Kebidanan/Profesi Bidan Reg.V

Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal

1. Buat resume penerapan asuhan kebidanan pada kasus kegawatdaruratan pada kehamilan
a. Kelainan air ketuban
b. Makrosomia
c. Kelainan letak janin
d. Ketuban pecah dini
e. Kematian janin dalam rahim
A. Kelainan Air Ketuban
Kelainan air ketuban ini terbagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
- Polihidromnion
1. Pengertian Polihidromnion

Polihidromnion adalah suatu kejadian dimana jumlah air ketuban jauh lebih
banyak dari normal biasanya lebih dari 2 liter. Dalam beberapa literature ada yang
membagi polihidromnion menjadi dua tergantung dari berapa lama perjalanan
penyakitnya, yaitu:

a. Polihidramnion akut

Terjadinya pertambahan air ketuban yang sangat tiba-tiba dan cepat dalam waktu
beberapa hari saja.

b. Polihidramnion kronis

Pertambahan air ketuban yang terjadi secara perlahan-lahan dalam beberapa


minggu atau bulan dan biasanya terjadi pada kehamilan lanjut.

2. Penyebab

Sampai sekarang penyebab hidramnion masih belum bisa dipastikan secara


benar, salah satu yang dicurigai adalah adanya proses infeksi. Dua pertiga kasus
polihidromnion tidak diketahui sebabnya seperti yang disebutkan sebelumnya, produksi
paling dominan air ketuban adalah hasil dari proses urinasi atau produksi air kencing
janin. Bila keseimbangan air ketuban berubah, yaitu produksi air kencing berlebihan atau
bayi tidak mampu meminum air ketuban, dapat terjadi polihidromnion. Pada cacat
bawaan sehingga air ketuban tak bisa tertelan, misalnya karena sumbatan atau
penyempitan saluran pencernaan bagian atas, volume air ketuban akan meningkat secara
drastis. Ketidaksesuaian golongan darah ibu dan janin juga bisa mengakibatkan
terjadinya polihidramnion.

3. Tanda dan Gejala

Adapun tanda dan gejala polihidramnion antara lain:

a. Perut terasa lebih besar dari pada biasa


b. Sesak nafas, nyeri ulu hati dan sianosis
c. Nyeri perut karena tegangnya uterus
d. Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut mengkilat, retak-retak dan
kadang ambilicus mendatar
e. Edema pada tungkai vulva dan abdomen
f. Perut tegang dan nyeri tekan
g. Fundus uteri lebih tinggi dari usia kehamila sesungguhya
h. Bagian-bagian janin sukar dikenali
i. DJJ sukar dikenali

4. Penatalaksanaan

Dilakukan pemeriksaan ultrasonografi secara teliti antara lain untuk melihat


penyebab dari keadaan tersebut dilakukan pemeriksaan OGTT untuk menyingkirkan
kemungkinan diabetes gestasional. Bila etiologi tidak jelas, pemberian indomethacin
dapat memberi manfaat bagi 50% kasus. Pemeriksaan USG janin dilihat secara
seksama untuk melihat adanya kelainan ginjal janin. Meskipun sangat jarang,
kehamilan monokorionik sindroma twin tranfusin, terjadi polihidramnion pada
kantung resipien dan harus dilakukan amniosentesis berulang untuk mempertahankan
kehamilan.

- Oligohidramnion

1. Pengertian Oligohidramnion

Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal
yaitu kurang dari 500 cc. VAK (Volume Air Ketuban)meningkat secara stabil saat
kehamilan, volumenya sekitar 30 cc pada 10 minggu dan mencapai puncaknya 1 liter
pada 34-36 minggu yang selanjutnya berkurang. Rata-rata sekitar 800 cc pada akhir
trimester pertam asampai pada minggu ke-40 berkurang lagi menjadi 350 ml pada
kehamilan 42 minggu, dan 250 ml pada kehamilan 43 minggu. Tingkat penurunan
sekitar 150 ml/minggu pada kehamilan 38-43 minggu.

2. Penyebab

Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih belum diketahui. Beberapa


keadaan berhubungan dengan olighidramnion hampir selalu berhubungan dengan
obstruksi saluran traktus urinarius janin atau renal agenesis. Tetapi ada juga yang
mengatakan kejadian olighidramnion ada kaitanya degan renal agenosis janin. Etiologi
primer lainnya mungkin kaena amnion kurang baik perumbuhannya dan etiologi
sekundernya lainnya misalkan pada ketuban pecah dini.

