Anda di halaman 1dari 11

UPAYA

PEMBERANTASAN
KORUPSI
By Fakhrul Indra H
2022
TABLE OF CONTENTS

01 02 03
KONSEP
PEMBERANTASAN UPAYA STRATEGI DAN
KORUPSI PENANGGULANGAN UPAYA
DENGAN HUKUM PEMBERANTASAN
PIDANA KORUPSI
• Ada yang mengatakan bahwa upaya yang
paling tepat untuk memberantas korupsi
adalah menghukum seberat-beratnya
pelaku korupsi.
• Dengan demikian, bidang hukum
khususnya hukum pidana akan dianggap
sebagai jawaban yang paling tepat untuk
memberantas korupsi.
• Mendukung hukum dan aturan tersebut,
Indonesia memiliki:
1. Polisi
2. Jaksa
3. Pengadilan
4. KPK

• Namun, faktanya korupsi masih


merajalela.
• Hal tersebut terjadi karena beberapa
Lembaga tsb malah menumbuhsuburkan
korupsi.
• Pada intinya, ruang untuk korupsi harus
dipersempit
KONSEP PEMBERANTASAN KORUPSI

• Tidak ada jawaban yang tunggal dan sederhana untuk menjawab mengapa
korupsi timbul dan berkembang demikian masif di suatu negara.
• Korupsi dimanapun dan sampai pada tingkatan tertentu, akan selalu ada di
masyarakat.
• Menurut Fijnaut dan Huberts (2002), konsep pemberantasan korupsi sebagai
berikut.
“It is always necessary to relate anti-corruption strategies to characteristics of the
actors involved (and the environment they operate in). There is no single concept
and program of good governance for all countries and organizations, there is no
‘one right way’. There are many initiatives, and most are tailored to specifics
contexts. Societies and organizations will have to seek their own solutions.”

• Pada akhirnya, tidak ada konsep pasti tentang pemberantasan korupsi


• Tetapi, semua bergantung kepada karakteristik seluruh pihak dan lingkungan
suatu daerah.
UPAYA PENANGGULANGAN KEJAHATAN (KORUPSI)
DENGAN HUKUM PIDANA
• Dalam politik kriminal oleh G. Peter Hoefnagels (Arief, 2008), penanggulangan
dibedakan sebagai berikut.
1. kebijakan penerapan hukum pidana (criminal law application);
2. kebijakan pencegahan tanpa hukum pidana (prevention without punishment);
3. kebijakan untuk mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan
dan pemidanaan lewat mass media (influencing views of society on crime and
punishment / mass media) (atau media lainnya seperti penyuluhan, pendidikan,
dll).

• Arief (2008) kemudian membedakan upaya penanggulangan kejahatan


(korupsi) melalui jalur penal lebih menitikberatkan pada sifat repressive
(penumpasan/penindasan/pemberantasan) sesudah kejahatan terjadi,
sedangkan jalur non-penal lebih menitikberatkan pada sifat preventif
(pencegahan). Dikatakan secara kasar, karena tindakan represif juga dapat
dilihat sebagai tindakan preventif dalam arti luas.
CATATAN PENTING
• Schultz menyatakan bahwa naik turunnya kejahatan tidak berhubungan dengan perubahan di dalam
hukum atau kecenderungan dalam putusan pengadilan, tetapi berhubungan dengan bekerjanya atau
berfungsinya perubahan-perubahan kultural yang besar dalam kehidupan masyarakat.
• Menurut Wolf Middendorf sulit melakukan evaluasi terhadap efektifitas dari general deterrence
(pencegahan umum dengan menggunakan hukum pidana), karena mekanisme pencegahan
(deterrence) yang manjur tidak dapat diketahui.
• Kita tidak dapat mengetahui hubungan sesungguhnya antara sebab dan akibat. Orang melakukan
kejahatan dan mungkin mengulanginya lagi tanpa hubungan dengan ada tidaknya UU atau pidana
yang dijatuhkan. Sarana kontrol sosial lainnya, seperti kekuasaan orang tua, kebiasaan-kebiasaan
atau agama mungkin dapat mencegah perbuatan, yang sama efektifnya dengan ketakutanorang
pada pidana.
• Selanjutnya Wolf Middendorf menyatakan bahwa tidak ada hubungan logis antara kejahatan dengan
lamanya pidana. Karl. O. Christiansen menyatakan bahwa pengaruh pidana terhadap masyarakat luas
sulit diukur dan S.R. Brody menyatakan bahwa 5 (lima) dari 9 (sembilan) penelitian yang diamatinya
menyatakan bahwa lamanya waktu yang dijalani oleh seseorang di dalam penjara tampaknya tidak
berpengaruh pada adanya reconviction atau penghukuman kembali (Arief, 1998).
• Lama hukuman pidana tidak berpengaruh kepada tingkat seseorang ingin berbuat kejahatan
STRATEGI DAN UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI

Menurut United Nations dalam the global program against


corruption dengan bentuk United Nations Anti-Corruption
Toolkit (UNODC, 2004), upaya atau strategi sebagai berikut:
1. Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi  Independen
2. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik
3. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
4. Pengembangan dan Pembuatan Berbagai Instrumen
Hukum yang Mendukung Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi  Di Indonesia masih minim
5. Monitoring dan Evaluasi  Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) masih bisa diintervensi
6. Kerjasama Internasional  Beragam pihak di luar negeri
STRATEGI DAN UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI

Dalam Indra, F. H. (2022), upaya yang dapat digalakkan di


negara-negara ASEAN adalah sebagai berikut.
1. Peningkatan Akuntabilitas dalam proyek-proyek
infrastruktur dan bantuan sosial
2. Penguatan reformasi kelembagaan dalam BUMN dan
pemerintah
3. Desentralisasi seluas-luasnya  Masing-masing
pemimpin (kepala daerah) harus kredibel
4. Independensi terhadap Lembaga anti-korupsi maupun
Lembaga audit tertinggi
KUTIPAN…

“Meskipun, tidak ada keraguan bahwa korupsi dapat


menghambat efisiensi dan pertumbuhan ekonomi,
dan menyebabkan ketidakadilan sosial, sehingga
mengakhiri korupsi tidak mungkin bisa dilakukan,
setidaknya dalam jangka pendek. Jika keseriusan
memerangi korupsi dapat dipegang oleh
masyarakat, sebuah proses transisi menuju
masyarakat yang bersih dan adil dapat dilakukan
secara bertahap.”
TERIMA KASIH
rulindrasyah@mail.ugm.ac.id
(+62) 877 8670 5626
rulindrasyah@gmail.com
TUGAS UTS

● Cari 1 kasus korupsi baik di dalam maupun luar negeri, usahakan tahunnya jangan di bawah 2000an
● Analisis:
- Siapa pelaku dan apa motif
- Apa jabatan/pekerjaan pelaku
- Berapa kerugian yang disebabkan
- Berapa lama kurungan pidana
- Komentari dan paparkan solusi/strategi yang dapat dilakukan

Minimal 1 halaman, Maks. TERSERAH


Dibuat dalam bentuk PDF, lalu dikirim ke email rulindrasyah@gmail.com
Subject dan Nama FILE: UTS_Nama_Reg_Korupsi

Anda mungkin juga menyukai