Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

SECTIO CAESAREA (SC) ATAS INDIKASI


OLIGOHIDRAMNION

Disusun Oleh :

NAMA : ELLA MULIMATUR ROSIDAH


NIM : N520184015
PRODI : PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


TAHUN AKADEMIK
2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN
SECTIO CAESAREA ATAS INDIKASI OLIGOHIDRAMNION

A. Oligohidramnion
1. Pengertian
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban
kurang dari normal yaitu 500 cc (Manuaba, 2010).
Oligohidramnion adalah air ketuban yang kurang dari 500 cc.
oligohidramnion kurang baik untuk pertumbuhan janin karena pertumbuhan
dapat terganggu oleh perlekatan antara janin dan amnion atau karena janin
mengalami tekanan dinding rahim (Sastrawinata, dkk, 2009:40).
Oligohidramnion adalah kondisi di mana cairan ketuban terlalu sedikit,
yang didefinisikan sebagai indeks cairan amnion (AFI (amniotic fluid index)) di
bawah persentil. Volume cairan ketuban meningkat selama masa kehamilan,
dengan volume sekitar 30 ml pada 10 minggu kehamilan dan puncaknya sekitar 1
L di 34-36 minggu kehamilan.

2. Etiologi
Etiologi belum jelas, tetapi disangka ada kaitannya dengan renal agenosis
janin. Etiologi primer lainnya mungkin oleh karena amnion kurang baik
pertumbuhannya dan etiologi sekunder lainnya, misalnya pada ketuban pecah
dini.
b. Oligohidramnion biasanya dikaitkan dengan salah satu kondisi berikut:
c. Pecahnya membran ketuban.
d. Masalah kongenital tidak adanya jaringan ginjal fungsional atau uropatif
obstetrik seperti kondisi yang mencegah pembentukan urin atau masuknya
urin ke dalam kantong ketuban dan malformasi saluran kemih janin.
e. Penurunan perfusi ginjal yang menyebabkan produksi urin berkurang.
f. Kehamilan post-term
g. Gangguan pertumbuhan pada janin
h. Kelainan ginjal bawaan pada janin sehingga produksi urinnya sedikit.
Padahal urin termasuk sumber utama air ketuban
i. Kehamilan lewat waktu sehingga fungsi plasenta atau ari-ari menurun
j. Penyakit ibu, seperti darah tinggi, diabetes, gangguan pembekuan darah dan
penyakit otoimun seperti lupus.
3. Komplikasi Oligohidramnion
Masalah-masalah yang dihubungkan dengan terlalu sedikitnya cairan ketuban
berbeda-beda tergantung dari usia kehamilan. Oligohydramnion dapat terjadi di masa
kehamilan trimester pertama atau pertengahan usia kehamilan cenderung berakibat
serius dibandingkan jika terjadi di masa kehamilan trimester terakhir. Terlalu
sedikitnya cairan ketuban dimasa awal kehamilan dapat menekan organ-organ janin
dan menyebabkan kecacatan, seperti kerusakan paru-paru, tungkai dan lengan.
Olygohydramnion yang terjadi dipertengahan masa kehamilan juga meningkatka
resiko keguguran, kelahiran prematur dan kematian bayi dalam kandungan. Jika
ologohydramnion terjadi di masa kehamilan trimester terakhir, hal ini mungkin
berhubungan dengan pertumbuhan janin yang kurang baik. Disaat-saat akhir
kehamialn, oligohydramnion dapat meningkatkan resiko komplikasi persalinan dan
kelahiran, termasuk kerusakan pada ari-ari memutuskan saluran oksigen kepada janin
dan menyebabkan kematian janin. Wanita yang mengalami oligohydramnion lebih
cenderung harus mengalami operasi caesar disaat persalinannya.