3. Tanda dan Gejala

Adapun tanda dan gejala olighidromnion antara lain:

a. Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan


b. Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan janin
c. Sering berakhir dengan partus prematurus
d. Bunyi jantung janin sudah terdengar mulai bukan ke 5 dan terdengar lebih jelas
e. Persalinan lebih lama dari biasanya
f. Sewaktu his akan sakit sekali
g. Bila ketuban pecah air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada keluar

4. Penatalaksanaan

Penanganan olighidramnion bergantung pada situasi klinik dan dilakukan


pada fasilitas kesehatan yang lebih lengkap mengingat prognosis janin yang tidak
baik. Kompresi tali pusat selama proses persalinan biasa terjadi pada oligohidramnion,
oleh karena itu persalinan dengan section caesarea merupakan pilihan terbaik pada
kasus oligohidramnion. Selain itu, pertimbangan untuk melakukan SC karena:

a. Indeks kantung amion (ICA) 5 cm atau kurang


b. Deselerasi frekuensi detak jantung janin
c. Kemungkinan aspirasi mekonium pada kehamilan post term.

B. Makrosomia

1. Pengertian Makrosomia

Makrosomia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya perdarahan postpartum.


Makrosomia didefinisikan sebagai berat lahir bayi > 4000 g. Kejadian sangat bervariasi antara
8 sampai 10 persen total (Budiastuti dan Sudarto, 2016).

2. Penyebab

Ada beberapa penyebab bayi mengalami makrosomia yaitu, sebagai berikut :

a. Keturunan dimana seorang ibu hamil gemuk beresiko 4 sampai 12 kali untuk melahirkan
bayi besar
b. Makrosomia dapat disebabkan berat badan ibu yang berlebihan baik sebelum hamil
(obesitas) maupun kenaikannya selama hamil lebih dari 15 kg
c. Multiparitas dimana bila ibu hamil memiliki riwayat melahirkan bayi makrosomia
sebelumnya maka ia beresiko 5-10 kali lebih tinggi untuk kembali melahirkan bayi
makrosomia dibandingkan dengan wanita yang belum pernah melahirkan bayi
makrosomia karena umumnya berat seorang bayi yang akan lahir berikutnya bertambah
sekitar 80 sampai 120 g (Susianti, 2017).

3. Penatalaksanaan

a. Perlu adanya pemantauan terhadap ibu hamil berupa nutrisi dan psikologi, Pemantauan
nutrisi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Status gizi ibu hamil menentukan berat
bayi yang dilahirkan.
b. Menjelaskan kepada klien penambahan berat badan pada wanita hamil dihitung dari
Body Mass Index (BMI) untuk menentukan kategori berat (Juliadilla, 2017). Berat badan
ibu hamil yang naik lebih dari 1,5 kg/minggu pada usia kehamilan trimester II dan III
tergolong tidak sehat. Permasalahan pada saat kehamilan yaitu meningkatkan risiko
kegemukan, tekanan darah tinggi, diabetes gestasional, makrosomia dan rasa
ketidaknyamanan pada ibu hamil (Pratiwi dan Fatimah, 2019).

C. Kelainan Letak Janin

Letak janin adalah hubungan dari sumbu panjang janin dengan sumbu panjang Ibu,
bisa berupa longitudinal, oblik ataupun lintang. Presentasi janin adalah bagian dari tubuh
janin yang berada paling depan di dalam jalan lahir, bisa berupa presentasi kepala pada letak
longitudinal, presentasi bokong atau kaki pada letak sungsang dan presentasi bahu pada letak
lintang. Presentasi Muka Pada presentasi muka, kepala berada dalam posisi hiperekstensi
sehingga oksiput menempel pada punggung bayi dan dagu (mentum) menjadi bagian
terbawah janin.

Penyebab presentasi muka sangat banyak, dan pada umumnya berasal dari factor
apapun yang menyebabkan ekstensi atau menghalangi fleksi kepala. Pada kasus-kasus luar
biasa, pembesaran leher yang nyata atau lilitan tali pusat disekitar leher dapat menyebabkan
ekstensi. Janin anensefalus secara alami akan tampil dengan presentasi muka. Posisi ekstensi
lebih sering terjadi pada panggul sempit atau bila janin sangat besar.

D. Ketuban Pecah Dini

1. Definisi Ketuban Pecah Dini

Menurut Kemenkes RI (2013) Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya


selaput ketuban sebelum persalinan atau dimulainya tanda inpartu.

