Anda di halaman 1dari 10

Peran dan Fungsi Keperawatan Komunitas

a. Definisi Peran Perawat


1. Peran bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu.
Peran Perawat untuk menyatakan aktivitas perawat dalam praktik, di mana telah menyelesaikan
pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan
tugas dan tanggung jawab keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional.
2. Kozier, Barbara (1995:21) peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system.
3. Peran adalah tingkah laku yang diharapkan oleh seseorang terhadap orang lain, dalam hal ini peran
perawat untuk memberikan asuhan keperawatan, melakukan pembelaan pada klien, sebagai
pendidik tenaga perawat dan masyarakat, coordinator dalam pelayanan pasien, kolaborator dalam
membina kerja sama dengan profesi lain dan sejawat, konsultan pada tenaga kerja dan pasien,
pembaharu system, serta metodologi dan sikap (Peran perawat, CHS, 1989)
Elemen Perana care giver, client advocate, counselor, educator, collaborator, change agent,
consultant dan Interpersonal process.
1. Care Giver
a. Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, atau
masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi
b. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien
c. Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan
2. Pembela Klien (Client Advocate)
a. Bertanggung jawab untuk membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi
dari berbagai pemberi layanan dan memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil
persetujuan (inform concent) atau tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.
b. Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien harus dilakukan oleh perawat,

Berikut ini adalah hak-hak klien:


a) Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya.
b) Hak atas informasi tentang penyakitnya.
c) Hak atas privasi
d) Hak untuk menentukan nasibnya sendiri
e) Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan
Sedangkan hak-hak kesehatan antara lain.
a. Hak atas informasi yang benar
b. Hak untuk bekerja sesuai standar
c. Hak untuk mengakhiri hubungan dengan klien
d. Hak untuk menolak tindakan yang kurang cocok
e. Hak atas rahasia pribadi
f. Hak atas balas jasa.
3. Konseling (Concelor) proses membantuk klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan
psikologis atau masalah social untuk mebangun hubungan interpersonal yang baik
a. Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya.
b. Perubahan pola interaksi merupakan’’dasar’’dalam merencanakan metode untuk meningkatkan
kemampuan adaptasinya.
c. Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau keluarga dalam
mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu.
d. Pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan
e. Mengubah perilaku hidup sehat (perubahan pola interaksi)
4. Pendidik (Educator) merujuk kepada aktivitas di mana seseorang guru membantu murid untuk
belajar.
Proses pengajaran mempunyai empat komponen yaitu : (1) Pengkajian; (2) perencanaan;
(3)Pelaksanaan (4); evaluasi.
Pada peran ini perawat diharapkan mampu melakukan hal-hal berikut.
a. Dapat dilakukan klien atau keluarga, tim kesehatan lain, baik secara spontan pada saat berintekasi
maupun formal (sudah di siapkan terlebih dahulu).
b. Membantu klien meningkatkan pengetahuan
c. Dasar pelaksanaan perawat adalah intervensi dalam proses keperawatan.
5. Kolaborasi (Collaborator)àbekerja sama dengan tim kesehatan yang lainàmempercepat proses
penyembuhan klien.
6. Koordinasi (Coordinator)àmengarahkan, merencanakan, dan mengorganisasikan pelayanan dari
semua anggota tim kesehatan
7. Pembawa Perubahan/Pembaharu (Change Agent) seseorang atau kelompok orang yang berinisiatif
merubah atau membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau pada system.
(kemp,1986).
Marriner Torney, pembawa perubahanàmengidentifikasikan masalah, mengkaji, memotivasi dan
kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali kemungkinan hasil dari
alternative, mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu, membina dan
mempertahankan hubungan membantu selama fase proses perubahan, serta membimbing klien
melalui fase-fase ini.
8. Konsultan (Consultant) tempat konsultasi pasien àmasalah yang di alaminya atau tindakan
keperawatan yang tepat.

B. Fungsi Perawat Komunitas


Fungsi suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan perannya.
Fungsi perawat independen, fungsi dependen, dan fungsi interdependen.
1. Fungsi Independen fungsi di mana perawat melaksanakan perannya secara mandiri
2. Fungsi Dependen dilaksanakan oleh perawat atas instruksi dari tim kesehatan lain, atau tindakan
pelimpahan atas tugas yang diberikan seperti pelimpahan dari dokter, ahli gizi, radiologi, dan lain-
lain.
3. Fungsi Interdependen kerja tim sifatnya saling ketergantungan, baik dalam keperawatan maupun
kesehatan.

