Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

AGREGAT DALAM KOMUNITAS KESEHATAN REMAJA DENGAN NAPZA

Dosen Pembimbing:
Tika Sari Dewy, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 3

Alda NIM 1114190632


Siska Rahmawati NIM 1114190644

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES DARUL AZHAR BATULICIN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Dialah satu-satunya Dzat yang memberikan perlindungan dunia dan akhirat kelak. Dialah
sesungguhnya Maha pemberi petunjuk yang tiada dapat menyesatkan. Pertama-tama marilah
kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Laporan ini dapat tersusun dengan baik berkat bantuan, bimbingan, masukan, dan motivasi
dari banyak pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tika Sari Dewy, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan
masukan, dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat
waktu.
2. Orang tua serta saudara-saudara tercinta atas do’a, motivasi, dan harapannya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar.
3. Teman-teman yang telah memberikan motivasi dan masukan yang baik kepada penulis
sehingga bisa menyelesaikan laporan ini dengan lancar.
Mudah-mudahan amal baik mereka senantiasa mendapat pahala dan balasan yang
setimpal dari Allah Swt. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya amin.

Simpang Empat, maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR..................................................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................
1.3 Tujuan................................................................................................................................
1.4 Manfaat..............................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................

2.1 Definisi Kunyit…………………………………………………………………………


2.2 Jenis-jenis Kunyit……..……………………………………………………………….
2.3 Manfaat Kunyit………………………………………………………………………..,
2.4 Dosis……………………………………………………………………………………
2.5 Efek Samping…………………………………………………………………………..
2.6 Kinerja Obat……………………………………………………………………………
2.7 Evidance Nursing………………………………………………………………………
BAB III SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)………….………………………………

BAB IV PENUTUP......................................................................................................................

4.1 Penutup..............................................................................................................................
4.2 Kesimpulan ......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di masa sekarang ini pemerintah indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan
pembangunan di segala bidang, baik pembangunan fisik maupun pembangunan
mental spiritual manusia seutuhnya lahir maupun batin. seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, remaja ini berkembang pengaruh pemakaian obat-
obatan dikalangan masyarakat. hal ini sebagai dampa kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin lama semakin berkembang dengan pesat dan salah satu yang
paling marak saat ini adalah masalah napza.
masalah penggunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza) atau
istilah yang popular dikenal masyarakat sebagai narkoba merupakan masalah yang
sangat kompleks, yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif
dengan melibatkan kerja sama multidisiplin, multisektor, dan peran serta masyarakat
secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen, dan konsisten.
meskipun dalam kedokteran sebagian besar golongan narkotika, psikotropika, dan zat
adiktif lainnya (napza) masih bermanfaat bagi pengobatan, pelayanan kesehatan, dan
pengembangan ilmu pengetahuan, namun di sisi lain dapat pula menimbulkan
ketagihan dan ketergantungan tanpa adanya pembatasan, pengendalian dan
pengawasan yang ketat dan seksama dari pihak yang berwenang, dan juga jika
disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan
akan berakibat sangat merugukan bagi individu maupun masyarakat luas khususnya
generasi muda.
bnn mencatat penggunaan narkoba di indonesia sekitar 3,2 juta orang, atau sekitar
1,5% dari jumlah penduduk di negeri ini. dari jumlah tersebut sebanyak 8.000 orang
menggunakan narkotika dengan alat bantu berupa jarum suntik, dan 60% nya
terjangkit hiv/aids, serta sekitar 15.000 orang meninggal setiap tahun karena
menggunakan napza.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan pada agregat dalam komunitas
kesehatan remaja dengan Napza?
1.3 Tujuan
1.3.1 Umum
Untuk mengetahui Bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan pada agregat
dalam komunitas kesehatan remaja dengan Napza?
1.3.2 Khusus
1. Untuk mengetahui definisi napza
2. Untuk mengetahui jenis-jenis napza
3. Untuk mengetahui epidemiologi, demografi, dan kormobiditas
4. Apa faktor penyebab napza
5. Apa saja tanda dan gejala pengguna napza
6. Bagaimana penatalaksanaan penggunaan napza
7. Bagaimana cara pencegah kekambuhan pengguna napza
8. Apa peran dan fungsi perawat komunitas dalam penanggulangan napsa
9. Bagaimana asuhan keperawatan teoritis dengan masalah napza
1.4 Manfaat
a. Penulis
Semoga dengan pembuatan makalah ini penulis dapat menambah wawasan dan
pengalaman tentang materi asuhan keperawatan pada agregat dalam komunitas
kesehatan remaja dengan Napza.
b. Institusi
Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program pembelajaran serta
menentukan metode dan media pembelajaran yang tepat.
c. Masyarakat
Semoga dengan ada nya penyusunan makalah ini masyarakat dapat memahami
tentang teori asuhan keperawatan pada agregat dalam komunitas kesehatan remaja
dengan Napza. dan juga sebagai penambah wawasan serta pengetahuan untuk
masyarakat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keperawatan Komunitas

2.1.1 Definisi

Menurut WHO, keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang


merupakan ganbungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat, dan
bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan
meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik,
rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditunjukkan pada
individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat
secara keseluruhan.
Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan professional yang ditujukan
kepada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya pencapaian
derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan keperawatan (Menurut CHN).
Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok yaitu manusia,
keperawatan, kesehatan, dan lingkungan. Sebagai sasaran praktik keperawatan klien
dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat.
Individu sebagai klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari askep biologi,
psikologi, sosial, dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya
memenuhi kebutuhan dasarnya yang mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi, dan
spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatas pengetahuan, kurangnya
kemauan menuju kemandirian pasien/klien.
Keluarga sebagai klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus
menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara
bersama-sama, di dalam lingkungan nya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan.
Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia yaitu
kebutuhan fisologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri, dan
aktualisasi diri.

Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan salah satu focus pelayanan
keperawatan yaitu:
1. Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat.
2. Keluarga sebagai satu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, memperbaiki,
ataupun mengabaikan masalah kesehatan di dalam kelompoknya sendiri.
3. Masalah kesehatan di dalam keluarga saling berkaitan. Penyakit yang diderita salah
satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh keluarga tersebut.
Masyarakat Sebagai Klien
Masyarakat memiliki ciri-ciri adanya interaksi antar warga, di atur oleh adat istiadat,
norma, hukum dan peraturan yang kas dan memiliki identitas yang kuat mengikat semua
warga.
Kesehatan dalam keperawatan kesehatan komunitas di definisikan sebagai kemampuan
melakukan peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah proses yang berlangsung
mengarah kepada kreatifitas, konstruktif, dan prouktif. Belum ada empat factor yang
mempengaruhi kesehatan yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan.
Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan sosial. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang
berkaitan dengan fisik seperti air, udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan.
Keturunan merupakan factor yang telah ada pada iri manusia yang dibawa nya sejak lahir,
misalnya penyakit asma. Keempat factor tersebut saling berkaitan dan saling menunjang satu
dengan yang lainnya dalam menentukan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
Keperawatan kesehatan komunitas dipandang sebagai bentuk pelayanan esensial yang
berikan oleh perawat kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat yang mempunyai
masalah kesekahatan meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitasi dengan
menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral pelayanan
kesehatan dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial, dan spiritual secara
komprehensif yang ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun
sakit mencakup siklus hidup manusia.
Lingkungan paradigma keperawatan befokus pada lingkungan masyarakat, dimana
lingkungan dapat mempengaruhi status kesehatan manusia. Lingkungan disini meliputi
lingkungan fisik, psikologis, sosial, dan budaya dan lingkungan spiritual.
Sasaran Keperawatan Komunitas
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat individu, keluarga dan kelompok
yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi, dan
daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita, dan ibu hamil. Menurut
Anderson sasaran keperawatan komunitas terdiri dari tiga tingkat yaitu:
1. Tingkat individu
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang mempunyai masalah
kesehatan tertentu yang dijumpai di poli klinik, puskesmas dengan sasaran dan pusat
perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan individu.
2. Tingkat keluarga
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan di rawat sebagai bagian dari keluarga dengan mengukur sejauh mana
terpenuhinya tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan, memberi perawatan kepada anggota
keluarga, menciptakan lingkungan yang sehat dan memanfaat sumber daya dalam
masyarakat untuk meningkatkan kesehatan keluarga.
3. Tingkat komunita
 Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien.
 Pembina kelompok khusus
 Pembinaan desa atau masyarakat yang bermasalah

Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas mencakup berbagai bentuk upaya pelayanan kesehatan baik upaya
promotif, preventif, kuratif, rehabilitative maupun resosialitatif.
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat dengan melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi,
pemeliharaan kesehatan perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga teratur,
rekreasi, dan pendidikan seks.
Upaya preventif untuk mencegah terjadi penyakit dan gangguan kesehatan terhadap
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat melalui kegiatan imunisasi, pemeriksaan
kesehatan berkala, melalui posyandu, puskesmas, dan kunjungan rumah, pemberian vitamin
A, iodoium, ataupun pemeriksaan atau pemeliharaan kehamilan, nifas, dan menyusui.
Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit atau masalah
kesehatah melalui kegaiatan perawatan orang sakit dirumah, perawatan orang sakit sebagai
tindak lanjut dari puskesmas dan rumah sakit, dan perawatan perawatan ibu hamil dengan
kondisi patologis.

Upaya rehabilitative atau pemulihan terhadap pasien yang dirawat yang dirumah atau
kelompok-kelompok yang menderita penyakit tertentu seperti TBC.
Upaya resosialitatif adalah upaya untuk mengembalikan penderita ke masyarakat yang karena
penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti penderita AIDS.
2.2 Konsep Remaja

2.2.1 Definisi remaja


Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
dewas. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan
mental, emosional, sosial, dan fisik. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas
karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti
yang dikemukakan oleh calon dalam monks, bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas
sifat transisi atau peralihan karena remaja memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki
status anak.
Sedangkan menurut Zakiah Darajat, remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-
kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa
perkembangan fisiknya maupun perkembang psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik
bentuk badan maupun bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang lebih matang.
Batasan usia remaja
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut Peraturan
Mentri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-
18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia
remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.
Karakteristik usia remaja
Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja yang mencakup perubahan transisi
biologis, transisi kognitif, dan transisi sosial.
 Transisi biologis
Menurut Santrock, perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat Nampak pada saat masa
pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara
perubahan fisik itu yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah
pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, mulai
berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada
laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder tumbuh.
Selanjutnya, menurut Muss menguraikan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada anak
perempuan yaitu pertumbuhan tulang-tulang, badan menajdi tinggi, anggota-anggota badan
menjadi panjang, tumbuh payudarah, tumbuh bulu yang harus berwarna gelap di kemaluan,
mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya, bulu kemaluan
menjadi kriting, menstruasi atau haid, dan tumbuh bulu-bulu ketiak.

 Transisi kognitif
Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan sosial. Hal ini
menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif remaja.
Menurut Piaget secara lebih nyata pemikiran operasional formal bersifat lebih abstrak,
idealis, dan logis. Remaja berfikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak misalnya
dapat menyelesaikan persamaan aljabar abstrak. Remaja juga lebih idealis dalam berfikir
seperti memikirkan seperti memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri, orang lain dan
dunia. Remaja berfikir secara logis yang mulai berfikir seperti ilmuan, menyusun berbagai
rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan yang
terpikirkan.

