Anda di halaman 1dari 56

polihidrmanion merupakan keeadaan cairan amnion yg berlebihan.

Normal nya, volume cairan


amnion akan meningkat hingga sekitar 1 l atau mungkin lebih pada kehamilan 36 minggu, tetapi
sesudah itu mengalami penurunan. Cairan amnion lebih dari 2000 ml dianggap sebagai
polohidramnion.
Insiden Hidramnion dengan derajat ringan hingga sedang. (2-3 L) 1: 60-750.
Hidramnion sering disertai dengan malformasi janin, khususnya malforamsi sistem saraf pusat
dan traktus gastrointestinal ( anansefalus dan atresia esofagus) .
Etiologi
Volume cairan amnion dikendalikan lewat sejumlah cara.
Pada awal kehamilan, rongga amnion akan terisi oleh cairan ekstrasel. Selana trimester pertama,
pengalihan air dan molekul kecil lainnya tidak berlangsung lewat selaput amnion melainkan
melalui sirkulasi fetal.
Dalam trimester kedua, janin mulai memperlihatkan kegiatan urinasi, menelan dan menghisap
cairan amnion. karena janin normalnya akan menelan cairan amnion, mekanisme ini diperkirakan
menjadi salah satu cara untuk mengendalikan vplume cairan tersebut.
Pafa kasus anansefalus dan spina bifida, peningkatan transudasi cairan dari meningen yang
terbuka kedalam rongga amnion dapat menjadi penyebab faktor. keadaan lain yg mungkin
menerangkan terjadinya hidramnion akibat anansefalus ketika aktifotas menelan terganggu,
adalah urinasi berlebihan yg dapat menjadi akibat stimulasi untuk melindungi nya atau mungkin
akibat tidak adanya hormon antidiuretik .
Penangananan hiramnion derarajat ringan jarang memerlukan tindakan
Derajat sedang , termasuk kasus kasus yang menimbulkan gangguan tertentu pada kenyamana
paaien, biasanya dapat ditangani tanpa intervensi sampai terjadi persalinan atau sampai persalinan
atau sampai ketuban pecah sendiri.
Jika terdapat gejala dispnea atau nyeri abdomen , atau jika pasien sulit bergerak , perwatan rumah
sakit diperlukan .
Hidramnion yang simtomatik tidak ada tindakana yang memuasakna selain pengeluaran sebagian
cairan amnion. Tirah baring dengan pemberian preparat sedatif dapat menolong pasien
mengahdapi keadaan tersebut , tetapi jarang memberikan pengaruh apa pun terhadapa cairan
amnion .

POLIHIDRAMNION, MAKROSOMIA, DAN


KEHAMILAN GANDA
Posted on December 15, 2010 by bidangesot
Standard
POLIHIDRAMNION

Pengertian :

Polihidramnion atau disebut juga dengan hidramnion adalah keadaan dimana air
ketuban melebihi 2000 ml.
Secara teori, hidramnion bisa terjadi karena :

1. Produksi air ketuban bertambah


2. Pengaliran air ketuban terganggu
3. Predisposisi
4. Penyakit jantung
Diagnosis :

1. Anamnesis
2. Perut terlihat sangat buncit dan tegang, kulit perut mengkilat, retak-retak
kulit jelas dan kadang-kadang umbilikus mendatar.
3. Ibu terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah karena kehamilannya
4. Edema pada kedua tungkai, vulva dan abdomen. Hal ini terjadi karena
kompresi terhadap sebagian besar sistem pembuluh darah balik (vena)
akibat uterus yang terlalu besar
5. Fundus uteri lebih tinggi dari usia kehamilan sesungguhnya.
6. Bagian-bagian janin sukar dikenali.
7. Ultrasonografi
Alasan merujuk :

Jika dijumpai diagnosis polihidramnion, maka bidan harus segera membuat rencana
asuhan atau perawatan untuk segera diimplementasikan, tindakan tersebut adalah
merujuk klien. Alasan dilakukannya rujukan adalah untuk mengantisipasi adanya
masalah-masalah terhadap janin dan juga ibunya.

Masalah potensial yang akan dialami adalah:

Pada Janin :

1. Kelainan kongenital
2. Prematuritas
3. Letak lintang atau tali pusat menumbung
4. Eritroblastosis
5. Diabetes Melitus
6. Solusio plasenta, kalau ketuban pecah tiba-tiba
Ibu :

1. Solusio plasenta
2. Atonia uteri
3. Perdarahan postpartum
4. Retensio palsenta
5. Syok
6. Kesalahan-kesalahan letak janin menyebabkan partus jadi lama dan sukar
Alur Rujukan :

Rujukan berasal dari bidan ke Rumah sakit yang mempunyai kapasitas memadai.
Tindakan Selama Rujukan :

1. Memberikan pengertian kepada ibu bahwa kehamilan ini harus dirujuk ke


Rumah Sakit karena bidan tidak mempunyai kapasitas untuk
menganganinya.
2. Apabila ibu tidak bersedia dirujuk maka akan terjadi kemungkinan yang
tidak diharapkan baik bagi ibu maupun janin. Seperti : bayi lahir premature,
tali pusat menumbung, syok, dll.
3. Mendampingi ibu dan keluarga selama di perjalanan.
4. Memberikan semangat kepada ibu bahwa kehamilan ini akan tertangani
dengan baik oleh tenaga kesehatan di tempat rujukan. Ibu agar tetap berdoa
dan berusaha berpikir positif.

MAKROSOMIA

Pengertian :

Makrosomia adalah bayi yang berat badannya pada saat lahir lebih dari 4.000 gram.

Faktor-faktor dari bayi tersebut diantaranya :

1. Bayi dan ibu yang menderita diabetes sebelum hamil dan bayi dari ibu yang
menderita diabetes selama kehamilan.
2. Terjadinya obesitas pada ibu juga dapat menyebabkan kelahiran bayi besar
(bayi giant).
3. Pola makan ibu yang tidak seimbang atau berlebihan juga mempengaruhi
kelahiran bayi besar.
Tanda dan Gejala :

1. Besar untuk usia gestasi


2. Riwayat intrauterus dari ibu diabetes dan polihidramnion
3. Pemantauan glukosa darah, kimia darah, analisa gas darah
4. Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht)
Alasan merujuk :

Jika dijumpai diagnosis makrosomia, maka bidan harus segera membuat rencana
asuhan atau perawatan untuk segera diimplementasikan, tindakan tersebut adalah
merujuk klien. Alasan dilakukannya rujukan adalah untuk mengantisipasi adanya
masalah-masalah terhadap janin dan juga ibunya.

Masalah potensial yang akan dialami adalah:

1. Resiko dari trauma lahir yang tinggi jika bayi lebih besar dibandingkan
panggul ibunya perdarahan intrakranial
2. Distosia bahu
3. Ruptur uteri
4. Robekan perineum
5. Fraktur anggota gerak
Alur Rujukan :

Rujukan berasal dari bidan ke Rumah sakit yang mempunyai kapasitas memadai.

Tindakan Selama Rujukan :

1. Memberikan pengertian kepada ibu bahwa kehamilan ini harus dirujuk ke


Rumah Sakit karena bidan tidak mempunyai kapasitas untuk
menganganinya.
2. Apabila ibu tidak bersedia dirujuk maka akan terjadi kemungkinan yang
tidak diharapkan baik bagi ibu maupun janin. Seperti : Resiko dari trauma
lahir, distosia bahu, robekan perineum, dll.
3. Mendampingi ibu dan keluarga selama di perjalanan.
4. Memberikan semangat kepada ibu bahwa kehamilan ini akan tertangani
dengan baik oleh tenaga kesehatan di tempat rujukan. Ibu agar tetap berdoa
dan berusaha berpikir positif.

KEHAMILAN GANDA

Pengertian :

Kehamilan kembar ialah kehamilan dengan dua janin atau lebih.

Diagnosis :

1. Anamnesis
2. Tanda dan gejala : ukuran TFU melebihi dari ukuran sebenarnya
3. Pemeriksaan USG
4. Pemeriksaan radiologi
5. Teraba banyak bagian besar atau kecil saat dilakukan palpasi
Alasan merujuk :

Jika dijumpai diagnosis makrosomia, maka bidan harus segera membuat rencana
asuhan atau perawatan untuk segera diimplementasikan, tindakan tersebut adalah
merujuk klien. Alasan dilakukannya rujukan adalah untuk mengantisipasi adanya
masalah-masalah terhadap janin dan juga ibunya.

Masalah potensial yang akan dialami adalah:

1. Partus Prematurus
2. Preeklampsi/eklampsi
3. Anemia
4. Malpresentasi
5. Perdarahan pasca persalinan
Alur Rujukan :

Rujukan berasal dari bidan ke Rumah sakit yang mempunyai kapasitas memadai.

Tindakan Selama Rujukan :

1. Memberikan pengertian kepada ibu bahwa kehamilan ini harus dirujuk ke


Rumah Sakit karena bidan tidak mempunyai kapasitas untuk
menganganinya.
2. Apabila ibu tidak bersedia dirujuk maka akan terjadi kemungkinan yang
tidak diharapkan baik bagi ibu maupun janin. Seperti : Kelahiran premature,
preeklampsi/eklampsi, anemia, malpresentasi, dll.
3. Mendampingi ibu dan keluarga selama di perjalanan.
4. Memberikan semangat kepada ibu bahwa kehamilan ini akan tertangani
dengan baik oleh tenaga kesehatan di tempat rujukan. Ibu agar tetap berdoa
dan berusaha berpikir positif.

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri
tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor ”P” utama yaitu
kekuatan ibu (power), keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin
(passanger). Faktor lainnya adalah psikologi ibu (respon ibu ), penolong saat bersalin,
dan posisi ibu saat persalinan.
Dengan adanya keseimbangan atau kesesuaian antara faktor-faktor "P"
tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. Bila ada gangguan pada
satu atau lebih faktor “P” ini, dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya
persalinan.
Kelambatan atau kesulitan persalinan ini disebut distosia. Salah satu penyebab
dari distosia karena adalah kelainan janin. Distosia berpengaruh buruk bagi ibu
maupun janin. Pengenalan dini dan penanganan tepat akan menentukan prognosis ibu
dan janin.

B. TUJUAN
1. Mengetahui penyebab distosia pada persalinan karena kelainan janin
2. Mengetahui apa saja kelainan pada janin yang menyebabkan distosia pada persalinan.
3. Mengetahui apa saja peran bidan dalam menangani distosia karena kelainan gawat
janin
BAB II
ISI

A. BAYI BESAR (MAKROSOMIA)

1. Pengertian Bayi Besar


Bayi besar adalah bayi lahir yang beratnya lebih dari 4000gram. menurut
kepustakaan bayi yang besar baru dapat menimbulkan dytosia kalau beratnya
melebihi 4500gram.
Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan adalah karena besarnya kepala
atau besarnya bahu. Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar
dapat menimbulkan inertia dan kemungkinan perdarahan postpartum lebih besar.
2. Etiologi
Penyebab bayi mengalami makrosomia adalah :
a. Diabetes
Kehamilan merupakan sesuatu keadaan diabetogenik dengan resistensi insulin
yang meningkat dan ambilan glukosa perifer yang menurun akibat hormone plasenta
yang memiliki aktivitas anti-insulin. Dengan cara ini janin dapat menerima pasokan
glukosa secara kontinu. Insidennya 3-5% dari seluruh kehamilan.

b. Keturunan (orang tuanya besar-besar)


Seorang ibu hamil gemuk beresiko 4 sampai 12 kali untuk melahirkan bayi besar.
Bayi besar dapat disebabkan berat badan ibu yang berlebihan baik sebelum hamil
(obesitas) maupun kenaikannya selama hamil lebih dari 15 kg.

c. Multiparitas dengan riwayat makrosomia sebelumnya.


Bila bumil punya riwayat melahirkan bayi makrosomia sebelumnya, maka ia
beresiko 5-10 kali lebih tinggi untuk kembali melahirkan bayi makrosomia
dibandingkan wanita yang belum pernah melahirkan bayi makrosomia karna
umumnya berat seorang bayi yang akan lahir berikutnya bertambah sekitar 80-120 gr.
Bayi besar (bayi dengan berat badan lebih dari 4000 gr) dan sering terjadi pada ibu
yang telah sering melahirkan (multipara) dibandingkan dengan kehamilan pertama.

3. Faktor-Faktor Makrosomia
a. Bayi dan ibu yang menderita diabetes sebelum hamil dan bayi dari ibu yang
menderita diabetes selama kehamilan.
b. Terjadinya obesitas pada ibu juga dapat menyebabkan kelahiran bayi besar (bayi
giant).
c. Pola makan ibu yang tidak seimbang atau berlebihan juga mempengaruhi kelahiran
bayi besar.