C. Proses Keperawatn Komunitas


1. Pengkajian pengumpulan data yang bertujuan mengidentifikasikan data yang penting mengenai
klien.
Yang perlu di kaji pada kelompok atau komunitas adalah :
a. Core atau inti : data demografi kelompok atau komunitas: umur, pendidikan, jenis kelamin,
pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.
b. 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman):
o Perumahan
o Pendidikan
o Keamanan dan Keselamatan di lingkungan tempat tinggal
o Politik dan Kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan
o Pelayanan kesehatan yang tersedia
o Sistem komunikasi
o Ekonomi
o Rekreasi
c. Status Kesehatan Komunitas dilihat dari biostatistik dan vital statisticàangka morrtalitas, morbiditas,
IMR,MMR,serta cakupan imunisasi.

2. Diagnosa Keperawatan Komunitas atau kelompok dan analisa data


Masalah kesehatan, karakteristik populasi, karakteristik lingkungan.
Diagnosa àtingkat reaksi komunitasàstressorà 3 komponen, àproblem atau masalah , etiologi atau
penyebab, ,manifestasi atau data penunjang.
Contoh :
Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada komunitas di RW 04 kelurahan.
Kampung Melayu berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemenuhan
kebutuhan nutrisi bagi tubuh.
Masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat disampaikan dalam pelayanan lokakarya
mini atau istilah lainnya musyawarah masyarakat desa/ RW. Data dapat disajikan dengan
menggunakan grafik, table ataupun melalui sosio drama.
3. Perencanaan (intervensi)àtindakan menetapkan apa yang harus dilakukan untuk membantu sasaran
dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative.

Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:


a. Tahap persiapanàpemilihan daerah prioritas menentukan cara untuk Dengan masyarakat,
mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.
b. Tahap pengorganisasianàpersiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan àkepedulian terhadap
kesehatan dalam masyarakat.
Kelompok kerja kesehatan(Pokjakes) àwadah kegiatan dibentuk oleh masyarakat secara bergotong
royongàmenolong diri mereka sendiri àmengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan
kesehatan dan kesejahteraan, meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihata kehidupan
yang sehat dan sejahtera ., serta bertujuan untuk mengajak masyarakat berperan serta dalam
pembangunan kesehatan di wilayahnya.
Tugas pokok Pokjakes àmengidentifikasi dan memfasilitasi masalah kesehatan ibu dan anak,
mensukseskan NKKBS, mengidentifikasi dan memfasilitasi kesehatan lansia, ,mengidentifikasi
dan memfasilitasi kesehatan remaja, serta sebagai penggerak kesehatan lingkungan.
c. Tahap pendidikan dan latihan.
· Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat .
· Melakukan pengkajian
· Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan
· Melatih kader
· Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan masyarakat.
d. Tahap formasi kepemimpinanà memberikan dukungan, pelatihan dan mengembangkan
keterampilan kepemimpinan
e. Tahap koordinasi intersektoralàKerjasama dengan sector terkait dalam upaya memandirikan
masyarakat.
f. Tahap akhiràmelakukan supervise atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi serta memberikan
umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan lebih lanjut.
Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan sebagai berikut:
· Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi
· Demonstrasi pengolahan dan pemilihan makanan yang baik
· Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui pemeriksaan fisik dan
labolatorium
· Bekerjasama dengan aparat pemda setempat untuk mengamankan lingkungan atau komunitas bila
stressor dari lingkungam
· Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
4. Pelaksanaan (Implementasi)àperawat bertanggung jawab melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan yang sifatnya:
a. Bantuan mengatasi masalah kurang nutrisi, mempertahkan kondisi seimbang atau sehat dan
meningkatkan kesehatan.
b. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang gizi
c. Sbg advokat komunitas, untuk sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas.

Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat pencegahan, yaitu:
a. Pencegahan Primer àpencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi sehat.
Contoh àimunisasi,penyuluhan gizi, simulasi dan bimbingan diri kesehatan keluarga.
b. Pencegahan Sekunderàkegiatan yang dilakukan pada saat terjdinya perubahan derajat kesehatan
masyarakat dan ditemukan masalah kesehatan àmenekankan pada diagnose dini dan tindakan
untuk menghambat proses penyalit.
Contoh: mengkaji keterbelakangan tumbuh kembang anak, memotivasi keluaraga untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan seperti mata, gigi, telinga.dll
c. Pencegahan Primeràkegiatan menekankan pengembalian individu pada tingkat berfungsinya
secara optimal dari ketidakmampuan keluarga
Contoh: membantuk keluarga yg mempunyai anak dgn resiko gangguan kurang gizi untuk
melakukan pemeriksaan secara teratur ke Posyandu.
5. Evaluasi àpenilaian terhadap program yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan tujuan
semula dan dijadikan dasar untuk memodifikasi rencana berikutnya.
Evaluasi àevaluasi struktur, evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Focus evaluasi askep komunitas adalah :
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target pelaksanaan
b. Perkembangan atau kemajuan proses : kesesuaian dengan perencanaan ; peran staf atau pelaksana
tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.
c. Efisiensi biaya. Bagaimana pencarian sumber dana dan penggunaanya serta keuntungan program,
d. Efektifirtas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat puas terhadap
tindakan yang dilaksanakan,
e. Dampak ,. Apakah status kesehatan meningkat setelag dilaksanakan tindakan, apa perubahan yang
terjadi dalam 6 bulan atau 1tahun.

Proses evaluasi meliputi:


a) Menilai respon verbal dan non verbal komunitas setelah intervensi dilakukan
b) Mencatat adanya kasus baru yang di rujuk ke rumah sakit.
Program Evaluasi
a. Pengertian Penyuluhan dalam Promosi Kesehatan
Perencanaan serangkaian kegiatan di mana keputusanakandibuat seharusnya di wujudkan dlm
bentuk tindakan nyata.
Contoh perencanaan penyuluhan promkes penanggulangan penyakit DHF (Dengue Haemoragic
Fever), atau masalah gizi buruk.
b. Menentukan Tujuan Penyuluhan
Tujuanpenyuluhan kesehatanàtujuan jangka pendek, menengah dan jangka panjang
Tujuan jangka pendek àterciptanya pengertian, sikap, dan norma menuju kepada tercapainya
perilaku sehat.
Tujuan jangka menengah àterjadinya perilaku sehat
Tujuan jangka panjang àterjadinya perubahan status kesehatan yang optimal.
c. Menentukan metode penyuluhanàmetode penyuluhan bergantung pada tujuan penyuluhan yang
akan dicapai.
Tujuan penyuluhan pengertian,sikap dan keterampilan.
* Tujuan pengertian pesan disampaikan dgn diucapkan atau secara trtulis.
* Tujuan sikap positif sasaran perlu mengetahui bagaimana kejadian tersebut. Misalnya untuk
menciptakan sikap empati pada mereka yang terkena bencana alam lumpur lapindo maka sasaran
penyuluhan perlu melihat kejadian bencana alam tersbut baik melihat secara langsung , maupun
melalui foto atau rekaman video.
*Tujuan keterampilan maka sasaran perlu diberikan kesempatan mencoba sendiri pada
keterampilan yang akan diharapkan.
d. Menentukan Media penyuluhanàposter, leaflet dan lain-lain.
e. Evaluasiàpihak dalam &luar
Pihak dalam pihak yg melaksanakan program itu sendiri.
Berikut ini cara evaluasi yang bisa dipergunakan:
1) Pencatatan dan pelaporan
Laporan disampaikan para pelaksana berbagai tindakan hendaknya jangan tumpah tindih, hanya
mengandung data yg diperlukan untuk evaluasi.
2) Supervisi evaluasi bisa efektif jika hasil supervise segera diadakan tindak lanjut

Pihak luaràpihak-pihak yang akan dievaluasi di luar program.


