Anda di halaman 1dari 16

TERAPI PSIKOEDUKASI BAGI PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN

DALAM RUMAH TANGGA

Dosen Pembimbing:

Ritna Udiyani, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Alda NIM 1114190632

Mariatul Kiptiah NIM 1114190637

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES DARUL AZHAR BATULICIN

TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Dialah satu-satunya Dzat yang memberikan perlindungan dunia dan
akhirat kelak. Dialah sesungguhnya Maha pemberi petunjuk yang tiada dapat
menyesatkan. Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT
yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Laporan ini dapat tersusun dengan baik berkat bantuan, bimbingan,


masukan, dan motivasi dari banyak pihak. Pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ritna Udiyani, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen pembimbing yang telah


memberikan masukan, dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan ini dengan tepat waktu.
2. Orang tua serta saudara-saudara tercinta atas do’a, motivasi, dan harapannya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar.
3. Teman-teman yang telah memberikan motivasi dan masukan yang baik kepada
penulis sehingga bisa menyelesaikan laporan ini dengan lancar.
Mudah-mudahan amal baik mereka senantiasa mendapat pahala dan balasan yang
setimpal dari Allah Swt. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya.Aamin.

Simpang Empat, November 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Definisi istilah psikoedukasi adalah suatu intervensi yang dapat
dilakukan pada individu, keluarga, dan kelompok yang fokus pada mendidik
partisipannya mengenai tantangan signifikan dalam hidup, membantu
partisipan mengembangkan sumber- sumber dukungan dan dukungan sosial
dalam menghadapi tantangan tersebut, dan mengembangkan keterampilan
coping untuk menghadapi tantangan tersebut.[ CITATION Wal10 \l 1057 ]
KDRT dengan alasan apapun dari waktu ke waktu akan berdampak
terhadap keutuhan keluarga, yang pada akhirnya bisa membuat keluarga
berantakan. Jika kondisinya demikian, yang paling banyak mengalami
kerugian adalah anak-anaknya terlebih bagi masa depannya. Karena itulah
perlu terus diupayakan mencari jalan terbaik untuk menyelamatkan institusi
keluarga dengan tetap memberikan perhatian yang memadai untuk
penyelamatan terutama anggota keluarga, dan umumnya masyarakat
sekitarnya.
Kekerasan dalam rumah tangga dapat dilakukan oleh siapa saja yang
berada di dalam rumah tangga tersebut, anggota rumah tangga baik laki-laki
maupun perempuan memungkinkan menjadi pelaku atau menjadi korban
kekerasan di dalam rumah tangga. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti,
perempuan cenderung lebih banyak menjadi korban dari pada sebagai pelaku
dan sebaliknya laki-laki lebih banyak menjadi pelaku dari pada sebagai
korban kekerasan. Temuan peneliti di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan
Sosial (LK3) Teratai Yogyakarta, kasus-kasus pelanggaran hak atau
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap istri mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Berikut grafik kasus KDRT berdasarkan catatan
di LK3 Teratai Yogyakarta dari tahun 2013 hingga 2016.

4
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana menganalisis jurnal dengan terapi psikoedukasi bagi perempuan
korban kekerasan dalam rumah tangga dengan menggunakan PICO dan
menganalisis jurnal dengan pendekatan VIA?

1.3. Tujuan
1.3.1. Umum
Agar mengetahui bagaimana cara mengkritik jurnal dengan PICO VIA
1.3.2. Khusus
a) Mengetahui definisi psikoedukasi
b) Mengetahui teori psikoedukasi
c) Mengetahui definisi KDRT
d) Mengetahui penyebab dari KDRT
e) Mengetahui bentuk-bentuk KDRT
f) Mengetahui konsep dari EBN