4. Tanda dan Gejala


a. Besar untuk usia gestasi
b. Riwayat intrauterus dari ibu diabetes dan polihidramnion
c. Pemantauan glukosa darah, kimia darah, analisa gas darah
d. Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht)

5. Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan melakukan penimbangan berat badan ibu secara
teratur, pengukuran tinggi fundus uteri dan pola makan yang benar, ANC teratur,
USG; pemeriksaan besar bayi dengan USG akan memberikan ketepatan sampai 90%,
sedangkan dengan pemeriksaan fisik saja misal dengan berat badan ibu dan tinggi
fundus uteri memberikan ketepatan sampai 50%
6. Komplikasi
Bayi besar yang sedang berkembang merupakan suatu indikator dari efek ibu.
Walaupun dikontrol dengan baik dapat timbul pada janin, maka sering disarankan
persalinan yang lebih dini sebelum aterm. Biasanya dinilai pada sekitar kehamilan 38
minggu. Penilaian yang seksama terhadap pelvis ibu .Tingkat penurunan kepala janin
dan diatas serviks. Bersama dengan pertimbangan terhadap riwayat kebidanan
sebelumnya. Jika tidak maka persalinan dilakukan dengan seksio sesarea yang
direncanakan. Resiko dari trauma lahir yang tinggi jika bayi lebih besar dibandingkan
panggul ibunya perdarahan intrakranial, distosia bahu, ruptur uteri,serviks, vagina,
robekan perineum dan fraktur anggota gerak merupakan beberapa komplikasi yng
mungkin terjadi. Jika terjadi penyulit-penyulit ini dapat dinyatakan sebagai
penatalaksanaan yang salah. Karena hal ini sebenarnya dapat dihindarkan dengan
seksio sesarea yang terencana. Walaupun demikian, yang perlu dingat bahwa
persalinan dari bayi besar (baby giant) dengan jalan abdominal bukannya tanpa resiko
dan hanya dapat dilakukan oleh dokter bedah kebidanan yang terampil
7. Penanganan
a. Periksa kehamilan di pos bidan desa atau puskesmas baik itu dilakukan oleh bidan
maupun dokter umum akan menjadi tempat skrining awal, ada tidaknya masalah
seorang ibu.
b. Dengan periksa hamil teratur dapat ditekan risiko komplikasi bagi ibu yang sering
terjai akibat bayi besar.
c. Segera dirujuk kerumah sakit untuk konfirmasi pemeriksaan sonografi/sesar pada
saat menjelang persalinan.
d. Pemeriksaan kadar gula darah.

8. Penatalaksanaan Medis
Pemeriksaan klinik dan ultrasonografi yang seksama terhadap janin yang
sedang tumbuh, disertai dengan faktor-faktor yang diketahui merupakan predisposisi
terhadap makrosomia (bayi besar) memungkinkan dilakukannya sejumlah kontrol
terhadap pertumbuhan yang berlebihan.

Pemantauan glukosa darah ( Pada saat datang atau umur 3 jam, kemudian tiap
6 jam sampai 24 jam atau bila kadar glukosa ≥ 45 gr% dua kali berturut-
turut). Pemantauan elektrolit Pemberian glukosa parenteral sesuai indikasi Bolus
glukosa parenteral sesuai indikasi Hidrokortison 5 mg/kg/hari IM dalam dua dosis
bila pemberian glukosa parenteral tidak efektif.

9. Alasan Merujuk
Bila dijumpai diagnosis makrosomia, maka bidan harus segera membuat
rencana asuhan kebidanan untuk segera diimplementasikan, tindakan tersebut adalah
merujuk klien. Alasan dilakukannya rujukan adalah untuk mengantisipasi adanya
masalah-masalah terhadap janin dan juga ibunya.

Masalah potensial yang akan dialami adalah:


a. Resiko dari trauma lahir yang tinggi jika bayi lebih besar dibandingkan panggul
ibunya perdarahan intracranial
b. Distosia bahu
c. Ruptur uteri
d. Robekan perineum
e. Fraktur anggota gerak

Tindakan Selama Rujukan :


a. Memberikan pengertian kepada ibu bahwa kehamilan ini harus dirujuk ke Rumah
Sakit karena bidan tidak mempunyai kapasitas untuk menganganinya.
b. Apabila ibu tidak bersedia dirujuk maka akan terjadi kemungkinan yang tidak
diharapkan baik bagi ibu maupun janin. Seperti : Resiko dari trauma lahir, distosia
bahu, robekan perineum, dll.
c. Mendampingi ibu dan keluarga selama di perjalanan.
d. Memberikan semangat kepada ibu bahwa kehamilan ini akan tertangani dengan baik
oleh tenaga kesehatan di tempat rujukan. Ibu agar tetap berdoa dan berusaha berpikir
positif.

MAKROSOMIA
A. Pengertian
Makrosomia adalah bila berat badannya lebih dari 4000 gram. Berat neonatus
pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang melebihi 5000 gram. Frekuensi
berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang lebih dari 4500 gram
adalah 0,4%.

B. Etiologi
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan terjadinya kelahiran bayi
besar / baby giant.
Faktor-faktor dari bayi tersebut diantaranya :
 Bayi dan ibu yang menderita diabetes sebelum hamil dan bayi dari ibu yang
menderita diabetes selama kehamilan. Sering memiliki kesamaan, mereka cenderung
besar dan montok akibat bertambahnya lemak tubuh dan membesarnya organ dalam,
mukanya sembab dan kemerahan (plethonic) seperti bayi yang sedang mendapat
kortikosteroid. Bayi dari ibu yang menderita diabetes memperlihatkan insiden
sindrom kegawatan pernafasan yang lebih besar dari pada bayi ibu yang normal pada
umur kehamilan yang sama. Insiden yang lebih besar mungkin terkait dengan
pengaruh antagonis antara kortisol dan insulin pola sintesis surfakton.
 Terjadinya obesitas pada ibu juga dapat menyebabkan kelahiran bayi besar (bayi
giant).
 Pola makan ibu yang tidak seimbang atau berlebihan juga mempengaruhi kelahiran
bayi besar.

C. Tanda dan gejala


 Berat badan lebih dari 4000 gram pada saat lahir
 Wajah menggembung, pletoris (wajah tomat)
 Besar untuk usia gestasi
 Riwayat intrauterus dari ibu diabetes dan polihidramnion.

D. Pemeriksaan diagnostik
 Pemantauan glukosa darah, kimia darah, analisa gas darah
 Hemoglobin (hb), hematokrit (ht).

E. Komplikasi
Bayi besar yang sedang berkembang merupakan suatu indikator dari efek ibu.
Yang walaupun dikontrol dengan baik dapat timbul pada janin, maka sering
disarankan persalinan yang lebih dini sebelum aterm. Situasi ini biasanya dinilai pada
sekitar kehamilan 38 minggu. Penilaian yang seksama terhadap pelvis ibu.tingkat
penurunan kepala janin dan diatas serviks. Bersama dengan pertimbangan terhadap
riwayat kebidanan sebelumnya. Seringkali akan menunjukkan apakah induksi
persalinan kemungkinan dan menimbulkan persalinan pervaginam. Jika tidak maka
persalinan dilakukan dengan seksio sesarea yang direncanakan. Pada kasus-kasus
bordeline dapat dilakukan persalinan percobaan yang singkat. Resiko dari trauma
lahir yang tinggi jika bayi lebih besar dibandingkan panggul ibunya perdarahan
intrakranial, distosia bahu, ruptur uteri,serviks, vagina, robekan perineum dan fraktur
anggota gerak merupakan beberapa komplikasi yng mungkin terjadi. Jika terjadi
penyulit-penyulit ini dapat dinyatakan sebagai penatalaksanaan yang salah. Karena
hal ini sebenarnya dapat dihindarkan dengan seksio sesarea yang terencana. Walaupun
demikian, yang perlu dingat bahwa persalinan dari bayi besar (baby giant) dengan
jalan abdominal bukannya tanpa resiko dan hanya dapat dilakukan oleh dokter bedah
kebidanan yang terampil.

F. Penatalaksanaan medis
Pemeriksaan klinik dan ultrasonografi yang seksama terhadap janin yang sedang
tumbuh, disertai dengan faktor-faktor yang diketahui merupakan predisposisi terhadap
makrosomia (bayi besar) memungkinkan dilakukannya sejumlah kontrol terhadap
pertumbuhan yang berlebihan. Peningkatan resiko bayi besar jika kehamilan dibiarkan
hingga aterm harus diingat dan seksio sesarea efektif harus dilakukan kapan saja
persalinan pervaginam.
 Pemantauan glukosa darah
 (pada saat datang atau umur 3 jam, kemudian tiap 6 jam sampai 24 jam atau bila kadar
glukosa  45 gr% dua kali berturut-turut.
 Pemantauan elektrolit
 Pemberian glukosa parenteral sesuai indikasi
 Bolus glukosa parenteral sesuai indikasi
 Hidrokortison 5 mg/kg/hari im dalam dua dosis bila pemberian glukosa parenteral tidak
efektif.
Jika dijumpai diagnosis makrosomia, maka bidan harus segera membuat
rencana asuhan atau perawatan untuk segera diimplementasikan, tindakan tersebut
adalah merujuk klien. Alasan dilakukannya rujukan adalah untuk mengantisipasi
adanya masalah-masalah terhadap janin dan juga ibunya.
Masalah potensial yang akan dialami adalah:
1. Resiko dari trauma lahir yang tinggi jika bayi lebih besar dibandingkan panggul
ibunya perdarahan intrakranial.
2. Distosia bahu
3. Ruptur uteri
4. Robekan perineum
5. Fraktur anggota gerak
Alur rujukan :
Rujukan berasal dari bidan ke rumah sakit yang mempunyai kapasitas memadai.
Tindakan selama rujukan :
1. Memberikan pengertian kepada ibu bahwa kehamilan ini harus dirujuk ke rumah
sakit karena bidan tidak mempunyai kapasitas untuk menganganinya.
2. Apabila ibu tidak bersedia dirujuk maka akan terjadi kemungkinan yang tidak
diharapkan baik bagi ibu maupun janin. Seperti : resiko dari trauma lahir, distosia
bahu, robekan perineum, dll.
3. Mendampingi ibu dan keluarga selama di perjalanan.
4. Memberikan semangat kepada ibu bahwa kehamilan ini akan tertangani dengan baik
oleh tenaga kesehatan di tempat rujukan. Ibu agar tetap berdoa dan berusaha berpikir
positif.

Sumber: Mochtar, Rustam.1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

POLIHIRAMNION

1.1 Pengertian
Suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih banyak dari normal,
biasanya lebih dari 2 liter (Amriewibowo, 2010).
Hidramnion adalah suatu jumlah cairan amnion yang berlebihan (lebih dari 2000
ml). Normal volume cairan amnion meningkat secara bertahap selama kehamilan
dan mencapai puncaknya kira-kira 1000 ml antara 34 sampai 36
minggu (Admin, 2011).
1.2 Klasifikasi
1. Hidramnion kronis
Pertambahan air ketuban terjadi secara perlahan-lahan dalam beberapa minggu
atau bulan,dan biasanya terjadi pada kehamilan lanjut
2. Hidramnion Akut
Terjadi pertambahan air ketuban yang sangat tiba-tiba dan cepat dalam waktu
beberapa hari saja. Biasanya terjadi pada kehamilan muda pada bulan ke-4 atau
ke-5 (Amriewibowo, 2010).
1.3 Faktor predisposisi
Hidramnion banyak ditemukan pada kasus-kasus:
1. Anamali kongenital (pada anak); seperti anencepali, spina difida atresia atau
striktur esofagus, hydrocephalus dan struma blockling oesophagus
2. Gemelli uniovulair(Amriewibowo, 2010)
1.4 Diagnosis
1. Anamnesis
a. Ibu merasa perut lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa
b. Ibu merasa nyeri perut karena tegangnya uterus, mual dan muntah
c. Ibu merasa oedema pada tungkai, vulva dan dinding perut
d. Pada proses akut Ibu merasa, sesak (Amriewibowo, 2010).
2. Inspeksi
a. Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-retak kulit
jelas dan kadang-kadang umbilicus mendatar
b. Jika akut, ibu akan terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah membawa
kandungannya (Amriewibowo, 2010).

3. Palpasi
a. Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi oedema pada dinding perut, vulva dan
tungkai
b. Fundus uteri lebih tinggi dari umur sesungguhnya
c. Bagian janin sukar dikenali
d. Kalau pada letak kepala, kepala janin dapat diraba maka balotement jelas sekali
e. Karena bebasnya janin bergerak dan tidak terfiksir maka dapat terjadi kesalahan-
kesalahan letak janin (Manuaba, 2007; Amriewibowo, 2010).
4. Auskultasi
DJJ sukar didengar dan jika terdengar hanya sekali
5. Rontgen foto abdomen
a. Nampak bayangan terselubung kabut, karena banyaknya cairan kadang
bayangan janin tidak jelas
b. Foto rongtgen pada hidramnion berguna untuk disgnostik dan untuk menentukan
etiologi (Amriewibowo, 2010).
6. Pemeriksaan dalam
Selaput ketuban teraba tegang dan menonjol walaupun diluar his (Amriewibowo,
2010).
1.5 Diagnosa banding
1. Hidramnion
2. Gemeli
3. Asites
4. Kista avanii
5. Kehamilan beserta tumor (Amriewibowo, 2010).
1.6 Terapi
Terapi hidramnion dibagi menjadi 3 fase:
1. Waktu hamil
a. Hidramnion ringan, jarang diberi terapi klinis cukup diobservasi dan berikan
terapi simpotomatis
b. Pada hidramnion yang berat dengan keluhan-keluhan harus dirawat di rumah
sakit dan bedrest.

2. Waktupartus
a. Bila tidak ada hal-hal yang mendesak maka sikap kita menunggu
b. Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis makalakukan transvaginal melalui
servik bila sudah ada pembukaan
c. Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah, masukan jari tangan
ke dalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar pelan-
pelan
3. Post partum
a. Periksa Hb
b. Pasang infus
c. Pemberian antibiotic (Amriewibowo, 2010).

DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2011. Hidramnion. Bersumber dari
internet: <http://defkanurse.wordpress.com/2010/08/07/hidramnion/>. (Diakses tanggal 27 April
2012).

Amriewibowo. 2010. Kelainan Air Ketuban Polihidramnion Komplikasi Dan Penyulit Dalam Kehamilan.
Bersumber dari internet: <http://rizkykomputer.wordpress.com/2010/06/01/kelainan-air-ketuban-
polihidramnion-komplikasi-dan-penyulit-dalam-kehamilan/>. (Diakses tanggal 27 April 2012).

Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, S.2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP.

Saifudin.2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
YBP-SP.

