Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

A. KONSEP DASAR TEORI


1. Pengertian
Prilaku Kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.
Sering juga di sebut gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon
terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol ( Yosep, 2010).
Pengertian marah adalah perasaan jengkel yang timbul karena adanya kecemasan
seseorang yang dianggapnya sebagai ancaman yang akan datang (Stuart & Sundeen,
2005), sedangkan menurut Patricia (dalam Yosep, 2010) perilaku kekerasan adalah
suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau
marah.
2. Rentang Respon Marah
Menurut Yosep (2010), rentang respon dari marah, seperti pada gambar 1 berikut:
Respon adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Gambar 1: Rentang Respon Marah

Keterangan:
a. Asertif, adalah perilaku yang bisa menyatakan perasaan dengan jelas dan
langsung, jarak bicara tepat, kontak mata tapi tidak mengancam, sikap serius tapi
tidak mengancam, tubuh lurus dan santai, pembicaraan penuh percaya diri, bebas
untuk menolak permintaan, bebas mengungkapkan alasan pribadi kepada orang
lain, bisa menerima penolakan orang lain, mampu menyatakan perasaan pada
orang lain, mampu menyatakan cinta orang terdekat, mampu menerima
masukan/kritik dari orang lain. Jadi bila orang asertif marah, dia akan
1
menyatakan rasa marah dengan cara dan situasi yang tepat, menyatakan
ketidakpuasannya dengan memberi alasan yang tepat.
b. Frustasi, merupakan respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan yang
tidak realistis atau hambatan dalam pencapaian tujuan.
c. Perilaku Pasif, orang yang pasif merasa haknya di bawah hak orang lain. Bila
marah, orang ini akan menyembunyikan marahnya sehingga menimbulkan
ketegangan bagi dirinya. Bila ada orang mulai memperhatikan non verbal
marahnya, orang ini akan menolak dikonfrontasi sehingga semakin
menimbulkan ketegangan bagi dirinya. Sering berperilaku seperti
memperhatikan, tertarik, dan simpati walau dalam dirinya sangat berbeda.
Kadang-kadang bersuara pelan, lemah, seperti anak kecil, menghindar kontak
mata, jarak bicara jauh dan mengingkari kenyataan. Ucapan sering menyindir
atau bercanda yang keterlaluan.
d. Agresif, merupakan perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan
untuk bertindak destruktif tapi masih terkontrol. Perilaku yang tampak berupa
muka masam, bicara kasar, menuntut, kasar.
e. Amuk (perilaku kekerasan), yaitu perasaan marah dan bermusuhan yang kuat
disertai kehilangan kontrol diri, sehingga individu dapat merusak diri sendiri,
orang lain dan lingkungan.

Menurut Fitria (2006), adapun perbedaan perilaku pasif, asertif dan agresif,
seperti pada tabel 1, berikut:
Tabel 1: Perbandingan Antara Perilaku Pasif, Asertif, dan Agresif
Pasif Asertif Agresif

Isi pembicaraan Negatif dan Positif dan menawarkan Menyombongkan diri,


merendahkan diri, diri, contohnya merendahkan orang lain,
contohnya perkataan: perkataan: “Saya contohnya perkataan: Kamu
”Dapatkah saya” dapat….” selalu…”
“Dapatkah kamu” “Saya akan…” “Kamu tidak pernah….”
Tekanan suara Cepat, lambat, Sedang Keras dan ngotot
mengeluh
Posisi badan Menundukkan kepala Tegap dan santai Kaku, condong ke depan

Jarak Menjaga jarak dengan Mempertahankan jarak Siap dengan jarak yang akan

2
sikap mengabaikan yang nyaman menyerang
Penampilan Loyo, tidak dapat Sikap tenang Mengancam, posisi menyerang
tenang
Kontak mata Sedikit/sama sekali Mempertahankan kontak Mata melotot dan
tidak mata sesuai dengan dipertahankan
hubungan

3. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan


Menurut Fitria (2006), tanda dan gejala dari perilaku kekerasan, adalah sebagai
berikut:
a. Fisik: pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah,
serta postur tubuh kaku.
b. Verbal: mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, bicara dengan nada keras
dan kasar, sikap ketus.
c. Perilaku: menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak
lingkungan, sikap menentang, dan amuk/agresif.
d. Emosi: jengkel, selalu menyalahkan, menuntut, perasaan terganggu, dan ingin
berkelahi.
e. Intelektual: mendominasi, cerewet atau bawel, meremehkan, suka berdebat, dan
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
f. Sosial: penolakan untuk didekati, mengasingkan diri, melakukan kekerasan, suka
mengejek, dan mengkritik.
g. Spiritual: merasa diri berkuasa, tidak realistik, kreatifitas terlambat, ingin orang
lain memenuhi keinginannya, dan merasa diri tidak berdosa.

4. Psikopatologi
Gangguan jiwa pada perilaku kekerasan dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti faktor predisposisi dan faktor presipitasi (Yosep, 2010).
a. Faktor Predisposisi
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan timbulnya perilaku kekerasan.
1) Faktor Psikologi
Psychoanalytical Theory; Teori ini mendukung bahwa perilaku agresif
merupakan naluri. Freud berpendapat bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh

3
dua insting. Pertama insting hidup yang diekpresikan dengan seksualitas, Dan
kedua insting kematian yang diekpresikan dengan agresivitas.
Frustation-aggresion theory; Teori yang dikembangkan pengikut Freud ini ini
berawal dari asumsi, bahwa bila usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan maka akan timbul dorongan agresif yang pada gilirannya
akan memotivasi perilaku yang dirancang untuk melukai orang atau obyek yang
menyebabkan frustasi.
2) Faktor Sosial Budaya
Social-Learning Theory; Teori yang dikembangkan oleh Bandura (1977) ini
memgemukakan bahwa agresi tidak berbeda dengan respon-respon yang lain.
Agresi dapat dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering
mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi
seseorang akan berespon terhadap keterbangkitan emosionalnya secara agresif
sesuai dengan respon yang dipelajari.
Kultural dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat
membantu mendefinisikan ekpresi agresif mana yang dapat diterima atau tidak
dapat diterima, sehingga dapat membantu individu untuk mengekpresikan marah
dengan cara yang asertif.
3) Faktor Biologis
Neorobilogical Faktor (Montague, 1979) bahwa dalam susunan persyarafan ada
juga yang berubah pada saat orang agresif. Sistem limbik berperan penting
dalam meningkatkan dan menurunkan agresifitas. Neurotransmitter yang sering
dikaitkan dengan perilaku agresif yaitu; serotonin, dopamim, norepinephrin,
acetikolin, dan asam amino GABA (gamma aminobutiric acid). GABA dapat
menurunkan agresifitas, norepinephrin dapat meningkatkan agresifitas, serotonin
dapat menurunkan agresifitas dan orang yang epilepsi.
b. Faktor Presipitasi
Secara umum, sesorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya
terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau lebih dikenal
dengan adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang. Ketika seseorang marasa
terancam, mungkin dia tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber
kemarahanya. Ancaman dapat berupa internal ataupun eksternal. Contoh stressor
internal adalah tidak berprestasi kerja, kehilangan orang yang dicintai, respon
4
terhadap penyakit kronis. Contoh stressor ekternal adalah serangan fisik, putus
hubungan, dikritik orang lain. Marah juga bisa disebabkan perasaan jengkel yang
menumpuk di hati atau kehilangan kontrol terhadap situasi. Marah juga bisa timbul
pada orang yang dirawat inap.

5. Penatalaksaan Medis
Penatalaksanaan gangguan jiwa dengan dengan perilaku kekerasan (Yosep,
2010) adalah sebagai berikut:
a. Psikofarmakologi
Obat-obatan yang diberikan adalah antiaanxiety dan sedative-hipnotics. Obat ini
dapat mengendalikan agitasi yang akut. Benzodiazepines seperti lorazepam dan
clonazepam, sering digunakan dalam kedaruratan psikiatri untuk menenangkan
perlawanan pasien.
b. Terapi Kejang Listrik atau Elektro Compulsive Therapy (ECT)
ECT merupakan suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan
menimbulkan kejang pada pasien baik tonik maupun klonik.

6. Penatalaksaan Keperawatan
Seorang perawat harus berjaga-jaga terhadap adanya peningkatan agitasi
pasien, hirarki perilaku agresif dan kekerasan. Disamping itu, perawat harus mengkaji
pula afek pasien yang berhubungan dengan perilaku agresif. Kelengkapan pengkajian
dapat membantu perawat dalam membina hubungan terapeutik dengan pasien,
mengkaji perilaku yang berpontensi kekerasan, mengembangkan suatu perencanaan,
mengimplementasikan perencanaan, dan mencegah perilaku kekerasan. (Yosep, 2010).
Perawat dapat mengimplementasikan berbagai intervensi untuk mencegah dan
mengelola perilaku agresif. Intervensi dapat melalui rentang intervensi keperawatan.
a. Kesadaran Diri
Perawat harus menyadari bahwa stress yang dihadapi dapat mempengaruhi
komunikasinya dengan pasien. Bila perawat tersebut merasa letih, cemas, marah,
atau apatis maka akan sulit baginya membuat pasien tertarik. Untuk mencegah
semua itu, maka perawat harus terus menerus meningkatkan kesadaran dirinya dan
melakukan supervise dengan memisahkan antara masalah pribadi dan masalah
pasien.
5
b. Pendidikan Pasien
Pendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikai dan cara
mengekpresikan marah yang tepat. Banyak pasien yang mengalami kesulitan
mengekpresikan perasaan, kebutuhan, hasrat, dan bahkan kesulitan
mengkomunikasikan semua ini pada orang lain. Jadi dengan perawat berkomunikasi
yang terapeutik diharapkan agar pasien mau mengekpresikan perasaannya, lalu
perawat menilai apakah respon yang diberikan pasien adaptif atau maladaptif.
c. Latihan Asertif
Kemampuan dasar interpersonal yang harus dimiliki perawat yaitu mampu
berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang, mengatakan tidak untuk
sesuatu yang tidak beralasan, sanggup melakukan komplain, dan mengekpresikan
penghargaan dengan tepat.
d. Komunikasi
Strategi berkomunikasi dengan pasien agresif adalah bersikap tenang, bicara
lembut, bicara tidak dengan menghakimi, bicara netral dengan cara yang kongkrit,
tunjukkan sikap respek, hindari kontak mata langsung, fasilitasi pembicaraan,
dengarkan pembicaraan, jangan terburu-buru menginterpretasikan, dan jangan
membuat janji yang tidak dapat ditepati.
e. Perubahan Lingkungan
Unit perawatan sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas seperti: membaca,
kelompok program yang dapat mengurangi perilaku pasien yang tidak sesuai dan
meningkatkan adaptasi sosialnya seperti terapi aktivitas kelompok. Terapi aktivitas
kelompok (TAK) merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat
kepada sekelompok pasien yang mempunyai masalah yang sama. Aktivitas
digunakan sebagai terapi sedangkan kelompok digunakan sebagai target sasaran
(Keliat dan Akemat, 2005). TAK yang sesuai dengan perilaku kekerasan adalah
terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: perilaku kekerasan.
f. Tindakan Perilaku
Tindakan perilaku pada dasarnya membuat kontrak dengan pasien mengenai
perilaku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, konsekuensi yang
didapat bila kontrak dilanggar.