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Terapi Psikoedukasi


2.1.1. Pengertian Psikoedukasi
Psikoedukasi adalah suatu bentuk pendidikan ataupun
pelatihan terhadap seseorang dengan gangguan psikiatri yang
bertujuan untuk proses treatment dan rehabilitasi. Sasaran dari
psikoedukasi adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan
penerimaan pasien terhadap penyakit ataupun gangguan yang ia alami,
meningkatkan pertisipasi pasien dalam terapi, dan pengembangan
coping mechanism ketika pasien menghadapi masalah yang berkaitan
dengan penyakit tersebut.[ CITATION Bor10 \l 1057 ].
Psikoeduakasi adalah treatment yang diberikan secara
profesional dimana mengintegrasikan intervensi psikoterapeutik dan
edukasi [ CITATION Wal10 \l 1057 ]
Berdasarkan definisi-definisi di atas, psikoedukasi (PE) dapat
diterapkan tidak hanya kepada individu tetapi juga dapat diterapkan
pada keluarga dan kelompok. Psikoedukasi dapat digunakan sebagai
bagian dari proses treatment dan sebagai bagian dari rehabilitasi bagi
pasien yang mengalami penyakit ataupun gangguan tertentu.
Walaupun demikian, psikoedukasi tidak hanya dapat diterapkan pada
ranah psikiatri tetapi dapat juga diterapkan pada ranah lainnya.
Psikoedukasi dapat diterapkan tidak hanya pada individu atau
kelompok yang memiliki gangguan psikiatri, tetapi juga digunakan
agar individu dapat menghadapi tantangan tertentu dalam tiap tingkat
perkembangan manusia sehingga mereka dapat terhindar dari masalah
yang berkaitan dengan tantangan yang mereka hadapi.
2.1.2. Teori Psikoedukasi
Menurut [ CITATION Bro11 \l 1057 ] ada beberapa Teori- teori yang
melatarbelakangi psikoedukasi antara lain sebagai berikut:

6
a. Teori sistem ekologi
b. Teori kognitif-perilaku
c. Teori belajar
d. Model dukungan sosial

2.2. Teori KDRT


2.2.1. Pengertian KDRT
Kekerasan pada perempuan sebagai “segala bentuk perilaku
kekerasan yang dialami oleh perempuan baik yang terdapat dalam
masyarakat sekitar maupun dalam kehidupan pribadi baik secara fisik,
mental, ataupun dalam hal penelantaran terhadap perempuan itu
sendiri (pemaksaan, perampasan semena-mena) baik yang terdapat
dalam masyarakat sekitar maupun dalam hal pribadi” [ CITATION
Soe10 \l 1057 ].
2.2.2. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan dalam Rumah Tangga
Menurut [ CITATION Ann18 \l 1057 ] beberapa faktor penyebab
terjadinya KDRT yang terjadi di masyarakat, antara lain:
1) Budaya patriarki yang menempatkan posisi pihak yang memiliki
kekuasaan merasa lebih unggul.
2) Pandangan dan pelabelan negatif (stereotype) yang merugikan,
misalnya laki-laki kasar, maco, perkasa sedangkan perempuan
lemah, dan mudah menyerah jika mendapatkan perlakuan kasar.
3) Interpretasi agama yang tidak sesuai dengan nilai-nilai universal
agama. Agama sering digunakan sebagai legitimasi pelaku KDRT
terutama dalam lingkup keluarga, padahal agama menjamin hak-
hak dasar seseorang, seperti cara memahami nusyuz, yakni suami
boleh memukul istri dengan alasan mendidik atau ketika istri
tidak mau melayani kebutuhan seksual suami maka suami berhak
memukul dan ancaman bagi istri adalah dilaknat oleh malaikat.
4) KDRT berlangsung justru mendapatkan legitimasi masyarakat
dan menjadi bagian dari budaya, keluarga, negara, dan praktek di

7
masyarakat, sehingga menjadi bagian kehidupan yang sulit

dihapuskan, kendatipun terbukti merugikan semua pihak.