Promosi kesehatan merupakan komponen terpenting dalam praktik keperawatan (Kozier,
2010). Menurut Efendi dan Makhfudli (2009) promosi kesehatan adalah upaya memberdayakan
perorangan kelompok, dan masyarakat agar memelihara, meningkatkan, dan melindungi
kesehatannya melalui peningkatan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan serta mengembangkan
iklim yang mendukung, dilakukan, dari, oleh, dan untuk masyarakat sesuai dengan faktor budaya
setempat. Dari pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa promosi kesehatan sangat penting
untuk dilakukan guna meningkatkan pengetahuan dan kemauan masyarakat untuk memelihara,
meningkatkan, dan melindungi kesehatannya.
Promosi kesehatan harus dilakukan oleh para ahli yang kompeten, salah satunya yaitu
perawat. Tujuan utama perawat dalam memberikan promosi kesehatan adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan klien (Potter&Perry, 2009). Dalam proses pemberian promosi kesehatan terhadap
klien, terdapat beberapa tahap yang mana tahapan tersebut sama seperti tahapan asuhan
keperawatan namun menitikberatkan penyuluhan kesehatan terhadap klien.
Tahapan promosi kesehatan yang diberikan oleh perawat kepada klien yaitu pengkajian,
diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Dalam seluruh tindakan promosi kesehatan,
perawat menjalin hubungan kolaboratif yang baik dengan klien dan dokter. Peran perawat adalah
bekerja dengan individu, bukan untuk individu- yaitu, bertindak sebagai fasilitator proses
pengkajian, evaluasi, dan pemahaman kesehatan. Perawat juga bisa bertindak sebagai advokat,
konsultan, guru, atau kordinator layanan (Kozier, et al., 2010).
Tahapan promosi kesehatan yang pertama yaitu pengkajian. Pada langkah pertama ini
dimulai perawat dengan menerapkan pengetahuan dan pengalaman untuk mengumpulkan data
tentang klien (Potter&Perry, 2005) yaitu mengumpulkan berbagai informasi penting yang dapat
digunakan dalam menentukan bentuk promosi kesehatan yang akan diberikan kepada klien.
Pengkajian yang dilakukan oleh perawat memiliki beberapa komponen pengkajian meliputi,
riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik, pengkajian kebugaran fisik, pengkajian gaya hidup,
pengkajian kesehatan spiritual, pengkajian dukungan sosial, pengkajian risiko kesehatan,
pengkajian kepercayaan kesehatan, pengkajian tekanan hidup (Kozier, et al.,2010). Setelah
mengumpulkan data, perawat dan klien perlu meninjau, memvalidasi, dan merangkum informasi.
Selama proses validasi data, perawat secara herbal meninjau praktik dan sikap klien saat ini. Hal
ini memungkinkan validasi oleh klien dan dapat meningkatkan kepedulian terhadap kebutuhan
untuk mengubah perilaku.
Dalam tahapan pengkajian pada promosi kesehatan, perawat merupakan pendidik sebagai
kolaborator dan organisator. Perawat sebagai pendidik secara bersamaan berperan sebagai
kolaborator dan organisator dalam tahap pengkajian. Seperti yang telah dibahas sebelumnya,
bahwa perawat disini berkolaborasi dengan klien untuk mendapatkan data-data yang sesuai dan
diperlukan oleh perawat, yang nantinya data-data ini akan membantu perawat dalam membuat
diagnosis.
Tahapan selanjutnya adalah diagnosis. Pada tahap ini perawat menentukan diagnosis yang
tepat berdasarkan hasil data pengkajian sebelumnya. Diagnosis keperawatan memberikan dasar
untuk pemilihan intervensi untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat
(Potter&Perry, 2005). Pada proses diagnosis, perawat dapat menggunakan diagnosis sejahtera
NANDA dalam menentukan diagnosis klien. Perawat dalam tahap ini berperan dalam
mengidentifikasi masalah kesehatan yang melibatkan klien dan keluarganya dan untuk
memberikan arah asuhan keperawatan yang sesuai dengan klien.
Dalam tahapan diagnosis pada promosi kesehatan, perawat berperan sebagai Fasilitator
perubahan. Ketika perawat dan klien menyimpulkan bahwa klien memiliki fungsi positif dalam
pola area tertentu, seperti nutrisi yang adekuat atau koping yang efektif, perawat dapat
menggunakan informasi tersebut untuk membantu dan memfasilitasi klien mencapai tingkat
perubahan fungsi yang lebih tinggi (Kozier, et al., 2010). Dalam memfasilitasi perubahan didalam
situasi pembelajaran, cara yang efektif untuk dilakukan adalah melalui penjelasan, analisis,
pembagian keterampilan yang kompleks, demonstrasi, terapik, pengajuan pertanyaan dan
pemberian kesimpulan.
Tahapan selanjutnya adalah tahap perencanaan. Peran perawat disini yaitu menyusun
langkah-langkah promosi kesehatan yang akan diterapkan kepada klien, dan tidak lupa untuk
menentukan tujuan, intervensi, dan kriteria hasil yang diharapkan. Pada tahap ini perawat