Varney, H. 2003. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Jakarta : EGC

Worpress. 2009. Oligohidramnion. Sumber Internet (http:// tutorialkuliah.


wordpress.com/2009/01/14/oligohidramnion/). (Diakses Tanggal 27 November
2011).
DELVITA PRATIWI
Kamis, 19 April 2012

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN


PADA POLIHIDRAMNION
TUGAS ASUHAN KEBIDANAN IV

PATOLOGI KEBIDANAN

TENTANG

POLIHIDRAMION
OLEH:
KELOMPOK 18
DELVITA PRATIWI.W
PUTRI AWALINA
KELAS II.B

DOSEN PEMBIMBING:
DEVI SYARIEF. S.SiT, M.Keb

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

PRODI DIII KEBIDANAN

2012
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis telah berhasil
menyelesaikan tugas makalah kelompok yang berjudul “POLIHIDRAMNION
(HIDRAMNION)”.
Dalam makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Ibu Devi Syarief,S.Si.T selaku dosen pembimbing kemudian teman
– teman yang telah memberikan masukan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan masih jauh dari sempurna , untuk itu penulis mengaharapkan saran
dan kritik untuk sempurnanya makalah ini dimasa yang akan datang.
Akhir kata dengan kerendahan hati, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
berguna bagi penulis maupun bagi pembaca makalah ini.
Padang, 28 Maret 2012

Penulis

DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................
... ii
BAB I.
PENDAHULUAN............................................................................................... 1
BAB II. LANDASAN TEORITIS
A. Konsep Teoritis Polihidramnion......................................................................... 2
1. Pengertian............................................................................................... 2
2. Tanda dan gejala..................................................................................... 2
3. Perjalanan penyakit................................................................................. 3
4. Frekuensi................................................................................................. 3
5. Etiologi................................................................................................... 3
6. Patogenesis............................................................................................. 5
7. Predisposisi............................................................................................. 6
8. Diagnosis................................................................................................ 7
9. Diagnosa banding.................................................................................. 10
10. Prognosis................................................................................................ 10
11. Penatalaksanaan..................................................................................... 10
B. Konsep manajemen Asuhan kebidanan............................................................ 13
1. Pengumplan data................................................................................... 14
2. Interpretasi data..................................................................................... 21
3. Diagnosa potensial................................................................................. 22
4. Tindakan segera..................................................................................... 23
5. Intervensi............................................................................................... 24
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

Banyak mitos ditengah masyarakat kita menyangkut kehamilan. Diantaranya


mitos tentang minum air es yang bisa mengakibatkan kembar air. Menjuluki suatu
kehamilan dengan air ketuban yang kelewat banyak sebagai kembar air tidak tepat.
Jelas bahwa air ketuban itu bukan kembar sang bayi. Air ketuban (cairan amnion)
diproduksi oleh sel (endotel) yang melapisi kantung ketuban dan permukaan plasenta
(ari-ari, uri) dan peresapan cairan (eksudasi) melewati membran kantung ketuban.
Pada proposisi lebih besar, air ketuban dihasilkan air kencing janin.
Dalam keadaan sehat, janin akan minum air ketuban dan mengeluarkan
kembali dalam bentuk kencing, sehingga seolah-olah terjadi suatu lingkaran atau
siklus yang berulang. Itu sebabnya bentuk, rupa, bau ketuban tidak jauh beda dengan
air kencing. Dalam air ketuban juga dijumpai sel-sel dalam rambut (lanugo) yang
terlepas serta butiran lemak yang bisa melapisi permukaan kulit bayi (verniks
kaseosa). Pada suatu keaadan tertentu, air ketuban didapatkan dalam jumlah yang
lebih dari normal keadaan ini disebut polihidramnion atau kadang disebut hidramnion
saja.
Menurut staf pengajar LAB/UPF obstetri dan ginekologi (1989), volume air
ketuban bervariasi menurut usia kehamilan, puncaknya di umur kehamilan sekitar 33
minggu, volume air ketuban berkisar 1 - 1,5 liter. Pada kasus polihidromnion bisa
sampai 3 liter, bahkan 5 liter. Produksi air ketuban yang abnormal baru biasa terjadi
sebelum umur kehamilan mencapai 22 minggu atau 5 bulan. Penyebab
polihidromnion belum dipastikan secara benar, salah satu yang dicurugai adanya
proses infeksi. Dua per tiga kasus polihidromnion tidak diketeahui sebabnya.
Menurut Hanifa Winknjosastro (2005), polihidromnion meningkatkan resiko
kelahiran prematur dan resiko komplikasi persalinan. Kemungkinan terjadi
perdarahan pascapersalinan lebih tinggi dibanding dari pada perlekatannya sebelum
operasi dan terjadinya kematian janin didalam kandungan. Kejadian bedah caesar juga
lebih tinggi dibandingkan pada kehamilan biasa karena lebih banyak yang tidak
normal atau menurutnya kesejahteraan janin.

BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Teoritis Polihidramnion(Hidramnion)


Menurut Rustam Muchtar (1998) penjelasan mengenai hidramnion adalah sebagai
berikut
1. Definisi
Hidramnion merupakan keadaan dimana jumlah air ketuban lebih banyak dari
normal atau lebih dari dua liter.dimana normal air ketuban itu adalah 500-1500 ml.

2. Tanda dan Gejala


TANDA :
 Ukuran uterus lebih besar dibanding yang seharusnya
 Identifikasi janin dan bagian janin melalui pemeriksaan palpasi sulit dilakukan
 DJJ sulit terdengar
 Balotemen janin jelas
GEJALA :
 Sesak nafas dan rasa tak nyaman di perut karena tekanan pada diafragma
 Gangguan pencernaan karena konstipasi maupun obstipasi
 Edema karena tekanan pada pembuluh darah vena karena pembesaran dari
uterus.
 Varises dan hemoroid
 (Nyeri abdomen)
Bila polihidramnion terjadi antara minggu ke 24 – 30 maka keadaan ini sering
berlangsung secara akut dengan gejala nyeri abdomen akut dan rasa seperti “meledak”
serta rasa mual
Kulit abdomen mengkilat dan edematous disertai striae yang masih baru
Polihidramnion akut atau kronik dapat menyebabkan abortus atau persalinan preterm.

3. Perjalanan penyakit
1. Hidramnion kronis
Banyak dijumpai pertambahan air ketuban bertambah secara perlahan-lahan dalam
beberapa minggu atau bulan, dan biasanya terjadi pada kehamilan yang lanjut
2. Hidramnion akut
Terjadi penambahan air ketuban yang sangat tiba-tiba dan cepat dalam waktu
beberapa hari saja. Biasanya terdapat pada kehamilan yang agak muda, bulan ke-5
dan ke-6. komposisi dari air ketuban pada hidramnion, menurut penyelidikan,
serupa saja dengan air ketuban yang normal.

4. Frekuensi
Yang sering kita jumpai adalah hidramnion yang ringan, dengan jumlah cairan 2- 3 liter. Yang
berat dan akut jarang. Frekuensi hidramnion kronis adalah 0,5-1%. Insiden dari kongenital
anomali lebih sering kita dapati pada hidramnion yaitu sebesar 17,7-29%. Hidramnion sering
terjadi bersamaan dengan :
a. Gemelli atau hamil ganda (12,5%),
b. Hidrops foetalis
c. Diabetes melitus
d. Toksemia gravidarum
e. Cacat janin terutama pada anencephalus dan atresia esophagei
f. Eritroblastosis foetalis

5. Etiologi
Mekanisme terjadi hidramnion hanya sedikit yang kita ketahui. Secara teori
hidramnion terjadi karena :
a. Produksi air ketuban bertambah;
yang diduga menghasilkan air ketuban adalah epitel amnion, tetapi air ketuban
juga dapat bertambah karena cairan lain masuk kedalam ruangan amnion, misalnya air
kencing anak atau cairan otak pada anencephalus.
b. Pengaliran air ketuban terganggu;
Air ketuban yang telah dibuat dialirkan dan diganti dengan yang baru. Salah
satu jalan pengaliran adalah ditelan oleh janin, diabsorbsi oleh usus dan dialirkan ke
placenta akhirnya masuk kedalam peredaran darah ibu. Jalan ini kurang terbuka kalau
anak tidak menelan seperti pada atresia esophogei, anencephalus atau tumor-tumor
placenta. Pada anencephalus dan spina bifida diduga bahwa hidramnion terjadi karena
transudasi cairan dari selaput otak dan selaput sum-sum tulang belakang. Selain itu,
anak anencephal tidak menelan dan pertukaran air terganggu karena pusatnya kurang
sempurna hingga anak ini kencing berlebihan.
Pada atresia oesophagei hidramnion terjadi karena anak tidak menelan. Pada
gemelli mungkin disebabkan karena salah satu janin pada kehamilan satu telur
jantungnya lebih kuat dan oleh karena itu juga menghasilkan banyak air kencing.
Mungkin juga karena luasnya amnion lebih besar pada kehamilan kembar. Pada
hidramnion sering ditemukan placenta besar.
Menurut dr. Hendra Gunawan Wijanarko, Sp.OG dari RSIA Hermina Pasteur,
Bandung (2007) menjelaskan bahwa hidromnion terjadi karena:
a. Prduksi air jernih berlebih
b. Ada kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban menumpuk, yaitu
hidrocefalus, atresia saluran cerna, kelainan ginjal dan saluran kencing kongenital
c. Ada sumbatan / penyempitan pada janin sehingga dia tidak bisa menelan air ketuban.
Alhasil volume ketuban meningkat drastis
d. Kehamilan kembar, karena adanya dua janin yang menghasilkan air seni
e. Ada proses infeksi
f. Ada hambatan pertumbuhan atau kecacatan yang menyangkut sistem syaraf pusat
sehingga fungsi gerakan menelan mengalami kelumpuhan
g. Ibu hamil mengalami diabetes yang tidak terkontrol
h. Ketidak cocokan / inkompatibilitas rhesus
Polihidramnion sering terkait dengan kelainan janin :
 Anensepali
 Spina bifida
 Atresia oesophaguis
 Omphalocele
 Hipoplasia pulmonal
 Hidrop fetalis
 Kembar monosigotik
 (hemangioma)
Polihidramnion sering berkaitan dengan kelainan ibu:
 Diabetes Melitus
 Penyakit jantung
 Preeklampsia
Perkembangan polihidramnion berlangsung secara gradual dan umumnya terjadi pada
trimesteri III

PENATALAKSANAAN :
Dilakukan pemeriksaan ultrasonografi secara teliti antara lain untuk melihat
penyebab dari keadaan tersebut. Dilakukan pemeriksaan OGTT untuk menyingkirkan
kemungkinan diabetes gestasional. Bila etiologi tidak jelas, pemberian indomethacin
dapat memberi manfaat bagi 50% kasus Pemeriksaan USG janin dilihat secara seksama
untuk melihat adanya kelainan ginjal janin
Meskipun sangat jarang, kehamilan monokorionik yang mengalami komplikasi
sindroma twin tranfusin , terjadi polihidramnion pada kantung resipien dan harus
dilakukan amniosentesis berulang untuk mempertahankan kehamilan.

6. Patogenesis
Pada awal kehamilan, rongga amnion terisi oleh cairan yang komposisinya sangat
mirip dengan cairan ektrasel. Selama paruh pertama kehamilan, pemindahan air dan
molekul kecil lainnya berlangsung tidak saja melalui amnion, tapi juga menembus kulit
janin. Selama trimester kedua, janin mulai berkemih, menelan dan menghirup cairan
amnion. Hampir pasti proses ini secara bermakna mengatur pengendalian volume cairan
amnion.karena dalam keadaan normal janin menelan cairan amnion, diperkirakan
bahwamekanisme ini adalah salah satu cara pengaturan volume cairan amnion. Teori ini
dibenarkandengan kenyataan bahwa hidramnion hampir selalu terjadi bila janin tidak
dapat menelan, seperti pada kasus atresia esofagus. Proses menelan ini jelas bukan satu-
satunya mekanisme untuk mencegah hidramnion. Pritchard dan Abramovich mengukur
hal ini dan menemukan bahwa pada beberapa kasus hidramnion berat, janin menelan air
ketuban dalam jumlah yang cukup banyak.Pada kasus anesefalus dan spina bifida, faktor
etiologinya mungkin adalah meningkatnya transudasi cairan dari meningen yang
terpajan ke dalam rongga amnion. Penjelasan lain yang mungkin pasca anensefalus,
apabila tidak terjadi gangguan menelan, adalah peningkatan berkemih akibat stimulasi
pusat-pusat di serebrospinal yang tidak terlindung atau berkurangnya efek antidiuretik
akibat gangguan sekresi arginin vasopressin. Hal sebaliknya telah jelasdibuktikan bahwa
kelainan janin yang menyebabkan anuria hampir selalu
menyebabkanoligohidramnion.Pada hidramnion yang terjadi pada kehamilan kembar
monozigot, diajukan hipotesis bahwa salah satu janin merampas sebagian besar sirkulasi
bersama dan mengalami hipertropi jantung, yang pada gilirannya menyebabkan
peningkatan luaran urin pada masa neonates dini,yang mengisyaratkan bahwa
hidramnion disebabkan oleh meningkatnya produksi urin janin.Hidramnion yang sering
terjadi pada diabetes ibu selama trimester ketiga masih belumdapat diterangkan. Salah
satu penjelasannya adalah bahwa hiperglikemia janin yangmenimbulkan diuresis
osmotik. Bar Hava dan kawan kawan (1994) membuktikan bahwa volumeair ketuban
trimester ketiga pada 399 diabetes gestasional mencerminkan status glikemik terakhir.
Yasuhi dan kawan kawan (1994) melaporkan peningkatan produksi urin janin
padawanita diabetik yang puasa dibandingkan dengan kontrol nondiabetik. Yang
menarik, produksiurin janin meningkat pada wanita nondiabetik setelah makan, tetapi
hal ini tidak dijumpai padawanita diabetes.