2.2.3. Bentuk-bentuk KDRT
Menurut [ CITATION Muf74 \l 1057 ] Setiap orang dilarang melakukan
kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah
tangganya, dengan cara:
1) Kekerasan fisik
Kekerasan fisik yaitu perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit,
jatuh sakit atau luka berat. Kekerasan secara fisik baik dalam
bentuk ringan maupun berat. Kekerasan fisik dalam bentuk ringan
misalnya, mencubit, menjambak, memukul dengan pukulan yang
tidak menyebabkan cidera dan sejenisnya. Sedangkan kekerasan
fisik dalam bentuk berat misalnya, memukul hingga cidera,
menganiaya, melukai, membunuh dan sejenisnya.
2) Kekerasan psikis
Kekerasan psikis yaitu perbuatan yang mengakibatkan ketakutan,
hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk
bertindak, rasa tidak berdaya, dan atau penderitaan psikis pada
seseorang.
3) Kekerasan seksual
Kekerasan seksual yaitu kekerasan yang berbentuk pelecehan
seksual seperti ucapan, simbol dan sikap yang mengarah pada
porno, perbuatan cabul, perkosaan dan sejenisnya.
4) Penelantaran rumah tangga
Kekerasan ekonomi/ penelantaran rumah tangga yaitu kekerasan
dalam bentuk penelantaran ekonomi pada umumnya tidak
menjalankan tanggungjawabnya dalam memberikan nafkah dan
hak-hak ekonomi lainnya terhadap istri, anak atau anggota
keluarga lainnya dalam lingkup rumah tangga.

8
2.3. Konsep Evidence Based Nursing (EBN)
2.3.1. Pengertian Evidence Based Nursing (EBN)
Evidence Based Nursing didefinisikan sebagai sintesis dan
penggunaan temuan ilmiah (hasil penilitian) dari suatu penilitian
randomized control trial [ CITATION Est04 \l 1057 ] dalam [ CITATION
Woo06 \l 1057 ]. Menurut [ CITATION Sac09 \l 1057 ] EBN adalah
sebagai suatu sintesis dan penggunaan temuan ilmiah dari berbagai
jenis penelitian termasuk randomized control trial, penilitian
deskriptif, informasi dari laporan kasus dan pendapat pakar.
Pendapat lain dari [ CITATION Dha11 \l 1057 ] mendefinisikan
EBN sebagai suatu integrasi (lebih dari 1 penelitian) dari bukti hasil
penelitian terbaik yang telah melalui tahapan telaah dan sintesis yang
digunakan sebagai dasar dalam praktik keperawatan dan memberikan
manfaat bagi penerima layanan keperawatan.
.3.2. Tujuan Evidence Based Nursing (EBN)
[ CITATION Dha11 \l 1057 ] berpendapat penggunaan hasil penilitian
pada tatanan praktik keperawatan bertujuan untuk:
A. Memberikan landasan yang objektif dan rasional dalam praktik
keperawatan fenomena yang didapatkan dari pengalaman klinik
masih harus dibuktikan terlebih dahulu kebenarannya secara
ilmiah dan fakta ilmiah. Inilah yang kemudian dijadikan dasar
dalam praktik keperawatan (Evidence Based Nursing Practice).
Perawat yang memiliki pengalaman kemudian melakukan
tindakan keperawatan atas dasar fakta ilmiah akan menghasilkan
asuhan keperawatan yang berkualitas.
B. Memberikan bukti bahwa praktik keperawatan dilandasi oleh
penerapan prinsip-prinsip ilmiah (scientific method) yang relevan
dan terkini (up to date). Dengan menerapkan Evidence Based
Nursing Praktice atau praktik keperawatan dilandasi bukti ilmiah,
memberikan bukti bahwa praktik keperawatan dilandasi oleh
dasar ilmu pengetahuan yang didapat melalui penelitian.

