Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN NY.

S DENGAN CA SERVIKS
DIRUANG MERPATI RSD IDAMAN BANJARBARU

Tanggal 24-29 januari 2022

Oleh:

ALDA
NIM 1114190632

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES DARUL AZHAR BATULICIN
TAHUN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. S DENGAN CA SERVIKS

DIRUANG MERPATI RSD IDAMAN KOTA BANJARBARU

Tanggal 24-29 Januari 2022

Oleh:

Alda

NIM 1114190632

Laporan ini untuk Memenuhi tugas mata kuliah Maternitas

Banjar baru, Januari 2022

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( ) Suharni Amd Keb


1. PENGERTIAN
Menurut (Munuaba, 2018)  CA Serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada
daerah mulut rahim sebagai akibat adannya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol
dan merusak jaringan normal disekitarnya.
Menurut (Diana, 2018) CA Serviks merupakan tumor ganas yang tumbuh didalam
rahim atau serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada
puncak vagina.

2. ETIOLOGI
Menurut (Wijaya, 2017) Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan peluang
seorang wanita untuk terkena kanker serviks. Faktor-faktor tersebut adalah :
a. Infeksi Virus Human Papilloma (HVP)
Faktor resiko dari infeksi HPV adalah factor yang terpenting dalam timbulnya
penyakit kanker serviks ini. Human Papilloma Virus adalah sekelompok lebih dari
100 virus yang berhubungan yang dapat menginfeksi sel-sel pada permukaan kulit,
ditularkan melalui kontak kulit seperti vaginal, anal, atau oral seks. Virus ini berasal
dari familia Papovaridaedan genus Papilloma virus. Hubungan seks yang tidak aman
terutama pada usia muda atau melakukan hubungan seks dengan banyak pasangan,
memungkinkan terjadinya infeksi HPV. Organ reproduksi wanita pada usia remaja
(12-20 tahun) sedang aktif berkembang. Bila terjadi rangsangan oleh penis/sperma
dapat memicu perubahan sifat sel menjadi tidak normal, apalagi bila terjadi luka saat
berhubungan seksual dan kemudian terjadi infeksi virus HPV.
b. Pasangan Seksual yang Berganti-ganti
Dari berbagai penelitian yang dilakukan timbulnya penyakit kanker
serviks
berkaitan erat dengan perilaku seksual seperti mitra seks yang berganti-
ganti. Resiko kanker serviks lebih dari 10 kali bila berhubungan dengan 6 atau lebih
mitraseks.
c. Usia Pertama Melakukan Hubungan Seks
Wanita yang melakukan hubungan seks pertama sekali pada umur dibawah 17 tahun
hampir selalu 3x ;lebih mungkin terkena kanker serviks di usia tuanya Semakin
muda seorang wanita melakukan hubungan seks maka semakin besar resiko terkena
kanker serviks. Hal ini disebabkan karena alat reproduksi wanita pada usia inibelum
matang dan sangat sensitif.
d. Merokok
Tembakau atau rokok mengandung bahan-bahan karsinogenik baik yang dikunyah
atau dihisap sebagai rokok atau sigaret. Penelitian menunjukkan lendir serviks pada
wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya terdapat di dalam rokok.
Produk sampingan rokok seringkali ditemukan pada mukosa serviks dari wanita
perokok.
e. Jumlah Anak
Wanita yang sering melahirkan mempunyai resiko 3-5 x lebih besar terkena kanker
leher rahim. Terjadinya trauma pada bagian leher rahim yang tipis dapat merupakan
penyebab timbulnya suatu peradangan dan selanjutnya berubah menjadi kanker.
Menurut berapa pakar, jumlah kelahiran yang lebih dari 3 akan meningkatkan resiko
wanita terkena kanker serviks.
f. Kontrasepsi
Pil KB yang dipakai dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan resiko terkena
kanker serviks.Dari beberapa penelitian menemukan bahwa resiko kanker serviks
meningkat berkaitan dengan semakin lama wanita tersebut menggunakan pil KB,
dan cenderung akan menurun pada saat pil tersebut dihentikan. Beberapa penelitian
juga menunjukkan bahwa pemakaian pil KB akan menyebabkan wanita
lebih sensitif terhadap HPV sehingga makin meningkatkan resiko terkena kanker
serviks.
g. Riwayat Keluarga
Sama seperti jenis kanker lainnya, maka pada kanker leher rahim juga
akan meningkatkan resiko lebih besar terkena pada wanita yang mempunyai
keluarga (ibu atau kakak perempuan) terkena kanker leher rahim.
h. Kekebalan Tubuh
Seseorang yang melakukan diet ketat, diet rendah sayuran dan buah-
buahan,rendahnya konsumsi vitamin A,C, dan E setiap hari dapat menyebabkan
kurangnya daya tahan tubuh, sehingga oang tersebut gampang terinfeksi oleh
berbagai kuman, termasuk HPV. Penurunan kekebalan tubuh dapat juga
mempercepat pertumbuhan sel kanker dari noninvasive menjadi invasif.