 Transisi sosial
Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan
selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertama-tama masing sangat terbatas
dengan orang tuanya dalam kehidupan keluarga, khususnya dengan ibu dan berkembangan
semakin meluas dengan anggota keluarga lain, teman bermain dan teman sejenis maupun lain
jenis.
Permasalahan yang terjadi pada remaja
Masalah remaja sebagai usia bermasalah. Setiap periode hidup manusia mempunyai
masalah tersendiri, termasuk periode remaja. Remaja seringkali sulit mengatasi masalah
mereka. Ada dua alas an hal itu terjadi yaitu : yang pertama  ketika masih anak anak dan
seluruh masalah mereka selalu diatasi oleh orang-orang dewasa. Hal inilah yang membuat
remaja tidak mempunyai pengalaman dalam menghadapi masalah yangkedua karena remaja
telah menganggap dirinya lebih mandiri, maka mereka mempunyai gengsi dan menolak
bantuan dan orang dewasa remaja pada umunya mengalami bahwa pencarian jati diri atau
keutuhan diri itu suatu masalah utama karena adanya perubahan perubahan sosial, fisiologi,
dan psikologis didalam diri dalam masyarakat kita yang semakin kompleks dan berteknologi
modern.
1. Kecelakaan

Kecelakaan tetap merupakan penyebab utama kematian pada adolesens (sekitar 70%).
Kecelakaan kendaraan bermotor, yang merupakan penyebab umum terbanyak,
mengakibatkan hamper setengah kematian pada usia 16 sampai 19. Kecelakaan ini
sering dikaitkan dengan intoksikasi alcohol atau penyalahgunaan obat.

2. Penyalahgunaan Zat
Penyalahgunaan zat merupakan kenyataan masalah utama bagi mereka yang bekerja
dengan adolesens. Adolesens dapat menyakini  bahwa zat yang merubah alam persaan
menciptakan perasaan sejahtera atau membuktika tingkat penampilan. Semua
adolesensberada pada risiko penggunaan zat untuk eksperimental atau kebiasaan atau
berasal dari keluarga yang tidak stabil lebih  berisiko terhadap penggunaan kronik dan
ketergantungan fisik. Beberapa adolesens percaya bahwa penggunaan zat membuat
mereka lebih matur.
3. Bunuh diri
Bunuh diri merupakan penyebab utama kemtian ketiga pad adolesens usia antara 15
dan 24 tahun, kecelakaan dan pembunuhan merupakan penyebab utama. Depresi dan
isolasi social biasanya mendahului usha diri, tetapi bunuh diri mungkin juga sebagai
akibat dari kombinasi beberapa factor.
4. Penyakit menular
Penyakit menular seksual dialami sekitar 10 juta orang per tahun di  bawah usia 25
tahun. Tingkat insiden tertinggi mengharuskan adolesens yang aktif seksual dilakukan
skrining terhadap PMS, meskipun mereka tidak menunjukan gejala. Kehamilan
remaja merupakan kejadian umum di Amerika Serikat; 1 dari setiap 10 wanita
dibawah usia 20 tahun mengalami kehamilan, dan banyak yang memilih untuk
memelihara bayinya sendiri. Kehamilan tidak memiliki risiko fisik pada ibu yang
masih remaja kecuali mereka dibawah usia 16 tahun atau tidak menerima perawatan
prenatal.
Tugas perkembangan usia remaja
Salah satu periode dalam rentang kehidupan ialah (fase) remaja. Masa ini merupakan
segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa
transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. Untuk dapat
melakukan sosialisasi dengan baik, remaja harus menjalankan tugas-tugas perkembangan
pada usinya dengan baik.
Apabila tugas pekembangan sosial ini dapat dilakukan dengan baik, remaja tidak akan
mengalami kesulitan dalam kehidupan sosialnya serta akan membawa kebahagiaan dan
kesuksesan dalam menuntaskan tugas perkembangan untuk fase-fase berikutnya. Sebaliknya,
manakala remaja gagal menjalankan tugas-tugas perkembangannya akan membawa akibat
negatif dalam kehidupan sosial fase-fase berikutnya, menyebabkan ketidakbahagiaan pada
remaja yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan
dalam menuntaskan tugas-tugas perkembangan berikutnya.

2.3 Konsep Penyakit

2.3.1 Definisi Napza


NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) adalah bahan/zat/obat yang bila
masuk ke dalam tubuh manusia akan memengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat,
sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya. Selain
itu, penggunaan NAPZA dapat merusak fungsi sosial karena terjadi kebiasaan, ketagihan, dan
ketergantungan. Ketergantungan adalah suatu keadaan dimana telah terjadi ketergantungan
fisik dan psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah NAPZA yang makin bertambah
(toleransi), apabila pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan akan timbul gejala putus zat
(withdrawl symtom). Oleh karena itu ia selalu berusaha memperoleh NAPZA yang
dibutuhkannya dengan cara apapun, agar dapat melakukan kegiatannya sehari-hari secara
normal.
 Jenis-Jenis Napza
1. Narkotika
Menurut UU RI No 22/1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika terdiri dari 3 golongan:
Golongan I:
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan
tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: Heroin, Kokain, Ganja.
Golongan II:
Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Morfin, Petidin.
Golongan III:

Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: Codein.

2. Psikotropika
Menurut UU RI No 5/1997, Psikotropika adalah: zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Psikotropika
terdiri dari 4 golongan:

Golongan I:
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh: Ekstasi.
Golongan II:
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan terapi dan / atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh: Amphetamine.
Golongan III:
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh: Phenobarbital.
Golongan IV:
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh: Diazepam, Nitrazepam (BK, DUM).
Zat Adiktif Lainnya
Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah: bahan / zat yang berpengaruh psikoaktif diluar
Narkotika dan Psikotropika, meliputi:
Minuman Alkohol: mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan
susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari – hari dalam
kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika akan
memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman
beralkohol:

Golongan A: kadar etanol 1 – 5 % (Bir). 

