Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

OBS FEBRIS PADA ANAK DI RSUD IDAMAN BANJARBARU

Oleh:

ALDA
NIM 1114190632

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES DARUL AZHAR BATULICIN
TAHUN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Disusun Oleh:

ALDA

NIM 1114190632

Laporan ini untuk Memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak

Banjar baru, Februari 2022

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( ) Veny Christiani,S.Kep.,Ns

NIP. 19860424 200803 2 002


A. Definisi
Menurut (Pediatri,2020), Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang
melewati batas normal yaitu lebih dari 38℃.
Febris konvulsi adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(diatas 38℃) yang disebabkan oleh suatu proses ekstra kronium.
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh kelainan
dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,
penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38℃ atau lebih. Ada
juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,8℃. Sedangkan bila suhu tubuh lebih
dari 40℃ disebut demam tinggi (hiperpireksia).

B. Etiologi

1. suhu lingkungan
2. Adanya infeksi
3. Pneumonia
4. Malaria
5. Otitis media
6. Imunisasi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun
penyakit lain.

Demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau
dehidrasi (Pediatri,2020).

C. Patofisiologi
Dengan peningkatan suhu tubuh terjadi peningkatan kecepatan metabolisme basa.
Jika hal ini disertai dengan penurunan masukan makanan akibat anoreksia, maka
simpanan karbohidrat, protein serta lemak menurun dan metabolisme tenaga otot dan
lemak dalam tubuh cendrung dipecah dan terdapat oksidasi tidak lengkap dari lemak, dan
ini mengarah pada ketosis (Sacharin,2019).
Dengan terjadinya peningkatan suhu, tenaga konsentrasi normal, dan pikiran lobus
hilang. Jika tetap dipelihara anak akan berada dalam keaadaan bingung, pembicaraan
menjadi inkoheren dan akirnya ditambah dengan timbulnya stupor dan koma
(Sacharin,2019).
Kekurang cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan demam, karna cairan dan
eloktrolit ini mempengaruhi keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. Jadi
apabila terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan dan elektrolit maka keseimbangan
termoregulasi di hipotalamus anterior mengalami gangguan. Pada pasien febris atau
demam pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan, yaitu dengan pemeriksaan darah
lengkap misalnya: Hb, Ht, Leokosit. Pada pasienfebris atau demam biasanya pada Hb
akan mengalami penurunan, sedangkan Ht dan Leokosit akan mengalami peningkatan.
LED akan meningkat pada pasien observasi febris yang tidak diketahui penyebabnya,
(pemeriksaan sputum diperlukan untuk pasien yang menderita demam dan disertai batuk
– batuk) (Pediatri,2020).
D. Pathway

Agen infeksius Dehidrasi


Mediator inflamasi

Monosit/makrofag Tubuh kehilangan cairan

Sitokin pirogen

Mempengaruhi hipothalamus penurunan cairan intrasel


Anterior

Demam

Peningkatan evaporasi meningkatnya Ph berkurang peningkatan suhu


Metabolik tubuh tubuh

Mk: resiko anoreksia


defisit volume
cairan
Mk :
hipertermi
Kelemahan intake makanan
berkurang

Mk: intoleransi Mk: nutrisi


aktivitas kurang dari
kebutuhan
gangguan rasa nyaman

gelisah tidak bisa tidur

kurang pengetahuan
Mk: gangguan
istirahat tidur

Mk : ansietas

(Kania, 2019)
E. Klasifikasi Febris

Menurut (Rizqi,2021), Klasifikasi febris/demam adalah:


Fever : Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses
patologis.
Hyperthermia : Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada makhluk
hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh, seringnya karena induksi
dari radiasi (gelombang panas, infrared), ultrasound atau obat – obatan.
Malignant Hyperthermia: Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang
menyertai kekakuan otot karena anestesi total
Tipe - tipe demam diantaranya:
1. Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun
kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil
dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal
dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu yang dicatat demam septic.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila
demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua
hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam intermiten
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam
yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu
seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya
tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam
mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jela seperti: abses,
pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat
dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para
pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu
penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya.