3. PATOFISIOLOGI
Serviks mempunyai dua jenis sel epitel yang melapisi nektoserviks dan endoserviks,
yaitu sel epitel kolumner dan sel epitel squamosa yang disatukan oleh
Sambungan Squamosa Kolumner (SSK). Proses metaplasia adalah proses pergantian
epitel kolumner dan squamosa. Epitel kolumner akan digantikan oleh squamosa baru
sehingga SSK akan berubah menjadi Sambunga SquamosaSquamosa (SSS)/ squamosa
berlapis. Pada awalnya metaplasia berlangsung fisiologis. Namun dengan adanya
mutagen dari agen yang ditularkan melalui hubungan seksual seperti sperma, virus
herpes simplek tipe II, maka yang semula fisiologis berubah menjadi displasia.
Displasia merupakan karakteristik konstitusional sel seperti potensi untuk menjadi
ganas. Hampir semua ca. serviks didahului dengan derajat pertumbuhan prakanker yaitu:
displasia dan karsinoma insitu. Proses perubahan yang terjadi dimulai di
daerah SquamosaColumner Junction (SCJ) atau SSK dari selaput lendir portio.
Pada awal perkembangannya, ca serviks tidak memberikan tanda-tanda dan
keluhan. Pada pemeriksaan speculum, tampak sebagai portio yang erosive (metaplasia
squamosa) yang fisiologik atau patologik. Tumor dapat tumbuh sebagai berikut:
1. Eksofitik, mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai masa proliferasi
yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
2. Endofitik, mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan cenderung untuk
mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
3. Ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan
serviks dan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.
4. Displasia pada serviks disebut Neoplasia Servikal Intraepitelial (CIN). CIN ada
tiga tingkatan yaitu:
CIN I : Displasia ringan, terjadi di epitel basal lapisan ketiga, perubahan
sitoplasmik terjadi di atas sel epitel kedua dan ketiga.
CIN II : Displasia sedang, perubahan ditemukan pada epitel yang lebih
rendah dan pertengahan, perubahan sitoplasmik terjadi di atas sel
epitel ketiga.
CIN III : Displasia berat, terjadi perubahan nucleus, termasuk pada semua
lapis selepitel, diferensiasi sel minimal dan karsinoma insitu.
4. PATHWAY

(Sukaca, 2017)
5. MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Sukaca, 2017) Gejala penderita kanker serviks diklasifikasikan
menjadi dua yaitu gejala pra kanker serviks dan gejala kanker serviks. Gejala pra kanker
serviks ditandai dengan gejala :
1) Keluar cairan encer dari vagina(keputihan)
2) Pendarahan setelah sanggama yang kemudian dapat berlanjut menjadi pendarahan
yang abnormal.
3) Pada fase invasive dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan
dapat bercampur dengan darah.Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi pendarahan
kronis
4) Timbul nyeri panggul(pelvis) atau diperut bagian bawah bila ada radang panggul
Bila sel-sel tidak normal ini berkembang menjadi kanker serviks, maka muncul
gejala-gejala sebagai berikut :
a. Pendarahan pada vagina yang tidak normal.
Ditandai dengan pendarahan diantara periode menstruasi yang regular,
periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya,
pendarahan setelah hubungan seksual.
b. Rasa sakit saat berhubungan seksual
c. Bila kanker telah berkembang makin lanjut maka dapat timbul gejala-gejala
seperti penurunan berat badan, nyeri panggul, kelelehan, berkurangnya nafsu
makan, keluar tinja dari vagina.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:
1. Sitologi/pap smear
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian;bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat
yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan
berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
3. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu
dandibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan : dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah
untuk melakukan biopsy.
Kelemahan : hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang
kelianan pada skuamosa columnar Junction dan intra servikal tidak terlihat.
4. Kolpomikroskopi
Telihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali.
5. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
6. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan
pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas. (Hidayat, 2018)

7. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Operasi.