6
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PRILAKU
KEKERASAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas Klien dan penanggung Jawab
Pada identitas mencakup Initial, Umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, suku bangsa, agama, alamat dan hubungan dengan penanggung.
2) Alasan dirawat
Alasan dirawat meliputi: keluhan utama dan riwayat penyakit, keluhan
utama berisi tentang sebab klien atau keluarga datang kerumah sakit dan
keluhan klien saat pengkajian. Pada riwayat penyakit terdapat faktor
predisposisi dan faktor presipitasi. Pada faktor predisposisi dikaji tentang
faktor-faktor pendukung klien untuk melalukan prilaku kekerasan. Faktor
presipitasi dikaji tentang faktor pencetus yang membuat klien melakukan
prilaku kekerasan
3) Pemeriksaan Fisik
Pengkajian/pemeriksaan fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ
tubuh dan kondisi fisik (dengan cara observasi, auskultasi, palpasi, perkusi
dan hasil pengukuran) dalam pengukuran dilakukan pengukuran tanda-
tanda vital
4) Pengkajian Psikososial
Pengkajian pada aspek psikososial dapat dilakukan pada genogram, konsep
diri, hubungan sosial dan aspek spiritual
a) Genogram
Genogram dapat dikaji melalui 3 jenis kajian yaitu :
(1) Kajian adopsi : yang membandingkan sifat antara anggota keluarga
biologis/satu keturunan dengan keluarga adopsi
(2) Kajian kembar : yang membandingkan sifat antara anggota
keluarga yang kembar identik secara genetik dengan saudara yang
tidak kembar.
(3) Kajian keluarga : yang membandingkan apakah suatu sifat banyak
kesamaan antara keluarga tinggkat pertama(seperti orang tua,
saudara kandung) dengan keluarga yang lain.
7
b) Konsep Diri
(1) Citra Tubuh
Yaitu sikap, persepsi masa lalu atau saat ini tentang ukuran,
penampilan, fungsi dan potensi tubuh, serta pengetahuan individu
secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya. Ini merupakan
persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuhnya yang paling
disukai dan tidak disukai
(2) Identitas Diri
Merupakan kesadaran klien untuk menjadi diri sendiri yang
tidak ada duanya dengan mensintesa semua gambaran diri sebagai
satu kesatuan utuh dan perasaan berbeda dengan orang lain. Ini
merupakan bagaimana persepsi tentang status dan posisi klien
sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status/posisi tersebut
(sekolah, pekerjaan, kelompok, keluarga, lingkungan masyarakat
sekitarnya) kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan
(gender)
(3) Peran
Yaitu pola sikap, prilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisisnya dalam keluarga, kelompok,
dimasyarakat dan bagaimana kemampuan klien dalam
melaksnakan tugas/perannya tersebut.
(4) Ideal Diri
Persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai
dengan standar personal. Ideal diri dapat berupa gambaran individu
yang disukai, tujuan atau nilai yang diinginkan. Ini merupakan
bagaimana harapan klien terhadap tubuhnya, posisi, status, tugas
atau peran dan harapan klien terhadap lingkungan.
(5) Harga Diri
Penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
sejauh mana perilaku mencapai ideal diri. Pencapain cita-cita yang
gagal akan menimbulkan HDR (harga diri rendah) yaitu perasaan
negative terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan

8
harga diri. Sebaliknya pencapaian cita-cita yang sukses akan
menimbulkan HDT (harga diri tinggi).
c) Hubungan Sosial
(1) Orang yang Terdekat
Siapa orang yang berarti dalam kehidupan klien, tempat mengadu,
bicara, minta bantuan baik secara material maupun secara non-
material.
(2) Peran Serta Dalam kegiatan Kelompok atau Masyarakat
klompok apa saja yang diikuti klien dilingkungannya dan sejauh
mana klien terlibat.
(3) Hambatan dalam hubungan dengan orang lain
Hambatan apa saja yang dialami klien dalam berhubungan dengan
orang lain/kelompok tersebut.
d) Spiritual
Mengkaji aspek spiritual klien yang meliputi:
(a) Agama serta keyakinan yang dianut klien/keluarganya.
Bagaimana nilai, norma, pandangan dan keyakinan diri klien,
keluarga dan masyarakat setempat tentang gangguan jiwa sesuai
dengan norma budaya dan agama yang dianut.
(b) Kegiatan keagamaan, ibadah dan kegiatan keagamaan apa saja
yang dilakukan klien dirumah/ dilingkungan sekitarnya baik
secara individu maupun kelppmpok serta pendapat klien/keluarga
tentang ibadah tersebut.
5) Pengkajian status mental
Pengkajian pada status mental dapat dilakukan pada penampilan,
pembicaraan, aktivitas motorik, afek emosi.
a) Penampilan
Observasi pada penampilan umum klien yang merupakan
karakteristik klien yaitu penampilan usia, cara berpakaian, kebersihan,
sikap tubuh, cara berjalan, ekskresi wajah, kontak mata,
dilatasi/konstruksi pupil, status gizi/kesehatan umum.
Pada klien dengan prilaku kemungkinan penampilan yang
ditunjukkan adalah mata melotot / pandangan tajam, tangan
9
mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, serta postur
tubuh kaku.
b) Pembicaraan
Pada pembicaraan perhatikan bagaimana pembicaraan yang
didapat pada klien, apakah cepat, keras, gagap, inkoherensi, apatis,
lambat, membisu, tidak mampu memulai pembicaraan, pembicaraan
berpindah-pindah dari satu kalimat kekalimat lainnya yang tidak
berkaitan,
Pada klien dengan prilaku kekerasan kemungkinan akan
berbicara dengan mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor,
berbicara dengan nada keras, kasar, ketus.
c) Aktivitas Motorik
Aktivitas motorik berkenaan dengan gerakan fisik perlu dicatat
dalam hal tingkat aktivitas (letargi, tegang, gelisah, agitasi) jenis (tik,
seringai, tremor) dan isyarat tubuh/mannerisme yang tidak wajar
Aktivitas motorik yang mungkin dilakuakan adalah menyerang orang
lain, melukai diri sendiri / orang lain, merusak lingkungan,
amuk/agresif.
d) Alam Perasaan
Yang perlu diobservasi antara lain : sedih, putus asa atau perasaan
gembira yang berlebih, ketakukan dan khawatir
e) Afek
Adapun beberapa gangguan afek dan emosi adalah sebagai berikut :
(1) Depresi yaitu keadaan psikologis (dengan manifestasi rasa sedih,
susah, rasa tak berguna, gagal, kehilangan, rasa berdosa, putus
asa, penyesalan tak ada harapan)
(2) Ketakutan/takut yaitu afek emosi terhadap objek yang ditakuti
sudah jelas.
(3) Khawatir, cemas, ansietas yaitu ketakutan pada sesuatu objek
yang belum jelas atau keadaan tidak enak/tidak nyaman yang
tidak jelas penyebabnya. Jenis cemas antara lain : kecemasan
mengambang/free floating anxietas, agitasi, panik atau kecemasan
hebat dengan kegelisahan.
10
(4) Anhedoneia yaitu tidak timbul perasaan senang dengan aktivitas
yang biasanya menyenangkan bagi dirinya.
(5) Euforia yaitu rasa senang, riang, gembira, bahagia, yang
berlebihan yang tidak sesuai dengan keadaan. Elasa adalah bentuk
euforia yang lebih hebat dan Exaltasi atau extaci adalah suatu
bentuk euforia yang sangat hebat.
(6) Kesepian adalah merasa dirinya ditinggalkan/dipisah-kan dari atau
oleh yang lainnya.
(7) Kedangkalan/tumpul/datar adalah kemiskinan afek/ emosi secara
umum atau kuantitas, tidak ada perubah-an dalam roman muka
pada saat ada stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan,
bereaksi bila ada stimulus yang lebih kuat.
(8) Labil adalah emosi yang secara cepat berubah-rubah, tanpa suatu
pengendalian yang baik.
(9) Tak wajar/tidak sesuai adalah emosi yang tidak sesuai atau
bertentangan dengan stimulus yang ada, keadaan tertentu secara
kuantitatif atau dengan isi pembicaraan/ pikirannya.
(10) Ambivalensi adalah afek/emosi yang berlawanan dan timbul
secara bersama-sama terhadap seseorang, objek atau kondisi
tertentu.
(11) Apatis adalah berkurangnya afek/emosi terhadap sesuatu semua
hal yang disertai rasa terpencil dan tidak peduli dengan
lingkungan sekitarnya.
(12) Amarah atau kemurkaan adalah permusuhan yang bersifat agresif,
tidak realistik, menghancurkan dirinya, orang lain, lingkungan
yang sifatnya bukan untuk memecahkan suatu masalah yang
dihadapinya.
f) Interaksi selama wawancara
Keadaan yang ditampilkan klien saat wawancara seperti bermusuhan,
tidak kooperatif, mudah tersinggung, kontak mata kurang (tidak mau
menatap lawan bicara), defensif (selalu berusaha mempertahankan
pendapat dan kebenaran dirinya) atau curiga (menunjukan
sikap/perasaan tidak percaya pada orang lain).
11
g) Persepsi
Gangguan pada persepsi sensorik diantaranya halusinasi, ilusi,
derealisasi, depersonalisasi, agnosia, gangguan somatosensorik.
Gangguan persepsi juga dapat memicu klien untuk melakuakan prilaku
kekerasan.
h) Proses Pikir
Gangguan pada arus dan bentuk pikir dapat dijelaskan dan dibedakan
yaitu Sirkumtansila (pikiran berputar-putar), Tangensial yaitu
pembicaraan yang berbelit-belit dan tidak sampai pada tujuan/maksud
yang dibeikan, Asosiasi longgar (asosiasi bebas/kehilangan asosiasi)
yaitu tidak ada hubungan yang dikatakan antara satu kalimat dengan
kalimat yang lain. Flight of idea (pikiran melayang) yaitu pembicaraan