bertindak sebagai narasumber, bukan sebagai penasihat ataupun konselor. Perawat memberikan
informasi ketika diminta, menekankan pentingnya langkah kecil dalam perubahan perilaku, dan
meninjau tujuan dan rencana klien untuk memastikan bahwa tujuan dan rencana tersebut realistis,
dapat diukur, dan dapat diterima klien (Kozier, et al.,2010).
Dalam tahapan perencanaan pada promosi kesehatan, salah satu peran perawat yaitu
sebagai kontraktor. Perawat disini dapat memfasilitasi pembuatan kontrak informal maupun
formal yang dapat menggambarkan dan mempromosikan objektif pembelajaran (Bastable, 2002).
Proses pembuatan kontrak dalam promosi kesehatan juga serupa dengan proses pembuatan kontrak
dalam proses keperawatan dimana perawat memerlukan pembentukan pernyataan mengenai
tujuan bersama yang akan dicapai, merancang rencana tindakan yang disetujui, membuat evaluasi
terhadap rencana dan mencari alternatif. Pembuatan kontrak merupakan kunci bagi pembuatan
keputusan. Dalam sistem hubungan pengajar-peserta didik harus terbangun hubungan yang penuh
kepercayaan dimana peserta didik yakin bahwa perawat sebagai pendidik mempunyai
pengetahuan teoritis yang baik dan dapat diaplikasikan secara klinis, dan sebaliknya perawat juga
harus yakin bahwa klien memiliki keinginan untuk membuat kesepakatan dan akan menunjukkan
perilaku yang mempromosikan kesehatan. Perawat disini juga berperan sebagai model perilaku
dan sikap gaya hidup sehat supaya dalam pengimplementasiannya, klien mendapatkan gambaran
yang baik untuk merubah gaya hidup ke yang lebih sehat.
Tahapan selanjutnya adalah tahap implementasi. Menurut Potter dan Perry(2005)
implementasi adalah kategori dari perilaku keperawatan di mana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatn dilakukan dan diselesaikan.
Pada tahap ini, perawat memiliki peran seperti memberi dan memfasilitasi dukungan, mengadakan
sesi konseling baik individu maupun per kelompok, memfasilitasi dukungan sosial, memberi
penyuluhan kesehatan, mendorong perubahan perilaku, serta memberikan contoh (Kozier, et
al.,2010). Pada tahap ini perawat menjalankan berbagai bentuk intervensi keperawatan yang
sebelumnya telah disusun tahap perencanaan sesuai dengan kebutuhan klien.
Dalam tahap implementasi pada promosi kesehatan, perawat berperan sebagai organisator
dan advokator. Perawat sebagai organisator memiliki peran untuk mengatur situasi pembelajaran
yang meliputi pemanipulasian materi dan ruang, pengaturan tahapan materi dari yang sederhana
sampai yang rumit dan penentuan prioritas pokok bahasan. Materi pembelajaran harus diatur agar
rintangan terhadap pembelajaran dapat diminimalisir. Dan tidak lupa untuk mengatur dan
mengikuti seluruh perkembangan klien dalam melakukan intervensi yang telah disusun pada tahap
perencanaan. Pada tahap ini, perawat juga bertugas untuk mengadvokasi perubahan di komunitas
yang meningkatkan lingkungan yang sehat (Kozier, et al., 2010).
Tahapan yang terakhir adalah tahap evaluasi. Perawat melakukan pengukuran respons
klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien ke arah pencapaian tujuan (kozier et al.,
2010). Pada tahap ini perawat secara mandiri melakukan evaluasi dengan mencatat data
pencapaian hasil maupun perilaku yang diharapkan untuk meningkatkan kesehatan atau mencegah
penyakit.
Dalam tahap evaluasi dalam promosi kesehatan ini, peran perawat seperti pada tahap
pengkajian yaitu sebagai kolaborator. Namun perbedaannya, pada tahap ini perawat bersama
dengan klien secara kolaboratif mengevaluasi pencapaian dari promosi kesehatan yang telah
dilaksanakan. Selama evaluasi, klien dapat memutuskan untuk melanjutkan rencana, menetapkan
kembali prioritas, mengubah strategi, atau memperbaiki kontrak promosi perlindungan kesehatan
(Kozier, et al.,2010). Selain itu perawat berperan sebagai evaluator. Perawat sebagai evaluator
harus melaksanakan evaluasi hasil, evaluasi diri, evaluasi pasien, evaluasi organisasi maupun
evaluasi sejawat. Evaluasi hasil merupakan bentuk pertanggungjawaban perawat terhadap proyek
perawatan kesehatan yang diberikan kepada peserta didik. Proses evaluatif merupakan bagian
integral dalam pembelajaran. Indikator evaluatif pembelajaran meliputi pengaplikasian
pengetahuan yang meningkatkan kesehatan seseorang, keluarga, kelompok maupun komunitas.
Dari penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwa promosi kesehatan merupakan salah satu
komponen terpenting dalam praktik keperawatan. Sehingga sangat dibutuhkan peran perawat
dalam memahami dan mengimplemetasikan promosi kesehatan kepada klien guna meningkatkan
pengetahuan dan kemauan klien untuk memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya.

Anda mungkin juga menyukai