7. Predisposisi
Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya hidromnion, antara lain:
1. Penyakit jantung
2. Nefritis
3. Edema umum (anasarka)
4. Anomali kongenintal (pada anak), seperti anensefali, spina bifida, atresia atau striktur
esofagus, hidrosefalus, dan struma bloking oesaphagus. Dalam hal ini terjadi karena :
a. Tidak ada stimulasi dari anak dan spina
b. Exscressive urinary secration
c. Tidak berfungsinya pusat menelan dan haus
d. Transudasi pusat langsung dari cairan meningeal keamnion
5. Simpul tali pusat
6. Diabetes melitus
7. Gemelli uniovulair
8. Mal nutrisi
9. Penyakit kelenjar hipofisis
10. Pada hidromnion biasanya placenta lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa karena
itu transudasi menjasdi lebih banyak dan timbul hidromnion

8. Diagnosis
1) Anamnesis
a. Perut lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa
b. Pada yang ringan keluhan-keluhan subyektif tidak banyak
c. Pada yang akut dan pada pembesaran uterus yang cepat maka terdapat keluhan-
keluhan yang disebabkan karena tekanan pada organ terutama pada diafragma, seperti
sesak (dispnoe), nyeri ulu hati, dan dianosis
d. Nyeri perut karena tegangnya uterus, mual dan muntah
e. Edema pada tungkai, vulva, dinding perut
f. Pada proses akut dan perut besar sekali, bisa syok, bereringat dingin dan sesak
2) Inspeksi
a. Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-retak, kulit jelas
dan kadang-kadang umbilikus mendatar
b. Jika akut si ibu terlihat sesak (dispnoe) dan sionasis, serta terlihat payah membawa
kandungannya
3) Palpasi
a. Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi oedema pada dinding perut valva dan
tungkai
b. Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya
c. Bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan
d. Kalau pada letak kepala, kepala janin bisa diraba, maka ballotement jelas sekali
e. Karena bebasnya janin bergerak dan kepala tidak terfiksir, maka dapat terjadi
kesalahan-kesalahan letak janin
4) Auskultasi
Denyut jantung janin tidak terdengar atau jika terdengar sangat halus sekali
5) Rontgen foto abdomen
a. Nampak bayangan terselubung kabur karena banyaknya cairan, kadang-kadang
banyak janin tidak jelas
b. Foto rontgen pada hidromnion berguna untuk diagnosa dan untuk menentukan
etiologi, seperti anomali kongenital (anensefali atau gemelli)
6) Pemeriksaan dalam
Selaput ketuban teraba dan menonjol walaupun diluar his

7) Pemeriksaan penunjang
 Foto rontgen (bahaya radiasi)
 Ultrasonografi
 Banyak ahli mendefinisikan hidramnion bila index cairan amnion (ICA) melebihi
24-25 cm pada pemeriksaan USG.
 Dari pemeriksaan USG, hidramnion terbagi menjadi :
Mild hydramnion (hidramnion ringan), bila kantung amnion mencapai 8-11 cm dalam
dimensi vertikal. Insiden sebesar 80% dari semua kasus yang terjadi.
Moderate hydramnion (hidramnion sedang), bila kantung amnion mencapai 12-15
cm dalamnya. Insiden sebesar 15%.
Severe hydramnion (hidramnion berat), bila janin ditemukan berenang dengan bebas dalam
kantung amnion yang mencapai 16 cm atau lebih besar. Insiden sebesar 5%.
Weeks Fetus (gr) Placenta (gr) Amnionic fluid Fluid (%)
gestation (ml)
16 100 100 200 50
28 1000 200 1000 45
36 2500 400 900 24
40 3300 500 800 17
From Queenan (1991)
Diagnosa banding
 Gemelli (kembar)
 Asites (pengumpulan cairan serosa dalam rongga perut)
 Kista ovarium
Kehamilan dengan tumor
Diagnosis :
1. Anamnesis
2. Perut terlihat sangat buncit dan tegang, kulit perut mengkilat, retak-retak kulit jelas
dan kadang-kadang umbilikus mendatar.
3. Ibu terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah karena kehamilannya
4. Edema pada kedua tungkai, vulva dan abdomen. Hal ini terjadi karena kompresi
terhadap sebagian besar sistem pembuluh darah balik (vena) akibat uterus yang terlalu
besar
5. Fundus uteri lebih tinggi dari usia kehamilan sesungguhnya.
6. Bagian-bagian janin sukar dikenali.
7. Ultrasonografi
Alasan merujuk :
Jika dijumpai diagnosis polihidramnion, maka bidan harus segera membuat rencana
asuhan atau perawatan untuk segera diimplementasikan, tindakan tersebut adalah
merujuk klien. Alasan dilakukannya rujukan adalah untuk mengantisipasi adanya
masalah-masalah terhadap janin dan juga ibunya.
Masalah potensial yang akan dialami adalah:
Pada Janin :
1. Kelainan kongenital
2. Prematuritas
3. Letak lintang atau tali pusat menumbung
4. Eritroblastosis
5. Diabetes Melitus
6. Solusio plasenta, kalau ketuban pecah tiba-tiba
Ibu :
1. Solusio plasenta
2. Atonia uteri
3. Perdarahan postpartum
4. Retensio palsenta
5. Syok
6. Kesalahan-kesalahan letak janin menyebabkan partus jadi lama dan sukar
Alur Rujukan :
Rujukan berasal dari bidan ke Rumah sakit yang mempunyai kapasitas memadai.
Tindakan Selama Rujukan :
1. Memberikan pengertian kepada ibu bahwa kehamilan ini harus dirujuk ke Rumah
Sakit karena bidan tidak mempunyai kapasitas untuk menganganinya.
2. Apabila ibu tidak bersedia dirujuk maka akan terjadi kemungkinan yang tidak
diharapkan baik bagi ibu maupun janin. Seperti : bayi lahir premature, tali pusat
menumbung, syok, dll.
3. Mendampingi ibu dan keluarga selama di perjalanan.
4. Memberikan semangat kepada ibu bahwa kehamilan ini akan tertangani dengan baik
oleh tenaga kesehatan di tempat rujukan. Ibu agar tetap berdoa dan berusaha berpikir
positif.

9. Diagnosa banding
Bila seorang ibu datang dengan perut yang lebih besar dari kehamilan yang
seharusnya, kemunginan:
1) Hidramnion
2) Gemelli
3) Asites
4) Kista ovarri
5) Kehamilan beserta tumor
6) kehamilan kembar
7) mola hidatidosa
8) kandung kemih yang penuh

10. Prognosis
Pada janin, prognosanya agak buruk (mortalitas kurang lebih 50%) terutama karena :
a. Kongenital anomali
b. Prematuritas
c. Komplikasi karena kesalahan letak anak, yaitu pada letak
lintang atau tali pusat menumbung
d. Eritroblastosis
e. Diabetes melitus
f. Solutio placenta jika ketuban pecah tiba-tiba
Pada ibu:
1. Solutio placenta
2. Atonia uteri
3. Perdarahan post partum
4. Retentio placenta
5. Syok
6. Kesalahan-kesalahan letak janin menyebabkan partus jadi lama dan sukar
11. Penatalaksanaan
Terapi hidromnion dibagi dalam tiga fase:
1. Waktu hamil (di BKIA)
a. Hidromnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan berikan terapi
simptomatis
b. Pada hidromnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat dirumah sakit
untuk istirahat sempurna. Berikan diet rendah garam. Obat-obatan yang dipakai
adalah sedativa dan obat duresisi. Bila sesak hebat sekali disertai sianosis dan perut
tengah, lakukan pungsi abdominal pada bawah umbilikus. Dalam satu hari
dikeluarkan 500cc perjam sampai keluhan berkurang. Jika cairan dikeluarkan
dikhawatirkan terjadi his dan solutio placenta, apalagi bila anak belum viable.
Komplikasi pungsi dapat berupa :
1) Timbul his
2) Trauma pada janin
3) Terkenanya rongga-rongga dalam perut oleh tusukan
4) Infeksi serta syok
Bila sewaktu melakukan aspirasi keluar darah, umpamanya janin mengenai placenta,
maka pungsi harus dihentikan.
2. Waktu partus
a. Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu
b. Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan pungsi transvaginal
melalui serviks bila sudah ada pembukaan. Dengan memakai jarum pungsi tusuklah
ketuban pada beberapa tempat, lalu air ketuban akan keluar pelan-pelan
c. Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk menghalangi
air ketuban mengalir keluar dengan deras, masukan tinju kedalam vagina sebagai
tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar pelan-pelan. Maksud semua ini
adalah supaya tidak terjadi solutio placenta, syok karena tiba-tiba perut menjadi
kosong atau perdarahan post partum karena atonia uteri.
3. Postpartum
a. Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi sebaiknya lakukan
pemeriksaan golongan dan transfusi darah serta sediakan obat uterotonika
b. Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan perdarahan post partum
c. Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka untuk
menghindari infeksi berikan antibiotika yang cukup. atau dengan metode terbaru yaitu
dengan :
 Amniosentesis
Tujuannya adalah untuk meredakan penderitaan ibu, dan cukup efektif untuk
tujuan ini. Namun amniosentesis kadang memicu persalinan walaupun hanya sebagian
kecil cairan yangdikeluarkan. Elliot dan kawan-kawan (1994) melaporkan hasil-hasil
dari 200 amniosentesis pada94 wanita dengan hidramnion. Kausa umum adalah
transfusi antar kembar (38 %), idiopatik (26%), anomali janin (17 %) dan diabetes
(12%).
Cara melakukan amniosentesis adalah dengan memasukkan sebuah kateter
plastik yangmenutupi secara erat sebuah jarum ukuran 18 melalui dinding abdomen
yang telah dianestesilokal ke dalam kantung amnion. Jarum ditarik dan set infus
intravena disambungkan ke kateter.Ujung selang yang berlawanan diturunkan ke
dalam sebuah silinder berskala yang diletakkansetinggi lantai dan kecepatan aliran air
ketuban dikendalikan dengan klem putar sehinggadikeluarkan sekitar 500 ml/jam.
Setelah sekitar 1500-2000 ml dikeluarkan, ukuran uterus biasanya cukup berkurang
sehingga kateter dapat dikeluarkan. Dengan menggunakan teknik aseptik ketat,
tindakan ini dapat diulang sesuai kebutuhan agar wanita yang bersangkutan
merasanyaman. Elliott dan kawan-kawan (1994) menggunakan penghisap di dinding
dan mengeluarkan1000 ml dalam 20 menit (50 ml/menit).
 Terapi Indomestasin
Dalam ulasan terhadap beberapa penelitian, Kramer dan kawan-kawan (1994)
menyimpulkan bahwa indometasin mengganggu produksi cairan paru atau
meningkatkan penyerapannya,mengurangi produksi urin janin, dan meningkatkan
perpindahan cairan melalui selaput janin.Dosis yang digunakan oleh sebagian besar
peneliti berkisar dari 1,5 – 3 mg/kg/hari. Cabrol dankawan-kawan (1987) mengobati 8
wanita dengan hidramnion idiopatik sejak usia gestasi 24-35minggu dengan
indometasin selama 2-11 minggu
Hidramnion, yang didefinisikan sebagai minimal 1 kantung cairan ukuran 8
cm, membaik pada semua kasus. Tidak terjadi efek samping serius dan hasil semua
kasus baik. Kirshon dankawan-kawan (1990) mengobati 8 wanita (3 kembar) dengan
hidramnion dari minggu ke 21sampai ke 35. Pada seluruh wanita ini, dilakukan 2
amniosintesis terapeutik sebelum indometasindiberikan. Dari 11 janin, 3 kasus lahir
mati berkaitan dengan sindrom transfusi antar kembar dansatu neonates meninggal
pada usia 3 bulan, 7 bayi sisanya normal.

Mamopoulus dan kawan-kawan (1990) mengobati 15 wanita, 11 mengidap


diabetes yangmengalami hidramnion pada gestasi 25 – 32 minggu. Mereka diberi
indometasin dan volumecairan amnion pada semua wanita ini berkurang, dari rata-
rata 10,7 cm pada gestasi 27 minggumenjadi 5,9 cm setelah terapi. Hasil akhir pada
seluruh neonatus baik. Kekhawatiran utama pada penggunaan indometasin adalah
kemungkinan penutupan duktusarteriosus janin. Moise dan kawan-kawan (1988)
melaporkan bahwa 50% dari 14 janin yangibunya mendapat indometasin mengalami
konstriksi duktus seperti dideteksi oleh ultrasonografiDoppler. Studi – studi yang
dijelaskan sebelumnya tidak menemukan adanya konstriksi menetapdan penyulit ini
juga belum pernah dijelaskan dalam studi-studi yang memberikan indometasinuntuk
tokolitik.

B. KONSEP DASAR MANAJEMEN KEBIDANAN


Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis. Oleh
karena itu manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi seorang bidan dan
memberikan arah/kerangka dalam mengenai kasus yang menjadi tanggung jawabnya.
Pengertian manajemen menurut beberapa sumber:
a. Menurut buku 50 tahun IBI, 2007
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang dilakukan oleh bidan dalam
menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian,
analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
b. Menurut Depkes RI, 2005
Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah ibu dan
anak yang khusus dilakuakan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada
individu, keluarga dan masyarakat.
c. Menurut Helen Varney (1997)
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasiakan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian/ tahapan yang logis dalam
pengambilan keputusan berfokus kepada klien.
Menurut Hellen Varney, ia mengembangkan proses manajemen kebidanan ini dari
5 loangakah menjadi 7 langkah yaitu mulai dari pengumpulan data sampai dengan
evaluasi.
Bidan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam asuahn yang mandiri,
kolaborasi dan melakukan rujuakan yang tepat. Oleh karena itu bidan dituntut untuk
mampu mendeteksi dini tanda dan gejala komplikasi kehamilan, memberikan
pertolongan kegawatdaruratan kebidanan perinatal dan merujuk kasus.
Praktek kebidanan telah mengalami perluasan peran dan fungsi dari fokus
terhadap ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir serta anak balita bergeser kepada
upaya mengantisifasi tuntutan kebutuahan masyarakat yang dinamis yaitu menuju
kepada pelayanan kesehatan reproduksi senjak konsepsi hingga usia lanjut, meliputi
konseling pre konsepsi, persalinan, pelayanan ginekologis, kontrasepsi, asuahan pre
dan post menopouse, sehingga hal ini merupakan suatu tangtangan bagi bidan.