pada beberapa ide-ide yang melompat-lompat. Blocking (benturan)
yaitu pembicaraan yang berhenti secara tiba-tiba tanpa adanya
gangguan secara eksternal. Perseverasi yaitu pembicaraan yang
berulang-ulang pada suatu ide, pikiran dan tema secara berlebihan.
Inkoheren (irrelevansi) yaitu pembicaraan dimana satu kalimatpun sulit
dipahami maksudnya, pembicaraan tidak ada hubungannya dengan
stimulus/pertanyaan atau hal-hal yang sedang dibicarakan, Logorhoe
yaitu banyak bicara yang bertubi-tubi tanpa adnya kontrol yang jelas
bisa koheren atau inkoheren.
i) Isi Pikir
Gangguan pada isi pikir yaitu Ekstasi/extacy : isi pikiran yang tidak
dapat diceritakan yang dimanifestasikan dengan kegembiraan, fantasi:
yaitu isi pikiran tentang keadaan/kejadian yang diharapkan/diinginkan
sebagai hal-hal yang tidak nyata sebagai pelarian terhadap keinginan
yang tiddak dapat dipenuhinya. Obsesi : isi pikiran yang telah
muncul/kokoh walaupun pasien berusaha menghilangkannya,
Hipokondria : isi pikiran yang meyakinkan adanya suatu gangguan
organ didalam tubuh yang dimanifestasikan sebagai keluhan atau sakit
secara fisik, depersonalisasi : yaitu isi pikiran yang berupa perasaan
yang aneh/asing/terhadap dirinya sendiri, orang lain atau lingkungan
sekitarnya. Mengobservasi tingkat kesadaran klien, kesadaran dapat
12
digambarkan sebagai berikut : Apatis ( tidak mengacuhkan terhadap
rangsangan/lingkungan sekitarnya, mulai mengantuk, Somnolensia
(menganatuk dan tidak ada perhatian sama sekali), Bingung delirium,
sedasi : (kacau, merasa melayang antara sadar dan tidak sadar), sopor
(ingatan, orientasi, pertimbangan hilang, hanya berespon terhadap
rangsangan yang keras dan kuat), stupor, subkoma, soporoskomatus
tidak ada terhadap rangsngan yang keras dan tidak mengerti semua
yang terjadi di lingkungan), koma (tidur yang sangat dalam, beberapa
reflek hilang seperti pupil, cahaya, muntah dan dapat timbul reflek
yang patologis)
j) Tingkat Kesadaran
Mengobservasi tingkat kesadaran klien, kesadaran dapat digambarkan
sebagai berikut : Apatis ( tidak mengacuhkan terhadap
rangsangan/lingkungan sekitarnya, mulai mengantuk, Somnolensia
(menganatuk dan tidak ada perhatian sama sekali), Bingung delirium,
sedasi : (kacau, merasa melayang antara sadar dan tidak sadar), sopor
(ingatan, orientasi, pertimbangan hilang, hanya berespon terhadap
rangsangan yang keras dan kuat), stupor, subkoma, soporoskomatus
tidak ada terhadap rangsngan yang keras dan tidak mengerti semua
yang terjadi di lingkungan), koma (tidur yang sangat dalam, beberapa
reflek hilang seperti pupil, cahaya, muntah dan dapat timbul reflek
yang patologis)
k) Memori
Daya ingat klien atau kemampuan mengingat hal-hal yang telah terjadi,
daya ingat jangka panjang (memori masa lalu, lama/lebih dari 1 tahun),
daya ingat jangka menengah memori yang diingat dalam 1 minggu
terahir sampai 24 jam terahir, Daya ingat jangka pendek memori yang
sangat baru, tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
l) Tingkat konsentrasi berhitung
Gangguan konsentrasi dan berhitung antara lain : Mudah
beralih/mudah dialihkan, mudah berganti perhatiannya/konsentrasi dari
suatu objek ke objek lainnya. Tidak mampu berkonsentrasi, klien selalu
meminta agar pertanyaan sebelumnya diulang. Tidak mampu berhitung
13
yaitu tidak dapat melakukan penambahan/pengurangan angka-angka
atau benda-benda yang nyata, sederhana, banyak, rumit atau kompleks.
m) Kemampuan Penilaian
Data yang perlu dikaji melalui wawancara antara lain: Gangguan
ringan yaitu bilamana gangguan ini terjadi ia tetap dapat mengambil
keputusan secara sederhana dengan bantuan orang lain, seperti ia dapat
memilih akan mandi sebelum makan atau sebaliknya. Gangguan
bermakna bilamana gangguan ini terjadi ia tetap tidak dapat/tidak
mampu mengambil suatu keputusan meskipun secara sederhana dan
mendapatkan bantuan orang lain.
n) Daya Tilik Diri
Gangguan pada daya tilik diri adalah :
(1) Mengingkari penyakit yang diderita, dimana ia tidak menyadari
gejala gangguan jiwa/penyakitnya, perubahan fisik, dan emosi
dirinya.
(2) Menyalahkan hal-hal yang diluar dirinya, bilamana ia cenderung
menyalahkan orang lain/lingkungan dan ia merasa orang
lain/lingkungan diluar dirinya yang menyebabkan ia seperti
ini/kondisi saat ini.
6) Kebutuhan persiapan pulang
Data ini harus dikaji untuk mengetahui masalah yang mungkin akan
terjadi atau akan dihadapi klien, kluarga atau masyarakat sekitarnya pada
saat klien pulang atau setelah klien pulang dari rumah sakit, data yang harus
dikaji adalah : Perawatan diri (Mandi, kebersihan, makan, buang air kecil,
buang air besar, dan ganti pakaian) secara mandiri, perlu bantuan minimal
atau bantuan total
b. Analisa data
Setelah data terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data untuk
merumuskan masalah-masalah yang dihadapi klien. Data tersebut diklasifikasikan
menjadi data subyektif dan obyektif:
1) Data Subyektif (Farida, 2010, hal. 50)
Data subyektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh pasien dan keluarga.
Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarga. Data
14
subyektif yang mungkin didapat yaitu, klien mengeluh perasaan terancam, marah
dan dendam. Perasaan tak berguna, jengkel atau mengungkapkan adanya keluhan
fisik seperti dada berdebar, dada sesak dan bingung.
2) Data Obyektif
Data obyektif yaitu data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan melalui
observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat seperti, wajah tegang, mudah
tersinggung saat diajak berbicara, tatapan mata tajam, muka tampak merah, posisi
tubuh condong kedepan dengan tangan mengepal.