Operasi untuk mengambil uterus biasanya dilakukan untuk mengatasi


stadiumdini dari kanker serviks. hysterectomy sederhana yaitu dengan membuang
jaringan kanker, serviks, dan uterus. hysterectomy biasanya pilihan hanya jika kanker
dalam stadium yang dini - Invasi kurang dari 3 milimeter (mm) ke dalam serviks.
Hysterectomy radikal – Membuang serviks, uterus, bagian vagina, dan nodus limfe
pada area tersebut – merupakan operasi standar dimana terdapat invasi lebih besar
dari 3 mm kedalam serviks dan tidak ada bukti adanya tumor pada dinding pelvis.
Hysterectoy dapat mengobati kanker serviks stadium dini dan mencegah kanker
kembali lagi, namun membuang uterus membuat pasien tidak mungkin hamil lagi.
Efek samping sementara dari hysterectomy termasuk nyeri pelvis, dan kesulitan
dalam pencernaan, dan urinasi

2. Radiasi.
Terapi radiasi menggunakan energi tinggi untuk membunuh sel kanker. Terapi
radiasi dapat diberikan secara eksternal atau internally (brachytherapy) dengan
menempatkan alat diisi dengan material radioaktif yang akan ditempatkan di serviks.
Terapi radiasi sama efektifnya dengan operasi pada kanker serviks stadium dini. Bagi
wanita dengan kanker serviks yang lebih berat, radiasi merupakan penatalaksaanaan
terbaik. Kedua metode terapi radiasi ini dapat dikombinasi. Terapi radiasi dapat
digunakan sendiri, dengan kemoterapi, sebelum operasi untuk mengecilkan tumor
atau setelah operasi untuk membunuh sel kanker lainnya yang masih hidup. Efek
samping dari radiasi terhadap area pelvis termasuk nyeri lambung, nausea, diare,
iritasi kandung kemih, dan penyempitan vagina, dimana akan menyebabkan hubungan
seks lebih sulit dilakukan. Wanita premenopausal dapat berhenti menstruasi sebagai
akibat dari terapi radiasi.
3. Kemoterapi.
Kemoterapi dengan agen tunggal digunakan untuk menangani pasien dengan
metastasis extrapelvis sebagaimana juga digunakan pada tumor rekurren yang
sebelum telah ditangani dengan operasi atau radiasi dan bukan merupakan calon
exenterasi. Cisplatin telah menjadi agen yang paling banyak diteliti dan telah
memperlihatkan respon klinis yang paling konsisten. Walaupun ada beberapa
penilitan yang bervariasi, terapi cisplatin agen tunggal memberikan hasil dengan
respon sempurna pada 24% kasus, dengan tambahan 16% dari terapi ini
memperlihatkan respon parsial. Ifosfamide, agen alkylating yang mirip dengan
cyclophosphamide, telah memberikan respon total hingga 29% pada pasien kanker
serviks; namun, efektivitas belum dapat dikonfirmasi oleh semua peneliti. Agen
lainnya yang memberikan paling tidak aktivitas parsial terjadap kanker serviks
termasuk carboplatin, doxorubicin hydrochloride, vinblastine sulfate, vincristine
sulfate, 5-fluorouracil, methotrexate sodium, dan hexamethyl melamine. Kombinasi
paling aktif yang digunakan untuk mengatasi kanker serviks semuanya mengandung
cisplatin. Agen tersebut paling sering digunakan bersama bleomycin, 5-fluorouracil,
mitomycin C, methotrexate, cyclophosphamide, dan doxorubicin. Penelitian National
Cancer Institute Gynecologic Oncology Group sedang dikerjakan untuk
membandingkan kemampuan dari berbagai kombinasi kemoterapi Efek samping
kemoterapi tergantung dari obat yang diberikan namun secara umum dapat
menyebabkan diare, lelah, mual, dan rambut rontok. Beberapa obat kemoterapi dapat
mengakibatkan infertilitas dan menopause dini pada wanita premenopause.
4. Kemoradiasi.
Pemakaian kemoradiasi telah diketahui secara luas memberikan harapan hidup lebih
tinggi dibandingkan pemberian radiasi saja pada penanganan kanker serviks.
Kombinasi antara kemoterapi dan terapi radiasi berdasarkan teori dari pembunuhan
sel sinergis – efek terapeutik dari dua modalitas terapi digunakan bersamaan lebih
besar dibandingkan jika 2 modalitas tersebut digunakan tidak bersamaan. Bila
dikombinasikan dengan radiasi, penggunaan mingguan cisplatin mengurangi resiko
progresi selama 2 tahun sebesar 43% ( harapan hidup 2 tahun = 70%) untuk
stadium II B sampai stadium IV A. Pada keadaan ini, cisplatin sepertinya bekerja
sebagai radiosensitizer, dapat menurunkan kemungkinan dari rekurensi lokal dan
lebih mengurangi jumlah kejadian metastasis jauh. sel sinergis – efek terapeutik dari
dua modalitas terapi digunakan bersamaan lebih besar dibandingkan jika 2 modalitas
tersebut digunakan tidak bersamaan. Bila dikombinasikan dengan radiasi, penggunaan
mingguan cisplatin mengurangi resiko progresi selama 2 tahun sebesar 43%
( harapan hidup 2 tahun = 70%) untuk stadium II B sampai stadium IV A. Pada
keadaan ini, cisplatin sepertinya bekerja sebagai radiosensitizer, dapat menurunkan
kemungkinan dari rekurensi lokal dan lebih mengurangi jumlah kejadian metastasis
jauh. (Sukaca, 2019)