Langkah-langkah:
I. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara
keseluruhan.
II. Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah.
III. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.
IV. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien.
V. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan
keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
VI. Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
VII.Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali
manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.
Langkah-langkah dalam penatalaksnaan pada dasarnya jelas, akan tetapi dalam
pembahasan singkat mengenai langkah-langkah tersebut mungkinakan lebih
memperjelas proses pemikiran dalam proses klinis yang berorientasi pada langkah ini.
Penulis membatasi hanya pada kasus POLIHIDRAMNION.
Ketujuh langkah tersebut adalah:
Langkah I : PENGKAJIAN
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh
data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan
dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.
Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter
dalam penatalaksanaan, bidan perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan
dokter. Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah
berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan
menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya.
Sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subjektif, objektif
dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi pasien yang
sebenarnya dan valid.
Bidan harus mengkaji ulang data yang sudah dikumpulkan untuk menilai
ketepatan, kelengkapan dan keakuratan.
Data-data yang dikumpulkan
1. Data subjektif
a. Biodata atau identitas klien dan suami
- Nama ibu/ suami : membedakan antara pasien satu dengan yang lain
- Umur ibu/ suami : mengetahui faktor resiko
- Kebangsaan : memudahkan dalam berkomunikasi
ma : memudahkan penanganan sesuai dengan kepercayaan pasien dan dapat memberi
penyuluhan yang tidak bertentangan dengan agama pasien
- Pekerjaan : mengetahi status ekonomi dan aktivitas pasien
didikan : mengetahui tingkat pengetahuan ibu sehingga bisa meyesuaikan dalam pemberian
penyuluhan
- Alamat kantor : mengetahui dimana pasien bekerja
mat rumah : mengetahui apakah rumah ibu jauh dari tempat pelayanan kesehatan atau tidak
sehingga apabila terjadi sesuatu pada ibu, ibu bisa langsung mendapatkan pelayanan
segera.
- Nomor telepon : memudahkan menghubungi ibu.
b. Keluhan utama
Merupakan alasan utama pasien masuk atau datang ketempat pelayanan kesehatan
dan apa-apa saja yang dirasakan pasien. dalam kasus polihidramnion ini keluhan
utama yang mungkin ditemui: Ibu mengatakan :
- perutnya lebih berat dan lebih besar dari biasanya
- mengeluh sesak nafas
- mual muntah
- nyeri pada ulu hati dan perut karena tegangnya uterus
c. Riwayat kesehatan
- Lalu : mengetahui kemungkinan pasien ada menderita penyakit
jantung, hipertensi, diabetes melitus, hepatitis dan TBC.
- Sekarang : mengetahui kemungkinan ibu sedang menderita penyakit jantung, hipertensi,
diabetes melitus, hepatitis, TBC.
Yang harus diperhatikan yaitu penyakit jantng dan diabetes melitus karena
polihidramnion sering berkaitan degan keduanya.
 Jantung
Berhubungan dengan sirkulasi darah, jika sirkulasi ibu terganggu maka sirkulasi
janin juga akan terganggu.hipotesis mentakan bahwa janin merampas sebagian besar
sirkulasi ibu sehingga megamlami hipertropi sehingga menigkatkan pengeluaran urin
pada masa neonatus dini yang mengisyaratkan bahwa hidramnion terjadi karena
peningkatan produksi urin.

 DM
Hidramnion yang sering terjadi pada diabetes ibu selama trimester ketiga masih
belum dapat diterangkan. Salah satu penjelasannya adalah bahwa hiperglikemia
janin yangmenimbulkan diuresis osmotik. Bar Hava dan kawan kawan (1994)
membuktikan bahwa volume air ketuban trimester ketiga pada 399 diabetes
gestasional mencerminkan status glikemik terakhir. Yasuhi dan kawan kawan (1994)
melaporkan peningkatan produksi urin janin pada wanita diabetik yang puasa
dibandingkan dengan kontrol nondiabetik. Yang menarik, produks iurin janin
meningkat pada wanita nondiabetik setelah makan, tetapi hal ini tidak dijumpai
padawanita diabetes.
- Keluarga : mengetahui kemungkinan dalam anggota keluarga ada yang menderita penyakit
menular, menahun dan keturunan, riwayat kehamilan kembar.
d. Riwayat menstruasi
Mengetahui tingkat kesuburan ibu
- Menarche : mengetahui kapan ibu haid pertama kali
- Siklus : mengetahui keteraturan haid
- Lama : merupakan dalah satu indikator tingkat kesuburan ibu
- Banyak nya : berapa kali ibu mengganti duc dalam satu hari
- Dismenore : mengetahui apakah ibu mengalami kesulitan selama hamil khususnya rasa nyeri pada
saat datangnya haid.
- HPHT : mengetahui kapan ibu mulai hamil dan menentukan usia kehamilan ibu.
- TP : mengetahui tafsiran persalinan sehingga sebelum hari- H datang, ibu dan suami serta
keluarga telah mempersiapkan segala kebutuhan ibu dan bayi.

e. Riwayat pernikahan
- Status pernikahan : mengetahui keadaan psikologis ibu
- Lama pernikahan
- Usia menikah
(mengetahui kematangan reproduksi ibu dan kesiapan fisik, mental, emosional).
f. Riwayat kehamilan, persalinan , nifas yang lalu.
- Kehamilan, mengetahui apakah ibu ada mengalami mual dan muntah, tidak
nyaman diperu dan djj sulit ditentukan, berapa kali ibu melakukan pemeriksaan ANC,
serta mengetahui apakah ibu ada mendapatkan imunisasi TT.
- Persalinan, mengetahui tempat persalinan, penolong persalinan, jenis
persalinan,dan penyulit dalam persalinan.
- Anak, mengetahui jenis kelamin,berat badan anak.
- Nifas , mengetahui bagaimana prses laktasi dan apakah ada penyulit selama
proses menyusui, involusi uterus serta lochea.
g. Riwayat kehamilan sekarang
Kemungkinan klien merasa mual, muntah
Sesak nafas dan tdak nyaman diperut
Gangguan pencernaan
Oedema
Nyeri abdomen
Ukuran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan
(megindikasikan trjadinya polihidramnion)

h. Riwayat Kontrasepsi
Mengetahui apa jenis kontrasepsi yang digunakan ibu, berapa lamanya, apa
masalahnya, atau efek samping yang dirasakan ibu, serta apa alasan ibu untuk
berhenti memakai kontrasepsi.
i. Data psikososial dan spiritual
Mengetahui bagaimana hubungan ibu dan suami keluarga serta tetangga, apakah
lingkungan ibu mendukung kehamilannya karena ini sangat berpengaruh terhadap
mental ibu menjalani kehamilaannya.
Mengetahui bagaimana kebiasaan berobat klien, apakah ke nakes atau non nakes,
serta bagaimana hubungan ibu dengan Allah SWT, apakah ibu ada sholat atau tidak.
j. Pengetahuan klien tentang penyakit yang dideritanya
Mengetahui seberapa jauh ibu memahami dan mengetahui tentang penyakit yang
dideritanya(polihidramnion), tanda dan gejala, serta cara mengatasinya.
k. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
 Nutrisi
- Makan : mengetahui apa saja jenis, porsi,frekwensi,pantangan dan masalah dalam
pemenuhan makan ibu sehingga kita bsa menilai bagaimana status nutrisi ibu.
- Minum: mengetahui jenis, frekuensi, jumlah dan malasalh dalam pemenuhan
kebutuhan cairan sehingga kita bisa menilai bagaimana kondisi cairan dan elektrolit
ibu aoakah tepenuhi atau tidak.
 Eliminasi
- BAB: mengetahui frekuensi,konsistensi,warna, bau dan masalah pada BAB ibu
sehingga bidan bisa melakukan intervensi yang tepat
- BAK: mengetahui frekwuensi, jumlah, bau dan masalah dalam buang air kecil.
Apabila ada masalah bisa dilakukan skrining lebih awal.
 Istirahat
- Mengetahui berapa jam ibu tidur siang dan malam,gangguan tidur serta masalah
sehingga bidan bisa mengeathui bagaimana pola pemenuhan istirahat
pasien : kemungkinan ditemukan: pasien mengalami gangguan tidur dan masalah
tidak nyaman

 Personal higiene
- Mengetahui berapa kali ibu mandi sehari, keramas, menggosok gigi,ganti pakaian ibu
serta masalh.
 Aktifitas
Mengetahui denagn adanya olihidramnion ini apakah ibu masih dapat melaukan
aktifitas seperti biasa atau tidak.

2. DATA OBJEKTIF
Data dikumpulkan melalui pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus.
a. Pemeriksaan umum
Secara teoritis mungkin ditemukan dalam keadaan baik.
eadaan umum : mengetahui apakah ibu bisa bekerja sama dengan tenaga kesehatan atau tidak.
TV(TD,N,P,S) : mengetahui keadaan ibu dalam batas normal atau tidak
B, BB, LILA : mengetahui kebutuhan gizi ibu
b. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan yang dilakukan secara head to too.
- Inspeksi (periksa pandang)
Yang dinilai adalah bentuk tubuh normal.
 Kepala, apakah ada massa atau tidak,bagaimana kebersihannya,warna
rambut, distribusi rambut.
 Muka, simetris atau tidak, apakah ada closmagravidarum,warna serta oedema.
 Mata , menilai bagaimana kedaan conjunktiva,sklera,serta oedema palpebra.
 Hidung, menilai bagaimana bentuk dan kebersihannya.
 Telinga,menilai bagaimana bentuk,pendengaran dan pengeluarannya.
 Mulut, menilai bagaimana keadaan bibir, lidah, gusi seta gigi apakah ada caries.
 Leher,pemeriksaan kalenjer tiriod dan limfe serta vena jugularis.
 Payudara/dada, menilai bentuk payudara,apakah ada bekas OP, papilla mammae
menonjol atau tidak,apakah areola mammae hiper[igmentasi, masaa ada atau tidak,
masalah.
 Abdomen, menilai bagaimana pembesaran perut(apakah sesuai usia kehamilan atau
tidak), dari kasus polihidramniomn ini ditemukan pembesaran perut tidak sesuai
dengan umur kehamilan,kelihatan perut sangat buncit dan tegang,kulit perut berkilat,
retak-retak kulit jelas,kadang-kadang umbilikus mendatar.Menilai apakah ada bekas
OP , beraa TFU, serta menilai apakah ada masalah pada abdomen ibu. Dalam kasus
polihidramnion ini kemungkinan ibu mengeluh bahwa ada masalah pada perutnya
yaitu perutnya lebih berat dan lebih besar dari biasanya,nyeri tekan karena
tegangnya uterus serta adanya oedema pada abdomen.
Ektremitasbawah/atas, menilai bagaimana bentuk tungkai, apakagh ada varises,
oedema serta reflek patella.Dari kasus hidramnion ini ditemukan ada oedema.
Genitalia eksterna,menilai bagaimana kebersihannya, apakah ada varises pengeluaran,
masalah serta oedema. Pada kasus hidramnion ini ditemukan adanya oedema pada
vulva.
- Palpasi(periksa raba)
Menggunakan cara leopold,kemungkinan hasil yang didapatkan:
Perut teraba tegang serta terjadi oedema pada dinding perut
Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya
Bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan
Karena bebasnya janin bergerak dan kepala tidak tertafsir maka terjadi kesalahan-
kesalahan letak janin.
- Auskultasi
Kemungkinan djj sukar didengar/ terdengar halus.
- Perkusi, reflek paella positif ki/ka
c. Pemeriksaan dalam
Selaput ketuban teraba menonjol meskipun diluar his.
d. Pemeriksaan penunjang
- Laboratorium : HB, protein urin, reduksi.
- USG : nampak bayangan terselubung kabut karena banyaknya cairan,
kadang bayangan janin tidak jelas.