F. Manifestasi Klinis
Menurut (Rizqi,2021), Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi
tergantung pada fase demam meliputi:
1. Fase 1 awal (awitan dingin/ menggigil)
Tanda dan gejala
- Peningkatan denyut jantung
- Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
- mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
- Peningkatan suhu tubuh
- Pengeluaran keringat berlebih
- Rambut pada kulit berdiri
- Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah
2. Fase 2 (proses demam)
Tanda dan gejala
- Proses mengigil lenyap
- Kulit terasa hangat / panas
- Merasa tidak panas / dingin
- Peningkatan nadi
- Peningkatan rasa haus
- Dehidrasi
- Kelemahan
- Kehilangan nafsu makan (jika demam meningkat)
- Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.
3. Fase 3 (pemulihan)
Tanda dan gejala
- Kulit tampak merah dan hangat
- Berkeringat
- Mengigil ringan
- Kemungkinan mengalami dehidrasi.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Rizqi,2021), pemeriksaan diagostik pada febris antaralain:
1. Uji coba darah
Contoh pada Demam Dengue terdapat leucopenia pada hari ke-2 atau hari ke-3. Pada
DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Masa pembekuan masih
normal, masa perdarahan biasanya memanjang, dapat ditemukan penurunan factor II,
V, VII, IX, dan XII. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia,
hiponatremia, hipokloremia. SGOT, serum glutamit piruvat (SGPT), ureum, dan pH
darah mungkin meningkat, reverse alkali menurun.
2. Pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Contoh pada DBD air seni mungkin ditemukan albuminuria ringan. dalam tahap
melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan
seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.
3. Ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa.

H. Penatalaksanaan
Menurut (Kania,2019), penatalksaan pada febris yaitu,
1. Secara Fisik
- Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
- Pakaian anak diusahakan tidak tebal
- Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat
- Memberikan kompres.
Berikut ini cara mengkompres yang benar :
- Kompres dengan menggunakan air hangat, bukan air dingin atau es
- Kompres di bagian perut, dada dengan menggunakan sapu tangan yang telah
dibasahi air hangat
- Gosok-gosokkan sapu tangan di bagian perut dan dada
- Bila sapu tangan sudah kering, ulangi lagi dengan membasahinya dengan air
hangat
2. Obat- obat Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus.Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan
jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan
kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan
mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi.
Penderita tifus perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi (agar penyakit ini tidak
menular ke orang lain). Penderita harus istirahat total minimal 7 hari bebas panas.
Istirahat total ini untuk mencegah terjadinya komplikasi di usus. Makanan yang
dikonsumsi adalah makanan lunak dan tidak banyak berserat. Sayuran dengan serat
kasar seperti daun singkong harus dihindari, jadi harus benar-benar dijaga
makanannya untuk memberi kesempatan kepada usus menjalani upaya penyembuhan.
Pengobatan yang diberikan untuk pasien febris typoid adalah antibiotika
golongan Chloramphenicol dengan dosis 3-4 x 500 mg/hari;
Petunjuk pemberian antipiretik:
1. Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol
2. Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½ sendokteh sirup
parasetamol
3. Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup
parasetamol.
4. Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air atau
teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari. Gunakan sendok takaran
obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan
demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan
kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada
anak yang berisiko kejang demam.

I. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertemia berhubungan dengan proses pengobtan / infeksi
b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan
kehilngan volume cairan aktif
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
biologis, ketidak mampuan makan dan kurang asupan makan.
d. Gangguan intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan anggota tubuh.
e. Kurangnya penegetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
J. Intervensi

No Diagnosa Kep NOC NIC


1. Hipertemia Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda – tanda vital
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam (Tekanan Darah, Nadi, Suhu,
dengan proses diharapkan, suhu tubuh Pernafasan)
pengobatan / kembali normal, dengan KH: 2. Berikan pengobatan untuk
infeksi  Suhu tubuh dalam rentang mengatasi penyebab demam.
normal 3. Kompres pasien pada lipat

 Nadi dan RR dalam rentang paha dan aksila.


normal 4. Selimuti pasien untuk
 Tidak ada perubahan warna mencegah hilangnya
kulit dan tidak ada pusing kehangatan tubuh
5. Kaloborasi pemberian terapi
antipiretik, antibiotik atau
agen anti menggigil
6. Berikan air minum sesuai
dengan kebutahan tubuh.
7. Berikan pakaian menyerap
keringat
8. Berikan pakaian yang tipis
9. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
10. Monitor penurunan tingkat
kesadaran
11. Pantau komplikasi yang
berhubungan dengan demam
serta tanda dan gejala,
kondisi penyebab demam
2. Kekurangan Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan catatan intake
volume cairan keperawatan selama 3 x 24 dan output yang akurat
berhubungan jam diharapkan, fluid 2. Monitor status hidrasi
dengan Intake balance Hydration (kelembaban membaran
yang kurang dan Nutritional Status Food and mukosa, nadi adekuat,
kehilangan Fluid Intake dengan KH : tekanan darah ortostatik),
volume cairan  Mempertahankan urine jika diperlukan
aktif output sesuai dengan usia 3. Monitor hasil lab yang sesuai
dan BB,BJ urine, pH, urine dengan retensi cairan ( BUN,
normal Hmt, osmolalitas urin,
 TTV dalam batas normal albumin, totol protein )
 Tidak ada tanda – tanda 4. Monitor vital sign setiap 15

dehidrasi, Elastisitas turgor menit – 1 jam.


kulit baik, membran 5. Monitor intake dan output

mukosa lembab, tidak ada setiap hari


rasa haus yang berlebihan 6. Berikan cairan oral

 Elektrolit, Hb, Hmt dalam 7. Kaloborasi pemberian cairan

batas normal IV

 Intake oral dan intravena 8. Timbangan BB/ hari

adekeuat 9. Berikan ralutan oralit


10. Berikan penggantian
nasogatrik sesuai output
11. Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul
meburuk
12. Konsultasikan dengan dokter
jika tandatanda dan gejala
ketidakseimbangan cairan
dan atau elektrolit menetap
atau memburuk

3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya alergi makanan


nutrisi kurang dari keperawatan selama 3 x 24 2. Kaloborasi dengan ahli gizi
kebutuhan tubuh jam diharapkan, Status untuk mentukan jumlah
berhubungan Nutrisi: Asupan Nutrisi kalori dan nutrisi yang
dengan Faktor dengan KH: dibutuhkan pasien
biologis, ketidak  Adanya peningkatan berat 3. Anjurkan keluarga untuk
mampuan makan badan sesuai dengan meningkatkan intake
dan kurang asupan tujuan Fe ,protein dan vitamin C
makanan  Berat badan ideal sesuai pada pasien
dengan tinggi badan 4. Berikan substansi gula

 Mampu mengidentifikasi 5. Yakinkan diet yang dimakan


kebutuhan nutrisi mengandung tinggi serat
 Tidak ada tanda – tanda untuk mencegah konstipasi
malnutrisi 6. Berikan makanan yang

