Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

R DENGAN
RESIKO TINGGI KEKERASAN

Dosen Pembimbing :

Bagus Dwi Cahyono, S.ST., M.Kes

Disusun oleh :

Lailatul Istiqomah

192303102025

FAKULTAS KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER KAMPUS PASURUAN


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATANDENGAN

JUDUL

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R DENGAN


RESIKO TINGGI KEKERASAN.

YangTelah Disahkan Pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Institusi Mahasiswa

Bagus Dwi Cahyono, S.ST., M.Kes 2 Rizky Nuralam


Afriel
NIP : 197506082006041018 NIM : 192303102025
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.1 Latar Belakang Masalah
Berdasarkan UU No 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang
individu dapat berkembang secara fisik, mental, spritual, dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri, dapt mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu
memberikan kontribusi untuk komunitas. Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK), adalah orang
yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan kualitas hidup
sehingga memiliki resiko mengalami gangguan jiwa. Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), adalah
orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam
bentuk sekumpulan gejala atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan
penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.
Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan kesehatan jiwa di
seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius. Pada tahun 2001 WHO
menyatakan, paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa.
WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa.
Sementara itu, menurut Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO Wilayah Asia Tenggara, hampir satu
pertiga dari penduduk di wilayah ini pernah mengalami gangguan neuropsikiatri Azrul Azwar (Dirjen
Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan) tahun (2011) mengatakan bahwa jumlah
penderita gangguan kesehatan jiwa di masyarakat sangat tinggi, yakni satu dari empat penduduk
Indonesia menderita kelainan jiwa rasa cemas, depresi, stress, penyalahgunaan obat, kenakalan
remaja sampai skizofrenia. Di Era Globalisasi gangguan kejiwaan meningkat sebagai contoh
penderita tidak hanya dari kalangan kelasa bawah, sekarang kalangan pejabat dan masyarakat lapisan
menengah ke atas juga terkena gangguan jiwa (Yosep, 2009).
Menurut (Yosep, 2010). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain,
ataupun terhadap lingkungan sekitar.
Menurut National Institute Of Mental Health (NIMH). gangguan jiwa mencapai 13% dari
penyakit secara keseluruhan dan diperkirakan akan berkembang menjadi 25% di tahun 2030.
Kejadian tersebut akan memberikan andil meningkatnya prevalensi gangguan jiwa dari tahun ke
tahun di berbagai negara. Berdasarkan hasil sensus penduduk Amerika 3 Serikat tahun 2004,
diperkirakan 26,2 % penduduk yang berusia 18 – 30 tahun atau lebih mengalami gangguan jiwa
(NIMH, 2011). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, menunjukkan bahwa prevalensi
gangguan jiwa secara nasional mencapai 5,6% dari jumlah penduduk, dengan kata lain menunjukkan
bahwa pada setiap 1000 orang penduduk terdapat empat sampai lima orang menderita gangguan jiwa.
(Hidayati, 2012). Studi penilitian tanggal 25 Mei, 2019. Berdasarkan hasil pencatatan rekam medik
(RM) Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang pada bulan November 2018 sampai April 2019 di temukan
masalah keperawatan klien rawat inap 158 orang klien Rawat jalan 185 orang, rawat intensif sebanyak
97 orang.
Salah satu bentuk gangguan jiwa adalah perilaku amuk. Amuk merupakan respon kemarahan
yang paling maladaptif yang ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai
hilangnya kontrol, dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Keliat,
2010) Tingkah laku amuk dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain model teori importation yang
mencerminkan kedudukan klien dalam membawa atau mengadopsi nilai-nilai tertentu. Model teori
yang kedua yaitu model situasionisme, amuk adalah respon terhadap keunikan, kekuatan dan
lingkungan rumah sakit yang terbatas yang membuat klien merasa tidak berharga dan tidak
diperlakukan secara manusiawi.
Model selanjutnya yaitu model interaksi, model ini menguraikan bagaimana proses interaksi yang
terjadi antara klien dan perawat dapat memicu atau menyebabkan terjadinya tingkah laku amuk.
Amuk merupakan respon marah terhadap adanya stress, cemas, harga diri rendah, rasa bersalah, putus
asa dan ketidak berdayaan. Respon ini dapat diekspresikan secara internal maupun eksternal.Secara
internal dapat berperilaku yang tidak asertif dan merusak diri, sedangkan secara eksternal dapat
berupa perilaku destruktif.
Salah satu strategi yang sering digunakan dirumah sakit adalah restrain. Restrain adalah tindakan
langsung dengan menggunakan kekuatan fisik pada individu yang bertujuan untuk membatasi
kebebasan dalam bergerak. Kekuatan fisik ini dapat menggunakan tenaga manusia, alat mekanis atau
kombinasi keduanya. Restrain dengan tenaga manusia terjadi ketika perawat secara fisik
mengendalikan klien. Kemudian, restrain dengan alat mekanis menggunakan peralatan yang biasanya
dipasang pada pergelangan tangan dan kaki untuk mengurangi agresif fisik klien, seperti memukul,
dan menendang. Terdapat dua tindakan yang sering di lakukan kepada pasien perilaku kekerasan,
yaitu restrain dan isolasi. (Videbeck & Sheila, 2009). Peran perawat adalah memberikan asuhan
keperawatan yang di berikan meliputi pelayanan kesehatan secara holistic dan komunikasi terapeutik
yang bertujuan untuk mencegah resiko menciderai diri sendiri, serta meningkatkan kesejahteraan
untuk mencapai tujuan yang di harapkan.
1.2 Rumusan masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan dengan perilaku kekerasan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum :
Mahasiswa mampu mengaplikasikan Asuhan Keperawatan pasien dengan perilaku kekerasan melalui
pendekatan proses keperawatan.
1.3.2 Tujuan khusus :
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pasien dengan perilaku kekerasan
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pasien dengan perilaku kekerasan
4
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana tindakan pasien dengan perilaku kekerasan
d. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan pasien dengan perilaku kekerasan
e. Mahasiswa mampu mengevalusi tindakan keperawatan yang sudah di lakukan pasien dengan
perilaku kekerasan
f. Mahasiswa mampu menganalisis Asuhan Keperawatan pasein dengan perilaku kekerasan.
1.4 Manfaat Studi Kasus
1.4.1 Manfaat Teoritis
Dapat dijadikan referensi untuk pengembangan ilmu keperawatan dalam memberikan Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasan.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai acuan untuk meningkatkan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada
passien.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan acuan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan jiwa
khususnya perilaku kekerasan.
3. Bagi penulis
Menambah wawasan dan sebagai sarana untuk menerapkan ilmu dalam bidang keperawatan tentang
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasan.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Perilaku Kekerasan (PK)
2.1.1 Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut
dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart dan
Sudeen, 1998). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007; 146).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik
maupun psikologis (Dep Kes, RI, 2000 ; 147).
Menurut Yosep (2010) dalam Damaiyanti& Iskandar (2012.95) Perilaku kekerasan adalah suatu
keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayahkan secara fisik, baik
kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk di mana
seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol.
Berdasarkan beberapa pengertian Perilaku Kekerasan di atas dapat disimpulkan bahwa Perilaku
Kekerasan yaitu suatu keadaan emosi yang merupakan campuran frustasi, benci atau marah yang
diekspresikan dengan melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan atau merusak lingkungan.
2.1.2 Etiologi
Menurut Direja (2011,132), ada beberapa faktor penyebab perilaku kekerasan seperti :
1. Faktor predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor predisposisi, artinya mungkin
terjadi atau mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut di alami oleh individu :
a. Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian menyenagkan atau perasaan
ditolak, dihina, dianiaya, atau sanksi penganiayaan.
b. Perilaku reinforcement 6
Yang diterima saat melakukan kekerasan, dirumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi
individu mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Teori psikoanalitik
Menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya ego dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dapat
meningkatkan citra diri serta memberikan arti dalam hidupnya.
2. Faktor presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik injuri fisik, psikis, atau
ancaman konsep diri. Faktor pencetus sebagai berikut:
a. Klien : kelemahan fisik, keputusan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh agresif dan masa lalu
yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa terancam baik
internal maupun eksternal.
2.1.3 Manifestasi Klinis
Menurut Direja Ade (2011,132) tanda dan gejala sebagai berikut :
1. fisik : mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan
tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal : mengancam, mengucap, kata-kata kotor,berbicara dengan nada keras, kasar dan ketus.
3. Perilaku : menyerang orang lain melukai diri sendiri, orang lain, lingkungan, amuk/agresif.
4. Emosi : tidak adekuat tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya,
bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual : cerewat, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang mengeluarkan kata-kata kasar.
6. Spritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan kreativitas
terhambat.
7. Sosial : menarik diri pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindriran.
Menurut keliet (1999), gejala klinis perilaku kekerasan berawal dari adanya :
1. Persaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak
karena terapi)
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
4. Kurang percaya diri (sukar mengambil keputusan)
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien
akan mengakhiri kehidupannya).
Menurut Yosep (2010) dalam Damaiyanti & Iskandar (2012.97) perawat dapat
mengidentifikasi dan mengobserfasi tanda dan gejala perilaku kekerasan :
1. Fisik :
a. Muka marah dan tegang
7
b. Mata melotot/pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Wajah memerah dan tegang
f. Postur tubuh kaku
g. Pandangan tajam
h. Mengatupkan rahang dengan kuat
i. Mengepalkan tangan
2.1.4 Akibat Perilaku Kekerasan
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan - tindakan berbahaya bagi dirinya,
orang lain, maupun lingkungan, seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar
rumah.
2.1.5 Rentang Respon
Adaptif maladaptif

Asertif frustasi pasif agresif perilaku kekerasan


Rentang respon perilaku kekerasan menurut keliet, 1999 dalam Direja (2011)
Keterangan :
1. Respon adaptif.
a. Asertion adalah dimana individu mampu menyatakan atau mengungkapkan rasa marah, rasa tidak
setuju, tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain
b. Frustasi adalah individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak menemukan
alternative.
2. Respon maladaptif
a. Pasif adalah indivudu tidak mampu mengungkapkan perasaannya, klien tampak pemalu, pendiam
sulit diajak bicara karena rendah diri dan merasa kurang mampu
b. Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam
bentuk destruktif dan masih terkontrol. Perilaku yang tampak berupa : muka kusam, bicara kasar,
menuntut, kasar di sertai kekerasan.
c. Perilaku kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan kuat disertai kehilangan kontrol diri
individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
2.1.6 Proses Terjadinya Kekerasan
Menurut Yosep (2009) kemarahan berawal dari stresor yang berasal dari internal seperti
penyakit, hormonal, dendam, dan kesal. Atau eksternal seperti ledakan, cacian, hinaan, hingga
bencana. Hal tersebut akan mengakibatkan gangguan pada sistem individu, tergangtung bagaimana
individu memaknai setiap kejadian yang menyedihkan atau menjengkelkan. Bila seseorang
memaknai hal tersebut dengan positif maka akan tercapai persaan lega tetapi jika tidak, maka ia akan
memaknai hal tersebut akan muncul perasaan tidak berdaya dan sengsara. Perasaan itu akan
8
menimbulkan gejala psikosomatik.
2.1.7 Penatalaksanaan Medis
1. Terapi somatik
Menurut (Depkes RI, 2000, hal 230) menerangkan bahwa terapi Somatik adalah terapi yang diberikan
kepada klien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptife menjadi
perilaku adaktif dengan melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik klien, tetapi target
terapi adalah perilaku klien.
2. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik atau elektronik convulsi therapi (ECT) adalah bentuk terapi kepada klien dengan
menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang ditempatkan
pada pelipis klien. Terapi ini adalah awalnya untuk menagani klien skizofrenia membutuhkan 20-30
kali terapi biasanya dilaksanakan adalah 2-3 kali sekali (dua minggu sekali)
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Menurut Yosep (2009) dalam Damaiyanti & Iskandar (2012.104) :
Faktor Penyebab Perilaku Kekerasan
Pada dasarnya pengkajian pada klien perilaku kekerasan ditunjukan pada semua aspek, yaitu
biopsikososial-kultural-spiritual.
1. Aspek Biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan System saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin
sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urin
meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatkan kewaspadaan,
ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku dan refleks cepat. Hal ini
disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.
2. Aspek Emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustrasi, dendam, ingin
memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntun.
3. Aspek Intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu, didapatkan melalui proses intelektual, peran panca
indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah adalah proses
intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi
penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintergrasikan.
4. Aspek Sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering
merangsang kemarahan orang lain. Klen sering kali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik
tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar
yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri,
menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
5. Aspek Spiritual 9
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkngan. Hal yang
bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan
dengan amoral dan rasatidak berdosa. Kemudian data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi
dua macam sebagai berikut :
a. Data objektif ialah data yang ditemukan secara nyata. Data ini di dapatkan melalui observasi atau
pemeriksaan langsung oleh perawat
b. Data subjektif ialah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga. Data ini
diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarga. Data yang langsnung didapat oleh
perawat disebut sebagai data sekunder.
2.2.2 Analisa Data
Dengan melihat data subyektif dan objektif dapat menentukan permasalahan yang dihadapi pasien.
Dan dengan memperhatikan pohon masalah dapat diketahui penyebab, affeck dari masalah tersebut.
Dari hasil analisa data inilah dapat ditentukan diagnosa keperawatan (keliet2011).
2.2.3 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perilaku kekerasan
2. Harga diri rendah kronik
3. Resiko mencederai (diri sendiri, orang lain, lingkungan, )
4. Perubahan Presepsi sensori: halusinasi
5. Isolasi sosial
6. Berduka disfungsional
7. Inefektif proses terapi
8. Koping keluarga inefektif
2.2.4.Pohon Masalah
Gambar 2.2. Pohon masalah Perilaku Kekerasan

10
Tabel 2.1 Intervensi Perilaku kekerasan
Tabel 2.1 Intervensi Perilaku kekerasan
PN DIAGNOSA PERENCANAAN
O KEPERAWA
TAN TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL

1 Perilaku TUM : Klien menunjukan tanda-tanda Bina hubungan saling percaya dengan Kepercayan dari
kekerasan kepada perawat melalui : mengemukakan prinsip komunikasi klien merupakan
Klien Dan Keluarga terapeutik: hal yang akan
1. Ekspresi wajah cerah, memudahkan
Mampu mengatasi atau tersenyum 1. Mengucapkan salam terapeutik, sapa klien
memberikan resiko 2. Mau berkenalan perawat dalam
dengan ramah, baik, verbal maupun
perilaku kekerasan. 3. Ada kontak mata nonverbal melakukan
4. Bersedia menceritakan 2. Berjabatan tangan dengan klien pendekatan
TUK 1: perasaannya 3. Perkenalkan diri dengan sopan keperawatan atau
5. Bersedia mengungkapkan 4. Tanyakan nama lengkap klien dan nama intervensi
Klien dapat membina masalah panggilan yang di sukai klien selanjutnya
hubungan saling percya 5. Jelaskan tujuan pertemuan terhadap klien
6. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat
setiap kali bertemu klien
7. Tunjukan sikap empati dan menerima
pasien apa adanya
8. Beri perhatian kebutuhan dasar klien

TUK 2: Kriteria Evaluasi : Bantu klien mengungkapkan perasaan


marahnya :
Klien dapat 1. Menceritakan perilaku
mengidentifikasi kekerasan yang dilakukannya 1. Diskusikan bersama klien menceritan
penyebab perilaku Menceritakan perasaan penyebab rasa kesal atau rasa jengkel
kekerasan yang jengkel/kesal, baik dari diri Dengarkan penjelasan klien tanpa menyela
dilakukannya sendiri maupun lingkungan atau memberi penilaian pada setiap ungkapan

11
perasaan klien

TUK 3 : 1. Fisik : Membantu klien mengungkapkan tanda-tanda Deteksi dini dapat


a. Mata merah kekerasan yang dialaminya : diskusi dan mencegah
Klien dapat b. Tangan mengepal motivasi klien untuk menceritakan kondisi tindakana yang
mengidentifikasi tanda- c. Ekspresi tenang dan lain-
fisik saat perilaku kekerasan terjadi. bisa
tanda perilaku kekerasan lain
2. Emosional : 1. Diskusikan dan motivasi klien untuk membahayakan
a. Perasaan marah menceritakan kondisi fisik saat perilaku klien dan
b. Jengkel kekerasan terjadi lingkungan sekitar
c. Bicara kasar 2. Diskusi dan motivasi klien untuk
3. Sosial : menceritakan kondisi emosi nya saat
a. Bermusuhan yang dialami terjadi perilaku kekerasan
saat terjadi perilaku 3. Diskusikan dan motivasi klien uintuk
kekerasan menceritakan kondisi psikologfios saat
terjadi perilakukekerasan
4. Diskusikan dan motivasi klien untuk
kondisi hubungan dengan orang lain saat
terjadi perilaku kekerasan.
TUK 4 : Kriteria evealuasi : Melihat
mekanisme koping
Klien dapat 1. Jenis-jenis ekspresi Diskusikan dengan klien seputar perilaku klien dalam
mengidentifikasi jenis kemerahan yang selama ini kekerasan yang dilakukan selama ini :
dilakukan menyelesaikan
perilaku kekerasan yang
2. Perasaan saat melakukan 1. Diskusikan dengan klien seputar perilaku masalah yang di
pernah dilakukan
kekerasan kekersan yang dilakukan selama ini hadapinya
3. Evektiufitas cara yang dipakai 2. Motivasi klien menceritakan jenis-jenis
dalam menyelesaikan masalah tindakan kekkerasan yang selama ini
pernah dilakukannya
3. diskusikan apakah dsengan kekerasan yang
dilakukan nya masalah yang dialami.

12
Tuk 5 : Kriteria evaluasi : Diskusikan dengan klien akibat negatif atau Membantu klien
kerugian dari cara atau tindakan kekerasan melihat dampak
1. Diri sendiri dilukai, yang dilakukan pada: yang ditimbulkan
dijauhi, teman, dan
Klien dapat lingkungan akibat perilaku
 Diri sendiri kekerasan yang
mengidentifikasi akibat 2. Orang lain/keluarga luka,  Orang lain/keluarga
dari perilaku kekerasan tersinggung, ketakutan dilakukan
 Lingkungan
3. Benda-benda dirumah

Tuk 6 : Kriteria evaluasi : Diskusikan dengan klien seputar : Menurunkan


perilaku yang yang
Klien dapat 1. Dapat menjelaskan cara-cara  Apakah klien mau mempelajari cara deskruktif yang
mengidentifikasi cara sehat dalam mengungkapkan baru mengungkapkan cara marah yang
marah. berpotensi
kontruktif atau cara-cara sehat
 Jelaskan berbagai alternatif pilihan mencederai klien
sehat dalam dan lingkungan
untuk mengungkapkan kemarahan
mengungkapkan sekitar
selain perilaku kekerasan yang
kemarahan diketahui
 Jelaskan cara-cara sehat untuk
mengungkapkan kemarahn :
 Cara fisik :
Napas dalam ,pukul kasur, olahraga
1. Verbal
Mengungkapkan bahwa dirinya sedang
kesal kepada orang lain
2. Sosial
Latihan asertif dengan orang lain
3. Spritual :
Sembah yang, meditasi, sesuai dengan
keyakinan agama nya masing-masing.

13
Tuk 7 : 1. Fisik 1. Diskusi cara yang mungkin dipilih serta Keinginan
Tarik napas dalam, memukul anjurkan klien memilih cara yang mungkin marahnya tidak
Klien dapat bantal diterapkan untuk mengungkapkan bisa diprediksi
mendemonstrasikan cara 2. Verbal kemarahannya
waktunya serta
mengontrol perilaku Mengunkapkan perasaan rasa 2. Latih klien memperagakan cara yang
dipilih dengan melaksanakan cara yang siapa yang
kekerasan kesal/jengkel kepada orang
dipilihnya memicunya
lain tanpa menyakiti. 3. Jelaskan cara manfaat tersebut
3. Spritual 4. Anjurkan klien menirukan peragaan yang Meningkatkan
Doa, meditasi sesuai sudah dilakukan kepercayaan diri
agamanya 5. Beri penguatan pada pasien klien serta asertif
(ketegasan) saat
mareah atau
jengkel

Tuk 8 : 1. dapat menjelaskan cara 1. Diskusikan pentingnya peran serta Keluarga


merawat klien dengan perilaku keluarga sebagai pendukung klien dalam merupakan sistem
Klien mendapat kekerasan mengatasi risiko perilaku kekerasan pendukung utama
dukungan keluarga untuk 2. Diskusikan potensi keluarga untuk
bagi klien dan
mengontrol risiko membantu klien mengatasi perilaku
kekerasan merupakan bagian
perilaku kekerasan penting dari
3. Jelaskan pengertian penyebab, akibat dan
cara merawat klien risiko perilaku rehabilitas klien.
kekerasan yang dapat dilaksanakan oleh
keluarga
4. Peragakan cara merawat klien menangani
PK
5. Beri kesempatan untuk memperagakan

14
ulang cara perawatan terhadap klien
6. Beri pujian terhadap keluarga setelah
peragaan
7. Tanya perasaan keluarga setelah mencoba
cara yang dilatihkan.
8.

Tuk 9 : Kriteria evaluasi : 1. Jelaskan manfaat menggunakan obat Membantu


1. Kerugian tidak minum secara teratur dan kerugian jika tidak tidak penyembuhan
Klien menggunakan obat obat menggunakan obat klien mengontrol
sesuai program yang 2. Nama obatbentuk dan 2. Jelaskan kepada klien
kegiatan klien
telah ditetapkan warna obat 3. Jenis obat, nama, warna, dan bentuk
4. Dosis yang tepat untuk klien minum obat dan
3. Dosis yang diberikan
kepadanya 5. Waktu pemakain mencegah klien
4. Waktu pemakain 6. Cara pemakaian putus obat.
5. Efek disamping 7. Efek yang akan dirasakan klien
6. Klien menggunakan obat 8. Anjurkan klien untuk minta obat tepat
sesuai program waktu
9. Lapor perawat atau dokter jika mengalami
efek yang tidak biasa
10. Beri pujian terhadap kedisplinan klien
menggunakan obat

15
2.2.4 Implementasi
Perilaku kekerasan
SP 1 pasien SP 1 keluarga
1. Mengidentifikasi penyebab perilakukekerasan 1. Mendiskusikan masalahyang
2. Menigentifikasi tanda dan gejalaperilaku rasakan keluarga dalam merawat
kekerasan pasien.
3. Mengidentifikasi perilaku kekerasan 2. Menjelaskan pengertian,tanda dan
4. Mengidentifikasi akibat perilakukekerasan gejala perilakukekerasan yang
5. Menyebutkan cara mengontrolperilaku dialami pasien beserta proses
kekerasan terjadinya perilaku kekerasan
6. Membantu pasien mempraktekanlatihan cara
mengontrol perilaku kekerasan secara fisik 1 :
latihan napas dalam
7. Menganjurkan pasien memasukandalam kegiatan
harian

SP 2 pasien SP 2 keluarga
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. melatih keluarga mempraktekancara
pasien merawat pasien dengan perilaku kekersan
2. Melatih pasien mengontrolperilaku
kekerasan dengancara fisik 2 : pukul kasue 2. melatih keluarga melakukan caramerawat
dan bantal langsung pada pasien perilaku kekerasan
3. Menganjurkan pasien memasukan ke
dalamkegiatan harian

SP 3 pasien SP 3 keluarga
1. Mengevaluasi jadwal kegiatanharian pasien 1. membantu keluarga membuatjadwal
2. Melatih pasien mengontrol perilakukekerasan aktifitas dirumah termasuk minum obat
dengan cara sosial atau verbal (perencanaan pulang)
3. Menganjurkan pasien memasukanke dalam
jadwal kegiatan harian 2. menjelaskan tindakan tindaklanjut
pasien setelah pulang

16
SP 4
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Melatih pasien mengontrol perilaku
kekerasan dengancara spritual
3. Mengajurkan pasien memasukan ke
dalamkegiatan harian

SP 5
1. Mengevaluasi jadwal harianpasien
2. Melatih pasien mengontrol perilaku
kekerasan denganminum obat
3. Menganjurkan pasien memasukan
kedalamkegiatan harian

STRATEGI PELAKSANAAN
RISIKO PERILAKU KEKERASAN

Pertemuan : Ke 1 (satu)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, klien mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengidentifikasi PK
b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda PK
c. Pasien dapat menyebutkan jenis PK yang pernah dilakukannya
d. Pasien dapat menyebautkan akibat dari PK yang dilakukannya.
e. Pasien dapat menyebutka cara mencegah / mengendalikan PKny
4. Tindakan Keperawatan
SP 1 Klien :
Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab marah, tanda dan gejala
yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat dan cara mengendalikan
perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama ( latihan nafas dalam).

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Fase Orientasi :
17
“ Assalamu’alaikum, selamat pagi bu, perkenalkan nama saya Afriel Rizky Nuralam, saya
biaya dipanggil Afriel. Saya perawat yang dinas diruang ini, saya dinas diruangan ini
selama 3 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari jam 7 sampai jam 1 siang, jadi selama 3
minggu ini saya yang merawat ibu.
Nama ibu siapa? Dan senang nya dipanggil apa?”
“ Bagaimana perasaan ibu R saat ini?”
“masih ada perasaan kesal atau marah?
“ Baiklah sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan marah yang ibu
rasakan,”
“ Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang ? bagaimana kalau 10 menit“ “Dimana
kita akan bincang-bincang?
“Bagaimana kalau diruang tamu?”

2. Fase Kerja :
“ apa yang menyebabkan ibu R marah?
Apakah sebelumnya ibu R pernah marah?
Terus penyebabnya apa?
Samakah dengan yang sekarang?
Pada saat penyebab marah itu ada, seperti rumah yang berantakan, makanan yang
tidak tersedia, air tak tersedia ( misalnya ini penyebab marah klien), apa yang ibu R
rasakan?“
Apakah ibu R merasa kesal, kemudian dada ibu berdebar-debar, mata melotot, rahang
terkatup rapat, dan tangan mengepal?”“ apa yang ibu lakukan selanjutnya”
“ Apakah dengan ibu R marah-marah, keadaan jadi lebih baik?
“ Menurut ibu adakah cara lain yang lebih baik selain marah-marah?
“maukah ibu belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?
” ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini kita belajar satu cara
dulu,
“ begini bu, kalau tanda- marah itu sudah ibu rasakan ibu berdiri lalu tarik nafas dari
hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan secara perlahan-lahan dari mulut seperti
mengeluarkan kemarahan, coba lagi bu dan lakukan sebanyak 5 kali. Bagus sekali ibu R
sudah dapat melakukan nya.
“ nah sebaiknya latihan ini ibu R lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa
marah itu muncul ibu R sudah terbiasa melakukannya”.

3. Fase Terminasi :
“ Bagaimana perasaan ibu R setelah berbincang-bincang tentang kemarahan ibu? ”
“ Coba ibu R sebutkan penyebab ibu marah dan yang ibu rasakan dan apa yang ibu
lakukan serta akibatnya.
“Baik, sekarang latihan tandi kita masukkan ke jadual harian ya Bu”
” berapa kali sehari ibu mau latihan nafas dalam ?” Bagus..
“Nanti tolong ibu tulis M, bila ibu melakukannya sendiri, tulis B, bila ibu dibantu dan T,
bila ibu tidak melakukan”
“baik Bu, bagaimana kalau besok kita latihan cara lain untuk mencegah dan
mengendalikan marah ibu R.
”Dimana kita akan latihan, bagaimana kalau tempatnya disini saja ya Bu?”
“Berapa lama kita akan lakukan, bagaimana kalau 10 menit saja”
“Saya pamit dulu
Ibu…Assalamu’alaikum.”
18
Pertemuan : Ke 2 (dua)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, ada kontak mata saat berbicara.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
a. Melatih cara mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara fisik kedua
b. Mengevaluasi latihan nafas dalam
c. Melatih cara fisik ke 2: pukul kasur dan bantal
d. Menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua
4. Tindakan Keperawatan
SP 2 klien :
Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik ke dua
(evaluasi latihan nafas dalam, latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara
fisik ke dua : pukul kasur dan bantal), menyusun jadwal kegiatan harian cara ke dua.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum Ibu R, masih ingat nama saya” bagus Ibu,,,ya saya Anwar”
“sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi.
“Bagaimana perasaan ibu saat ini, adakah hal yang menyebabkan ibu marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengendalikan perasaan marah
dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua.”
“ mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit?”
“ Dimana kita bicara? Bagaimana kalau di ruang tamu ini ya Bu”

2. Fase Kerja
“ Kalau ada yang menyebabkan ibu marah dan muncul perasaan kesal, selain nafas
dalam ibu dapat memukul kasur dan bantal.”“ Sekarang mari kita latihan memukul
bantal dan kasur mari ke kamar ibu? Jadi kalau nanti ibu kesal atau marah, ibu
langsung kekamar dan lampiaskan marah ibu tersebut dengan memukul bantal dan
kasur.Nah coba ibu lakukan memukul bantal dan kasur, ya bagus sekali ibu
melakukannya!”“ Nah cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan
marah, kemudian jangan lupa merapikan tempat tidur Ya!”

3. Fase Terminasi
“ Bagaimana perasaan ibu setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”“ Coba
ibu sebutkan ada berapa cara yang telah kita latih? Bagus!”
“ Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari ibu. Pukul berapa ibu
mau mempraktikkan memukul kasur/bantal?
Bagai mana kalau setiap bangun tidur? Baik jadi jam 5 pagi dan jam 3 sore, lalu
kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya Bu.“
sekarang ibu istirahat, 2 jam lagi kita ketemu ya Bu, kita akan belajar
mengendalikan marah dengan belajar bicara yang baik. Sampai
Jumpa!” Assalamu’alaikum

19
Pertemuan : Ke 3 (tiga)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien kooperatif, tenang, ada kontak mata saat berbicara,
sesekali nada bicara agak tinggi.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
a. Melatih cara mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara
sosial/verbal
b. Mengevaluasi jadual harian untuk dua cara fisik
c. Melatih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
d. Menyusun jadwal latihan mengungkapkan secara verbal

4. Tindakan Keperawatan
SP3 klien :
Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
sosial/verbal (evaluasi jadwal harian tentang dua cara fisik mengendalikan
perilaku kekerasan, latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal ( menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik),
susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal)

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN.


1. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum Ibu R, masih ingat nama saya” bagus Ibu,,,ya saya Anwar”,
sesuai dengan janji saya 2 jam yang lalu sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana bu, sudah dilakukan tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal? Apa
yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”“Coba saya lihat
jadual kegiatan hariannya. “Bagus,
“Bagaiman kalau kita sekarang latihan cara bicara untuk mencegah marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau ditempat yang
sama?”
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaiman kalau 10 menit?”

2. Fase Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara ibu baik untuk mencegah marah. Kalau marah
sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan
sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada
tiga caranya bu: 1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan suara yang
rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin ibu mengatakan
penyebab marahnya karena makanan tidak tersedia, rumah berantakan, Coba
ibu minta sediakan makan dengan baik:” bu, tolong sediakan makan dan
bereskan rumah” Nanti biasakan dicoba disini untuk meminta baju, minta obat
dan lain-lain. Coba ibu praktekkan . Bagus bu. “
Yang kedua : Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan ibu tidak ingin
melakukannya, katakan: ‘maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada
kerjaan’. Coba ibu praktekkan . Bagus bu.”
Yang ketiga Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal ibu dapat mengatakan:’Saya jadi ingin marah karena perkataan
20
mu itu’. Coba praktekkan. Bagus.”

3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap tentang cara mengontrol
marah dengan bicara yang baik?’
“Coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari.”“Bagus
sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali sehari ibu mau
latihan bicara yang baik? bisa kita buat jadwalnya?”
“Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta
obat, makanan dll. Bagus nanti dicoba ya bu!”
“ Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi?”
“ besok kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah ibu yaitu
dengan cara ibadah, ibu setuju? Mau dimana bu? Disini lagi? Baik sampai nanti ya
Ibu…Assalamu’alaikum

Pertemuan : Ke 4 (empat)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, bicara jelas.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
Pasien dapat mencegah/ mengendalikan PKnya secara spiritual,
4. Tindakan Keperawatan
SP 4 klien :
Bantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
spiritual (diskusikan hasil latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik
dan sosial/verbal, latihan beribadah dan berdoa, buat jadwal latihan ibadah/
berdoa)

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum Ibu R, masih ingat nama saya” Betul Ibu nama saya Afriel
“Bagaimana bu, latihan apa yang sudah dilakukan? Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaiman rasa marahnya?”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah
yaitu dengan ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaiman kalu ditempat biasa?”
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?”

2. Fase kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa ibu lakukan! Bagus, yang mana yang
mau di coba?”“Nah, kalau ibu sedang marah coba langsung duduk dan langsung
tarik nafas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika
tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.“Ibu bisa melakukan sholat
secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“Coba ibu sebutkan sholat 5 waktu? Bagus, mau coba yang mana? Coba sebutkan
caranya?”
21
3. Fase terminasi
“Bagaiman perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga
ini?”“ Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan ibu. Mau berapa kali
ibu sholat. Baik kita masukkan sholat …….dan ……(sesuai kesebuatan pasien).”
“Coba ibu sebutkan lagi cara ibadah yang dapat ibu lakukan bila ibu sedang
marah”“Setelah ini coba ibu lakukan sholat sesuai jadwal yang telah kita buat
tadi”
“ 2 jam lagi kita ketemu ya bu,nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa
marah, yaitu dengan patuh minum obat! “
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk
mengontrol rasa marah ibu, setuju bu?”….Assalamu’alaikum

Pertemuan : Ke 5 (lima)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, kontak mata ada saat komunikasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
Pasien dapat mencegah/ mengendalikan PKnya dengan terapi
psikofarmaka
4. Tindakan Keperawatan
SP 5 klien :
Membantu klien latihan mengendalikan PK dengan obat ( bantu pasien minum
obat secara teratur dengan prinsip 5 benar ( benar pasien, benar nama obat,
benar cara minum obat, benar waktu dan benar dosis obat) disertai penjelasan
guna minum obat dan akibat berhenti minum obat, susun jadwal minum obat
secara teratur)

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum Ibu R, masih ingat nama saya” bagus Ibu,,,ya saya Anwar, “sesuai
dengan janji saya 2 jam yang lalu, sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana bu, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur bantal, bicara
yang baik serta sholat? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?
Coba kita lihat kegiatannya”.“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan
tentang cara minum obat yang benar untuk mengontrol rasa marah?”“Dimana
enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau ditempat tadi?”
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”

2. Fase Kerja (Perawat membawa obat pasien)


“Ibu sudah dapat obat dari dokter?”“Berapa macam obat yang ibu minum?warnanya
apa saja? Bagus, jam berapa ibu minum?Bagus”“Obatnya ada 3 macam bu, yang
warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang, yang putih namanya
THP agar rileks dan tidak tegang, dan yang merah jambu ini
namanya HLP rasa marah berkurang. Semuanya ini harus ibu minum 3x sehari jam 7
22
pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”“Bila nanti setelah minum obat mulut ibu terasa
kering, untuk membantu mengatasinya ibu bias mengisap-isap es batu”.“Bila terasa
berkunang-kunang, ibu sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu”.
“Nanti dirumah sebelum minum obat ini ibu lihat dulu label di kotak obat apakah
benar nama ibu tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja
harus diminum, baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Disini minta obatnya
pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya”.
“Jangan penah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya
bu, karena dapat terjadi kekambuhan.”“ Sekarang kita masukkan waktu minum obat
kedalam jadwal ya bu”.

3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara kita minum obat
yang benar?”“Coba ibu sebutkan lagi jenis jenis obat yang ibu minum! Bagaiman cara
minum obat yang benar?”“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah
yang kita pelajari? Sekarang kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat.
Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”.“Baik, besok kita ketemu lagi
untuk melihat sejauh mana ibu melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat
mencegah rasa marah. Selamat siang bu, sampai jumpa.”…. Assalamu’alaikum

23
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

I IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. R Tgl MRS/Jam : 20 Juli 2021/08.30
Umur : 30 tahun Tgl Pengkajian/Jam : 27 Juli 2021/10.00
Alamat : Pasuruan Ruang Rawat : -
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status : Janda
Pekerjaan : Tidak bekerja
Jenis Kel. : Perempuan
No RM :

II ALASAN MASUK
a. Data Primer : Keluarga pasien mengatakan Ny.R mulai mengalami
masalah kejiwaan sejak pasien di ceraikan oleh suaminya. Klien
saat ini sering berbicara kasar dan bersikap kasar kepada
keluarganya. Keluarga klien mengeluh karena partisipan marah-
marah bicara kasar.
b. Data Sekunder : Keluarga klien mengatakan klien sering merasa
gelisah,berbicara sendiri, sering melamun, dan marah apabila
diganggu saat menyendiri

III RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG ( PRESIPITASI)


Keluarga klien mengatakan klien mengamuk,berbicara kasar, suka melamun,
membanting meja, dan menendang pintu, dan klien jarang minum obat hingga
putus obat.

24
IV RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU (PREDISPOSISI)
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masalalu ?
 Ya
 Tidak.
Jika Ya, Jelaskan :
2. Pengobatan sebelumnya
 Berhasil
 Kurang berhasil
 Tidak berhasil
Jelaskan:
3. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh
kembang)
 Ya
 Tidak
Pernah ada riwayat NAPZA
 Narkotika (-)
 Penyalahgunaan Psikotropika (-)
 Zat aditif : kafein, nikotin, alcohol (-)
 Dll
Riwayat Trauma
Korban Saksi Usia Pelaku
1. Aniaya fisik - - - +
2. Aniaya seksual - - - -

25
3. Penolakan - - - -
4. Kekerasan dalam - - - +
keluarga
5. Tindakan kriminal - - - -
6. Usaha bunuh diri - - - -
4. Pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan
Klien selalu teringat dengan perceraianya karena suaminya
selingkuh sehingga klien merasa sangat marah
Masalah/ Diagnosa Keperawatan :
 Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
 Berduka antisipasi
 Berduka disfungsional
 Respon paska trauma
 Sindroma trauma perkosaan
 Lain-lain, jelaskan :

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


1. Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?
 Ada
 Tidak
Kalau ada :
Hubungan keluarga :
Gejala :
Riwayat pengobatan :
Masalah / Diagnosa Keperawatan:
 Koping keluarga tidak efektif : ketidakmampuan
 Koping keluarga tidak efektif : kompromi
 Resiko tinggi kekerasan
 Lain-lain, jelaskan :

26
V PEMERIKSAAAN FISIK
a. Keadaan umum : Pasien tampak melamun
b. Tanda vital :
TD : 140/90mm/Hg

N : 92x/menit
S : 36,2°C
P: 23x/m
Ukur :
BB : 55Kg

TB : 158cm
 Turun
 Naik
c. Keluhan fisik :
Nyeri (PQRST) : Skala nyeri : Tidak ada nyeri( 0 ), ringan (1 2 3),
sedang (4 5 6) Berat terkontrol (7 8 9), Berat tidak terkontrol (10).
Keluhan lain :
 Tidak ada keluhan
Jelaskan:
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
 Risiko tinggi perubahan suhutubuh
 Defisit Volume Cairan
 Kelebihan Volume Cairan
 ResikoTinggiterhdapInfeksi
 Risiko Tinggi terhadap Transmisi Infeksi
 Perubahan Nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh
 Perubahan Nutrisi: Lebih dari kebutuhan Tubuh
 Kerusakan Menelan
 Perubahan Eliminasi faeses
 Perubahan Eliminasi urine
 Kerusakan integritas kulit
 Lain-lain, jelaskan :

27
VI PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)
1) Genogram :

Jelaskan : Pasien adalah ibu dari 3 orang anak dan


seorang janda, tinggal bersama orang tuanya.
Masalah / Diagnosa Keperawatan :
 Koping keluarga tidak efektif : ketidakmampuan
 Koping keluarga tidak efektif : kompromi
 Koping keluarga : potensial untuk pertumbuhan
 Lain-lain, jelaskan :
2) Konsep Diri
a. Citra tubuh :
Klien merasa nyaman dengan tubuhnya
b. Identitas :
Klien mengatakan dia seorang perempuan yang sudah menikah
tapi cerai karena suaminya selingkuh.
c. Peran :
Peran ia sebagai seorang ibu rumah tangga tidak dapat sempurna
kkarena tak dapat memberikan nafkah lahir maupun batin kepada anaknya.
d. Ideal diri :
Klien ingin memiliki keluarga yang utuh, bahagia.
e. Harga diri :
Klien merasa marah apabila ada yang mengejek atau mengungkit
perceraiannya
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
 Pengabaian unilateral
 Gangguan citra tubuh
 Gangguan identitas pribadi
 Harga diri rendah kronis
 Harga diri rendah situasional
 Lain-lain, jelaskan :
3) Hubungan sosial 28
a. Orang yang berarti/terdekat :
Klien mengatakan orang terdekatnya adalah ibunya dirumah, klien
merupakan anak pertama dari 2 saudara, saudara klien masih
kuliah di kota lain, sehingga tidak ada kesempatan untuk klien
bercerita tentang masalahnya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Klien mengatakan kurang suka terlibat dalam kegiatan sosial /
masyarakat karena klien merasa tidak ada manfaatnya.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien mengatakan tidak memiliki banyak teman dan merasa orang
lain tidak menghargai dirinya. Klien mengatakan dirinya benci
dengan keluarganya karena mengganggu masa berdukanya
Masalah / Diagnosa Keperawatan :
 Pengabaian unilateral
 Gangguan citra tubuh
 Gangguan identitas pribadi
 Harga diri rendah kronis
 Harga diri rendah situasional
 Gangguan konsep diri / harga diri rendah
4) Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengaku beragama islam.
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan jarang melakukan sholat 5 waktu, selama
dirumah sakit klien juga jarang melaksanakan ibadah sholat.
Masalah / Diagnosa Keperawatan:
 Distress spiritual
 Dan Lain-lain, jelaskan :

VII STATUS MENTAL


1. Penampilan
 Tidak rapi
 Penggunaan pakaian tidak sesuai
 Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan :
29
Klien mengatakan tidak dapat berpakaian yang rapi.
Masalah / Diagnosa Keperawatan
 Sindroma defisit perawatan diri (makan, mandi, berhias, toiletting,)
 Defisit perawatan diri (makan, mandi, berhias, toiletting,
instrumentasi)
 Lain-lain, jelaskan :
2. Pembicaraan
 Baik
 Cepat
 Keras
 Gagap
 Apatis
 Lambat
 Membisu
 Tidak mampu memulai pembicaraan
 Lain-lain

Jelaskan :
Klien mampu menjawab pertanyaan dari perawat namun dengan bahasa yang kasar dan
singkat, Klien mengatakan tidak ingin berbicara, Klien mengatakan mudah marah dan
terpancing emosinya kalau dia terlalu banyak diajak bicara dan Klien mengatakan emosi kalau
keinginannya tidak dituruti, ,klien tidak mampu memulai pembicaran yang baru.
Masalah / Diagnosa Keperawatan :
 Kerusakan komunikasi
 Kerusakan komunikasi verbal
 Hambatan komunikasi verbal
3. Aktifitas motoric/psikomotor
 Hipokinesia,hipoaktifitas
 Katalepsi
 Sub stupor katatonik
 Fleksibilitas serea
Jelaskan :
Klien tampak menggerakan-gerakan kaki, klien beraktifitas seperti merapikan tempat tidur,
klien terkadang mondar-mandir tanpa tujuan dan mengikuti kegiatan diruangan seperti senam,
penyuluhan dan TAK. 30
Peningkatan :
 Hiperkinesia,hiperaktifitas
 Gagap
 Stereotipi
 Gaduh Gelisah Katatonik
 Mannarism
 Katapleksi
 Tik
 Grimace
 Otomatisma
 Negativisme
 Reaksikonversi
 Tremor
 Verbigerasi
 Berjalan kaku/rigid
 Ekhopraxia
 Command automatism
 Kompulsif : sebutkan
Jelaskan:
Klien tampak sedih, dan khawatir karena dirawat saat ini membuatnya tidak bisa kembali
beraktifitas seperti biasa. Klien mengatakan jengkel dan ingin marah setiap permintaanya tidak
dituruti, klien tampak gelisah terkadang mondar-mandir disaat dia mengalami kegelisahannya.
Masalah/ Diagnosa Keperawatan :
 Risiko tinggi cidera
 Kerusakan mobilitas fisik
 Perilaku kekerasan
 Defisit aktivitas deversional / hiburan
 Intoleransi aktivitas
 Resiko tinggi kekerasan
 Lain-lain, jelaskan :
4. Afek dan Emosi
a. Afek
 Adekuat (-)
 Tumpul (+)
 Dangkal/datar (-) 31
 Inadekuat (-)
 Labil (-)
 Ambivalensi (-)
Jelaskan :
Afek klien tidak sesuai yaitu saat berinteraksi klien tidak ramah dan selalu dengan nada tinggi
Masalah / Diagnosa Keperawatan :
 Risiko tinggi cidera
 Kerusakan komunikasi
 Kerusakan komunikasi verbal
 Kerusakan interaksi sosial
 Isolasi sosial
 Tidak ada masalah keperawatan
b. Emosi
 Merasa Kesepian (-)
 Apatis (-)
 Marah (+)
 Anhedonia (-)
 Eforia (-)
 Depresi/sedih
 Cemas (Ringan, Sedang,BeratdanPanik) (-)
Jelaskan : Klien merasa marah dan sedih.
Masalah / Diagnosa Keperawatan :
 Risiko tinggi cidera
 Ansietas, (jelaskan : ringan/sedang/berat)
 Ketakutan
 Isolasi sosial
 Ketidakberdayaan
 Risiko diri membahayakan diri
 Risiko diri penganiaayan diri
 Risiko tinggi mutilasi diri
 Lain-lain, jelaskan :
5. Interaksi selama wawancara
 Bermusuhan (-)
 Tidak kooperatif(+)
32
 Mudahtersinggung (+)
 Kontak mata kurang
 Defensif (-)
 Curiga (-)

Jelaskan :
Selama wawancara klien menjawab pertanyaan dengan singkat dan kasar, terkadang diam
saja saat ditanya

Masalah / DiagnosaKeperawatan :
 Kerusakan komunikasi
 Kerusakan interaksi sosial
 Isolasi sosial
 Risiko membahayakan diri
 Risiko tinggi kekerasan
 Risiko tinggi penganiayaaan diri
 Risiko tinggi mutilasi diri
 Tidak ada masalah
6. Persepsi – Sensorik
Klien mengatakan tidak pernah melihat atau mendengar hal-hal yang tidak nyata.
Masalah Keperawatan :
Halusinasi :
 Pendengaran
 Penglihatan
 Perabaan
 Pengecapan
 Penciuman
Ilusi :
 Ada
 Tidak ada
Depersonalisasi :
 Ada
 Tidak ada

33
Derealisasi :
 Ada
 Tidak ada
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
 Gangguan persepsi sensori :
 Lain-lain, jelaskan :
7. Proses Pikir
a. Arus Pikir :
 Koheren
 Inkoheren
 Sirkumstansial
 Neologisme
 Tangensial
 Logorea
 Kehilanganasosiasi
 Flight of idea
 Irrelevansi
 Main kata-kata
 Blocking
 PengulanganPembicaraan/perseverasi
 Afasia
 Asosiasibunyi
Jelaskan :
Pada saat interaksi klien berbicara baik namum sedikit
berbelit-belit dan tampak asal, tiba tiba terhenti beberapa saat
setelah itu klien kembali melanjutkan percakapannya. Klien
mengatakan susah untuk berkomunikasi.
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
 Gangguan proses pikir
 Lain-lain, jelaskan :
b. Isi Pikir
 Obsesif
 Ekstasi
 Fantasi

34
 Alienasi
 PikiranBunuhDiri
 Preokupasi
 PikiranIsolasisosial
 Ide yang terkait
 PikiranRendahdiri
 Pesimisme
 Pikiranmagis
 Pikirancuriga
 Fobia,sebutkan :
 Waham :
 Agama
 Somatik/hipokondria
 Kebesaran
 Kejar / curiga
 Nihilistik
 Dosa
 Sisippikir
 Siar piker
 Kontrolpikir
c. Bentuk Pikir
 Realistik
 Non Realistik
 Rasional
 Irrasional
 Dereistik
 Otistik
Jelaskan :
Pada saat interaksi klien tidak ditemukan hambatan isi pikir.
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
 Gangguan proses pikir (jelaskan)
 Tidak ada masalah keperawatan
8. Kesadaran
 Menurun: 35
 Compos mentis
 Sopor
 Apatis/sedasi
 Subkoma
 Somnolensia
 Koma
 Meninggi
 Hipnosa
 Disosiasi :
 Gangguanperhatia

Jelaskan :
Klien mengatakan ia menyadari bahwa ia berada di RSJ, klien mengetahui nama anggota
keluarganya. Klien mengenali orang disekitarnya dan menyebutkan bahwa klien dirawat sudah
beberapa minggu. Klien juga mampu menyebutkan alamat tempat tinggalnya. Pada saat
interaksi klien dapat menyebutkan tanggal, waktu dan tempat dengan benar.
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
 Risiko tinggi cidera
 Gangguan proses pikir, (jelaskan)
 Tidak ada masalah keperawatan
9. Orientasi
 Waktu
 Tempat
 Orang
 Jelaskan:
Masalah / Diagnosa Keperawatan:
 Risiko tinggi cidera
 Gangguan proses pikir, (jelaskan)
 Lain-lain, jelaskan :
10. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
 Gangguan daya ingat jangka pendek ( 1 hari – 1 bulan)
 Gangguan daya ingat saat ini ( < 24 jam)

36
 Amnesia
 Paramnesia:
 Konfabulasi
 Dejavu
 Jamaisvu
 Fause reconnaissance
 Hiperamnesia
Jelaskan :
Jangka panjang : Klien mengatakan waktu kecil dulu klien disekolah dasar pernah mendapat
juara kelas dan permintaan selaludituruti oleh orang tua nya.
Jangka pendek : klien mengatakan bahwa sekarang ia menjalanipengobatan dan telah mengikuti
kegiatan harian.
Masalah/diagnose keperawatan :
 Tidak ada masalah keperawatan
11. Tingkat konsentrasi dan berhitung
 Mudah beralih
 Tidak mampu berkonsentrasi
 Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan :
Saat interaksi dengan klien, perhatian klien sedikit tidak fokuskepada perawat, klien sukar
berkonsentrasi saat ditanyakan perawat, terkadang yang dijawab oleh klien sedikit ngaur.
Perhatian klien mudah terpecah dan membuat perawat sering mengulang pertanyaan, karena
hal tersebut membuat klien susahdiajak dalam berhitung sederhana.
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
 Gangguan proses pikir
 Isolasi sosial
 Lain-lain, jelaskan :

12. Kemampuan penilaian


 Gangguan ringan

37
 Gangguan bermakna
 Jelaskan:
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
 Gangguan proses pikir (jelaskan)
13. Daya titik diri
 Mengingkaripenyakit yang diderita
 Menyalahkanhal-haldiluardirinya
Jelaskan :
Klien mengingkari penyakit yang diderita, klien beranggapanbahwa dirinya tidak sakit.
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
 Gangguan proses pikir (jelaskan)
 Tidak ada masalah keperawatan

VIII KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
 Bantuan Minimal
 Bantuan total
Jelaskan :
Klien makan menggunakan tangan, sebelum makan klien mencucitangan nya terlebih dahulu,
setelah selesai makan klien mencuci tangan nya kembali dan meletakkan tempat makannya ke
tempat yang telah disediakan. Klien mampu membereskan tempat makannya sendiri setelah
makan. Klien makan 3x sehari.
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
 Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
 Perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh
 Perubahan nutrisi : potensial lebih dari kebutuhan tubuh
 Lain-lain, jelaskan
2. BAB/BAK
 Bantuan minimal
 Bantuan total
Jelaskan:

38
Klien mengatakan mampu menggunakan dan membersihkan WC, setelah menggunakan WC
klien bisa membersihkan dan merapikandiri/pakaian setelah kembali dari WC. Klien mampu
BAB/BAK dengan mandiri.
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Perubahan eliminasi
fases
 Perubahan eliminasi urin
 Defisit perawatan diri (makan, mandi, berhias,
toiletting,instrumentasi)
 Tidak ada masalah keperawatan
3. Mandi
 Bantuan minimal
 Bantuan total
Jelaskan :
Klien mengatakan mandi 1x sehari, klien sikat gigi 1x/hari, klientahu cara mandi yang benar.
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
 Defisit perawatan diri (makan, mandi, berhias,
toiletting,instrumentasi)
 Tidak ada masalah keperawatan
4. Berpakaian/berhias
 Bantuan minimal
 Bantuan Total
Jelaskan :
Klien mengatakan ganti pakaian 1x sehari klien dapat mengambil dan menggunakan pakaian
yang kurang sesuai.
Masalah/diagnose keperawatan :
 Defisit perawatan diri (makan, mandi, berhias, toileting,
instrumentasi)
5. Istirahat dan tidur
 Tidur Siang, Lama : 12.00 s/d 14.00
 TidurMalam, Lama : 21.00 s/d 05.00
 Aktifitas sebelum/sesudah tidur : menonton
tvJelaskan :

39
Klien selama ini tidak mengalami gangguan tidur karena klien dapat tidur dengan kualitas 6-
8 jam perhari, baik malam maupunsiang.
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
 Gangguan pola tidur
 Tidak ada masalah keperawatan
6. Penggunaan obat
 Bantuan minimal
 Bantuan
totalJelaskan
:
Klien mengatakan minum obat melalui mulut dan klien mengatakan efek obat yang
diminumnya membuatnya mengantuk.Klien mengatakan mendapat 2 jenis obat yaitu
Risperidon 2x 2 mgdan CPZ 1x 100 mg. Klien tahu jam minum obat yaitu jam 07:00 WIB dan
19:00 WIB setelah makan.
Masalah/diagnose keperawatan :
 Tidak ada masalah keperawatan
7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan Lanjutan Ya Tidak

Sistem pendukung Ya Tidak


Keluarga Terapis Teman sejawat
Kelompok sosial
Jelaskan :
Masalah/ DiagnosaKeperawatan :
 Perilaku mencari bantuan kesehatan
 Lain-lain, jelaskan :
8. Aktifitas dalam rumah Ya Tidak
Mempersiapkan makanan Ya
Menjaga kerapihan rumah Tidak
Mencuci pakaian Tidak
Pengaturan keuangan Tidak
9. Aktifitas diluar rumah Ya Tidak
Belanja Tidak

40
Transportasi Tidak
Lain-lain
Jelaskan :
Klien mengatakan biasanya membersihkan rumput-rumput liar yang
tumbuh diluar rumah.
Masalah/diagnose keperawatan :
 Tidak ada masalah keperawatan

IX MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
 Bicara dengan orang lain  Minum alkhohol
 Mampu menyelesaikan masalah  Reaksi lambat/berlebihan
 Teknik relaksasi  Bekerja berlebihan
 Aktifitas konstruktif  Menghindar
 Olah raga  Menciderai diri
 Lain-lain  Lain-lain
Jelaskan :
Pada pengkajian mekanisme koping, mekanisme koping klien bila ada
masalah klien melawan dan cenderung emosi
Masalah/ Diagnosa Keperawatan :
 Kegiatan penyesuaian
 Koping individu tidak efektif
 Koping individu tidak efektif (koping defensif)
 Koping individu tidak efektif (menyangkal)
 Lain-lain, jelaskan :

MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya Klien

mengatakan hubungan dengan kelompok biasa saja, terkadang


klien ada berinteraksi dengan kelompok. Selama dirumah sakit
klien mengikuti kegiatan kelompok yang direncanakan perawat.

41
 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya Klien
mengatakan tidak suka berkumpul dengan teman-temannya
maupunperawat yang ada ruangan.
 Masalah dengan pendidikan, spesifiknya Klien mengatakan
pendidikanterkahir hanya sampai SMP klien tidak melanjutkan
sekolah karena alasan ekonomi.
 Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya Klien mengatakan dirinya
tidakbekerja, dirumah klien biasanya membantu pekerjaan rumah dan
membantu ibunya berdagang.
 Masalah dengan perumahan, spesifiknya Klien mengatakan tinggal
dengan ibunya, rumah tersebut tidak terlalu besar, namun cukup
untuktempat tinggal dengan keluarganya.
 Masalah dengan ekonomi, spesifiknya Klien mengatakan tidak ada
masalah dalam perekonomian keluarganya, karena klien masih
hidupdibiayai oleh ibunya.
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya Klien
mengatakantidak pernah memiliki masalah dengan pelayanan
kesehatan sebelumnya. Jarak pelayanan kesehatan dari rumahnya
lumayan jauhdan kalau kesana harus ada kendaraan.
 Masalah lainnya, spesifiknya :
Masalah/ Diagnosa Keperawatan :
 Perubahan pemeliharan kesehatan
 Perubahan pada eliminasi urine
 Gangguan konsep diri (Gangguan citra tubuh)
 Gangguan konsep diri (Gangguan identitas pribadi)
 Gangguan konsep diri (Gangguan harga diri)
 Gangguan konsep diri (Gangguan harga diri rendah kronis)
 Gangguan konsep diri (Gangguan harga diri rendahsituasional
 Perilaku mencari bantuan kesehatan

X PENGETAHUAN KURANG TENTANG


Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang
kurang tentang suatu hal?
 Penyakit gangguan jiwa 42
 Sistem pendukung
 Faktor presipitasi
 Mekanisme koping
 Penyakit fisik
 Obat-obatan
 Lain-lain, jelaskan :
Jelaskan :
Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya, klien kurang tahu
masalah obat-obatan dan kegunaan dari obat.
Masalah/diagnose keperawatan :
 Kurang Pengetahuan

XI ASPEK MEDIS
Diagnosis medik :
Axis 1 : Gangguan identitas pribadi
Axis 2 : Gangguan Konsep Diri / HDR
Axis 3 : Distress Spiritual
Axis 4 : Defisit Perawatan Diri
Axis 5 : Hambatan Komunikasi Verbal
Axis 6 : Resiko Tinggi Kekerasan
Axis 7 : Gangguan Proses pikir
Axis 8 : Kurang Pengetahuan
Terapi medik :

43
XII ANALISA DATA
No. DATA MASALAH / DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Ds : Gangguan identitas pribadi
- Klien merasa marah apabila
ada yang mengejek atau
mengungkit perceraiannya
- Klien mengatakan tidak puas
dengan orang lain
- Klien mengatakan peran dirinya
sebagai seorang istri tidak
sempurna.
- Klien mengatakan ia merasa
minder dengan orang lain.

Do :
- Klien tampak kurang puas
dengan orang lain.

- Klien sering terihat sedih dan


kecewa

- Klien tidak dapat menjalankan


peran ibu

44
2. Ds : Gangguan Konsep Diri / Harga
- Klien mengatakan dirinya tidak Diri Rendah
berguna bagi keluarganya.
- Klien mengatakan ia tidak
bermanfaat di lingkungan
sekitarnya.

Do :
- Klien tampak sering
menyendiri. Tidak mau berbaur
dengan teman- temannya.
3. Ds : Distress Spiritual
- Klien mengatakan jarang
melakukan sholat 5 waktu,
selama dirumah sakit klien juga

45
jarang melaksanakan ibadah
sholat.

Do :
- Klien jarang melakukan ibadah
bersama teman – temannya.
4. Ds : Defisit Perawatan Diri :
- Klien mengatakan tidak dapat Berpakaian
berpakaian yang rapi.

Do :
- Penampilan klien kurang baik.
5. Ds : Hambatan Komunikasi Verbal
- Klien mengatakan mudah marah
dan terpancing emosinya kalau
terlalu banyak diajak bicara.

Do :
- Klien pada saat bicara baik dan
jelas, namun lambat.
- Klien tidak mampu memulai
pembicaran yang baru.
6. Ds : Resiko Tinggi Kekerasan
- Klien mengatakan jengkel dan
ingin marah setiap permintaanya
tidak dituruti.
- Klien mengatakan tidak suka
apabila ada yang mengungkit
perceraiannya
Do :
- Klien tampak gelisah terkadang
mondar-mandir disaat dia

46
mengalami kegelisahannya.
- Klien sering memukul apapun
yang dihadapannya apabila
teringat tentang suaminya
Ds : Gangguan Proses Pikir
- Klien mengatakan sering tidak
fokus dan gampang tidak
berkonsentrasi.
Do :
- Saat interaksi dengan klien,
perhatian klien sedikit tidak
fokus kepada perawat, klien
sukar berkonsentrasi saat
ditanyakan perawat, terkadang
yang dijawab oleh klien asal-
asalan
- Perhatian klien mudah terpecah
dan membuat perawat sering
mengulang pertanyaan, karena
hal tersebut membuat klien
susah diajak dalam berhitung
sederhana.

47
XIII DAFTAR MASALAH / DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan identitas diri.
2. Gangguan Konsep Diri / Harga Diri Rendah.
3. Distress Spiritual.
4. Defisit Perawatan Diri : Berpakaian.
5. Hambatan Komunikasi Verbal.
6. Resiko Tinggi Kekerasan.
7. Gangguan Proses Pikir.

Pohon Masalah

X PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko Tinggi Kekerasan.

Pasuruan, Juli 2021


Perawat yang mengkaji

48
ANALISA DATA

NAMA PASIEN : Ny. R


UMUR : 35 thn
NO. REGISTER :

DATA PENUNJANG ETIOLOGI MASALAH


Ds : Perceraian dengan suami Resiko tinggi kekerasan
- Klien mengatakan jengkel ↓
dan ingin marah setiap Merasa gagal menjadi
permintaanyatidak istri, sehingga membuat
dituruti. pasien merasa sedih dan
- Klien mengatakan marah.
tidak suka apabila ada ↓
yang mengungkit Pasien mengalami depresi.
perceraiannya ↓
Do : Pasien merasa marah dengan
Klien tampak gelisah
orang disekitarnya
terkadangmondar-mandir
disaat diamengalami ↓
kegelisahannya.
Resiko tinggi kekerasan
- Klien sering memukul
apapunyang dihadapannya
apabila teringat tentang
suaminya

49
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA : Ny. R
UMUR : 35 tahunNO. REGISTER :

No. Tgl Muncul Diagnosa Keperawatan Tgl Teratasi TT


Gangguan Presepsi Sensori :
Halusinasi Pendengaran.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA : Ny. R
UMUR : 35 tahun
NO. REGISTER :

Tgl No. Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI TT


1. Resiko Tinggi Kekerasan Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka Intervensi Utama :
diharapkan kontrol diri meningkat dengan Pencegahan Perilaku
kriteria hasil : Kekerasan
1. Merusak lingkungan sekitar hilang Observasi :
2. Verbalisasi umpatan menghilang 1. Monitor adanya benda
3. Perilaku agresif hilang
yang berpotensi
4. Suara peras berkurang
5. Bicara ketus hilang membahayakan
2. Monitor barang yang dibawa
pengunjung
3. Monitor penggunaan barang yang
berpotensi membahayakan

Terapeutik :
1. Pertahankan lingkungan
bebas dari bahaya.

2. Libatkan keluarga dalam


perawatan.
Edukasi :
1. Anjurkan keluarga mendukung
keselamatan pasien
2. Latih cara pengungkapan perasaan
secara asertif.

3. Latih mengurangi kemarahan


secara verbal dan non verbal
CATATAN KEPERAWATAN

NAMA : Ny. Y
UMUR : 30 tahun
NO. REGISTER : 21.XX

No. Tgl/Waktu No. Dx. Tindakan TT


Kep
1. 1 Juli 2021 1. Bina Hubungan Saling Percaya
09.00 - - Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun
Selesai non verbal.
- Perkenalkan diri dengan sopan.
- Tanyakan nama lengkap klien dan nama
panggilan yang disukai klien.
- Jelaskan tujuan pertemuan, jujur, dan menepati
janji.
- Buat kontrak interaksi yang jelas.
- Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki pasien.
- membantu pasien menilai kemampuan yang
masih dapat digunakan.
- membantu pasien memilih/menetapkan
kemampuan yang akan dilatih.
- melatih kemampuan yang sudah dipilih dan
menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang
telah dilatih dalam rencana harian.

53
EVALUASI

NAMA : Ny. R
Umur : 35 Tahun
No Reg :
No. Dx. EVALUASI EVALUASI
Kep 27 Juli 2021 28 Juli 2021
1 Ds : Ds :
- Klien mengatakan nama saya R, sekarang saya sering - Klien mengatakan nama saya Y, sekarang saya menyesal
marah karena banyak yang mengganggu saya dan karena telah marah kepada orang lain. Sekarang saya sudah
terkadang saya juga marah karena sesuatu yang tidak jelas, bisa sedikit mengontrol emosi dan ucapan saya agar tidak
saya juga sering melontarkan ucapan kasar, sekarang saya membuat lawan bicara saya sakit hati. Saya juga sudah
lebih suka menyendiri dari pada berkumpul dengan yang mempunyai keinginan untuk berkumpul dengan teman-teman
lain. saya.

Do : Do :
- Pasien terlihat lesu, cara bicaranya sedikit kasar, pakaian - Pasien terlihat lebih ceria dari yang kemarin, cara bicaranya
yang dikenakannya juga tidak rapi. mulai baik dan sopan.

A : SP1 / Tercapai A : SP1 / Tercapai


- Pasien mampu berkomunikasi dengan perawat menggunakan
- Pasien mamp berkomunikasi dengan perawat, meskipun bahasa yang lebih sopan dari yang kemarin.
- Pasien mampu menceritakan gangguan yang dialaminya
dengan ucapan yang kasar dan pengulangan kata.
P : SP2 dihentikan
- Pasien mampu menceritakan gangguan yang dialaminya.
P : SP2 Dilanjutkan.

Anda mungkin juga menyukai