Oleh:
ALDA
NIM 1114190632
Disusun Oleh:
ALDA
NIM 1114190632
Mengetahui,
( ) Veny Christiani,S.Kep.,Ns
B. Etiologi
1. suhu lingkungan
2. Adanya infeksi
3. Pneumonia
4. Malaria
5. Otitis media
6. Imunisasi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun
penyakit lain.
Demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau
dehidrasi (Pediatri,2020).
C. Patofisiologi
Dengan peningkatan suhu tubuh terjadi peningkatan kecepatan metabolisme basa.
Jika hal ini disertai dengan penurunan masukan makanan akibat anoreksia, maka
simpanan karbohidrat, protein serta lemak menurun dan metabolisme tenaga otot dan
lemak dalam tubuh cendrung dipecah dan terdapat oksidasi tidak lengkap dari lemak, dan
ini mengarah pada ketosis (Sacharin,2019).
Dengan terjadinya peningkatan suhu, tenaga konsentrasi normal, dan pikiran lobus
hilang. Jika tetap dipelihara anak akan berada dalam keaadaan bingung, pembicaraan
menjadi inkoheren dan akirnya ditambah dengan timbulnya stupor dan koma
(Sacharin,2019).
Kekurang cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan demam, karna cairan dan
eloktrolit ini mempengaruhi keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. Jadi
apabila terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan dan elektrolit maka keseimbangan
termoregulasi di hipotalamus anterior mengalami gangguan. Pada pasien febris atau
demam pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan, yaitu dengan pemeriksaan darah
lengkap misalnya: Hb, Ht, Leokosit. Pada pasienfebris atau demam biasanya pada Hb
akan mengalami penurunan, sedangkan Ht dan Leokosit akan mengalami peningkatan.
LED akan meningkat pada pasien observasi febris yang tidak diketahui penyebabnya,
(pemeriksaan sputum diperlukan untuk pasien yang menderita demam dan disertai batuk
– batuk) (Pediatri,2020).
D. Pathway
Sitokin pirogen
Demam
kurang pengetahuan
Mk: gangguan
istirahat tidur
Mk : ansietas
(Kania, 2019)
E. Klasifikasi Febris
F. Manifestasi Klinis
Menurut (Rizqi,2021), Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi
tergantung pada fase demam meliputi:
1. Fase 1 awal (awitan dingin/ menggigil)
Tanda dan gejala
- Peningkatan denyut jantung
- Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
- mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
- Peningkatan suhu tubuh
- Pengeluaran keringat berlebih
- Rambut pada kulit berdiri
- Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah
2. Fase 2 (proses demam)
Tanda dan gejala
- Proses mengigil lenyap
- Kulit terasa hangat / panas
- Merasa tidak panas / dingin
- Peningkatan nadi
- Peningkatan rasa haus
- Dehidrasi
- Kelemahan
- Kehilangan nafsu makan (jika demam meningkat)
- Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.
3. Fase 3 (pemulihan)
Tanda dan gejala
- Kulit tampak merah dan hangat
- Berkeringat
- Mengigil ringan
- Kemungkinan mengalami dehidrasi.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Rizqi,2021), pemeriksaan diagostik pada febris antaralain:
1. Uji coba darah
Contoh pada Demam Dengue terdapat leucopenia pada hari ke-2 atau hari ke-3. Pada
DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Masa pembekuan masih
normal, masa perdarahan biasanya memanjang, dapat ditemukan penurunan factor II,
V, VII, IX, dan XII. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia,
hiponatremia, hipokloremia. SGOT, serum glutamit piruvat (SGPT), ureum, dan pH
darah mungkin meningkat, reverse alkali menurun.
2. Pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Contoh pada DBD air seni mungkin ditemukan albuminuria ringan. dalam tahap
melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan
seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.
3. Ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa.
H. Penatalaksanaan
Menurut (Kania,2019), penatalksaan pada febris yaitu,
1. Secara Fisik
- Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
- Pakaian anak diusahakan tidak tebal
- Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat
- Memberikan kompres.
Berikut ini cara mengkompres yang benar :
- Kompres dengan menggunakan air hangat, bukan air dingin atau es
- Kompres di bagian perut, dada dengan menggunakan sapu tangan yang telah
dibasahi air hangat
- Gosok-gosokkan sapu tangan di bagian perut dan dada
- Bila sapu tangan sudah kering, ulangi lagi dengan membasahinya dengan air
hangat
2. Obat- obat Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus.Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan
jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan
kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan
mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi.
Penderita tifus perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi (agar penyakit ini tidak
menular ke orang lain). Penderita harus istirahat total minimal 7 hari bebas panas.
Istirahat total ini untuk mencegah terjadinya komplikasi di usus. Makanan yang
dikonsumsi adalah makanan lunak dan tidak banyak berserat. Sayuran dengan serat
kasar seperti daun singkong harus dihindari, jadi harus benar-benar dijaga
makanannya untuk memberi kesempatan kepada usus menjalani upaya penyembuhan.
Pengobatan yang diberikan untuk pasien febris typoid adalah antibiotika
golongan Chloramphenicol dengan dosis 3-4 x 500 mg/hari;
Petunjuk pemberian antipiretik:
1. Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol
2. Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½ sendokteh sirup
parasetamol
3. Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup
parasetamol.
4. Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air atau
teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari. Gunakan sendok takaran
obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan
demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan
kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada
anak yang berisiko kejang demam.
I. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertemia berhubungan dengan proses pengobtan / infeksi
b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan
kehilngan volume cairan aktif
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
biologis, ketidak mampuan makan dan kurang asupan makan.
d. Gangguan intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan anggota tubuh.
e. Kurangnya penegetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
J. Intervensi
batas normal IV
K. Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan di susun maka untuk selanjutnya adalah
pengolahan data dan kemudian pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana
yang telah di susun tersebut. Dalam pelakasaan implementasi maka perawat dapat
melakukan obesrvasi atau dapat mendiskusikan dengan klien atau keluarga tentang
tindakan yang akan di lakukan.
L. Evaluasi
Evaluasi adalah langkah terakir dalam asuhan keperawatan, evaluasi dilakuakan dengan
pendekatan SOAP (data subjektif, data objektif, analisa, planning). Dalam evaluasi ini
dapat ditentukan sejauh mana keberhasilan rencana tindakan keperawatan yang harus
dimodifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Pediatri S.(2020). Demam Pada anak.
(https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/1037/967. Diakses
pada tanggal 31 Januari 2022.
Nanda NIC NOC (2018-2020). Nursing Outcomes Classification dan Nursing Intervensions
Classification:Editor MocoMedia.