B. Sectio caesarea
1. Pengertian
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatandimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan cara membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut/ vagina (Amru Sofian,
2012).
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu
histerotomiuntuk melahirkan janin dari dalam Rahim.
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding depan perut atau vagina, atau suatu histerotomy untuk
melahirkan janin dari dalam rahim.
2. Etiologi
Penyebab dilakukannya sectio caesarea antara lain adalah:
a. Chepalopelvic disproportion atau panggul sempit
b. Gawat janin
c. Plasenta previa
d. Pernah sectio caesarea sebelumnya
e. Kelainan letak incoordinate uterine action
f. Eklampsia, hipertensi
3. Patofisiologi
Amnion terdapat pada plasenta dan berisi cairan yang didalamnya
adalah bakterostatik untuk mencegah infeksi pada janin atau disebut juga sawar
mekanik. Setelah amnion terinfeksi oleh bakteri dan terjadi kolonisasi bakteri
maka janin akan berpotensi untuk terinfeksi juga pada 25% klien cukup bulan
terkena infeksi amnion. Persalinan kurang bulan terkena indikasi ketuban pecah
dini pada 10% persalinan cukup bulan. Indikasi ketuban pecah dini akan menjadi
karidaminoritas (sepsis, infeksi menyeluruh). Keadaan serviks yang baik pada
kontraksi uterus yang baik, maka persalinan pervaginam dianjurkan tetapi apabila
terjadi gagal indikasi pada serviks atau indikasi serviks yang tidak baik maka
tindakan section caesarea dapat dilakukan secepat mungkin untuk menghindari
kecacatan atau terinfeksinya janin lebuh parah.
4. Pathway
5. Indikasi Seksio Sesarea
Menurut Rustam (2008) indikasi seksio sesarea di bagi menjadi dua faktor :
a. Faktor Janin
1) Bayi terlalu besar
Berat bayi sekitar 4000 gram atau lebih, menyebabkan bayi sulit keluar dari
jalan lahir
2) Kelainan letak bayi
Ada dua kelainan letak janin dalam rahim yaitu letak sungsang dan lintang
3) Ancaman gawat janin (Fetal Distres)
Gangguan pada janin melalui tali pusat akibat ibu menderita hipertensi atau
kejang rahim.Gangguan pada bayi juga diketahui adanya mekonium dalam
air ketuban. Apabila proses persalinan sulit melalui vagina maka dilakukan
operasi seksio sesarea.
4) Janin abnormal
Janin abnormal misalnya kerusakan genetic dan hidrosephalus
5) Faktor plasenta
Ada beberapa kelainan plasenta yang menyebabkan keadaan gawat darurat
pada ibu dan janin sehingga harus dilakukan persalinan dengan operasi bila
itu plasenta previa dan solutio plasenta
6) Kelainan tali pusat
Ada dua kelainan tali pusat yang bias terjadi yaitu prolaps tali pusat dan
terlilit tali pusat.
7) Multiple pregnancy
Tidak selamanya bayi kembar dilaksanakan secara operasi.Persalinan kembar
memiliki resiko terjadinya komplikasi misalnya lahir premature sering terjadi
preeklamsi pada ibu.Bayi kembar dapat juga terjadi sungsang atau letak
lintang.Oleh karena itu pada persalinan kembar dianjurkan dirumah sakit,
kemungkinan dilakukan tindakan operasi.
b. Faktor Ibu
1) Usia
Ibu yang melahirkan pertama kali diatas usia 35 tahun atau wanita usia 40
tahun ke atas. Pada usia ini seseorang memiliki penyakit yang beresiko
misalnya hipertensi jantung, kencing manis dan eklamsia.
2) Tulang Panggul
Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin.
3) Persalinan sebelumnya dengan operasi
4) Faktor hambatan jalan lahir
Gangguan jalan lahir terjadi adanya tumor atau myoma.Keadaan ini
menyebabkan persalinan terhambat atau tidak maju adalah distosia.
5) Ketuban pecah dini
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sekitar 60-70% bayi yang mengalami
ketuban pecah dini akan lahir sendiri 2×24 jam. Apabila bayi tidak lahir
lewat waktu, barulah dokter akan melakukan tindakan operasi seksio sesarea
6. Kontra Indikasi Sectio Caesaria :
Pada umumnya sectio caesarian tidak dilakukan pada janin mati, syok, anemi
berat sebelum diatasi, kelainan kongenital berat.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium :
a. Haemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dan kadar pra
operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi.
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d. Urinalis/ kultur urine
e. Pemeriksaan elektrolit
8. Penatalaksanaan
a. Pemberian cairan
Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintravena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi padaorgan tubuh lainnya. cairan yang bisa
diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan
jumlah tetesan tergantung kebutuhan. bila kadar Hb rendah diberikan transfusi
darah sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman
dalam jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6-8 jam pasca operasi,
berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi:
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-8 jam setelah operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur terlentang sedini
mungkin setelah sadar
3) Hari pertama post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya
4) Kemudian posisi tidur terlentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler)
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri.
d. Katerisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24-48 jam/ lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
e. Pemberian obat-obatan
1) Antibiotik
2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
3) Obat-obatan lain seperti neurobian I vit. C.
f. Perawatan Luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah
harus dibuka dan diganti.
g. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah,
nadi, dan pernafasan.
9. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain:
a. Ibu:
1) Infeksi puerperal
Kenaikan suhu beberapa hari merupakan infeksi ringan, kenaikan suhu yang
disertai dehidrasi serta perut kembung termasuk infeksi sedang.Sedangkan
peritonitis, sepsis serta ileus paralitik merupakan infeksi berat.
2) Perdarahan
Perdarahan dapat disebabkan karena pembuluh darah banyak yang terputus
atau dapat juga karena atonia uteri
3) Luka pada kandung kencing, embolisme paru-paru
Emboli paru dan terluka kandung kemih bila repertonial terlalu tinggi
4) Ruftur uteri
Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang
b. Bayi: kematian perinatal
10. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas klien meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, alamat, identitas penanggung jawab, no RM.
2) Riwayat keperawatan
a) Keluhan utama: keluhan yang diungkapkan klien sehingga mendatangi
pelayanan kesehatan.
b) Keluhan saat dikaji: keluhan yang diungkapkan klien saat dilakukan
pengkajian.
3) Riwayat obstetric
a) Riwayat menstruasi
b) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
c) Genogram
d) Post partum sekarang
e) Kesanggupan dan pengetahuan dalam merawat bayi
f) Riwayat lingkungan meliputi kebersihan dan bahaya yang terdapat di
lingkungan tempat tinggal klien.
g) Aspek psikososial meliputi persepsi ibu setelah bersalin, perubahan
kehidupan sehari-hari, orang terpenting bagi ibu, sikap anggota keluarga
terhadap keadaan saat ini dan kesiapan mental menjadi ibu.
4) Kebutuhan dasar khusus meliputi pola nutrisi, pola eliminasi, pola personal
hygiene, pola istirahat tidur, pola aktivitas dan latihan, pola kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan
5) Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital, dan
pengkajian head to toe meliputi:
a) Kepala dan rambut: kaji kebersihan,distribusi dan adanya lesi
b) Mata: kaji kelopakmata, gerakan, konjungtiva dan sclera klien
c) Hidung: kaji kesulitan pernafasan, nafas cuping hidung dan reaksi alergi
d) Mulut dan tenggorokan: kaji mukosa bibir, kebersihan gigi, mulut dan
tonsil
e) Telinga: kaji adanya lesi ataupun nyeri tekan
f) Leher: kaji ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid dan limfe serta
bendungan vena jugularis
g) Dada dan axila: kaji kesimetrisan, mammae membesar atau tidak, papilla
menonjol atau tidak, adanya hiperpigmentasi, dan pengeluaran ASI