 Menunjukan peningkatan terpilih

fungsi pengecapan dan 7. Anjurkan keluarga untuk


menelan memberikan makanan

 Tidak terjadi penurunan pasien dalam porsi sedikit

berat badan yang berarti tapi sering


8. Anjurkan keluarga untuk
memberi makana dalam
porsi hangat pada pasien
9. Monitor adanaya penurunan
berat badan
10. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang bisa
dialakukan
11. Monitor interaksi anak dan
orang tua selama makan
12. Monitor mual dan muntah
13. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb
14. Monitor pucat, kemerahan
dan kekeringan jaringan
kunjungtiva
4. Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi adanya pembatas
intoleransi aktivitas keperawatan selama 3 x 24 klien dalam melakukan
berhubungan jam diharapkan, SEKF aktivitas.
dengan kelemahan CARE, toleransi aktivitas, 2. Kali adanya fktor yang
anggota tubuh. konservasi energi dengan KH: menyebebkan kelelahan.
 Berpatisipasi dalam 3. Monitor nutrisi dan sumber
aktivitas fisik tanpa energi yang adekuat.
disertai peningkatan 4. Monitor klien akan adanya
tekanan darah, nadi dan kelelahan fisik dan emosi
RR. secara berlebihan.
 Mampu melakukan 5. Monitor respon
aktivitas sehari – hari kardiovaskular terhadap
secara mandiri. aktivitas
 Keseimbangan aktivitas 6. Monitor pola tidur dan
dan istirahat. lamayan pola tidur.
7. Bantu untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai.
5. Kurangnya Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan penilaian tentang
pengetahuan keperawatan selama 3 x 24 tingkat pengetahuan pasien
berhubungan jam diharapkan, Knowledge: tentang proses penyakit
dengan kurangnya Disease Process, Knowledge: yang spesifik
informasi. Health Hehavior dengan KH: 2. Jelaskan patofisiologidari
 Pasien dan keluarga penyakit dan bagaimana hal
menyatakan pemahaman ini berhubungan dengan
tentang penyakit, kondisi, anatomi dan fisiologi,
prognosis, dan program dengan cara yang tepat.
pengobatan 3. Gambarkan tanda dan gejala

 Pasien dan keluarga yang biasa muncul pada


mampu melaksakan penyakit, dengan cara yang
prosedur yang dijelaskan tepat
secara benar 4. Identifikasi kemungkinan
 Pasien dan keluarga penyebab, dengan cara yang
mampu menjelaskan tepat
kembali apa yang 5. Sediakan informasi pada
dijelaskan perawat/tim pasien tentang kondisi,
kesehatan lainnya dengan cara yang tepat
6. Hindari jaminan yang
kosong
7. Sediakan bagi keluarga atau
SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
8. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi dimasa yang
akan datang dan ata proses
pengontrolan penyakit

K. Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan di susun maka untuk selanjutnya adalah
pengolahan data dan kemudian pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana
yang telah di susun tersebut. Dalam pelakasaan implementasi maka perawat dapat
melakukan obesrvasi atau dapat mendiskusikan dengan klien atau keluarga tentang
tindakan yang akan di lakukan.

L. Evaluasi
Evaluasi adalah langkah terakir dalam asuhan keperawatan, evaluasi dilakuakan dengan
pendekatan SOAP (data subjektif, data objektif, analisa, planning). Dalam evaluasi ini
dapat ditentukan sejauh mana keberhasilan rencana tindakan keperawatan yang harus
dimodifikasi.

DAFTAR PUSTAKA
Pediatri S.(2020). Demam Pada anak.
(https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/1037/967. Diakses
pada tanggal 31 Januari 2022.

Kania N.(2019). Penatalaksanaan Demam Pada Anak. (http://pustaka.unpad.ac.id/wp-


content/uploads/2010/02/penatalaksanaan_demam_pada_anak.pdf). Diakses tanggal
31 Januari 2022.

Nanda NIC NOC (2018-2020). Nursing Outcomes Classification dan Nursing Intervensions
Classification:Editor MocoMedia.

Rizqi.(2021). Mengenal Febris pada Bayi dan Cara untuk Mengatasinya.


(https://motherandbeyond.id/read/19007/mengenal-febris-pada-bayi-dan-cara-untuk-
mengatasinya). Diakses tanggal 31 Januari 2022.

Sacharin. (2019). Anak Dengan Febris. (https://google.scholar). Diakses pada tanggal 31


januari 2022.

Anda mungkin juga menyukai