LANGKAH II : INTERPRETASI DATA DASAR


Pada langkah ini, bidan melakukan identifikasi diagnosis atau masalah
berdasarkan interpretasi yang akurat terhadap data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah
keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi
tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang
sedang dialami oleh wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil
pengkajian.
Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori nomenklatur standar diagnosis
tetapi akan menciptakan masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan
memerlukan rencana untuk mengurangi rasa takut.
Diagnosisi kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup
praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
Standar nomenklatur diagnosis kebidanan:
1. Diakui dan telah disahkan oleh profesi
2. Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan
3. Memiliki ciri khas kebidanan
4. Didukung oleh Clinical Judgement dalam praktik kebidanan
5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan penatalaksanaan kebidanan.
Berdasarkan kasus polihidramnion, maka kemungkinan interpretasi datayang timbul
adalah:
a. Diagnosa
Ibu hamil/tidak G..P..A..H..gravid....minggu, janin hidup/tidak ,tunggal/kembar
intrauterin/ ekstrauterin,let-kep / let-su, pu-ka / pu-ki, keadaan jalan lahir normal/
tidak, KU ibu dan janin baik/tidak, dengan polihidramnion.
Dasar
Data subjektif
- HPHT,plano-Test (+),adanya gerakan janin yang dirasakan ibu
- Ibu mengatakan hamil.....bulan
- Ibu mengatakan tidak datang haid sejak....
- Ibu mengatakan ini anak ke....
- Ibu mengatakan perutnya lebih besar dan berat dari biasanya
- Ibu mengatakan mual muntah
- Ibu mengatakan sesak nafas dan nyeri pada ulu hati serta perut karena tegangnya
uterus.
Data objektif
- Ku ibu baik/tidak
- Pemeriksaan leopold
- Teraba satu/dua/tiga bagian besar janin
- Nyeri tekan / tidak pada perut ibu saat palpasi.
- Pemeriksaan panggul/berdasarkan persalinan sebelumnya
- Terdengarnya djj oleh bidan
- USG : Nampak bayangan terselubung kabur karena banyaknya cairan, kadang-
kadang bayangan janin tidak jelas.

b. Masalah
- Nyeri pada ulu hati dan sesak
Dasar: menegangnya uterus dan banyaknya cairan amnion.
c. Kebutuhan
- Pertahankan keadaan umum ibu
- Istirahat yang cukup
Dasar: agar keadaan umum ibu tidak lemah
- Kurangi aktifitas
Dasar: agar ibu merasa aman dan nyaman
- Penuhi gizi selama kehamilan.
Dasar:agar kebutuhan nutrisi ibu terpenuhi, agar janin tumbuh kembang dalam
keadaan yang baik.
LANGKAH III : DIAGNOSA/ MASALH POTENSIAL
Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa
potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila kemungkinan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan
dapat waspada dan bersiap-siapmencegah diagnosa dan masalah potensial ini menjadi
benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
Contoh:
Seorang wanita dengan pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus
mempertimbangkan kemungkinan penyebab pembesaran uterus yang berlebihan
(misalnya polihidramnion, besar dari masa kehamilan, ibu dengan diabetes kehamilan,
atau kehamilan kembar). Kemudian bidan harus melakukan perencanaan untuk
mengantisipasinya dan bersiap terhadap kemungkinan terjadi perdarahan pascapartum
yang disebabkan atonia uteri karena perbesaran uterus yang berlebihan.
Pada langkah ke-3 bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah
potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga
merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial tidak terjadi.
Sehingga langkah ini benar langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis.
Bidan harus mengkaji ulang apakah diagnosa atau maslah potensial yang
diidentifikasi sudah tepat.
Kemungkinan diagnosa potensial yang timbul:
Pada ibu
- Solusio plasenta
Dasar: solusio plasenta merupakan terlepasnya plsenta sebelum waktunya.
Polihidramnion ini menyebabkan regangan yang kuat pada uterus sehingga
kmungkinan bisa menyebabkan terjadinya solusio plasenta.
- Atonia uteri
Dasar: atonia uteri merupakan kegagalan dari proses kontrak si
uteri(mometrium). uterus menajdi lunak dan pembuluh darah pada daerak perlekatan
plasenta terbuka lebar yang bisa menyebabkan perdarahan.polihidramnion merupakan
salah satu penyebab uterus meregang melebihi normal sehinngga terjadilah atonia
uteri.
- Perdarahan post partum
Dasar: perdarahan pospartum ini salah satunya disebabkan oleh atonia uteri, dan
atonia uteri merupakan kegagalan proses kontraksi uterus yang menyebabkan
perdarahan. Dan atonia uteri ini disebabkan oleh polihidramnion.
- Partus lama
Dasar: air ketuban yang banyak menyebabkan kesalahan- kesalahan letak janin seperti
letak lintang, sehinngga proses persalinan menjadi memanjang.
- Syok
Dasar: apabila terjadi perdarahan pada ibu setelah persalinan,kemungkinan dapat
menyebabkan ibu syok.
- Retensio plasenta
Dasar: gangguan pelepasan plasenta(terlepasnya sebagian plasenta) yang
menyabkibatkan perdarahan pada ibu. Ini merupakan salah satu akibat terjadinya
hidramnion pada ibu.
Pada janin
- Prematuritas
Dasar: peregangan yang kuat pada uterus menyebabkan ketuban pecah sebelum
waktunya yang menaykibatkan terjadinya bayi lahir orenatur.
- Kesalahan letak
Dasar: kebebasan abnak bergerak karena hidramnion.
LANGKAH IV : Menetapkap Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera untuk
Melakukan Konsultasi, Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain Berdasarkan
Kondisi Klien.
Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin
mengidentifikasi situasi yang gawat dimana Mengidentifikasi perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter dan tau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau
kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus-
menerus, misalnya pada saat wanita tersebut dalam persalinanbidan bidan harus
bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu dan anak.
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan
tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter.
Situasi lainnya tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja
sosial, ahli gizi atau ahli seorang perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan
harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa
konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan.
Pada penjelasan diatas menunjukan bahwa bidan dalam melakukan tindakan
harus sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah
bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakuakan untuk mengantisipasi diagnosa
atau masalah potensial pada step sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan
segera yang harus dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam rumusan ini
termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri secara kolaborasi
atau rujukan. Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.
Dalam kasus ini tindakan segera yang dilakukan adalah:
- Periksa keadaan umum ibu
- Periksa kesejahteraan janin

LANGKAH V : INTERVENSI (MENYUSUN RENCANA ASUKAN YANG


MENYELURUH)
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap maslah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana
asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah diidentifikasi dari
kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan
terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu
merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-
kultural atau masalah psikologis. Dengan perkataan lain, asuhan terhadap wanita
tersebut mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan
kesehatan.setiap rencana asuhan haruslah disetujui olehkedua pihak.yaitu oleh bidan
dan klien agar dapat di laksanakan dengan efektif karena kline juga akan melaksankan
rencana tersebut.oleh karena itu, pada rangka ini adalah tugas bidan adalah
merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana asuhan
bersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakanya.
Semua keputusan yang di kembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus
rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date
serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan oleh klien. Kaji ulang
apakah rencana asuhan sudah meliputi semua aspek asuhan kesehatan terhadap
wanita.
Perencanaan yang munkin dilaukan antara lain:
1. Jelaskan pada ibu dan keluarga, keadaan ibu dan janin saat ini
a. Jelaskan pada ibu dan keluarga, keadaan ibu dan janin saat ini dalam keadaan baik
b. Beritahu keluarga bahwa ibu membutuhkan perhatian yang intensif
Dasar :agar diketahui perkembangan ku ibu dan janin
2. Anjurkan ibu untuk banyak istirahat dan mengurangi aktifitas / pekerjaan yang berat
a. Anjurkan ibu untuk istirahat dan cukup tidur 8 jam sehari
b. Anjurkan ibu untuk tidak melakukan perkerjaan rumah tangga yang biasa dilakukan
sebelum hamil.
Dasar :agar keadaan umum ibu tidak lemah dan ibu merasa nyaman.
c. Anjurkan ibu untuk tetap rileks dan tenang menghadapi kehamilannya saat ini
dasar: agar tidak terjadi fetal distres pada janin, karena apabila ibu cemas dapat
menyebabkan penagruh yang buruk pada janinnya.
d. Anjurkan ibu untuk istirahat baring dalam keadaan setengah duduk atau miring ke
kiri
Dasar : agar ibu merasa nyaman dan tidak merasa sesak karenan dalam kedaan
polihidramnion apabila ibu tidur terlentang maka dapat menyebabkan sesak.
3. Anjurkan ibu untuk mengatur pola makan
a. Anjurkan ibu untuk diet rendah garam
b. Anjurkan ibu untuk makan 3 kali sehari dengan nutrisi yang cukup
c. Anjurkan ibu untuk makan makanan yang berserat
dasar: agar kebutuhan nutrisi ibu terpenuhi.

4. Libatkan suami dan keluarga dalam kehamilan ibu saat ini


a. Libatkan keluarga untuk selalu memberikan dukungan pada ibu
b. Beritahu keluarga untuk dapat meyakinkan kondisi ibu dan janinnya baik-baik saja
c. Persiapkan ibu dalam menghadapi semakin bertambahnya usia kehamilannya
Dasar: untuk memberikan dukungan psikologis pada ibu.
5. Observasi keadaan umum, pembesaran perut dan kenaikan berat badan ibu
a. Waspadai adanya komplikasi dalam kehamilan polihidramnion
b. Pantau keadaan ibu dan janin agar dapat dideteksi dini adanya komplikasi
c. Anjurkan ibu untuk datang kembali dan memeriksakan kehamilannya dalam 1
minggu mendatang atau bila ada keluhan
6. Evaluasi perkembangan psikologis dan kejiwaan ibu
a. Evaluasi perkembangan kecemasan dan kekhawatiran ibu terhadap janinnya
b. Meyakinkan ibu bahwa ibu dan janin dalam keadaan sehat
7. menganjurkan ibu untuk memeriksakan kehamilannya secara teratue
8. Memberi penjelasan tentang keluhan sesak, nyeri, mual dan muntah yang dialami ibu
9. pantau perkembangan janin dengan USG
10. kolaborasi dengan dokter kandungan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hidramnion merupakan keadaan dimana jumlah air ketuban lebih banyak dari
normal atau lebih dari dua liter.gejalanya yaitu sesak nafas., rasa tidak nyaman pada
perut, pembesaran perut tidak sesuai degan usia kehamilan dll.hidramnion ini salah
satunya disebabkan oleh produksi air ketuban bertambah dan penyaluran air ketuban
terganggu.pendeteksian dini sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya solusio
plasenta, partus lama, atonia uteri, perdarahan postpartum pada ibu.
Saran
Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini penulis merasa masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran dari pembaca
sangat diperlukan demi kesempurnaan makalah yang penulis susun.
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam. Sinopsis obstetrik. Ed. 2. Jakarta: EGC, 1998.

Manuaba, Ida Bagus Gede. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana.
Jakarta: EGC, 1998.

Prawirhadjo, Sarwono . Ilmu Kebianan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,


Jakarta, 2008, hal;588-595

Sastrawinata,S.dkk.2004.obsetri patologi.jakarta:ECG

Sastrawinata, S. 2005. obsetri patologi. bandung: bagian obsetri dan


gynekologi.FK.UNPAD. Edisi ke-2.jakarta: ECG

aimee fitrii
fidela
Sabtu, 17 Maret 2012

Makalah Hidramnion

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada kehamilan bayi dilindungi oleh air ketuban yang
berfungsi untuk ruang gerak bayi dan melindungi janin terhadap
trauma dari luar. Selain itu air ketuban juga berfungsi
melindungi janin dari infeksi dan menstabilkan perubahan suhu.
Dengan pertambahan usia kehamilan banyaknya air ketuban
tidak terus sama dari minggu ke minggu usia kehamilan. Saat
usia kehamilan mulai memasuki usia 25 minggu rata-rata air
ketuban sekitar 239 ml, yang kemudian meningkat menjadi 984
ml pada usia kehamilan 32 minggu.
Apabila air ketuban melebihi 2000 ml maka disebut dengan polyhidramnion atau
dengan singkat hydramnion. Hidramnion juga dapat menimbulkan gejala pada ibu hamil
yang meliputi dispnea (sesak nafas), kaki tungkai bawah membengkak, perut membesar,
dan tampak mengkilat. Penyebab terjadinya hidramnion berkaitan dengan kelainan
konginital (anensefalus, atresia esofagus, spina bifida, fistula usus), kelainan pada
plasenta, kelainan penyakit yang menyertai kehamilan(diabetes militus, hamil
ganda). Jadi cairan amnion memegang peranan yang cukup penting dalam proses
kehamilan dan persalinan.

B. Tujuan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ASKEB IV (Patologi)
2. Untuk mengetahui pengertian dari hidramnion
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari hidramnion
4. Untuk mengetahui gejala klinis dari hidramnion
5. Untuk mengetahui penanganan dari hidramnion

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Polihidramnion atau biasa disebut Hidramnion yaitu air ketuban yang paling
banyak pada minggu ke-38 ialah 1030 cc, pada akhir hanya kehamilan tinggal 790 cc,
dan terus berkurang sehingga pada minggu ke-43 hanya 240 cc. pada akhir kehamilan
seluruh air ketuban diganti dalam 2 jam berhubung adanya produksi dan pengaliran.
Apabila melebihi 2000 cc, disebut polihidramnion atau disingkat dengan hidramnion.

B. Klasifikasi hidramnion
Kita mengenal 2 macam hidramnion, yaitu:
1. Hidramnion yang kronis
Penambahan air ketuban perlahan-lahan, berangsur-angsur. Ini bentuk yang paling
umum.
2. Hidramnion yang akut
Penambahan air ketuban terjadi dalam beberapa hari. Baiasanya terjadi pada kehamilan
muda pada bulan ke-4 atau ke-5.
Hidramnion sering terjadi pada:
1. Cacat janin terutama pada anensefal dan atresia esophagus.
2. Kehamilan kembar.
3. Beberapa penyakit, seperti diabetes, pre eklampsia, eklampsia, eritroblastosis fetalis.