c. Pohon Masalah
Effect ...... Resiko Mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Core Problem ................. Perilaku Kekerasan

Etiologi .............................. Harga Diri Rendah

Diagnosa Keperawatan: Perilaku kekerasan

2. Diagnosa keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul untuk maslah prilaku kekerasan adalah:
a. Perilaku Kekerasan
b. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
c. Harga diri rendah.

15
3. Rencana Keperawatan Perilaku Kekerasan

No. Diagnosa Perencanaan


Tgl Intervensi Rasional
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
1 2 3 4 5 6 7
Perilaku 1. Klien dapat 1.1 Klien mau membalas 1. Beri salam /panggil nama klien  Hubungan saling percaya
kekerasan membina salam 2. Sebutkan nama perawat sambil merupakan landasan utama
hubungan 1.2 Klien mau menjabat jabat tangan untuk hubungan selanjutnya
saling percaya tangan 3. Jelaskan maksud hubungan
1.3 Klien mau interaksi
menyebutkan nama 4. Jelaskan tentang kontrak yang
1.4 Klien mau tersenyum akan dibuat
1.5 Klien mau kontak 5. Beri rasa aman dan sikap
mata empati
1.6 Klien mengetahui 6. Lakukan kontak singkat tapi
nama perawat sering
1.7 Menyediakan waktu
untuk kontrak
2. Klien dapat 2.1 Klien dapat 1. Beri kesempatan untuk  Beri kesempatan untuk
mengidentifik mengungkapkan mengungkapkan perasaannya mengungkapkan

17
asikan perasaanya 2. Bantu klien untuk perasaannya dapat
penyebab 2.2 Klien dapat mengungkapkan jengkel/kesal membantu mengurangi
perilaku mengungkapkan stress dan penyebab
kekerasan penyebab perasaan perasaan jengkel/kesal
jengkel/kesal (dari diri dapat diketahui
sendiri, dari
lingkungan/orang lain)
3. Klien dapat 3.1 Klien dapat 1. Anjurkan klien  Untuk mengetahui hal yang
mengidentifik mengungkapkan mengungkapkan apa yang dialami dan dirasa saat
asikan tanda- perasaan saat dialami saat marah/jengkel jengkel
tanda perilaku marah/jengkel 2. Observasi tanda perilaku  Untuk mengetahui tanda-
kekerasan 3.2 Klien dapat kekerasan pada klien tanda klien jengkel/ kesal
menyimpulkan tanda- 3. Simpulkan bersama klien  Menarik kesimpulan
tanda jengkel/kesal tanda-tanda jengkel/kesal yang bersama klien supaya klien
yang dialami dialami klien mengetahui secara garis
besar tanda-tanda
marah/kesal
4. Klien dapat 4.1 Klien dapat 1. Anjurkan klien untuk  Mengeksplorasi perasaan
mengidentifik mengungkapkan mengungkapkan perilaku klien terhadap perilaku
asi perilaku perilaku kekerasan kekerasan yang biasa kekerasan yang biasa

18
kekerasan yang biasa dilakukan dilakukan klien dilakukan
yang biasa 4.2 Klien dapat bermain 2. Bantu klien bermain peran  Untuk mengetahui perilaku
dilakukan peran dengan perilaku sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
kekerasan yang biasa kekerasan yang biasa dilakukan dan dengan
dilakukan dilakukan bantuan perawat bisa
4.3 Klien dapat membedakan perilaku
mengetahui cara yang kontrustif dan destruktif
biasa dapat 3. Bicarakan dengan klien apakah  Dapat membantu klien
menyesuaikan masalah cara yang klien lakukan dapat menemukan cara
atau tidak masalahnya selesai? yang dapat menyelesaikan
masalah
5. Klien dapat Klien dapat menjelaskan 1. Bicarakan akibat / kerugian  Membantu klien untuk
mengidentifik akibat dari cara yang dari cara yang dilakukan menilai perilaku kekerasan
asi akibat digunakan klien klien yang dilakunnya
perilaku  Dengan mengetahui akibat
kekerasan 2. Bersama klien perilaku kekerasan
menyimpulkan cara yang diharapkan klien dapat
digunakan oleh klien merubah perilaku destruktif
yang dilakukannya menjadi
perilaku yang konstruktif

19
6. Klien dapat 6.1 Klien dapat melakukan 1. Tanyakan pada klien “apakah  Agar klien dapat
mengindentifi cara berespon terhadap ia ingin mempelajari cara mempelajari cara yang lain
kasi cara kemarahan secara baru yang sehat ?” yang konstruktif
kontruktif kontrustif 2. Berikan pujian jika klien  Dengan mengidentifikasi
dalam mengetahui cara lain yang cara yang konstruktif dalam
merespon sehat merespon terhadap
terhadap 3. Diskusikan dengan klien cara kemarahan dapat membantu
kemarahan lain yang sehat klien menemukan cara yang
a. Secara fisik : tarik nafas baik untuk mengurangi
dalam jika sedang kejengkelan sehingga klien
kesal/memukul bantal/kasur tidak stress lagi.
atau olah raga/ pekerjaan  Reinforcement positif dapat
yang memerlukan tenaga. memotivasi klien dalam
b. Secara verbal : katakana meningkatkan harga dirinya
bahwa anda sedang  Berdiskusi dengan klien
kesal/tersinggung/jengkel untuk memilih cara yang
(saya kesal anda berkata lain sesuai dengan
seperti itu ; saya marah kemampuan klien
karena anda tidak memenuhi
keinginan saya)
c. Secara sosial : lakukan dalam
20
kelompok cara-cara marah
yang sehat ; latihan asentif.
Latihan manajemen perilaku
kekerasan
d. Secara spiritual : anjurkan
klien sembahyang, berdoa/
ibadah lain; meminta pada
Tuhan untuk diberi
kesabaran, mengadu pada
Tuhan kekerasan
/kejengkelan
7. Klien dapat 7.1 Klien dapat 1. Bantu klien memilih cara  Memberi simulasi kepada
mendemonstra mendemonstrasikan yang paling tepat untuk klien klien untuk menilai respon
sikan cara cara mengontrol 2. Bantu klien mengidentifikasi petrilaku kekerasan secara
mengontrol perilaku kekerasan manfaat cara dipilih tepat.
perilaku - Fisik : tarik napas 3. Bantu keluarga klien untuk  Membantu klien dalam
kekerasan dalam, olah raga, menstimulasi cara tersebut ( membuat keputusan
menyiram tanaman roll play) terhadap cara yang telah
- Verbal : 4. Berreinforcement positif atau dipilihnya dengan melihat
mengatakan secara keberhasilan klien manfaatnya.

