Dosen Pembimbing:
Tika Sari Dewy, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Dialah satu-satunya Dzat yang memberikan perlindungan dunia dan akhirat kelak. Dialah
sesungguhnya Maha pemberi petunjuk yang tiada dapat menyesatkan. Pertama-tama marilah
kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Laporan ini dapat tersusun dengan baik berkat bantuan, bimbingan, masukan, dan motivasi
dari banyak pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tika Sari Dewy, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan
masukan, dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat
waktu.
2. Orang tua serta saudara-saudara tercinta atas do’a, motivasi, dan harapannya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar.
3. Teman-teman yang telah memberikan motivasi dan masukan yang baik kepada penulis
sehingga bisa menyelesaikan laporan ini dengan lancar.
Mudah-mudahan amal baik mereka senantiasa mendapat pahala dan balasan yang
setimpal dari Allah Swt. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya amin.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..................................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................
BAB IV PENUTUP......................................................................................................................
4.1 Penutup..............................................................................................................................
4.2 Kesimpulan ......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan salah satu focus pelayanan
keperawatan yaitu:
1. Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat.
2. Keluarga sebagai satu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, memperbaiki,
ataupun mengabaikan masalah kesehatan di dalam kelompoknya sendiri.
3. Masalah kesehatan di dalam keluarga saling berkaitan. Penyakit yang diderita salah
satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh keluarga tersebut.
Masyarakat Sebagai Klien
Masyarakat memiliki ciri-ciri adanya interaksi antar warga, di atur oleh adat istiadat,
norma, hukum dan peraturan yang kas dan memiliki identitas yang kuat mengikat semua
warga.
Kesehatan dalam keperawatan kesehatan komunitas di definisikan sebagai kemampuan
melakukan peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah proses yang berlangsung
mengarah kepada kreatifitas, konstruktif, dan prouktif. Belum ada empat factor yang
mempengaruhi kesehatan yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan.
Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan sosial. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang
berkaitan dengan fisik seperti air, udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan.
Keturunan merupakan factor yang telah ada pada iri manusia yang dibawa nya sejak lahir,
misalnya penyakit asma. Keempat factor tersebut saling berkaitan dan saling menunjang satu
dengan yang lainnya dalam menentukan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
Keperawatan kesehatan komunitas dipandang sebagai bentuk pelayanan esensial yang
berikan oleh perawat kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat yang mempunyai
masalah kesekahatan meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitasi dengan
menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral pelayanan
kesehatan dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial, dan spiritual secara
komprehensif yang ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun
sakit mencakup siklus hidup manusia.
Lingkungan paradigma keperawatan befokus pada lingkungan masyarakat, dimana
lingkungan dapat mempengaruhi status kesehatan manusia. Lingkungan disini meliputi
lingkungan fisik, psikologis, sosial, dan budaya dan lingkungan spiritual.
Sasaran Keperawatan Komunitas
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat individu, keluarga dan kelompok
yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi, dan
daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita, dan ibu hamil. Menurut
Anderson sasaran keperawatan komunitas terdiri dari tiga tingkat yaitu:
1. Tingkat individu
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang mempunyai masalah
kesehatan tertentu yang dijumpai di poli klinik, puskesmas dengan sasaran dan pusat
perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan individu.
2. Tingkat keluarga
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan di rawat sebagai bagian dari keluarga dengan mengukur sejauh mana
terpenuhinya tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan, memberi perawatan kepada anggota
keluarga, menciptakan lingkungan yang sehat dan memanfaat sumber daya dalam
masyarakat untuk meningkatkan kesehatan keluarga.
3. Tingkat komunita
Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien.
Pembina kelompok khusus
Pembinaan desa atau masyarakat yang bermasalah
Upaya rehabilitative atau pemulihan terhadap pasien yang dirawat yang dirumah atau
kelompok-kelompok yang menderita penyakit tertentu seperti TBC.
Upaya resosialitatif adalah upaya untuk mengembalikan penderita ke masyarakat yang karena
penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti penderita AIDS.
2.2 Konsep Remaja
Transisi kognitif
Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan sosial. Hal ini
menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif remaja.
Menurut Piaget secara lebih nyata pemikiran operasional formal bersifat lebih abstrak,
idealis, dan logis. Remaja berfikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak misalnya
dapat menyelesaikan persamaan aljabar abstrak. Remaja juga lebih idealis dalam berfikir
seperti memikirkan seperti memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri, orang lain dan
dunia. Remaja berfikir secara logis yang mulai berfikir seperti ilmuan, menyusun berbagai
rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan yang
terpikirkan.