C. Etiologi
Etiologi hidramnion belum jelas. Secara teori hidramnion bisa terjadi karena:
1. Produksi air ketuban bertambah
Diduga menghasilkan air ketuban ialah epitel amnion, tetapi air ketuban juga bertambah
karena cairan lain masuk ke dalam ruangan amnion, misalnya air kencing anak atau
cairan otak pada anensefal.
2. Pengaliran air ketuban terganggu
Air ketuban yang telah dibuat dilahirkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu jalan
pengaliran ialah ditelan oleh janin, diabsorpsi oleh usus dan dialirkan ke plasenta,
akhirnya masuk ke peredaran darah ibu. Jalan ini kurang terbuka kalau anak tidak
menelan, seperti pada atresia esophagus, anensefal, atau tumor-tumor plasenta.
Diposkan oleh aimee fitrii di 04.55
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
.
suara hati
Rabu, 25 April 2012

MAKALAH ASKEB IV
POLIHIDRAMNION

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat, taufik serta
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan sebuah makalah yang berjudul
“POLIHIDRAMNION”.
Penyusunan makalah ini dimaksud untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah.Selain itu, untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas
berkenaan dengan judul makalah yang kami susun.
Dalam penyusunan makalah ini kami menemukan beberapa kendala, namun berkat
partisifasi dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini.
kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan
penyusunan makalah.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya
bagi kita semua. Amin

Padang, Maret 2012

penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar………….………………………………………………………..…………….
Daftar Isi…….…………………….……………….……………………………….…………
Bab I : Pendahuluan
I.I : Latar Belakang………………….…………………………………….……………
I.2 : Tujuan……………………………………………………….……………………...
Bab II : Pembahasan
1.1 : KonsepTeori………………………………………………………………………
1.2 : ManajemenKasus………………………………………………………………....
Bab III : Penutup
3.I : Kesimpulan……………..…………………………………………………………
3.2 : Saran…………….…………………………………………………………………
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang


Banyak mitos ditengah masyarakat kita menyangkut kehamilan.Diantaranya mitos
tentang minum air es yang bisa mengakibatkan kembar air.Menjuluki suatu kehamilan
dengan air ketuban yang kelewat banyak sebagai kembar air tidak tepat. Jelas bahwa
air ketuban itu bukan kembar sang bayi. Air ketuban (cairan amnion) diproduksi oleh
sel (endotel) yang melapisi kantung ketuban dan permukaan plasenta (ari-ari, uri) dan
peresapan cairan (eksudasi) melewati membran kantung ketuban.Pada proposisi lebih
besar, air ketuban dihasilkan air kencing janin. Dalam keadaan sehat, janin akan
minum air ketuban dan mengeluarkan kembali dalam bentuk kencing, sehingga
seolah-olah terjadi suatu lingkaranatau siklus yang berulang. Itu sebabnya bentuk,
rupa, bau ketuban tidak jauh beda dengan air kencing. Dalam air ketuban juga dijumpai
sel-sel dalam rambut (lanugo) yang terlepas serta butiran lemak yang bisa melapisi
permukaan kulit bayi (verniks kaseosa).
Pada suatu keaadan tertentu, air ketuban didapatkan dalam jumlah yang lebih dari
normal keadaanini disebut polihidramnion atau kadang disebut hidramnion
saja.Menurut staf pengajar LAB/UPF obstetri dan ginekologi (1989), volume air ketuban
bervariasi menurut usia kehamilan,puncaknya di umur kehamilan sekitar 33 minggu,
volume air ketuban berkisar 1 - 1,5 liter. Pada kasuspolihidromnion bisa sampai 3 liter,
bahkan 5 liter.Produksi air ketuban yang abnormal baru biasa terjadisebelum umur
kehamilan mencapai 22 minggu atau 5 bulan. Penyebab polihidromnion
belumdipastikan secara benar, salah satu yang dicurugai adanya proses infeksi. Dua
per tiga kasuspolihidromnion tidak diketeahui sebabnya.

Menurut Hanifa Winknjosastro (2005), polihidromnion meningkatkan resiko kelahiran


prematur dan resiko komplikasi persalinan. Kemungkinan terjadi perdarahan
pascapersalinan lebih tinggi dibanding dari pada perlekatannya sebelum operasi dan
terjadinya kematian janin didalam kandungan.Kejadian bedah caesar juga lebih tinggi
dibandingkan pada kehamilan biasa karena lebih banyak yang tidaknormal atau
menurutnya kesejahteraan janin.POLIHIDRAMION.

1.2 Tujuan
 Untuk mengetahui hidramion
 Untuk pengaruh terhadap ibu dan janin
 Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan hidramion

BAB II
KONSEP TEORI

1. PENGERTIAN
Hidramnion atau poli hidramnion adalah suatu kondisi dimana terdapat keadaan
dimana jumlah air ketuban melebihi dari batas normal. Untuk keadaan normal air
ketuban berjumlah sebanyak antara 1-2 liter, sedangkan kasus hidramnion melebihi
batas dari 2 liter yaitu antara 4-5 liter.Hidramnion ini adalah kebalikan dari oligo
hidramnion yaitu kekurangan air ketuban.
Hidramnion derajat ringan sampai sedang yaitu 2 sampai 3 liter, relative sering
dijumpai.Karenacairansulit dikumpulkan dan diukur secara lengkap, diagnosis
biasanya ditegakkan secara klinis dan dikonvirmasi dengan perkiraan sonografik.
Frekuensi deagnosis cukup bervariasi dengan pemeriksa yang berbeda.
2. ETIOLOGI
Mekanisme terjadi hidramnion hanya sedikit yang kita ketahui. Secara teori
hidramnion terjadi karena :
 Produksi air ketuban bertambah; yang diduga menghasilkan air ketuban adalah
epitel amnion, tetapi air ketuban juga dapat bertambah karena cairan lain masuk
kedalam ruangan amnion, misalnya air kencing anak atau cairan otak pada
anencephalus.
 Pengaliran air ketuban terganggu; air ketuban yang telah dibuat dialirkan dan
diganti dengan yang baru. Salah satu jalan pengaliran adalah ditelan oleh janin,
diabsorbsi oleh usus dan dialirkan ke placenta akhirnya masuk kedalam peredaran
darah ibu. Jalan ini kurang terbuka kalau anak tidak menelan seperti pada atresia
esophagus, anencephalus atau tumor-tumor placenta.
Menurut dr. Hendra Gunawan Wijanarko, Sp.OG dari RSIA Hermina Pasteur,
Bandung (2007) menjelaskan bahwa hidromnion terjadi karena :
a. Prduksi air jernih berlebih
b. Ada kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban menumpuk, yaitu
hidrocefalus, atresia saluran cerna, kelainan ginjal dan saluran kencing congenital
c. Ada sumbatan / penyempitan pada janin sehingga dia tidak bisa menelan air
ketuban. Alhasil volume ketuban meningkat drastis
d. Kehamilan kembar, karena adanya dua janin yang menghasilkan air seni
e. Ada proses infeksi
f. Ada hambatan pertumbuhan atau kecacatan yang menyangkut sistem syaraf pusat
sehingga fungsi gerakan menelan mengalami kelumpuhan
g. Ibu hamil mengalami diabetes yang tidak terkontrol
h. Ketidak cocokan / inkompatibilitas rhesus

3. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala polihidramnion adalah sebagai berikut :
 Pembesaran uterus, lingkar abdomen dan tinggi fundus uteri jauh melebihi ukuran
yang diperirakan untuk usia kehamilan
 Dinding uterus tegang sehingga pada auskultasi bunyi detak jantung janin sulit
atau tidak terdengar dan pada palpasi bagian kecil dan besar tubuh janin sulit
ditentukan.
 Ada thrill pada cairan uterus
 Masalah-masalah mekanis. Apabila polihidramnion berat, akan timbul dispnea,
edema pada vulva dan ekstremitas bawah; nyeri tekan pada punggung, abdomen dan
paha; nyeri ulu hati, mual dan muntah
 Letak janin sering berubah (letak janin tidak stabil) (Helen Varney, 2006: 634).

4. KOMPLIKASI
 Obstruksi ureterik maternal
 Peningkatan mobilitas janin yang mengakibatkan letak tidak stabil dan
malpresentasi
 Presentasi dan prolaps tali pusat
 Ketuban pecah dini
 Abrupsio plasenta saat ketuban pecah
 Kelahiran premature
 Peningkatan insiden seksio cesarean
 Perdarahan pasca partum
 Peningkatan angka kematian perinatal (Diane M. Fraser, 2009: 3
08).

5. PATOFISIOLOGI
 Hidramnion kronis
Banyak dijumpai pertambahan air ketuban bertambah secara perlahan-lahan dalam
beberapa minggu atau bulan, dan biasanya terjadi pada kehamilan yang lanjut.
 Hidramnion akut
Terjadi penambahan air ketuban yang sangat tiba-tiba dan cepat dalam waktu
beberapa hari saja. Biasanya terdapat pada kehamilan yang agak muda, bulan ke-5 dan
ke-6. komposisi dari air ketuban pada hidramnion, menurut penyelidikan, serupa saja
dengan air ketuban yang normal.

6. PROGNOSIS
a. Pada janin, prognosanya agak buruk (mortalitas kurang lebih 50%) terutama
karena (Taufan Nugroho, 2010: 7-8):
1) Congenital anomaly
2) Prematuritas
3) Komplikasi karena kesalahan letak anak, yaitu pada letak lintang atau tali pusat
menumbung
4) Eritroblastosis
5) Diabetes mellitus
6) Solution placenta jika ketuban pecah tiba-tiba
b. Pada ibu :
1) Solutio placenta
2) Atonia uteri
3) Perdarahan post partum
4) Retention placenta
5) Syok
6) Kesalahan-kesalahan letak janin menyebabkan partus jadi lama dan sukar.

7. DIAGNOSIS
Gambaran klinis utama pada hidramnion adalah pembesaran uterus disertai
kesulitan dalam meraba bagian-bagian kecil janin dan dalam mendenar denyut jantung
janin.Pada kasus berat, dinding uterus dapat sedemikain tegang sehingga bagian –
bagian janin tidak mungkin diraba.
Perbedaan antara hidramnion, asites atau kista ovarium yang biasanya mudah
dilakukan dengan evaluasi ultrasonografi. Cairan amnion dalam jumlah besar hampir
selalu mudah diketahui sebagai ruang bebas-echo yang sangat besar di antara janin
dan dinding uterus atau plasenta .kadang-kadang mungkin dijumpai kelinan, atau
anomaly saluran cerna.

8. PENATALAKSANAAN
Terapi hidramnion dibagi dalam tiga fase (Taufan Nugroho, 2010: 8-9):
a. Waktu hamil (di BKIA)
1) Hidramnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan berikan terapi
simptomatis.
2) Pada hidramnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat di rumah
sakit untuk istirahat sempurna.
a) Berikan diet garam
b) Obat-obatan yang dipakai adalah sedative dan obat dieresis
c) Bila sesak hebat sekali disertai sianosis dan perut tegang, lakukan fungsi
abdominal pada bawah umbilicus. Dalam satu hari dikeluarkan 500 cc perjam sampai
keluhan berkurang
d) Jika cairan dikeluarkan dikhawatirkan terjadi his dan solution placenta, apalagi
bila anak belum viable.
e) Komplikasi pungsi dapat berupa :
o Timbul his
o Trauma pada janin
o Terkenanya rongga-rongga dalam perut oleh tusukan
o Infeksi serta syok, bila sewaktu melakukan aspirasi keluar darah, umpamanya janin
mengenai plasenta, maka pungsi harus dihentikan.

b. Waktu partus
1) Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu
2) Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan pungsi transvaginal
melalui serviks bila sudah ada pembukaan. Dengan memakai jarum pungsi tusuklah
ketuban pada beberapa tempat, lalu air ketuban akan keluar pelan-pelan.
3) Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk
menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan deras, masukkan tinju ke dalam
vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar pelan-pelan. Maksud
semua ini adalah supaya tidak terjadi solution placenta, syok karena tiba-tiba perut
menjadi kosong atau perdarahan post partum karena atonia uteri.

c. Post partum
1) Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi sebaiknya lakukan
pemeriksaan golongan dan transfuse darah serta sediakan obat uterotronika.
2) Untuk berjaga-jaga pasanglah infuse untuk pertolongan perdarahan post partum
3) Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka untuk
menghindari infeksi berikan antibiotika yang cukup.
MANAJEMEN VARNEY PADA POLYHIDRAMNION

I. PENGUMPULAN DATA DASAR

A. Pengkajian
1. Identitas
Nama Istri, Nama suami, Umur, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Suku/Bangsa,
Alamat. Maksud pertanyaan ini adalah untuk mengidentifikasi atau mengenal klien,
membedakan pasien yang satu dengan pasien yang lainnya, serta mengetahui siapa
yang bertanggung jawab terhadap ibu, dan mengenal apakah ibu termasuk golongan
yang beresiko tinggi.

2. Keluhan utama
Ibu yang mengalami polyhdramnion akan mengeluh sesak nafas, disertai keringat
dingin, perut terasa tegang dan lebih berat dari biasanya.
Dasar : karena pembesaran perut ibu yang lebih besar dari ibu hamil normal.

3. Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan,umur waktu kawin,berapa lama kawin baru
hamil. Jika ibu memiliki umur yang terlalu muda saat hamil, maka ibu akan mengalami
faktor resiko tinggi dan kemungkinan akan terjadi banyaknya komplikasi serta penyulit
- penyulit sewaktu kehamilan dan persalinan.
4. Riwayat menstruasi ,
Menarche , Siklus , Banyaknya , Keluhan , HPHT , TTP. Maksud pertanyaan ini adalah
untuk menentukan tafsiran persalinan dan usia kehamilan,dimana dari sini merupakan
salah satu cara untuk mengetahui apakah pembesaran perut ibu sesuai dengan usia
kehamilan

5. Riwayat obstetric yang lalu


- kehamilan yang lalu, kemungkinan klien pernah mengalami mual, muntah, atau
pernah mengalami pendarahan. Pada kasus polihidramnion berkisar 0,5 % - 1 % dari
kehamilan dimana multigravida lebih besar daripada primigravida.
- persalinan yang lalu, kemungkinan klien pernah mengalami persalinan spontan atau
dengan tindakan, persalinan aterm atau post-term
- nifas yang lalu, kemungkinan keadaan involusi uterus, lochea dan lactase berjalan
dengan normal atau disertai komplikasi

6. riwayat kehamilan sekarang


Kemungkinan ibu akan merasakan tanda-tanda sbb:
 Pembesaran uterus yang tidak sesuai dengan usia kehamilan karena terjadinya
pertambahan jumlah air ketuban
 Akan timbul dispnea, edema pada vulva dan ekstremitas bawah, nyeri tekan pada
punggung, abdomen dan paha, nyeri ulu hati, mual dan muntah karena pembesaran
uterus ibu menekan organ – organ lain serta otot – otot pada daerah punggung
 Letak janin sering berubah (letak janin tidak stabil) (Helen Varney, 2006: 634)
karena air ketuban yang banyak atau berlebih

7. Riwayat kesehatan
Pada polyhidramnion,ibu yang memiliki penyakit seperti :
 Riwayat kesehatan yang lalu
 Penyakit jantung = penyakit jantung merupakan penyakit keturunan yang akan
diturunkan pada janinnya
 Diabetes melitus = bahwa hiperglikemia ibu menyebabkan hiperglikemia pada janin
yang menimbulkan diuresis osmotic ( peningkatan produksi air kencing janin )
 Riwayat kesehatan sekarang
 Diabetes melitus = bahwa hiperglikemia ibu menyebabkan hiperglikemia pada janin
yang menimbulkan diuresis osmotic ( peningkatan produksi air kencing janin )
 Gemelli uniovulair = pada gemelli mungkin disebabkan karena salah satu janin
pada kehamilan mengalami kelainan pada jantungnya, sehingga janin ini akan
merampas sebagian besar sirkulasi bersama yang pada gilirannya menyebabkan
peningkatan pengeluaran urine.
 Edema umum = akibat penekanan system vena besar oleh uterus yang sangat
besar terutama di ekstremitas bawah, vulva dan dinding abdomen.
 Mal nutrisi = bisa menyebabkan kelainan congenital karena kekurangan asupan gizi
yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, contoh nya asam folat
( kekurangan asam folat bisa menyebabkan kelainan spina bifida )
- Riwayat kesehatan keluarga
 Penyakit jantung
 Keturunan kembar
 Diabetes mellitus
Karena Penyakit ini bisa diturunkan kepada anaknya

8. Riwayat sosial,ekonomi dan budaya


Hal ini dikaji untuk mengetahui status ekonomi,sosial dan budaya ibu,karena ekonomi
yang rendah akan mempengaruhi status gizi ibu ( ibu mengalami malnutrisi )
begitupun sosial dan budaya,dengan adanya pantangan untuk memakan makanan
tertentu bagi ibu hamil juga akan mempengaruhi kesehatan ibu.
9. Riwayat psikologis
Kemungkinan ibu memiliki gangguan pada psikologisnya ( misalnya stress )
dikarenakan adanya gangguan system saraf pusat. Dan itu bisa juga menyebabkan
psikosa postpartum pada ibu tersebut.

10. Kebutuhan dasar


a) Nutrisi → Ibu akan merasa cepat kenyang karena pembesaran uterus akan
menekan lambung ibu sehingga mengakibatkan ibu makan sedikit sudah merasa
kenyang.
b) Eliminasi → Ibu akan sering BAK terutama pada malam hari karena uterus ibu
yang besar akan menekan kandung kemih ibu.
c) Istirahat dan tidur → Ibu akan susah tidur akibat keluhan yang dirasakan ibu.
d) Aktifitas seksual → Ibu mengalami ganguan rasa nyaman karena pembesaran
perut ibu.
e) Pekerjaan → Ibu hanya bisa melakukan pekerjaan yang ringan saja. Karena ibu
akan merasa cepat lelah.
f) Personal hygiene → karena ibu sering BAK, maka pakaian dalam ibu akan sering
basah.
B. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : jelek
Keadaan emosional : cemas dan gelisah
Dasar : ibu sesak nafas, lelah, pucat, TD tinggi, Suhu tinggi, Nadi cepat, Pernafasan
cepat.
2. Ukuran LILA : kecil dari normal ( mal nutrisi ) atau normal
3. Berat Badan
Saat ini :
Sebelum hamil :
Kenaikan BB selama hamil : bertambah dari yang normal (normal kenaikan BB selama
hamil ± 10 kg selama kehamilan)
4. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan head to toe
1) Wajah ibu pucat dan konjuntiva pucat
2) Oedema pada tungkai, vulva dan dinding perut
b. Inspeksi
1) Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-retak kulit jelas
dan kadang-kadang umbilikus mendatar
2) Jika akut, ibu akan terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah membawa
kandungannya
c. Palpasi
1) Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi oedema pada dinding perut vulva dan
tungkai
2) Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya
3) Bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan
4) Kalau pada letak kepala, kepala janin bisa diraba, maka balloterment jelas dsekali.
Karena bebasnya janin bergerak dan kepala tidak terfiksir, maka dapat terjadi
kesalahan-kesalahan letak janin.
d. Auskultasi
Denyut jantung janin tidak terdengar atau jika terdengar sangat halus sekali.
e. Perkusi
Refleks patella kiridankananpositif
f. Rontgen foto abdomen
1) Nampak bayangan terselubung kabur karena banyaknya cairan, kadang-kadang
banyak janin tidak jelas
2) Foto rontgen pada hidramnion berguna untuk diagnose dan untuk menentukan
etiologi, seperti anomaly congenital (anensefali atau gamelli)
g. Pemeriksaan dalam
Selaput ketuban teraba tegang dan menonjol walaupun diluar his.
h. Pemeiksan penunjang
1. Pada pemeriksaan USG tampak bayangan terselubung kabur karena banyaknya
cairan, kadang-kadang banyak janin tidak jelas dan foto rontgen pada hidromnion
berguna untuk diagnosa dan untuk menentukan etiologi, seperti anomali kongenital
(anensefali atau gemelli)
2. Dan untuk pemeriksaan darah,ibu yang diketahui memiliki rhesus negatif ( beda
dengan pasangan ) memungkinkan hamil dengan kelainan ini.
3. Hb rendah
4. Gula darahnya tinggi jika ibu mengalami DM

II. INTERPRESTASI DATA DASAR, DIAGNOSA, MASALAH DAN KEBUTUHAN


1. Diagnosa
Ibuhamil G P A H dengan usia kehamilan …… minggu, janin hidup / meninggal, tunggal
/ ganda, intrauterin, let_kep/ sunsang, pu_ka / pu_ki, jalan lahir normal / tidak, KU
ibubaik / tidak.
Ibu dengan polihidramnion.

Dasar :
1) Ibu akan mengatakan perutnya cepat membesar dan terus lebih berat dari
biasanya, sesak nafas disertai dengan keringat dingin dalam satu minggu terakhir
2) HPHT
3) PP test positif
4) TFU dua jari di atas pusat
5) TD : tinggi
6) Nadi : cepat
7) Pernafasan :cepat
8) Suhu :tinggi
9) DJJ terdengar jauh dan halus
10) Pemeriksaan palpasi :
- Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya
- Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi oedema pada dinding perut vulva dan
tungkai
- Bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan
- Kalau pada letak kepala, kepala janin bisa diraba, maka balloterment jelas dsekali.
Karena bebasnya janin bergerak dan kepala tidak terfiksir, maka dapat terjadi
kesalahan-kesalahan letak janin.

Masalah
ibu akan merasa cemas dan gelisah,susah tidur dan sering BAK.
Dasar :karena pembesaran uterus akan menekan kandung kemih, sehingga ibu sering
BAK, serta menyebabkan sesak nafas dan membuat ibu susah tidur.

2.IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Kemungkinan terjadi solutio placenta (jika ketuban pecah tiba-tiba), prematuritas pada
janin, antonia uteri, retensio plasenta, syok, kesalahan - kesalahan2 letak janin yang
menyebabkan partus lama dan sulit serta perdarahan postpartum.

2. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN YANG MEMERLUKAN PENANGANAN SEGERA DAN


KOLABORASI
Kolaborasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lainnya bila terjadi komplikasi lebih
lanjut.

3. PERENCANAAN
1. Jelaskan pada ibu dan keluarga, keadaan ibu dan janin saat ini
 Jelaskan pada ibu dan keluarga, keadaan ibu dan janin saat ini dalam keadaanbaik
 Beritahu keluarga bahwa ibu membutuhkan perhatian yang intensif

2. Anjurkan ibu untuk banyak istirahat dan mengurangi aktifitas / pekerjaan yang
berat
 Anjurkan ibu untuk istirahat dan cukup tidur 8 jam sehari
 Anjurkan ibu untuk tidak melakukan perkerjaan rumah tangga yang biasa
dilakukan sebelum hamil
 Anjurkan ibu untuk tetap rileks dan tenang menghadapi kehamilannya saat ini
 Anjurkan ibu untuk istirahat baring dalam keadaan setengah duduk atau miring ke
kiri
3. Berikan ibu tablet Fe dan vitamin C
Berikan ibu tablet Fe dan vtamin C serta ajarkan ibu cara mengkonsumsinya

4. Anjurkan ibu untuk mengatur pola makan


 Anjurkan ibu untuk diet rendah garam
 Anjurkan ibu untuk makan 3 kali sehari dengan nutrisi yang cukup
 Anjurkan ibu untuk makan makanan yang berserat

5. Libatkan suami dan keluarga dalam kehamilan ibu saat ini


 Libatkan keluarga untuk selalu memberikan dukungan pada ibu
 Beritahu keluarga untuk dapat meyakinkan kondisi ibu dan janinnya baik-baik saja
 Persiapkan ibu dalam menghadapi semakin bertambahnya usia kehamilannya

6. Observasi keadaan umum, pembesaran perut dan kenaikan berat badan ibu
 Waspadai adanya komplikasi dalam kehamilan polihidramnion
 Pantau keadaan ibu dan janin agar dapat dideteksi dini adanya komplikasi
 Anjurkan ibu untuk datang kembali dan memeriksakan kehamilannya dalam 1
minggu mendatang atau bila ada keluhan

7. Evaluasi perkembangan psikologis dan kejiwaan ibu


 Evaluasi perkembangan kecemasan dan kekhawatiran ibu terhadap janinnya
 Meyakinkan ibu bahwa ibu dan janin dalam keadaan sehat

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Hidramnion atau poli hidramnion adalah suatu kondisi dimana terdapat keadaan
dimana jumlah air ketuban melebihi dari batas normal. Untuk keadaan normal air
ketuban berjumlah sebanyak antara 1-2 liter, sedangkan kasus hidramnion melebihi
batas dari 2 liter yaitu antara 4-5 liter.Hidramnion ini adalah kebalikan dari oligo
hidramnion yaitu kekurangan air ketuban.
Hidramnion derajat ringan sampai sedang yaitu 2 sampai 3 liter, relative sering
dijumpai.Karenacairansulit dikumpulkan dan diukur secara lengkap, diagnosis
biasanya ditegakkan secara klinis dan dikonvirmasi dengan perkiraan sonografik.
Frekuensi deagnosis cukup bervariasi dengan pemeriksa yang berbeda.
Menurut dr. Hendra Gunawan Wijanarko, Sp.OG dari RSIA Hermina Pasteur,
Bandung (2007) menjelaskan bahwa hidromnion terjadi karena :
i. Prduksi air jernih berlebih
j. Ada kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban menumpuk, yaitu
hidrocefalus, atresia saluran cerna, kelainan ginjal dan saluran kencing congenital
k. Ada sumbatan / penyempitan pada janin sehingga dia tidak bisa menelan air
ketuban. Alhasil volume ketuban meningkat drastis
l. Kehamilan kembar, karena adanya dua janin yang menghasilkan air seni
m. Ada proses infeksi
n. Ada hambatan pertumbuhan atau kecacatan yang menyangkut sistem syaraf
pusat sehingga fungsi gerakan menelan mengalami kelumpuhan
o. Ibu hamil mengalami diabetes yang tidak terkontrol
p. Ketidak cocokan / inkompatibilitas rhesus

Tanda dan gejala polihidramnion adalah sebagai berikut :


 Pembesaran uterus, lingkar abdomen dan tinggi fundus uteri jauh melebihi ukuran
yang diperirakan untuk usia kehamilan
 Dinding uterus tegang sehingga pada auskultasi bunyi detak jantung janin sulit
atau tidak terdengar dan pada palpasi bagian kecil dan besar tubuh janin sulit
ditentukan.
 Ada thrill pada cairan uterus
 Masalah-masalah mekanis. Apabila polihidramnion berat, akan timbul dispnea,
edema pada vulva dan ekstremitas bawah; nyeri tekan pada punggung, abdomen dan
paha; nyeri ulu hati, mual dan muntah
 Letak janin sering berubah (letak janin tidak stabil) (Helen Varney, 2006: 634).

Riwayat kesehatan
Pada polyhidramnion,ibu yang memiliki penyakit seperti :
 Riwayat kesehatan yang lalu
 Penyakit jantung = penyakit jantung merupakan penyakit keturunan yang akan
diturunkan pada janinnya
 Diabetes melitus = bahwa hiperglikemia ibu menyebabkan hiperglikemia pada janin
yang menimbulkan diuresis osmotic ( peningkatan produksi air kencing janin )
 Riwayat kesehatan sekarang
 Diabetes melitus = bahwa hiperglikemia ibu menyebabkan hiperglikemia pada janin
yang menimbulkan diuresis osmotic ( peningkatan produksi air kencing janin )
 Gemelli uniovulair = pada gemelli mungkin disebabkan karena salah satu janin
pada kehamilan mengalami kelainan pada jantungnya, sehingga janin ini akan
merampas sebagian besar sirkulasi bersama yang pada gilirannya menyebabkan
peningkatan pengeluaran urine.
 Edema umum = akibat penekanan system vena besar oleh uterus yang sangat
besar terutama di ekstremitas bawah, vulva dan dinding abdomen.
 Mal nutrisi = bisa menyebabkan kelainan congenital karena kekurangan asupan gizi
yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, contohnya asam folat
( kekurangan asam folat bisa menyebabkan kelainan spina bifida )
- Riwayat kesehatan keluarga
 Penyakit jantung
 Keturunan kembar
 Diabetes mellitus
Karena Penyakit ini bisa diturunkan kepada anaknya

2. Saran
Makalah ini terdapat banyak kekurangan, penulis mengharapkan kritik dan saran
untuk kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri Williams. Jakarta : EGC


Manuaba, dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
Winknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. YBP-SP: Jakarta
http://www.kompas.co.id/kesehatan/news/0509/07/07362
Fadlun, Feryanto. 2011. ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS .Jakarta : Salemba Medika
Diposkan oleh Kebidanan di 01.27
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Anda mungkin juga menyukai