21
langsung dengan menstimulasi cara tersebut  Agar klien mengetahui cara
tidak menyakiti 5. Anjurkan klien untuk marah yang kontrustif
- Spiritual : menggunakan cara yang telah  Pujian dapat meningkatkan
sembahyang, dipelajari saat jengkel/marah motifasi harga diri klien
berdoa atau ibadah  Agar klien dapat
lainnya melaksanakan cara yang
telah dipilihnya jika ia
sedang kesal
8. Klien 8.1 Keluarga klien dapat : 1. identifikasi kemampuan  kemampuan keluarga dalam
mendapat - menyebutkan cara keluarga merawat klien dari mengidentifikasi akan
dukungan merawat klien sika apa yang telah dilakukan memungkinkan keluarga
keluarga yang berperilaku keluarga terhadap klien untuk melakukan penilaian
dalam kekerasan selama ini terhadap perilaku kekerasan
mengontrol - mengungkapkan 2. jelaskan peran serta keluarga  meningkatkan pengetahuan
perilaku rasa puas dalam dalam merawat klien keluarga tentang cara
kekerasan merawat klien 3. jelaskan cara-cara merawat merawat klien sehingga
klien keluarga terlibat dalam
- terkai dengan cara perawatan klien
mengontrol perilaku  agar klien dapat merawat
marah secara kontruktif klien dengan perilaku

22
- sikap tenang, bicara kekerasan
tenang dan jelas  agar keluarga mengetahui
- membantu klien mengenal cara merawat klien melalui
penyebab ia marah demonstrasi yang dilihat
4. bantu keluarga  mengeksplorasi perasaan
mendemontrasikan cara keluarga setelah melakukan
merawat klien demonstrasi
5. bantu keluarga
mengungkapkan perasaannya
setelah melakukan
demontrasi
9. klien dapat 9.1 klien dapat 1. jelaskan jenis-jenis obat yang  Klien dan keluarga dapat
menggunakan menyebutkan obat- diminum klien pada keluarga mengetahui nama-nama
obat-obatan obatan yang diminum 2. diskusikan manfaat minum obat yang diminum oleh
yang diminum serta kegunaannya obat dan kerugian berhenti klien
dan (jenis, waktu dan efek) minum obat tanpa seizing  Klien dan keluarga dapat
kegunaannya 9.2 klien dapat meminum dikter mengetahui kegunaan obat
(jenis, waktu, obat sesuai program 3. jelaskan prisip benar minum yang dikonsumsi klien
dosis dan pengobatan obat (baca nama yang tertera,  Klien dan keluarga
efek) pada botol obat, dosis obat, mengetahui prinsip benar

23
waktu dan cra minum) agartidak terjadi kesalahan
4. ajarkan klien minta obat dan dalam mengonsumsi obat
minum tepat waktu  Klien dapat memiliki
5. anjurkan klien melaporkan kesadaran pentingnya
pada perawat atau dokter jika minum obat dan bersedia
merasakan efek yang tidak minum obat dengan
menyenangkan kesadaran sendiri
6. beri pujian, jika klien minum  Mengetahui efek samping
obat dengan benar. sedini mungkin sehingga
tindakan dapat dilakukan
sesegera mungkin untuk
menghindari komplikasi
 Reinforcement positif dapat
memotifasi keluarga dan
lien serta dapat
meningkatkan harga diri.

24
4. Impelemntasi Keperawatan Prilaku Kekerasan dalam bentuk
Strategi Pelaksanaan
SP1 PASIEN SP1 KELUARGA
1. Mengidentifikasi penyebab prilaku 1. Mendiskusikan masalah yang
kekerasan. diharapkan keluarga dalam merawat
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala klien .
prilaku kekerasan. 2. Menjelaskan pengertian prilaku
3. Mengidentifikasi prilaku kekerasan kekerasan, tanda dan gejala prilaku
yang di lakukan. kekerasan, serta proses terjadinya
4. Mengidentifikasi akibat perilaku prilaku kekerasan.
kekrasan.
5. Menyebutkan cara mengontrol
prilaku kekerasan.
6. Membantu klien mempraktekan
latihan cara mengontrol prilaku
kekerasan secara fisik 1 : latihan
nafas dalam.
7. Menganjurkan klien memasukkan ke
dalam kegiatan harian.
SP2 PASIEN SP2 KELUARGA
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Melatih keluarga mempraktikan cara
klien. merawat klien dengan prilaku
2. Melatih klien mengontrol prilaku kekerasan.
kekerasan dengan cara fisik 2: pukul 2. Melatih keluarga melakukan cara
kasur dan bantal . merawat langsung kepada klien
3. Menganjurkan klien memasukan ke prilaku kekerasan.
dalam kegiatan harian
SP3 PASIEN SP3 KELUARGA
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Membantu keluarga membuat jadwal
klien aktifitas di rumah termasuk minum obat
2. Melatih klien mengontrol prilaku (discharge planning).
kekerasan dengan cara sosial/ verbal Menjelasakan follow up klien setelak

25
3. Menganjurkan klien memasukan ke pulang.
dalam kegiatan harian.
SP4 PASIEN
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien.
2. Melatih klien mengontrol prilaku
kekerasan dengan cara spiritual.
3. Menganjurkan klien memasukan ke
dalam kegiatan harian.
4. SP5 PASIEN
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien.
2. Melatih klien mengontrol prilaku
kekerasan dengan minum obat.
3. Menganjurkan klien memasukan
kedalam kegiatan harian.