8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis yang mungkin muncul pada kasus CA serviks yaitu:
1. Nyeri akut sedang yang berhubungan dengan proses inflamasi sekunder akibat
metastase kanker
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang berhubungan dengan
gangguan mekanisme regulator ginjal sekunder akibat penurunan fungsi ginjal
3. Ideal diri kurang realistis yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang prognosis kasus Ca Cerviks stadium III B
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur yang berhubungan dengan
sering terbangun sekunder akibat nyeri yang menganggu.
9. PERENCANAAN
1. Nyeri akut sedang yang berhubungan dengan proses inflamasi sekunder akibat
metastase kanker
Tujuan
Klien mampu beradaptasi terhadap nyeri setelah diberikan intervensi
Intervensi
1. Kaji tingkat nyeri dengan skala 1 – 10.
2. Berikan analgesik sesuai program.
3. Diskusikan dengan klien tentang metode yg paling efektif untuk mengurangi
nyeri dan ajarkan klien tehnik mengurangi/ menghilangkan nyeri seperti :
tehnik relaksasi, rubah posisi, pola pernapasan lingkungan yang tenang dan
nyaman.
4. Jelaskan tentang penyebab nyeri dan hal yang dapat mengurangi atau
memperberatnya.
5. Atur posisi yang nyaman, ciptakan suasana yang terapeutik

2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang berhubungan dengan gangguan


mekanisme regulator ginjal sekunder akibat penurunan fungsi ginjal
Tujuan
Klien tidak mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit selama
perawatan
Intervensi
1. Observasi intake dan output klien, produksi urine/24 jam, gejala edema dan
sesak.
2. Jelaskan pada klien penyebab edema dan metode pencegahanya
3. Mutivasi klien untuk merubah posisi tiap 2 jam
4. Diet RPRG
5. Batasi cairan masuk sesuai dengan outputnya
6. Kolaborasi terapi medis, parenteral
3. Ideal diri kurang realistis yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
prognosis kasus Ca Cerviks stadium III B
Tujuan
Setelah 3 kali pertemuan klien mampu memiliki idela diri yang realistis dalam
menyikapi penyakit yang dideritanya secara bertahap setelah pengetahuannya
meningkat.
Intervensi
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien
2. Beri kesempatan klien untuk ungkapkan perasaanya
3. Gali pengetahuan klien tentang ca serviks
4. Gali latar belakang yang mendukung pengetahuan klien terhadap
pengetahuannya sekarang
5. Gali perilaku yang biasa dilakukan klien sebagai respon dari sakitnya
6. Jelaskan pada klien tentang ca serviks dengan memperhatikan ekspresi perilaku
klien.
7. Libatkan anggota keluarga untuk memberikan support pada klien
8. Berikan reward positif terhadap perilaku klien yang positif.

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang kurang.


Tujuan
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi
1. Kaji pola makan klien
2. Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering.
3. Anjurkan untuk ajak makan sayuran yang berwarna hijau.
4. Timbang berat badan
5. Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi klien
10. EVALUASI
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemapuan klien dalam mencapai tujuan. Hal
ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon
klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil
keputusan,
1. Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan).
2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih
lama untuk mencapai tujuan).
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba. (2018). Pengertian CA serviks. (https://google.scholar). Diakses tanggal 24 januari
2022.

Nanda NIC NOC (2018-2020). Nursing Outcomes Classification dan Nursing Intervensions
Classification:Editor MocoMedia. 8 Februari 2022.

Wijaya, (2017). Etiologi Ca serviks. (https://google.scholar). Diakses tanggal 24 januari


2022.

Hidayat, (2019). Evaluasi keperawatan. (https://google.scholar). Diakses tanggal 24 januari


2022.

Sukaca, (2017). Manifestasi klinis . (https://google.scholar). Diakses tanggal 8 Januari 2022.

Anda mungkin juga menyukai