9
C. Melatih kemampuan perawat untuk berpikir kritis dan rasional
terhadap suatu fenomena atau masalah penerapan EBN secara
tidak langsung akan melatih kemampuan berfikir kritis dan
rasional seorang perawat dalam menghadapi suatu masalah
fenomena. Ketika menghadapai suatu masalah atau menemukan
suatu fenomena perawat mengeksplorasi berbagai sumber ilmiah
untuk mengetahui gambaran permaslahan atau fenomena dan
mencari solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.
D. Sebagai salah satu cirri dan praktik keperawatan professional
Evidence Based Nursing Praktice merupakan suatu cara untuk
membuktikan bahwa perawat adalah professional.
E. Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan, tujuan akhir dari
penerapan EBN adalah meningkatkan kualitasi pelayanan
keperawatan EBN yang merupakan suatu cara untuk mencapai
indicator-indikator kualitas pelayanan keperawatan.
F. Sebagai dasar untuk menyusun pertanyaan penelitian berikutnya,
efektivitas penerapan hasil penelitian dalam practice keperawatan
melalui evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi hasil
dijadikan untuk menyusun pertanyaan penelitian berikutnya untuk
topic yang relevan.
.3.3. Tahapan Evidence Based Nursing (EBN)
Secara umum terdapat 4 komponen dalam penerapan EBN menurut
[ CITATION Dha11 \l 1057 ]meliputi:
A. Telaah dan sintesis hasil penelitian
B. Implementasi
C. Evaluasi efektiv penerapan EBN terhadap pelayanan pasien
D. Pertimbangan terhadap konteks dimana hasil penelitian
diterapkan yang mencakup keterlaksanaan berdasarkan aspek
pembiayaan, sumber daya manusia yang terlibat dalam penerapan
EBN, ketersediaan fasilitas pendukung dan kebijakan institusi.

10
.3.4. Langkah Evindence Based Nursing (EBN)
Menurut [ CITATION Dha11 \l 1057 ] ada 8 langkah pelaksanaa EBN
diantaranya:
A. Memilih topik EBN
B. Membentuk Tim (Menyusun pertanyaan EBN)
P: Populasi pasien atau disease of interest
I: Intervensi atau Issue of Interest
C: Intervensi pembanding/kelompok pembanding
O: Outcomes/hasil-hasil yang diharapkan
C. Mencari dan Mengumpulkan Bukti-bukti
D. Melakukan Critical Appraisal Terhadap Bukti-bukti
E. Sintesis hasil penelitian
F. Uji coba intervensi/prosedur baru dalam praktik keperawatan
G. Menetapkan perubahan baru
H. Desiminasi hasil

11
BAB III

ANALISIS JURNAL

3.1. Judul Jurnal


Penurunan Tingkat Depresi pada Perempuan Korban Tindak Kekerasan
dengan Guided Imagery.

.2. Nama yang Melakukan Penelitian


[ CITATION Fif131 \l 1057 ]
.3. Analisis jurnal dengan PICO
P (Populasi) : Seorang perempuan berusia 16 tahun yang menjadi korban
tindak kekerasan seksual yang dilakukan oleh ayah tiri
I (Intervensi) : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah single
case experimental design Intervensi yang diberikan yaitu
Guided Imagery sebanyak 10 kali pertemuan
C (Comparisson) : Jurnal “Penurunan Tingkat Depresi pada Perempuan
Korban Tindak Kekerasan dengan Guided Imagery”
Penelitian ini menggunakan Metode single case
experimental design. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan BDI-II untuk mengukur perubahan tingkat
depresi sebelum dan sesudah intervensi, dan dilengkapi
pula dengan data yang diperoleh melalui catatan harian,
wawancara dan observasi selama proses penelitian.
O (Outcome) : Dari hasil dapat disimpulkan bahwa Penelitian ini
menemukan bahwa terdapat pengaruh secara umum terapi
guided imagery dapat membantu dalam menurunkan
tingkat depresi pada perempuan korban tindak kekerasan
dalam rumah tangga.