2. Diagnosis dan komplikasi ketuban pecah dini

Menurut Kemenkes RI (2013) diagnosa ketuban pecah dini dapat ditegakan


berdasarkan hasil anamnesis dimana pasien merasa keluar cairan secara tiba-tiba,
kemudian dilakukan satu kali pemeriksaan inspekulo dengan spekulum steril untuk
melihat adanya cairan yang keluar dari serviks atau menggenang di forniks posterior dan
jika tidak ada, gerakkan sedikit bagian terbawah janin, atau minta ibu untuk
mengedan/batuk. Pastikan bahwa Cairan tersebut adalah cairan amnion dengan
memperhatikan :
a) Bau cairan ketuban yang khas
b) Tes Nitrazin: lihat apakah kertas lakmus berubah dari merah menjadi biru dan
perhatikan bahwa darah, semen, dan infeksi dapat menyebabkan hasil positif
palsu
c) Gambaran pakis yang terlihat di mikroskop ketika mengamati sekret
servikovaginal yang mengering
d) Tidak ada tanda-tanda in partu.

Komplikasi yang paling sering terjadi pada ibu dengan KPD adalah korioamnionitis
dengan atau tanpa sepsis dan menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi. Risiko pada bayi
dengan KPD yaitu infeksi, gawat janin, dan persalinan traumatik (Lowing dkk., 2015).

3. Faktor resiko ketuban pecah dini

Menurut Kemenkes RI (2013) faktor resiko ketuban pecah dini yaitu adanya
riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya, infeksi traktus
genital,perdarahan antepartum dan merokok.

4. Tatalaksana pada ketuban pecah dini

Menurut Kemenkes RI (2013) tatalaksana pada ketuban pecah dini :

1. Usia kehamilan > 34 minggu : Lakukan induksi persalinan dengan oksitosin bila
tidak ada kontraindikasi.
2. Usia kehamilan 24-33 minggu: Bila terdapat amnionitis, abrupsio plasenta, dan
kematian janin, lakukan persalinan segera. Berikan deksametason 6 mg IM tiap
12 jam selama 48 jam atau betametason 12 mg IM tiap 24 jam selama 48 jam.
Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai kondisi ibu dan janin.
3. Usia kehamilan < 24 minggu: Pertimbangan dilakukan dengan melihat risiko ibu
dan janin. Lakukan konseling pada pasien, terminasi kehamilan mungkin menjadi
pilihan dan jika terjadi infeksi (korioamnionitis) lakukan tatalaksana
korioamnionitis.

E. Kematian Janin dalam Rahim/IUFD (Intra Uterine Fetal Death)

Kematian Janin dalam Rahim /IUFD Menurut WHO dan The American College of
Obstetricians and Gynecologists yang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam
rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada
kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan
pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi .Kematian janin merupakan hasil akhir dari
gangguan pertumbuhan janin, atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya
sehingga tidak diobati.
Etiologi kematian janin dalam rahim/IUFD

Penyebab kematian janin dalam rahim yaitu :

1) 50 % kematian janin bersifat idiopatik (tidak diketahui penyebabnya).


2) Kondisi medis ibu (hipertensi, pre-eklamsi, diabetes mellitus) berhubungan dengan
peningkatan insidensi kematian janin. Deteksi dini dan tata laksana yang yang sesuai
akan mengurangai risiko IUFD
3) Komplikasi plasenta (plasenta previa, abruption plasenta) dapat menyebabkan kematian
janin. Peristiwa yang tidak diinginkan akibat tali pusat sulit diramalkan, tetapi sebagian
besar sering ditemukan pada kehamilan kembar monokorionik/monoamniotik sebelum
usia gestasi 32 minggu.
4) Penentuan kariotipe janin harus dipertimbangkan dalam semua kasus kematian janin
untuk mengidentifikasi abnormalitas kromosom, khususnya dalam kasus ditemukannya
abnormalitas struktural janin. Keberhasilan analisis sitogenetik menurun pada saat
periode laten meningkat. Kadang-kadang, amniosentesis dilakukan untuk mengambil
amniosit hidup untuk keperluan analisis sitogenetik.

Penatalaksanaan/pencegahan kematian janin dalam rahim

Upaya mencegah kematian janin, khususnya yang sudah atau mendekati aterm adalah bila ibu
merasa gerakan janin menurun, tidak bergerak atau gerakan janin terlalu keras, perlu dilakukan
pemeriksaan ultrasonografi.

Perhatikan adanya solusio plasenta. Pada gemeli dengan TT (twin to twin transfusion)
pencegahan dilakukan dengan koagulasi pembuluh anastomosis.

Anda mungkin juga menyukai