Anda di halaman 1dari 13

PENCEGAHAN DAN UPAYA

PEMBERANTASAN KORUPSI
Abdul Maulana
Rizal Basyir
Indah Mutia
Rido Erwinda
Roland Dasa
KONSEP PEMBERANTASAN KORUPSI

• Mengapa korupsi timbul dan berkembang demikian masif di sebuah negara


dan tidak di negara lain? Korupsi ibarat penyakit ‘kanker ganas’ sifatnya
kronis juga akut.
• Perekonomian negara digerogoti secara perlahan namun pasti. Korupsi di
Indonesia menempel pada semua aspek atau bidang kehidupan
masyarakat.
• PENTING DIPAHAMI : di manapun dan sampai pada tingkatan tertentu,
korupsi akan selalu ada dalam suatu negara atau masyarakat
• Pernyataan Fijnaut dan Huberts (2002) mengenai strategi dan upaya
pemberantasan korupsi:
Penting untuk menghubungkan strategi atau upaya pemberantasan korupsi
dengan melihat karakteristik dari berbagai pihak yang terlibat serta
lingkungan dimana mereka bekerja atau beroperasi. Tidak ada
jawaban,konsep, atau program tunggal untuk setiap Negara atau organisasi .
Ada begitu banyak strategi, cara, atau upaya yang kesemuanya perlu
disesuaikan dengan konteks,masyarakat,maupun organisasi perlu mencari
cara mereka sendiri untuk menemukan solusinya.
REALITA DI INDONESIA
• Ada PERANGKAT HUKUM , ada Peraturan Per-UU, ada lembaga serta
aparat hukum yang mengabdi untuk menjalankan peraturan (kepolisian,
kejaksaan, dan pengadilan); ada lembaga independen ‘Super Body’ yang
bernama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dibentuk untuk
memberantas korupsi.
• Di sekolah siswa/mahasiswa Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan.
• Realita : korupsi tetap tumbuh subur dan berkembang dengan pesat.
• Apa yang salah???
UPAYA PENGANGGULANGAN KEJAHATAN
KORUPSI DENGAN HUKUM PIDANA

JALUR PENAL JALUR NON-PENAL


• Kebijakan penerapan Hukum Pidana (Criminal • Kebijakan pencegahan tanpa hukum pidana
Law Application); (prevention without punishment);
• Sifat repressive (penumpasan/ • Kebijakan untuk mempengaruhi pandangan
penindasan/pemberantasan) apabila kejahatan masyarakat mengenai kejahatan dan
sudah terjadi; pemidanaan lewat mass media (influencing
views of society on crime and
• Perlu dipahami bahwa: upaya/tindakan
punishment/mass media atau media lain
represif juga dapat dilihat sebagai
seperti penyuluhan, pendidikan dll);
upaya/tindakan preventif dalam arti luas
• (Nawawi Arief : 2008)
• Sifat preventive (pencegahan)
UPAYA PENAL DAN NON-PENAL

• Sasaran dari upaya non-penal adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab


terjadinya korupsi, yang berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-kondisi
politik, ekonomi maupun sosial yang secara langsung atau tidak langsung dapat
menimbulkan atau menumbuh-suburkan kejahatan (korupsi);
• Upaya penal dilakukan dengan memanggil atau menggunakan hukum pidana yaitu
dengan menghukum atau memberi pidana atau penderitaan atau nestapa bagi
pelaku korupsi;
• Upaya non-penal seharusnya menjadi kunci atau memiliki posisi penting atau
posisi strategis dari keseluruhan upaya penanggulangan korupsi karena
sifatnya preventif atau mencegah sebelum terjadi.
KETERBATASAN SARANA PENAL

• arana penal memiliki ‘keterbatasan’, mengandung ‘kelemahan’ (sisi


negatif). Fungsi sarana penal seharusnya hanya digunakan secara
‘subsidair’.
• Secara dogmatis, sanksi pidana merupakan jenis sanksi yang paling tajam
dalam bidang hukum, sehingga harus digunakan sebagai ultimum
remedium (obat yang terakhir apabila cara lain atau bidang hukum lain
sudah tidak dapat digunakan lagi)
• Secara fungsional/pragmatis, operasionalisasi dan aplikasinya menuntut
biaya yang tinggi
• Sanksi pidana mengandung sifat kontradiktif/paradoksal, mengadung efek
sampingan yang negatif. Lihat realita kondisi overload Lembaga
Pemasyarakatan
• Hukum pidana dan pemidanaan bukanlah ‘obat yang manjur’ atau ‘panacea’
atau ‘bukan segala-galanya’ untuk menanggulangi kejahatan.
• Penggunaan hukum pidana dalam menanggulangi kejahatan hanya
merupakan ‘kurieren am symptom’ (menyembuhkan gejala), hanya
merupakan pengobatan simptomatik bukan kausatif karena sebab-sebab
kejahatan demikian kompleks dan berada di luar jangkauan hukum pidana;
• Hukum pidana hanya merupakan bagian kecil (sub sistem) dari sarana
kontrol sosial yang tidak mungkin mengatasi kejahatan sebagai masalah
kemanusiaan dan kemasyarakatan yang sangat kompleks;
• Sistem pemidanaan bersifat fragmentair dan individual/personal; tidak
bersifat struktural atau fungsional;
• Efektifitas pidana (hukuman) bergantung pada banyak faktor dan masih
sering diperdebatkan oleh para ahli.
• Hukum pidana dan pemidanaan bukanlah ‘obat yang manjur’ atau ‘panacea’
atau ‘bukan segala-galanya’ untuk menanggulangi kejahatan.
STRATEGI DAN UPAYA PEMBERANTASAN
KORUPSI

1 Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi

2 Pencegahan Korupsi di Sektor Publik

3 Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat

4 Pengembangan dan Pembuatan berbagai Instrumen Hukum yang


mendukung Pencehagan dan Pemberantasan Korupsi
5 Monitoring dan Evaluasi

6 Kerjasama Internasional
•Selamat Datang
Generasi Muda
Anti-Korupsi

•Indonesia Akan
Lebih Baik Jika
Tanpa Korupsi
Thanks you

Anda mungkin juga menyukai