12
.4. Analisis jurnal melalui pendekatan VIA ( Validity, importance, and
applicable)
A. Validty
1. Apakah fokus penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian ?
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui efektifitas terapi
guided imagery dalam penurunan terhadap depressi pada
perempuan korban tindak kekerasan dalam rumah tangga dan
dengan populasi seorang perempuan berusia 16 tahun yang menjadi
korban tindak kekerasan seksual yang dilakukan oleh ayah tiri
dengan metode single case experimental design dan didapatkan
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh secara umum terapi guided
imagery dapat membantu dalam menurunkan tingkat depresi pada
perempuan korban tindak kekerasan dalam rumah tangga
2. Apakah subjek penelitian ini diambil dengan cara yang tepat ?
Populasi penelitian ini adalah seorang perempuan berusia 16 tahun
yang menjadi korban tindak kekerasan seksual yang dilakukan oleh
ayah tiri. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah BDI-II,
panduan wawancara, panduan observasi, dan catatan harian.
3. Apakah data yang dikumpulkan sesuai dengan tujuan penelitian ?
kriteria inklusi penelitian ini adalah seorang perempuan berusia 16
tahun yang menjadi korban tindak kekerasan seksual yang
dilakukan oleh ayah tirinya sendiri.
4. Apakah penelitian ini mempunyai jumlah subjek yang cukup untuk
meminimalisir kebetulan? Subjek penelitian adalah perempuan
korban tindak KDRT oleh ayah tiri dan mengalami depresi
5. Apakah analisis data dilakukan cukup baik ?Analisis data
dilakukan baik karna didapatkan bahwa terapi guided imagery
dapat menurunkan tingkat depresi pada perempuan korban tindak
kekerasan dalam rumah tangga.

13
B. Important
1. Apakah penelitian ini penting ? Penilitian terapi gided imagery ini
sangat penting karena didapatkan bahwa adanya pengaruh terapi
guided imagery untuk menurun depresi pada seorang yang mengalami
kekerasan dalam rumah tangga.

C. Applicable
1. Apakah penelitian ini dapat diterapkan ? ya, penilitian ini dapat
diterapkan untuk mengurangi depresi yang berkepanjangan pada
seseorang yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga, seperti
yang telah dilakukan oleh peniliti-peneliti sebelumnya yaitu Burns,
2001, Carter, 2006, Pariman, 2011 bahwa guided imagery efektif
dalam menangani depresi.
D.

14
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan jurnal penilitian yang di lakukan pada perempuan
korban tindak kekerasan dalam rumah tangga terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap pelaksanaan terapi guided imagery yaitu dapat
menurunkan tingkat depresi pada perempuan korban tindak kekerasan dalam
rumah tangga. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan hasil pengukuran
tingkat depresi pada subjek yang merupakan korban tindak kekerasan dalam
rumah tangga setelah diberikan intervensi guided imagery. Perubahan ke arah
positif juga ditunjukkan pada aspek-aspek depresi meliputi aspek afeksi,
kognitif, perilaku dan fisik, meskipun perubahannya bervariasi.

4.2. Saran
Diharapkan terapi guided imagery dapat diterapkan untuk
menurunkan tingkat depresi pada perempuan korban tindak kekerasan dalam
rumah tangga.

15
DAFTAR PUSTAKA

Annisa. (2010). faktor penyebab terjadinya Kekerasan dalam rumah tangga.

Bordbar & Faridhosseini. (2010). pengertian psikoedukasi.

Brown. (2011). Teori Psikoedukasi.

Dharma. (2011). Definisi EBN.

Fifi Nia Ratnasari. (2013). penurunan tingkat depresi pada perempuan korban tingkat
kekerasan dengan guided imagery.

Pariman. (2011). Guided imagery.

Sariratna Nia Fifi (2013). penurunan tingkat depresi pada perempuan korban tindak
kekerasan dengan guided imagery.

Soeroso dkk. (2010). Pengertian KDRT.

walsh. (2010). definisi psikoedukasi.

16

Anda mungkin juga menyukai