Transisi sosial
Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan
selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertama-tama masing sangat terbatas
dengan orang tuanya dalam kehidupan keluarga, khususnya dengan ibu dan berkembangan
semakin meluas dengan anggota keluarga lain, teman bermain dan teman sejenis maupun lain
jenis.
Permasalahan yang terjadi pada remaja
Masalah remaja sebagai usia bermasalah. Setiap periode hidup manusia mempunyai
masalah tersendiri, termasuk periode remaja. Remaja seringkali sulit mengatasi masalah
mereka. Ada dua alas an hal itu terjadi yaitu : yang pertama ketika masih anak anak dan
seluruh masalah mereka selalu diatasi oleh orang-orang dewasa. Hal inilah yang membuat
remaja tidak mempunyai pengalaman dalam menghadapi masalah yangkedua karena remaja
telah menganggap dirinya lebih mandiri, maka mereka mempunyai gengsi dan menolak
bantuan dan orang dewasa remaja pada umunya mengalami bahwa pencarian jati diri atau
keutuhan diri itu suatu masalah utama karena adanya perubahan perubahan sosial, fisiologi,
dan psikologis didalam diri dalam masyarakat kita yang semakin kompleks dan berteknologi
modern.
1. Kecelakaan
Kecelakaan tetap merupakan penyebab utama kematian pada adolesens (sekitar 70%).
Kecelakaan kendaraan bermotor, yang merupakan penyebab umum terbanyak,
mengakibatkan hamper setengah kematian pada usia 16 sampai 19. Kecelakaan ini
sering dikaitkan dengan intoksikasi alcohol atau penyalahgunaan obat.
2. Penyalahgunaan Zat
Penyalahgunaan zat merupakan kenyataan masalah utama bagi mereka yang bekerja
dengan adolesens. Adolesens dapat menyakini bahwa zat yang merubah alam persaan
menciptakan perasaan sejahtera atau membuktika tingkat penampilan. Semua
adolesensberada pada risiko penggunaan zat untuk eksperimental atau kebiasaan atau
berasal dari keluarga yang tidak stabil lebih berisiko terhadap penggunaan kronik dan
ketergantungan fisik. Beberapa adolesens percaya bahwa penggunaan zat membuat
mereka lebih matur.
3. Bunuh diri
Bunuh diri merupakan penyebab utama kemtian ketiga pad adolesens usia antara 15
dan 24 tahun, kecelakaan dan pembunuhan merupakan penyebab utama. Depresi dan
isolasi social biasanya mendahului usha diri, tetapi bunuh diri mungkin juga sebagai
akibat dari kombinasi beberapa factor.
4. Penyakit menular
Penyakit menular seksual dialami sekitar 10 juta orang per tahun di bawah usia 25
tahun. Tingkat insiden tertinggi mengharuskan adolesens yang aktif seksual dilakukan
skrining terhadap PMS, meskipun mereka tidak menunjukan gejala. Kehamilan
remaja merupakan kejadian umum di Amerika Serikat; 1 dari setiap 10 wanita
dibawah usia 20 tahun mengalami kehamilan, dan banyak yang memilih untuk
memelihara bayinya sendiri. Kehamilan tidak memiliki risiko fisik pada ibu yang
masih remaja kecuali mereka dibawah usia 16 tahun atau tidak menerima perawatan
prenatal.
Tugas perkembangan usia remaja
Salah satu periode dalam rentang kehidupan ialah (fase) remaja. Masa ini merupakan
segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa
transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. Untuk dapat
melakukan sosialisasi dengan baik, remaja harus menjalankan tugas-tugas perkembangan
pada usinya dengan baik.
Apabila tugas pekembangan sosial ini dapat dilakukan dengan baik, remaja tidak akan
mengalami kesulitan dalam kehidupan sosialnya serta akan membawa kebahagiaan dan
kesuksesan dalam menuntaskan tugas perkembangan untuk fase-fase berikutnya. Sebaliknya,
manakala remaja gagal menjalankan tugas-tugas perkembangannya akan membawa akibat
negatif dalam kehidupan sosial fase-fase berikutnya, menyebabkan ketidakbahagiaan pada
remaja yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan
dalam menuntaskan tugas-tugas perkembangan berikutnya.
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: Codein.
2. Psikotropika
Menurut UU RI No 5/1997, Psikotropika adalah: zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Psikotropika
terdiri dari 4 golongan:
Golongan I:
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh: Ekstasi.
Golongan II:
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan terapi dan / atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh: Amphetamine.
Golongan III:
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh: Phenobarbital.
Golongan IV:
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh: Diazepam, Nitrazepam (BK, DUM).
Zat Adiktif Lainnya
Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah: bahan / zat yang berpengaruh psikoaktif diluar
Narkotika dan Psikotropika, meliputi:
Minuman Alkohol: mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan
susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari – hari dalam
kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika akan
memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman
beralkohol:
Inhalasi (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa senyawa organik,
yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas
mesin. Yang sering disalahgunakan adalah: Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.
Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat.
Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol
terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan
alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.
Epidemiologi, Demografi, dan Kormobiditas
Epidemiologi
Di Amerika, prevalensi:
16,7% > usia 18 tahun
Alcohol 13,8%
Non alcohol 6,2%
Marijuana 12-33% pertahun, 5% pengguna baru
Zat psikoterapi dan kokain : 12,5% zat psikoterapi, 11,5% kokain.
Zat-zat lain inhalan-halusinogen : 9%
Di Indonesia prevalensi 0,065% pada 1971. Hasil penelitian 10x lebih besar. Jumlah pecandu
sampai sekarang ±3.800.000 orang.
Demografi
Usia : 18-25 tahun
Jenis kelamin : laki-laki > wanita
Ras dan etnis : kulit hitam > kulit putih
Daerah padat penduduk metropolitan lebih tinggi
Daerah barat > timur
Kormobiditas
Ditemukan 76% laki-laki dan 65% wanita
Paling sering penggunaan alcohol dan zat lain
Gangguan kepribadian atau autisosial
Depresi dan bunuh diri
Faktor Penyebab Penggunaan Napza
Factor Predisposisi
Penyebab penyalahgunaan Napza menurut Hawari adalah interaksi antara factor predisposisi,
factor kontribusi dan factor pencetur. Factor kontribusi yaitu kondisi keluarga yang tidak baik
seperti keluarga yang tidak utuh, kesibukan orang tua, dan hubungan interpersonal dalam
keluarga yang tidak harmonis. Factor pencetus yaitu pengaruh teman sebaya serta tersedia
dan mudahnya memperoleh barang yang dimaksud.
Factor predisposisi terbagi dalam tiga kelompok yaitu :
Factor biologic, meliputi kecenderungan keluarga, terutama penyalahgunaan alcohol dan
perubahan metabolism alcohol yang mengakibatkan respon fisiologik yang tidak nyaman.
Factor psikologik, meliputi kepribadian ketergantungan oral, harga diri rendah, sering
berhubungan dengan penganiayaan pada masa kanak-kanak, perilaku maladaptive yang
dipelajari secara berlebihan, mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit, sifat keluarga
termasuk tidak stabil, tidak ada contoh yang positif, rasa kurang percaya tidak mampu
memperlakukan anak sebagai individu serta orang tua yang adiksi.
Factor sosiokultural, meliputi ketersedian dan penerimaan sosial terhadap pengguna obat,
ambivalen sosial tentang penggunaan dan penyalahgunaan zat, seperti tembakau, alcohol dan
maryuana, sikap, nilai, norma dan sosial kultural kebangsaan, etnis dan agama, kemiskinan
dengan keluarga yang tidak stabil dan keterbatasan kesempatan.
Factor Presipitasi
Harboenangin mengemukakan ada beberapa factor presipitasi yang menyebabkan seseorang
menjadi pecandu narkoba yaitu factor eksternal dan factor internal.
Factor internal
Factor kepribadian
Kepribadian seseorang turut berperan dalam perilaku ini. Hal ini lebih cenderung terjadi pada
usia remaja. Remaja yang menjadi pecandu biasanya memiliki konsep diri yang negative dan
harga diri yang rendah. Perkembangan emosi yang terlambat, dengan ditandai oleh
ketidakmampuan mengekpresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif, agresif, dan
cenderung depresi, juga turut mempengaruhi.
Inteligensia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inteligensia pecandu yang datang untuk melakukan
konseling di klinik rehabilitasi pada umumnya berada pada taraf di bawah rata-rata dari
kelompok usianya.
Usia
Mayoritas pecandu narkoba adalah remaja. Alasan remaja menggunakan narkoba karena
kondisi sosial, psikologis yang membutuhkan pengakuan, dan identitas dan kelebihan emosi;
sementara pada usia yang lebih tua, narkoba digunakan sebagai obat penenang.
Dorongan kenikmatan dan perasaan ingin tahu
Narkoba dapat memberikan kenikmatan yang unik dan tersendiri. Mulanya merasa enak yang
diperoleh dari coba-coba dan ingin tahu atau ingin merasakan seperti yang diceritakan oleh
teman-teman sebayanya. Lama kelamaan akan menjadi satu kebutuhan yang utama.
Pemecahan masalah
Pada umumnya para pecandu narkoba menggunakan narkoba untuk menyelesaikan persoalan.
Hal ini disebabkan karena pengaruh narkoba dapat menurunkan tingkat kesadaran dan
membuatnya lupa pada permasalahan yang ada.
Factor eksternal
Keluarga
Keluarga merupakan factor yang paling sering menjadi penyebab seseorang menjadi
pengguna narkoba. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa tipe keluarga yang
berisiko tinggi anggota keluarganya terlibat penyalahgunaan narkoba, yaitu:
Keluarga yang memiliki riwayat (termasuk orang tua) mengalami ketergantungan narkoba.
Keluarga dengan manajemen yang kacau, yang terlihat dari pelaksanaan aturan yang tidak
konsisten dijalankan oleh ayah dan ibu.
Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya penyelesaian yang
memuaskan semua pihak yang tidak berkonflik. Konflik dapat terjadi antara ayah dan ibu,
ayah dan anak, ibu dan anak, maupun antar saudara.
Keluarga dengan orang tua yang otoriter
Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut anggotanya mencapai
kesempurnaan dengan standar tinggi yang harus dicapai dalam banyak hal.
Keluarga yang neurosis, yaitu keluarga yang diliput kecemasan dengan alasan yang kurang
kuat, mudah cemas dan curiga, sering berlebihan dalam menanggapi sesuatu
Factor kelompok teman sebaya
Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitu cara teman-teman atau
orang-orang seumur untuk mempengaruhi seseorang agar berprilaku seperti kelompok itu.
Teman sebaya terlibat lebih banyak dalam delinquent dan penggunaan obat-obatan. Dapat
dikatakan bahwa factor-faktor sosial tersebut memiliki dampak yang berarti kepada
keasyikan seseorang dalam menggunakan obat-obatan, yang kemudian mengakibatkan
timbulnya ketergantungan fisik dan psikologis.
Factor kesempatan
Ketersediaan narkoba dan kemudahan memperolehnya juga dapat disebut sebagai
pemicu seseorang menjadi pecandu. Pengalaman teman sebaya saat mencoba akan
semakin memperkuat keinginan untuk memanfaatkan kesempatan dan akhirnya
menjadi pecandu. Seseorang dapat menjadi pecandu karena disebabkan oleh beberapa
factor sekaligus atau secara bersamaan. Karena ada juga factor yang muncul secara
beruntun akibat dari satu factor tertentu.
Tanda dan Gejala Pengguna Napza
Pengaruh napza pada tubuh disebut intoksikasi. Selain intoksikasi, ada juga sindroma
putus zat yaitu sekumpulan gejala yang timbul akibat penggunaan zat yang dikurangi
atau dihentikan. Tanda dan gejala intoksikasi dan putus zat berbeda pada jenis zat
yang berbeda.
Tanda dan gejala intoksikasi
1.Eforia2.Mata merah3.Mulut
1.Eforia2.Mengantuk3.Bicara kering4.Banyak bicara dan 1.Pengendalian diri berku
cadel4.Konstipasi5.Penurunan tertawa nafsu makan sempoyongan3.Mengantuk4.Memperp
kesadaran meningkat5.Gangguan tidur5.Hilang kesadaran
persepsi
Meningkatkan
Penyuluhan tentang
pengetahuan remaja
Perilaku kesehatan bahaya
tentang bahaya Remaja
berisiko pada NAPZA Penyuluha Pemuda Remaja
NAPZA Meningkatka Remaja
remaja (NAPZA) n tentang bahaya
n pengetahuan remaja
rokok
tentang bahaya rokok
Implementasi Keperawatan
Merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Prinsip
dalam pelaksanaan keperawatan yaitu :
Berdasarkan respon masyarakat
Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia dimasyarakat
Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara diri sendiri serta lingkungannya
Bekerjasama dengan profesi lain
Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan masyarakat dan pencegahan penyakit
Memperhatikan perubahan masyarakat
Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan keperawatan
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan keperawatan yaitu :
Keterlibatan petugas non keperawatan, kader, tokoh masyarakat dalam rangka alih peran
Terselenggaranya rujukan medis dan rujukan keperawatan
Setiap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dicatat pada cacatan yang telah
disajikan (Riyadi, 2007).
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah sekumpulan metode dan keterampilan untuk menentukan apakah program
kerja sesuai rencana atau apakah pelayanan kesehatan memenuhi kebutuhan masyarakat
(Posavac and Carey, 2014).
Kegiatan yang dilakukan pada penilaian ini adalah :
Membandingkan hasil tindakan yang akan diaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan
Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai dengan tahap
pelaksanaan
Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan selanjutnya apabila
masalah belum teratasi.
Kegunana penilaian :
Untuk menentukan perkembangan perawatan kesehatan masyarakat yang diberikan
Untuk menilai hasil guna, daya guna dan produktivitas asuhan keperawatan yang diberikan
Menilai pelaksaan asuhan keperawatan
Sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun siklus baru dalam proses
keperawatan
Langkah-langkah dalam mengevaluasi :
Membuat garis besar dalam masalah keperawatan komunitas
Merumuskan tujuan keperawatan khusus dalam bentuk hasil yang diharapkan oleh
masyarakat
Menentukan kriteria dan standar evaluasi serta sumber data
Mengidentifiksi hambatan yang di hadapi dan rencna untuk memperbaikinya
BAB III
Hari/ Tanggal :
Waktu :
Sasaran :
Pelaksanaan :
Topik :
Sub Topik :
I. Latar Belakang
II. Tujuan Instruksi Umum (TIU)
III. Tujuan Instruksi Khusus (TIK)
IV. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
V. Media
a. Lefleat
b. Power Point
VI. Materi (Terlampir)
VII. Anggaran (Terlampir)
VIII. Setting
Keterangan :
Moderator :
Penjawab :
Fasilitator :
Audien :
(10.00-10.10)
- Ketua Pelaksana - Menyimak MC
Penyampaian (Ritna Udiyani.,
Sambutan S.Kep.,Ns.,M.Kep)
2. (Hari, Tgl)
(10.10-10.40)
Penyampaianm Menyampaikan garis - Mendengarkan Moderator
ateri Dan Sesi besar materi materi
Tanya Jawab - - Menanyakan hal-
hal yang belum
(Hari, Tgl) dimengerti
2.
- Mendengarkan dan
mampu memahami
(10.40-11.50) jawaban yang
diberikan oleh
pemateri
Penutup - Menutup kegiatan - Mengucapkan
3. (Pembacaan Doa) salam
(11.50-12.00 ) - Mengucapkan salam
2. Air Mineral - - -
3. Kertas Hvs - - -
4. Sterofom - - -
5. Isi Cutter - - -
6. Doubletip Timbul - - -
7. Map Clip - - -
8. Spanduk 2 X 1 - - -
9. Spanduk 1 X 1 - - -
10. Karton - - -
TOTAL Rp. 0-
Keterangan
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kunyit merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan
baku obat juga dipakai sebagai bumbu dapur dan zat pewarna alami. Dilihat dari
maanfaatnya, kunyit memunyai aktivitas sebagai anti inflamasi (anti peradangan),
aktivitas terhadap peptic ulcer, antitoksik, anti hiperlipidemia, dan aktivitas anti
kanker.
Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat yang disebut kurkuminoid.
Kurkuminoid terdiri atas Kurkumin, Desetoksikurkumin Bisdesmetoksikurkumin.
Pengambilan kurkurmin dari kunyit dilakukan dengan cara ekstraksi Tingkat manfaat
dan keamanan dari simplisia yang telah menjadi obat jadiini, yaitu kombinasi aktivitas
kandungan kimia aktif dalam satu bahan nabati yang mempunyai efek komplementer
antara kurkuminoid dengan minyak atsiri. Setelah mengkaji lebih dalam mengenai
tumbuhan kunyit, penyusun dapat mengambil suatu simpulan bahwa kunyit sangatlah
bermanfaat bagi manusia, karena Didalam kunyit terdapat banyak kandungan kimia
yaitu karbohidrat, vitamin C, dan dan garam-garam mineral seperti besidan kalsium,
dengan adanya kandungan ini, maka kunyit dapat diolah menjadi obat berbagai
macam penyakit, seperti diabetes mellitus, tifus, usus buntu, disentri, sakit keputihan,
haid tidak lancar, perut mulas saat haid, memperlancar ASI, amandel.
4.2 Saran
Sebaiknya mahasiswa/i mampu mempelajari dan memahami tentang teori obat
tradisional/tanaman obat keluarga (toga) akan membuat kita menjadi lebih mengerti
pengertiannya secara mendalam dan mengetahui manfaat nya bagi kesehatan. Kita
akan mengetahui bagaimana seharusnya seorang perawat memberi pelayanan
kesehatan dengan baik bagi kesembuhan kliennya. semoga dengan pembuatan laporan
ini dapat bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Dias, F. (2020). Efek Kurkumin Pada Kunyit (Curcuma longa) Sebagai Pengobatan. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, Vol 9 No 2(Fakultas Kedokteran, Universitas
Lampung), 860-864. doi:10.35816/jiskh.v10i2.426