Golongan B: kadar etanol 5 – 20 % (Berbagai minuman anggur). 

Golongan C: kadar etanol 20 – 45 % (Whisky, Vodca, Manson House, Johny Walker).

Inhalasi (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa senyawa organik,
yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas
mesin. Yang sering disalahgunakan adalah: Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.
Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat.
Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol
terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan
alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.
Epidemiologi, Demografi, dan Kormobiditas
Epidemiologi
Di Amerika, prevalensi:
16,7% > usia 18 tahun
Alcohol 13,8%
Non alcohol 6,2%
Marijuana 12-33% pertahun, 5% pengguna baru
Zat psikoterapi dan kokain : 12,5% zat psikoterapi, 11,5% kokain.
Zat-zat lain inhalan-halusinogen : 9%
Di Indonesia prevalensi 0,065% pada  1971. Hasil penelitian 10x lebih besar. Jumlah pecandu
sampai sekarang ±3.800.000 orang.
Demografi
Usia : 18-25 tahun
Jenis kelamin : laki-laki > wanita
Ras dan etnis : kulit hitam > kulit putih
Daerah padat penduduk metropolitan lebih tinggi
Daerah barat > timur
Kormobiditas
Ditemukan 76% laki-laki dan 65% wanita
Paling sering penggunaan alcohol dan zat lain
Gangguan kepribadian atau autisosial
Depresi dan bunuh diri
Faktor Penyebab Penggunaan Napza
Factor Predisposisi
Penyebab penyalahgunaan Napza menurut Hawari adalah interaksi antara factor predisposisi,
factor kontribusi dan factor pencetur. Factor kontribusi yaitu kondisi keluarga yang tidak baik
seperti keluarga yang tidak utuh, kesibukan orang tua, dan hubungan interpersonal dalam
keluarga yang tidak harmonis. Factor pencetus yaitu pengaruh teman sebaya serta tersedia
dan mudahnya memperoleh barang yang dimaksud.
Factor predisposisi terbagi dalam tiga kelompok yaitu :
Factor biologic, meliputi kecenderungan keluarga, terutama penyalahgunaan alcohol dan
perubahan metabolism alcohol yang mengakibatkan respon fisiologik yang tidak nyaman.
Factor psikologik, meliputi kepribadian ketergantungan oral, harga diri rendah, sering
berhubungan dengan penganiayaan pada masa kanak-kanak, perilaku maladaptive yang
dipelajari secara berlebihan, mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit, sifat keluarga
termasuk tidak stabil, tidak ada contoh yang positif, rasa kurang percaya tidak mampu
memperlakukan anak sebagai individu serta orang tua yang adiksi.
Factor sosiokultural, meliputi ketersedian dan penerimaan sosial terhadap pengguna obat,
ambivalen sosial tentang penggunaan dan penyalahgunaan zat, seperti tembakau, alcohol dan
maryuana, sikap, nilai, norma dan sosial kultural kebangsaan, etnis dan agama, kemiskinan
dengan keluarga yang tidak stabil dan keterbatasan kesempatan.
Factor Presipitasi
Harboenangin mengemukakan ada beberapa factor presipitasi yang menyebabkan seseorang
menjadi pecandu narkoba yaitu factor eksternal dan factor internal.
Factor internal
Factor kepribadian
Kepribadian seseorang turut berperan dalam perilaku ini. Hal ini lebih cenderung terjadi pada
usia remaja. Remaja yang menjadi pecandu biasanya memiliki konsep diri yang negative dan
harga diri yang rendah. Perkembangan emosi yang terlambat, dengan ditandai oleh
ketidakmampuan mengekpresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif, agresif, dan
cenderung depresi, juga turut mempengaruhi.
Inteligensia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inteligensia pecandu yang datang untuk melakukan
konseling di klinik rehabilitasi pada umumnya berada pada taraf di bawah rata-rata dari
kelompok usianya.
Usia
Mayoritas pecandu narkoba adalah remaja. Alasan remaja menggunakan narkoba karena
kondisi sosial, psikologis yang membutuhkan pengakuan, dan identitas dan kelebihan emosi;
sementara pada usia yang lebih tua, narkoba digunakan sebagai obat penenang.
Dorongan kenikmatan dan perasaan ingin tahu
Narkoba dapat memberikan kenikmatan yang unik dan tersendiri. Mulanya merasa enak yang
diperoleh dari coba-coba dan ingin tahu atau ingin merasakan seperti yang diceritakan oleh
teman-teman sebayanya. Lama kelamaan akan menjadi satu kebutuhan yang utama.
Pemecahan masalah
Pada umumnya para pecandu narkoba menggunakan narkoba untuk menyelesaikan persoalan.
Hal ini disebabkan karena pengaruh narkoba dapat menurunkan tingkat kesadaran dan
membuatnya lupa pada permasalahan yang ada.
Factor eksternal
Keluarga
Keluarga merupakan factor yang paling sering menjadi penyebab seseorang menjadi
pengguna narkoba. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa tipe keluarga yang
berisiko tinggi anggota keluarganya terlibat penyalahgunaan narkoba, yaitu:
Keluarga yang memiliki riwayat (termasuk orang tua) mengalami ketergantungan narkoba.
Keluarga dengan manajemen yang kacau, yang terlihat dari pelaksanaan aturan yang tidak
konsisten dijalankan oleh ayah dan ibu.
Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya penyelesaian yang
memuaskan semua pihak yang tidak berkonflik. Konflik dapat terjadi antara ayah dan ibu,
ayah dan anak, ibu dan anak, maupun antar saudara.
Keluarga dengan orang tua yang otoriter
Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut anggotanya mencapai
kesempurnaan dengan standar tinggi yang harus dicapai dalam banyak hal.
Keluarga yang neurosis, yaitu keluarga yang diliput kecemasan dengan alasan yang kurang
kuat, mudah cemas dan curiga, sering berlebihan dalam menanggapi sesuatu
Factor kelompok teman sebaya
Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitu cara teman-teman atau
orang-orang seumur untuk mempengaruhi seseorang agar berprilaku seperti kelompok itu.
Teman sebaya terlibat lebih banyak dalam delinquent dan penggunaan obat-obatan. Dapat
dikatakan bahwa factor-faktor sosial tersebut memiliki dampak yang berarti kepada
keasyikan seseorang dalam menggunakan obat-obatan, yang kemudian mengakibatkan
timbulnya ketergantungan fisik dan psikologis.
 Factor kesempatan
Ketersediaan narkoba dan kemudahan memperolehnya juga dapat disebut sebagai
pemicu seseorang menjadi pecandu. Pengalaman teman sebaya saat mencoba akan
semakin memperkuat keinginan untuk memanfaatkan kesempatan dan akhirnya
menjadi pecandu. Seseorang dapat menjadi pecandu karena disebabkan oleh beberapa
factor sekaligus atau secara bersamaan. Karena ada juga factor yang muncul secara
beruntun akibat dari satu factor tertentu.
Tanda dan Gejala Pengguna Napza
Pengaruh napza pada tubuh disebut intoksikasi. Selain intoksikasi, ada juga sindroma
putus zat yaitu sekumpulan gejala yang timbul akibat penggunaan zat yang dikurangi
atau dihentikan. Tanda dan gejala intoksikasi dan putus zat berbeda pada jenis zat
yang berbeda.
Tanda dan gejala intoksikasi

Opiate Ganja Sedative-hipnotik

1.Eforia2.Mata merah3.Mulut
1.Eforia2.Mengantuk3.Bicara kering4.Banyak bicara dan 1.Pengendalian diri berku
cadel4.Konstipasi5.Penurunan tertawa nafsu makan sempoyongan3.Mengantuk4.Memperp
kesadaran meningkat5.Gangguan tidur5.Hilang kesadaran
persepsi

Tanda dan gejala putus zat

Opiate Ganja Sedative-hipnotik Alcohol

1.nyeri2.mata dan hidung Jarang 1.cemas2.tangan 1.cemas2.depresi3.muka


merah4.mudah
berair3.perasaan panas gemetar3.perubahan
marah5.tangan
dingin4.diare5.gelisah6.tidak ditemukan persepsi4.gangguan daya
gemetar6.mual muntah7.tidak
bisa tidur ingat5.tidak bisa tidur 
bisa tidur

 Penatalaksanaan Pengguna Napza


Penatalaksanaan pengguna napza terdiri dari pengobatan dan pemulihan (rehabilitasi), yaitu:
Pengobatan
Terapi pengobatan bagi klien napza misalnya dengan detoksifikasi. Detoksifikasi adalah
upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala putus zat, dengan dua cara yaitu :
 Detoksifikasi tanpa subsitusi
Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan zat yang mengalami gejala
putus zat tidak diberi obat untuk menghilangkan gejala putus zat tersebut. Klien hanya
dibiarkan saja sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri.
 Detoksifikasi dengan substitusi
Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberkan jenis opiate misalnya kodein,
bufremorfin, dan metadon. Substitusi bagi pengguna sedative-hipnotik dan alcohol dapat dari
jenis anti ansietas, misalnya diazepam. Pemberian substitusi adalah dengan cara penurunan
dosis secara bertahap sampai berhenti sama sekali.
 Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu melalui
pendekatan non medis, psikologis, sosial, dan religi agar pengguna napza yang menderita
sindroma ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin.
Tujuannya pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Sarana rehabilitasi yang disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan
kebutuhan.
Kenyataan menunjukkan bahwa mereka yang telah selesai menjalani detoksifikasi sebagian
besar akan mengulangi kebiasaan menggunakan napza, oleh karena rasa rindu terhadap napza
yang selalu terjadi. Dengan rehabilitasi diharapkan pengguna napza dapat:
1. Mempunyai motivasi kuat untuk tidak menyalahgunakan napza lagi
2. Mampu menolak tarawarn penyalahgunaan napza
3. Pulih kepercayaan dirinya, hilang rasa rendah dirinya
4. Mampu mengelola waktu dan berubah perilaku sehari-hari dengan baik
5. Dapat berkonsentrasi untuk belajar atau bekerja
6. Dapat diterima dan dapat membawa diri engan baik dalam pergaulan dengan
lingkungannya.
Rehabilitasi dalam hal ini yang akan dibahas adalah modalitas terapi Therapeutic Community
(TC) yang menggunakan pendekatan perubahan perilaku. Therapeutic Community
direkomendasikan bagi pasien yang sudah mengalami masalah penggunaan napza dalam
waktu lama dan berulang kali kambuh atau sulit untuk berada dalam kondisi abstinen atau
bebas dari napza. TC dapat digambarkan sebagai model yang cocok atau sesuai dengan
pasien yang membutuhkan lingkungan yang mendukung dan dukungan lain yang bermakna
dalam mempertahankan kondisi bebas napza atau abstinen.
Pencegahan Kekambuhan Pengguna Napza
Kambuh merupakan pengalaman yang sering terjadi dalam proses pemulihan pasien
gangguan penggunaan napza.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa factor yang dapat diprediksi dalam kekambuhan
adalah system keyakinan yang salah dan menetap. Di bawah ini beberapa strategi yang
digunakan dalam pencegahan kekambuhan :
1. Tingkatkan komitmen untuk berubah
2. Identifikasi situasi resiko tinggi yang menimbulkan kekambuhan
3. Mengajarkan kemampuan masing-masing hadapi masalah
4. Mengembangkan strategi untuk menghadapi situasi yang dapat menyebabkan
kekambuhan.
 Peran Perawat Komunitas dalam Penanggulangan Napza
Peran perawat didefinisikan sebagai tingkah laku yang diharapkan oleh seseorang terhadap
orang lain, dalam hal ini perawat untuk memberikan asuhan keperawatan, melakukan
pembelaan pada klien, sebagai pendidik tenaga perawat dan masyarakat, coordinator dalam
pelayanan klien, kolaborasi dalam membina kerja sama dengan profesi lain dan sejawat,
konsultasi pada tenaga kerja dank lien, agent of change dari system, metodologi, serta sikap.
Masalah penanggulangan napza merupakan masalah global dan memerlukan partisipasi aktif
seluruh komponen bangsa dalam penanganannya, perawat sebagai bagian dari tenaga
kesehatan mutlak wajib melaksanakan fungsi dan perannya untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat termasuk penanganan penyalahgunaan napza.
 Fungsi perawat
Independent
Fungsi independent perawat adalah “those activies that are considered to be withi nursing’s
scope of diagnosis and treatment”. Dalam fungsi ini tindakan perawat dalam penanganan
klien pengguna napza tidak memerlukan dokter. Tindakan perawat bersifat mandiri,
berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan. Dalam kaitan dengan penggunaan napza
tindakan perawat antara lain :
Pengkajian klien pengguna napza
Membantu klien pengguna napza memenuhi kebutuhan sehari-hari
Mendorong klien berprilaku secara wajar.
Interdependent
Fungsi perawat adalah “carrier out in conjunction with other health team
members”. Tindakan perawat berdasarkan pada kerja sama engan tim perawatan atau tim
kesehatan lain. Fungsi ini dilaksanakan dengan pembentukan tim yang dipimpin oleh seorang
dokter. Dan anggota tim lain bekerja sesuai kompetensinya masing-masing. Contoh tindakan
nya adalah kolaborasi rehabilitasi klien pengguna napza, dimana perawat bekerja dengan
psikiater, sosial worker, ahli gizi, dan juga rohaniawan.
Dependent
Fungsi perawat adalah “the avctivitie performen based on the physician’s order”. Dalam
fungsi ini perawat bertindak membantu dokter dalam memberikan pelayanan medic. Perawat
membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan atau pemberian psikofarmaka dan
tindakan khusus yang menjadi wewenang dokter dan seharusnya dilakukan oleh dokter.
Contohnya pada tindakan detoksifikasi napza.
Peran perawat
Peran perawat ini diterjemahkan dalam perannya sebagai :
Provider / pelaksana
Peran ini menekankan kemampuan perawat sebagai media penyedia layanan keperawatan.
Perawat baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan asuhan keperawatan
kepada klien dengan ketergantungan obat-obat terlarang baik secara individu, keluarga,
ataupun masyarakat. Peran ini biasanya dilaksanakan oleh perawat di tatanan pelayanan
seperti rumah sakit khusus ketergantungan obat terlarang, unit pelayanan psikoatri,
puskesmas, dan masyarakat. Untuk mencapai peran ini seorang perawat harus mempunyai
kemampuan secara mandiri dan kolaborasi, memiliki kemampuan dan ilmu pengetahuan
tentang napza. Dalam menjalankan perannya perawat memakai metode pemecahan masalah
dalam bentuk asuhan proses keperawatan.
Educator / pendidik
Peran ini menekankan kepada tindakan promotif. Perawat melakukan pendidikan kesehatan
tenag napza dan dampaknya bagi kesehatan kepada klien baik individu, kelompok, maupun
masyarakat. Dalam melakukan peran ini perawat harus mempunyai kemampuan dalam
hubungan interpersonal yang efektif, mempunyai prinsip, yang dianut oleh klien, mempunyai
kemampuan proses belajar dan mengajar dan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
napza.
Advokat
Di Indonesia saat ini sudah ada peraturan yang menyebutkan bahwa pengguna napza dapat
dikirim ke panti rehabilitasi untuk menjalani perawatan sebagai ganti hukuman kurungan.
Namun sayangnya, semenjak peraturan tersebut berlaku tahun 1997 (UU No.22 Tahun 1997
tentang narkotika & UU No.5 Tahun 1997 tentang psikotropika). Belum banyak yang dikirim
ke panti rehabilitasi atas perintah di pengadilan. Hal ini terjadi terutama karna masih
kurangnya batasan antara pengguna dan pengedar di dalam UU narkotika yang berlaku.
Disinilah peran perawat dilaksanakan yaitu sebagai protector dan advokat. Peran ini
dilaksanakan dengan upaya melindungi klien, selalu “berbicara untuk pasien” dan menjadi
penengah antara pasien dan orang lain, membantu dan mendukung klien dalam membuat
keputusan serta berpartisipasi dalam penyusunan kebijakan kesehatan.
2.4 ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
Pengkajian
Pengkajian atau tahap pengonsepan adalah mengidentifikasi masalah-masalah yang terdapat
dalam suatu wilayah dapat berupa wawancara, observasi, dan penyebaran kuesioner.
Pengkajian tersebut mencakup :
Individu
Adalah bagian dari keluarga yang mempunyai hubungan satu sama lainnya dan mempunyai
peran masing-masing individu mempunyai pola pertahanan dan koping dalam menghadapi
suatu masalah.
Keluarga
Pengkajian yang perlu dilakukan adalah struktur dan karakteristik keluarga, riwayat
kesehatan, dan pemeriksaan fisik.
Komunitas
Demografi : biasanya ada jumlah kelompok remaja, golongan umur, dan pengalaman
sebelumnya. Etnis biasanya terdiri dari suku bangsa dan ras.
Tipe keluarga : biasanya ada keluarga / bukan keluarga dan kelompok.
Status perkawinan : biasanya single
Vital statistic :biasanya ada kelahiran, kematian kelompok usia remaja dan penyebab
kematian.
Nilai-nilai keyakinan dan agama : biasanya nilai agama dan keyakinan yang di anut oleh
kelompok remaja berkaitan dengan nilai dan norma yang dianut.
Lingkungan fisik
Biasanya dilihat dari lingkungan fisik, banyaknya terapat warung yang menjual rokok dan
minuman keras. Data remaja yang ketergantungan obat banyak. Kebanyakan kedua orang tua
tidak memperhatikan anaknya, dikarenakan orang tua sibuk dengan pekerjaannya.
Pelayanan kesehatan masyarakat dan sosial / pelayanan kesehatan
Biasanya remaja jarang mendapatkan sosialisasi tentang bahaya penggunaan napza. Dan
kemungkinan meningkat dilihat dari kebiasaan remaja dengan akses yang mudah untuk
mendapatkan narkotika tersebut.
Ekonomi
Biasanya remaja yang putus sekolah tidak memiliki pekerjaan dan hanya mengganggur.
Komponen keamanan dan tranportasi
Biasanya remaja menggunakan sepeda untuk beraktivitas. Para warga bersama dengan polisi
sering melakukan razia. Dalam razia tersebut banyak ditemukan remaja yang menggunkan
narkotika.
Politik dan pemerintahan
Biasanya remaja tidak ada yang ikut serta dalam ormas. Remaja sulit untuk dikumpulkan atau
tidak pernah mengikuti kegiatan taruna.
Komunikasi
Biasanya tidak adanya tempat berkumpul untuk remaja dalam bertukar informasi
Biasanya alat komunikasi yang memiliki keluarga seperti koran
Biasanya tidak ada alat komunikasi umum yang tersedia
Biasanya tidak ada konsultasi oleh tenaga medis
Pendidikan
Biasanya remaja banyak yang putus sekolah.
Rekreasi
Biasanya remaja memiliki kebiasaan untuk nongkrong bersama-sama dan sering pergi ke
warnet.
Diagnose Keperawatan
Perilaku kesehatan berisiko pada remaja  (NAPZA)
Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
RENCANA PENANGGUN
KEPERAWATA TUJUAN SASARAN
KEGIATAN G JAWAB
N

Meningkatkan
Penyuluhan tentang
pengetahuan remaja
Perilaku kesehatan bahaya
tentang bahaya Remaja
berisiko pada NAPZA   Penyuluha Pemuda Remaja
NAPZA Meningkatka Remaja
remaja  (NAPZA) n tentang bahaya
n pengetahuan remaja
rokok  
tentang bahaya rokok

Implementasi Keperawatan
Merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Prinsip
dalam pelaksanaan keperawatan yaitu :
Berdasarkan respon masyarakat
Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia dimasyarakat
Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara diri sendiri serta lingkungannya
Bekerjasama dengan profesi lain
Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan masyarakat dan pencegahan penyakit
Memperhatikan perubahan masyarakat
Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan keperawatan
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan keperawatan yaitu :
Keterlibatan petugas non keperawatan, kader, tokoh masyarakat dalam rangka alih peran
Terselenggaranya rujukan medis dan rujukan keperawatan
Setiap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dicatat pada cacatan yang telah
disajikan (Riyadi, 2007).
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah sekumpulan metode dan keterampilan untuk menentukan  apakah program
kerja sesuai rencana atau apakah pelayanan kesehatan memenuhi kebutuhan masyarakat
(Posavac and Carey, 2014).
Kegiatan yang dilakukan pada penilaian ini adalah :
Membandingkan hasil tindakan yang akan diaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan
Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai dengan tahap
pelaksanaan
Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan selanjutnya apabila
masalah belum teratasi.
Kegunana penilaian :
Untuk menentukan perkembangan perawatan kesehatan masyarakat yang diberikan
Untuk menilai hasil guna, daya guna dan produktivitas asuhan keperawatan yang diberikan
Menilai pelaksaan asuhan keperawatan
Sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun siklus baru dalam proses
keperawatan
Langkah-langkah  dalam mengevaluasi :
Membuat garis besar dalam masalah keperawatan komunitas
Merumuskan tujuan keperawatan khusus dalam bentuk hasil yang diharapkan oleh
masyarakat
Menentukan kriteria dan standar evaluasi serta sumber data
Mengidentifiksi hambatan yang di hadapi dan rencna untuk memperbaikinya
BAB III

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

YAYASAN DARUL AZHAR BERSUJUD


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
DARUL AZHAR BATULICIN
SK. MENDIKNAS NO. 135/D/0/2008
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan: Terakreditasi No. 0966/Lam-Ptkes/Akr/Sar/Xi/2016
Program Studi D-III Kebidanan: Terakreditasi No. 0727/Lam-PTkes/Akr/Dip/VII/2016
Program Studi Profesi Ners : Terakredirasi No. 0967/Lam-PTkes/Akr/Pro/XI/2016
Program Studi D-III Farmasi : S.K Menristek DIKTI No. 445/KPT/I/2016
Kampus : Komplek YPI Darul Azhar Bersujud Jl. Batu Benawa, Simpang Empat, Tanah Bumbu, Kal-Sel. Telp& Fax. (0518) 75217
www.stikesdarulazharbatulicin.ac.id – Email : stikes_DA@yahoo.com

Hari/ Tanggal :
Waktu :
Sasaran :
Pelaksanaan :
Topik :
Sub Topik :

I. Latar Belakang
II. Tujuan Instruksi Umum (TIU)
III. Tujuan Instruksi Khusus (TIK)
IV. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
V. Media
a. Lefleat
b. Power Point
VI. Materi (Terlampir)
VII. Anggaran (Terlampir)
VIII. Setting
Keterangan :

Penyaji : Neli Safitri

Moderator :

Penjawab :

Fasilitator :

Audien :

IX. Perorganisasian dan uraian tugas


1. Penyaji :
2. Moderator :
3. Penjawab :
4. Fasilitator :
5. Audien :
X. Kegiatan pembelajaran/ penyuluhan

KEGIATAN HARI RABU, 18 November 2020


Tahapan dan Kegiatan penyuluhan
No keterangan
waktu Pelaksanaan Sasaran
Pembukaan - Salam pembuka - Menjawab salam MC
(Hari, Tgl) - Penyampaian tujuan - Menyimak
1.

(10.00-10.10)
- Ketua Pelaksana - Menyimak MC
Penyampaian (Ritna Udiyani.,
Sambutan S.Kep.,Ns.,M.Kep)
2. (Hari, Tgl)

(10.10-10.40)
Penyampaianm Menyampaikan garis - Mendengarkan Moderator
ateri Dan Sesi besar materi materi
Tanya Jawab - - Menanyakan hal-
hal yang belum
(Hari, Tgl) dimengerti
2.
- Mendengarkan dan
mampu memahami
(10.40-11.50) jawaban yang
diberikan oleh
pemateri
Penutup - Menutup kegiatan - Mengucapkan
3. (Pembacaan Doa) salam
(11.50-12.00 ) - Mengucapkan salam

KEGIATAN HARI PERTAMA (TANGGAL)


Lampiran Materi
LAMPIRAN ANGGARAN PENGELUARAN
JUMLAH
NO BARANG JUMLAH BARANG HARGA
HARGA
1. Konsumsi - - -

2. Air Mineral - - -

3. Kertas Hvs - - -

4. Sterofom - - -

5. Isi Cutter - - -

6. Doubletip Timbul - - -

7. Map Clip - - -

8. Spanduk 2 X 1 - - -

9. Spanduk 1 X 1 - - -

10. Karton - - -

11. Cover Mika - - -

12. Kertas Cover - - -

13. Spidol Permanen - - -

14. Name Tage - - -

15. Tinta Hitam - - -

16. Kertas Hvs Sidu A4 (80 - - -


Gram)
17. Bingkai Foto - - -

18. Print Lembar Persetujuan - - -


Dan Pengesahan

TOTAL Rp. 0-

Keterangan

1. Pemasukan Dana : Rp. -


2. Pengeluaran Dana : Rp. -
3. Dana yang tersisa : Rp. -
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kunyit merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan
baku obat juga dipakai sebagai bumbu dapur dan zat pewarna alami. Dilihat dari
maanfaatnya, kunyit memunyai aktivitas sebagai anti inflamasi (anti peradangan),
aktivitas terhadap peptic ulcer, antitoksik, anti hiperlipidemia, dan aktivitas anti
kanker.
Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat yang disebut kurkuminoid.
Kurkuminoid terdiri atas Kurkumin, Desetoksikurkumin Bisdesmetoksikurkumin.
Pengambilan kurkurmin dari kunyit dilakukan dengan cara ekstraksi Tingkat manfaat
dan keamanan dari simplisia yang telah menjadi obat jadiini, yaitu kombinasi aktivitas
kandungan kimia aktif dalam satu bahan nabati yang mempunyai efek komplementer
antara kurkuminoid dengan minyak atsiri. Setelah mengkaji lebih dalam mengenai
tumbuhan kunyit, penyusun dapat mengambil suatu simpulan bahwa kunyit sangatlah
bermanfaat bagi manusia, karena Didalam kunyit terdapat banyak kandungan kimia
yaitu karbohidrat, vitamin C, dan dan garam-garam mineral seperti besidan kalsium,
dengan adanya kandungan ini, maka kunyit dapat diolah menjadi obat berbagai
macam penyakit, seperti diabetes mellitus, tifus, usus buntu, disentri, sakit keputihan,
haid tidak lancar, perut mulas saat haid, memperlancar ASI, amandel.
4.2 Saran
Sebaiknya mahasiswa/i mampu mempelajari dan memahami tentang teori obat
tradisional/tanaman obat keluarga (toga) akan membuat kita menjadi lebih mengerti
pengertiannya secara mendalam dan mengetahui manfaat nya bagi kesehatan. Kita
akan mengetahui bagaimana seharusnya seorang perawat memberi pelayanan
kesehatan dengan baik bagi kesembuhan kliennya. semoga dengan pembuatan laporan
ini dapat bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA

Dias, F. (2020). Efek Kurkumin Pada Kunyit (Curcuma longa) Sebagai Pengobatan. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, Vol 9 No 2(Fakultas Kedokteran, Universitas
Lampung), 860-864. doi:10.35816/jiskh.v10i2.426

Meilina, R. (2020). SOSIALISASI PEMANFAATAN TANAMAN OBAT KELUARGA.


Jurnal Pengabdian Masyarakat (Kesehatan), Vol 2 No 2(Universitas Ubudiyah
Indonesia ), 89-94. Retrieved from file:///C:/Users/acer/Downloads/1141-1843-1-
SM.pdf

Mutiah, R. (2015). EVIDENCE BASED KURKUMIN DARI TANAMAN KUNYIT


(Curcuma longa) SEBAGAI. Jurnal Farma Sains, Vol 1 No 1(Jurusan Farmasi,
Fakultas Sains dan Teknologi,), 1-14. Retrieved from https://ejournal.uin-
malang.ac.id/index.php/jip/article/view/4178/5588

Pertiwi, R. (2020). Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Jurnal Ilmiah


Pengembangan dan Penerapan IPTEKS, Vol. 18, No. 02(Prodi S1 Farmasi Fakultas
MIPA Universitas Bengkulu), 110-118. doi:10.33369/dr.v18i2.12665

Anda mungkin juga menyukai