(Mukhripah dan Iskandar, 2012)

5. Evaluasi Keperawatan
Hasil yang diharapkan pada asuhan keperawatan klien dengan perilaku
kekerasan adalah :
a. Klien membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat mengidentifikasikan penyebab perilaku kekerasan.
c. Klien dapat mengidentifikasikan tanda dan gejala perilaku kekerasan.
d. Klien dapat mengidentifikasikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
e. Klien dapat mengidentifikasikan akibat perilaku kekerasan.
f. Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku
kekerasan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Nurjannah, I. 2008. Penangan Klien Dengan Masalah Psikiatri Kekerasan.
Yogyakarta: MocoMedika.
Maramis, W.F. 2005 Catatan Ilmu Keperawatan Jiwa. Surabaya: Airlangga
Universitas Press.
Stuart, G.W. and Laraia. 2005. Principles and Praktice of Psychiatric Nursing, St.
Louis: Mosby Year B
Stuart dan Sundeen, 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Videbeck, S. L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi. Bandung: PT Refika Aditama.

27

Anda mungkin juga menyukai

  • New
    New
    Dokumen24 halaman
    New
    angkatan10 kelas B
    Belum ada peringkat
  • I Nyoman Arya Rahma Trisna 16121001005
    I Nyoman Arya Rahma Trisna 16121001005
    Dokumen27 halaman
    I Nyoman Arya Rahma Trisna 16121001005
    angkatan10 kelas B
    Belum ada peringkat
  • I Nyoman Arya Rahma Trisna 16121001005
    I Nyoman Arya Rahma Trisna 16121001005
    Dokumen27 halaman
    I Nyoman Arya Rahma Trisna 16121001005
    angkatan10 kelas B
    Belum ada peringkat
  • Dipam
    Dipam
    Dokumen2 halaman
    Dipam
    angkatan10 kelas B
    Belum ada peringkat
  • Dipam
    Dipam
    Dokumen2 halaman
    Dipam
    angkatan10 kelas B
    Belum ada peringkat
  • Mue
    Mue
    Dokumen13 halaman
    Mue
    angkatan10 kelas B
    Belum ada peringkat
  • Lang Kah
    Lang Kah
    Dokumen17 halaman
    Lang Kah
    angkatan10 kelas B
    Belum ada peringkat
  • Pathway KAD
    Pathway KAD
    Dokumen1 halaman
    Pathway KAD
    angkatan10 kelas B
    Belum ada peringkat
  • Tugas I
    Tugas I
    Dokumen1 halaman
    Tugas I
    angkatan10 kelas B
    Belum ada peringkat
  • Ceklist
    Ceklist
    Dokumen7 halaman
    Ceklist
    angkatan10 kelas B
    Belum ada peringkat
  • Pathway KAD
    Pathway KAD
    Dokumen1 halaman
    Pathway KAD
    angkatan10 kelas B
    Belum ada peringkat
  • Bronkis
    Bronkis
    Dokumen15 halaman
    Bronkis
    angkatan10 kelas B
    Belum ada peringkat
  • Ami
    Ami
    Dokumen36 halaman
    Ami
    angkatan10 kelas B
    Belum ada peringkat
  • Askep Kritis
    Askep Kritis
    Dokumen18 halaman
    Askep Kritis
    Yan Len
    Belum ada peringkat
  • Pathway KAD
    Pathway KAD
    Dokumen1 halaman
    Pathway KAD
    angkatan10 kelas B
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 Gua
    BAB 1 Gua
    Dokumen11 halaman
    BAB 1 Gua
    angkatan10 kelas B
    Belum ada peringkat
  • Pathway KAD
    Pathway KAD
    Dokumen1 halaman
    Pathway KAD
    angkatan10 kelas B
    Belum ada peringkat
  • LP Hipertensi
    LP Hipertensi
    Dokumen7 halaman
    LP Hipertensi
    angkatan10 kelas B
    Belum ada peringkat
  • Pathway Ppok
    Pathway Ppok
    Dokumen6 halaman
    Pathway Ppok
    angkatan10 kelas B
    Belum ada peringkat
  • PEMBAHASAN
    PEMBAHASAN
    Dokumen24 halaman
    PEMBAHASAN
    angkatan10 kelas B
    Belum ada peringkat
  • Tugas I
    Tugas I
    Dokumen10 halaman
    Tugas I
    angkatan10 kelas B
    Belum ada peringkat
  • Lang Kah
    Lang Kah
    Dokumen17 halaman
    Lang Kah
    angkatan10 kelas B
    Belum ada peringkat
  • Sepsis
    Sepsis
    Dokumen8 halaman
    Sepsis
    angkatan10 kelas B
    Belum ada peringkat
  • Bunuh Diri
    Bunuh Diri
    Dokumen15 halaman
    Bunuh Diri
    angkatan10 kelas B
    Belum ada peringkat
  • 1 DPD
    1 DPD
    Dokumen14 halaman
    1 DPD
    angkatan10 kelas B
    Belum ada peringkat
  • Pathway Atresia Bilier
    Pathway Atresia Bilier
    Dokumen2 halaman
    Pathway Atresia Bilier
    angkatan10 kelas B
    Belum ada peringkat
  • Woc Hisprung
    Woc Hisprung
    Dokumen1 halaman
    Woc Hisprung
    Sergio Putra de Gea
    Belum ada peringkat
  • Halusinasi
    Halusinasi
    Dokumen23 halaman
    Halusinasi
    angkatan10 kelas B
    Belum ada peringkat
  • Isos
    Isos
    Dokumen19 halaman
    Isos
    Lya Lolly'dhrra
    Belum ada peringkat