h) Pernafasan: kaji jalan nafas, suara nafas serta ada atau tidaknya otot
bantu pernafasan
i) Sirkulasi jantung: kaji irama dan kelainan bunyi jantung
j) Abdomen: kaji bentuk abdomen, adanya linea dan striae, luka bekas
operasi, tanda-tanda infeksi, ukur TFU, kontraksi bagus atau tidak,
turgor kulit, nyeritekan pada abdomen, kebersihan, distensi kandung
kemih.
k) Genitourinary: kaji adanya ruftur dan efisiotomy, edema, keadaan
genitalia, warna dan bau lochea
l) Ekstremitas: kaji adanya oedema, kelemahan otot, turgorkulit dan
adanya varises.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Menyusui tidak efektif b.d kurangnya pengetahuan ibu tentang cara menyusui
yang benar.
2) Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d luka post operasi
3) Gangguan pola tidur b.d kelemahan
4) Gangguan eliminasi urine b.d ketidakmampuan miksi
5) Defisit perawatan diri b.d kelelahan sehabis bersalin
6) Resiko tinggi kekurangan Cairan b.d perdarahan
7) Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, luka post operasi
c. Intervensi Keperawatan
1) Menyusui tidak efektif b.d kurangnya pengetahuan ibu tentang cara menyusui
yang benar
Tujuan:
Klien mengungkapkan puas dengan kebutuhan menyusui, klien mampu
mendemonstrasikan perawatan payudara.
Intervensi:
a) Kaji status kondisi pasien
b) Ajarkan cara menyusui yang baik dan benar
c) Berikan dukungan dan semangat pada ibu untuk melaksanakan
pemberian Asi eksklusif
d) Anjurkan keluarga untuk memfasilitasi dan mendukung klien dalam
pemberian ASI.
2) Gangguan rasa nyaman : Nyeri b.d luka post operasi
Tujuan:
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami.
Intervensi:
a) Kaji kondisi nyeri yang dialami klien.
b) Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya.
c) Ajarkan teknik distraksi.
d) Kolaborasi pemberian analgetika
3) Gangguan pola tidur b.d kelemahan
Tujuan:
Jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam/ hari, pola tidur, kualitas tidur
dalam batas normal.
Intervensi:
a) Monitor istirahat tidur pasien
b) Ciptakan lingkungan yang nyaman
c) Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
d) kolaborasi pemberian obat tidur
4) Gangguan eliminasi urine b.d ketidakmampuan miksi
Tujuan:
Kandung kemih kosong secara penuh, intake cairan dalam rentang nornal,
balance cairan seimbang
Intervensi:
a) Lakukan penilaian kemih yang komprehensif
b) Pasang selang kateter
c) Anjurkan keluarga untuk mencatan output cairan
d) Memantau penggunaan obat dengan sifat antikolinergik atau properti alpa
agonis.
5) Defisit perawatan diri b.d kelelahan sehabis bersalin
Tujuan:
Klien terbebas dari bau badan, dapat melakukan ADLs dengan bantuan.
Intervensi:
a) Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri
b) Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-
care.
c) Ajarkan klien dan Keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk
melakukannya
d) Berikan aktivitas rutin sehari-hari sesuai kemampuan.
6) Resiko tinggi kekurangan Cairan b.d Perdarahan
Tujuan:
Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake danoutput baik
jumlah maupun kualitas.
Intervensi:
a) Kaji kondisi status hemodinamika
b) Ukur pengeluaran harian.
c) Berikan sejumlah cairan pengganti harian.
d) Evaluasi status hemodinamika.
7) Resiko tinggi Infeksi b.d perdarahan, luka post operasi. Tujuan:
Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan dan lukaoperasi.
Intervensi:
a. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau dari
luka operasi.
b. Terangkan pada klien pentingnya perawatan luka selama masa post
operasi.
c. Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart.
d. Lakukan perawatan luka.
e. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Sulistyawati, Ari. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba
Medika.
Mochtar, Rustam. 2008. Sinopsis obstetric. Jakarta: EGC.
Manuwaba, Ida Bagus Gde. 2010 . Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Sastrawinata, dkk. 2009. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai