R DENGAN
RESIKO TINGGI KEKERASAN
Dosen Pembimbing :
Disusun oleh :
Lailatul Istiqomah
192303102025
FAKULTAS KEPERAWATAN
JUDUL
Hari :
Tanggal :
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Perilaku Kekerasan (PK)
2.1.1 Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut
dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart dan
Sudeen, 1998). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007; 146).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik
maupun psikologis (Dep Kes, RI, 2000 ; 147).
Menurut Yosep (2010) dalam Damaiyanti& Iskandar (2012.95) Perilaku kekerasan adalah suatu
keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayahkan secara fisik, baik
kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk di mana
seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol.
Berdasarkan beberapa pengertian Perilaku Kekerasan di atas dapat disimpulkan bahwa Perilaku
Kekerasan yaitu suatu keadaan emosi yang merupakan campuran frustasi, benci atau marah yang
diekspresikan dengan melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan atau merusak lingkungan.
2.1.2 Etiologi
Menurut Direja (2011,132), ada beberapa faktor penyebab perilaku kekerasan seperti :
1. Faktor predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor predisposisi, artinya mungkin
terjadi atau mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut di alami oleh individu :
a. Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian menyenagkan atau perasaan
ditolak, dihina, dianiaya, atau sanksi penganiayaan.
b. Perilaku reinforcement 6
Yang diterima saat melakukan kekerasan, dirumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi
individu mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Teori psikoanalitik
Menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya ego dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dapat
meningkatkan citra diri serta memberikan arti dalam hidupnya.
2. Faktor presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik injuri fisik, psikis, atau
ancaman konsep diri. Faktor pencetus sebagai berikut:
a. Klien : kelemahan fisik, keputusan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh agresif dan masa lalu
yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa terancam baik
internal maupun eksternal.
2.1.3 Manifestasi Klinis
Menurut Direja Ade (2011,132) tanda dan gejala sebagai berikut :
1. fisik : mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan
tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal : mengancam, mengucap, kata-kata kotor,berbicara dengan nada keras, kasar dan ketus.
3. Perilaku : menyerang orang lain melukai diri sendiri, orang lain, lingkungan, amuk/agresif.
4. Emosi : tidak adekuat tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya,
bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual : cerewat, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang mengeluarkan kata-kata kasar.
6. Spritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan kreativitas
terhambat.
7. Sosial : menarik diri pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindriran.
Menurut keliet (1999), gejala klinis perilaku kekerasan berawal dari adanya :
1. Persaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak
karena terapi)
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
4. Kurang percaya diri (sukar mengambil keputusan)
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien
akan mengakhiri kehidupannya).
Menurut Yosep (2010) dalam Damaiyanti & Iskandar (2012.97) perawat dapat
mengidentifikasi dan mengobserfasi tanda dan gejala perilaku kekerasan :
1. Fisik :
a. Muka marah dan tegang
7
b. Mata melotot/pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Wajah memerah dan tegang
f. Postur tubuh kaku
g. Pandangan tajam
h. Mengatupkan rahang dengan kuat
i. Mengepalkan tangan
2.1.4 Akibat Perilaku Kekerasan
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan - tindakan berbahaya bagi dirinya,
orang lain, maupun lingkungan, seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar
rumah.
2.1.5 Rentang Respon
Adaptif maladaptif
10
Tabel 2.1 Intervensi Perilaku kekerasan
Tabel 2.1 Intervensi Perilaku kekerasan
PN DIAGNOSA PERENCANAAN
O KEPERAWA
TAN TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
1 Perilaku TUM : Klien menunjukan tanda-tanda Bina hubungan saling percaya dengan Kepercayan dari
kekerasan kepada perawat melalui : mengemukakan prinsip komunikasi klien merupakan
Klien Dan Keluarga terapeutik: hal yang akan
1. Ekspresi wajah cerah, memudahkan
Mampu mengatasi atau tersenyum 1. Mengucapkan salam terapeutik, sapa klien
memberikan resiko 2. Mau berkenalan perawat dalam
dengan ramah, baik, verbal maupun
perilaku kekerasan. 3. Ada kontak mata nonverbal melakukan
4. Bersedia menceritakan 2. Berjabatan tangan dengan klien pendekatan
TUK 1: perasaannya 3. Perkenalkan diri dengan sopan keperawatan atau
5. Bersedia mengungkapkan 4. Tanyakan nama lengkap klien dan nama intervensi
Klien dapat membina masalah panggilan yang di sukai klien selanjutnya
hubungan saling percya 5. Jelaskan tujuan pertemuan terhadap klien
6. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat
setiap kali bertemu klien
7. Tunjukan sikap empati dan menerima
pasien apa adanya
8. Beri perhatian kebutuhan dasar klien
11
perasaan klien
12
Tuk 5 : Kriteria evaluasi : Diskusikan dengan klien akibat negatif atau Membantu klien
kerugian dari cara atau tindakan kekerasan melihat dampak
1. Diri sendiri dilukai, yang dilakukan pada: yang ditimbulkan
dijauhi, teman, dan
Klien dapat lingkungan akibat perilaku
Diri sendiri kekerasan yang
mengidentifikasi akibat 2. Orang lain/keluarga luka, Orang lain/keluarga
dari perilaku kekerasan tersinggung, ketakutan dilakukan
Lingkungan
3. Benda-benda dirumah
13
Tuk 7 : 1. Fisik 1. Diskusi cara yang mungkin dipilih serta Keinginan
Tarik napas dalam, memukul anjurkan klien memilih cara yang mungkin marahnya tidak
Klien dapat bantal diterapkan untuk mengungkapkan bisa diprediksi
mendemonstrasikan cara 2. Verbal kemarahannya
waktunya serta
mengontrol perilaku Mengunkapkan perasaan rasa 2. Latih klien memperagakan cara yang
dipilih dengan melaksanakan cara yang siapa yang
kekerasan kesal/jengkel kepada orang
dipilihnya memicunya
lain tanpa menyakiti. 3. Jelaskan cara manfaat tersebut
3. Spritual 4. Anjurkan klien menirukan peragaan yang Meningkatkan
Doa, meditasi sesuai sudah dilakukan kepercayaan diri
agamanya 5. Beri penguatan pada pasien klien serta asertif
(ketegasan) saat
mareah atau
jengkel
14
ulang cara perawatan terhadap klien
6. Beri pujian terhadap keluarga setelah
peragaan
7. Tanya perasaan keluarga setelah mencoba
cara yang dilatihkan.
8.
15
2.2.4 Implementasi
Perilaku kekerasan
SP 1 pasien SP 1 keluarga
1. Mengidentifikasi penyebab perilakukekerasan 1. Mendiskusikan masalahyang
2. Menigentifikasi tanda dan gejalaperilaku rasakan keluarga dalam merawat
kekerasan pasien.
3. Mengidentifikasi perilaku kekerasan 2. Menjelaskan pengertian,tanda dan
4. Mengidentifikasi akibat perilakukekerasan gejala perilakukekerasan yang
5. Menyebutkan cara mengontrolperilaku dialami pasien beserta proses
kekerasan terjadinya perilaku kekerasan
6. Membantu pasien mempraktekanlatihan cara
mengontrol perilaku kekerasan secara fisik 1 :
latihan napas dalam
7. Menganjurkan pasien memasukandalam kegiatan
harian
SP 2 pasien SP 2 keluarga
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. melatih keluarga mempraktekancara
pasien merawat pasien dengan perilaku kekersan
2. Melatih pasien mengontrolperilaku
kekerasan dengancara fisik 2 : pukul kasue 2. melatih keluarga melakukan caramerawat
dan bantal langsung pada pasien perilaku kekerasan
3. Menganjurkan pasien memasukan ke
dalamkegiatan harian
SP 3 pasien SP 3 keluarga
1. Mengevaluasi jadwal kegiatanharian pasien 1. membantu keluarga membuatjadwal
2. Melatih pasien mengontrol perilakukekerasan aktifitas dirumah termasuk minum obat
dengan cara sosial atau verbal (perencanaan pulang)
3. Menganjurkan pasien memasukanke dalam
jadwal kegiatan harian 2. menjelaskan tindakan tindaklanjut
pasien setelah pulang
16
SP 4
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Melatih pasien mengontrol perilaku
kekerasan dengancara spritual
3. Mengajurkan pasien memasukan ke
dalamkegiatan harian
SP 5
1. Mengevaluasi jadwal harianpasien
2. Melatih pasien mengontrol perilaku
kekerasan denganminum obat
3. Menganjurkan pasien memasukan
kedalamkegiatan harian
STRATEGI PELAKSANAAN
RISIKO PERILAKU KEKERASAN
Pertemuan : Ke 1 (satu)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, klien mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengidentifikasi PK
b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda PK
c. Pasien dapat menyebutkan jenis PK yang pernah dilakukannya
d. Pasien dapat menyebautkan akibat dari PK yang dilakukannya.
e. Pasien dapat menyebutka cara mencegah / mengendalikan PKny
4. Tindakan Keperawatan
SP 1 Klien :
Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab marah, tanda dan gejala
yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat dan cara mengendalikan
perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama ( latihan nafas dalam).
1. Fase Orientasi :
17
“ Assalamu’alaikum, selamat pagi bu, perkenalkan nama saya Afriel Rizky Nuralam, saya
biaya dipanggil Afriel. Saya perawat yang dinas diruang ini, saya dinas diruangan ini
selama 3 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari jam 7 sampai jam 1 siang, jadi selama 3
minggu ini saya yang merawat ibu.
Nama ibu siapa? Dan senang nya dipanggil apa?”
“ Bagaimana perasaan ibu R saat ini?”
“masih ada perasaan kesal atau marah?
“ Baiklah sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan marah yang ibu
rasakan,”
“ Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang ? bagaimana kalau 10 menit“ “Dimana
kita akan bincang-bincang?
“Bagaimana kalau diruang tamu?”
2. Fase Kerja :
“ apa yang menyebabkan ibu R marah?
Apakah sebelumnya ibu R pernah marah?
Terus penyebabnya apa?
Samakah dengan yang sekarang?
Pada saat penyebab marah itu ada, seperti rumah yang berantakan, makanan yang
tidak tersedia, air tak tersedia ( misalnya ini penyebab marah klien), apa yang ibu R
rasakan?“
Apakah ibu R merasa kesal, kemudian dada ibu berdebar-debar, mata melotot, rahang
terkatup rapat, dan tangan mengepal?”“ apa yang ibu lakukan selanjutnya”
“ Apakah dengan ibu R marah-marah, keadaan jadi lebih baik?
“ Menurut ibu adakah cara lain yang lebih baik selain marah-marah?
“maukah ibu belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?
” ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini kita belajar satu cara
dulu,
“ begini bu, kalau tanda- marah itu sudah ibu rasakan ibu berdiri lalu tarik nafas dari
hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan secara perlahan-lahan dari mulut seperti
mengeluarkan kemarahan, coba lagi bu dan lakukan sebanyak 5 kali. Bagus sekali ibu R
sudah dapat melakukan nya.
“ nah sebaiknya latihan ini ibu R lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa
marah itu muncul ibu R sudah terbiasa melakukannya”.
3. Fase Terminasi :
“ Bagaimana perasaan ibu R setelah berbincang-bincang tentang kemarahan ibu? ”
“ Coba ibu R sebutkan penyebab ibu marah dan yang ibu rasakan dan apa yang ibu
lakukan serta akibatnya.
“Baik, sekarang latihan tandi kita masukkan ke jadual harian ya Bu”
” berapa kali sehari ibu mau latihan nafas dalam ?” Bagus..
“Nanti tolong ibu tulis M, bila ibu melakukannya sendiri, tulis B, bila ibu dibantu dan T,
bila ibu tidak melakukan”
“baik Bu, bagaimana kalau besok kita latihan cara lain untuk mencegah dan
mengendalikan marah ibu R.
”Dimana kita akan latihan, bagaimana kalau tempatnya disini saja ya Bu?”
“Berapa lama kita akan lakukan, bagaimana kalau 10 menit saja”
“Saya pamit dulu
Ibu…Assalamu’alaikum.”
18
Pertemuan : Ke 2 (dua)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, ada kontak mata saat berbicara.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
a. Melatih cara mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara fisik kedua
b. Mengevaluasi latihan nafas dalam
c. Melatih cara fisik ke 2: pukul kasur dan bantal
d. Menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua
4. Tindakan Keperawatan
SP 2 klien :
Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik ke dua
(evaluasi latihan nafas dalam, latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara
fisik ke dua : pukul kasur dan bantal), menyusun jadwal kegiatan harian cara ke dua.
1. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum Ibu R, masih ingat nama saya” bagus Ibu,,,ya saya Anwar”
“sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi.
“Bagaimana perasaan ibu saat ini, adakah hal yang menyebabkan ibu marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengendalikan perasaan marah
dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua.”
“ mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit?”
“ Dimana kita bicara? Bagaimana kalau di ruang tamu ini ya Bu”
2. Fase Kerja
“ Kalau ada yang menyebabkan ibu marah dan muncul perasaan kesal, selain nafas
dalam ibu dapat memukul kasur dan bantal.”“ Sekarang mari kita latihan memukul
bantal dan kasur mari ke kamar ibu? Jadi kalau nanti ibu kesal atau marah, ibu
langsung kekamar dan lampiaskan marah ibu tersebut dengan memukul bantal dan
kasur.Nah coba ibu lakukan memukul bantal dan kasur, ya bagus sekali ibu
melakukannya!”“ Nah cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan
marah, kemudian jangan lupa merapikan tempat tidur Ya!”
3. Fase Terminasi
“ Bagaimana perasaan ibu setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”“ Coba
ibu sebutkan ada berapa cara yang telah kita latih? Bagus!”
“ Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari ibu. Pukul berapa ibu
mau mempraktikkan memukul kasur/bantal?
Bagai mana kalau setiap bangun tidur? Baik jadi jam 5 pagi dan jam 3 sore, lalu
kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya Bu.“
sekarang ibu istirahat, 2 jam lagi kita ketemu ya Bu, kita akan belajar
mengendalikan marah dengan belajar bicara yang baik. Sampai
Jumpa!” Assalamu’alaikum
19
Pertemuan : Ke 3 (tiga)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien kooperatif, tenang, ada kontak mata saat berbicara,
sesekali nada bicara agak tinggi.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
a. Melatih cara mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara
sosial/verbal
b. Mengevaluasi jadual harian untuk dua cara fisik
c. Melatih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
d. Menyusun jadwal latihan mengungkapkan secara verbal
4. Tindakan Keperawatan
SP3 klien :
Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
sosial/verbal (evaluasi jadwal harian tentang dua cara fisik mengendalikan
perilaku kekerasan, latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal ( menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik),
susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal)
2. Fase Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara ibu baik untuk mencegah marah. Kalau marah
sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan
sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada
tiga caranya bu: 1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan suara yang
rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin ibu mengatakan
penyebab marahnya karena makanan tidak tersedia, rumah berantakan, Coba
ibu minta sediakan makan dengan baik:” bu, tolong sediakan makan dan
bereskan rumah” Nanti biasakan dicoba disini untuk meminta baju, minta obat
dan lain-lain. Coba ibu praktekkan . Bagus bu. “
Yang kedua : Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan ibu tidak ingin
melakukannya, katakan: ‘maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada
kerjaan’. Coba ibu praktekkan . Bagus bu.”
Yang ketiga Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal ibu dapat mengatakan:’Saya jadi ingin marah karena perkataan
20
mu itu’. Coba praktekkan. Bagus.”
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap tentang cara mengontrol
marah dengan bicara yang baik?’
“Coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari.”“Bagus
sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali sehari ibu mau
latihan bicara yang baik? bisa kita buat jadwalnya?”
“Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta
obat, makanan dll. Bagus nanti dicoba ya bu!”
“ Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi?”
“ besok kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah ibu yaitu
dengan cara ibadah, ibu setuju? Mau dimana bu? Disini lagi? Baik sampai nanti ya
Ibu…Assalamu’alaikum
Pertemuan : Ke 4 (empat)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, bicara jelas.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
Pasien dapat mencegah/ mengendalikan PKnya secara spiritual,
4. Tindakan Keperawatan
SP 4 klien :
Bantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
spiritual (diskusikan hasil latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik
dan sosial/verbal, latihan beribadah dan berdoa, buat jadwal latihan ibadah/
berdoa)
2. Fase kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa ibu lakukan! Bagus, yang mana yang
mau di coba?”“Nah, kalau ibu sedang marah coba langsung duduk dan langsung
tarik nafas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika
tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.“Ibu bisa melakukan sholat
secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“Coba ibu sebutkan sholat 5 waktu? Bagus, mau coba yang mana? Coba sebutkan
caranya?”
21
3. Fase terminasi
“Bagaiman perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga
ini?”“ Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan ibu. Mau berapa kali
ibu sholat. Baik kita masukkan sholat …….dan ……(sesuai kesebuatan pasien).”
“Coba ibu sebutkan lagi cara ibadah yang dapat ibu lakukan bila ibu sedang
marah”“Setelah ini coba ibu lakukan sholat sesuai jadwal yang telah kita buat
tadi”
“ 2 jam lagi kita ketemu ya bu,nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa
marah, yaitu dengan patuh minum obat! “
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk
mengontrol rasa marah ibu, setuju bu?”….Assalamu’alaikum
Pertemuan : Ke 5 (lima)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, kontak mata ada saat komunikasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
Pasien dapat mencegah/ mengendalikan PKnya dengan terapi
psikofarmaka
4. Tindakan Keperawatan
SP 5 klien :
Membantu klien latihan mengendalikan PK dengan obat ( bantu pasien minum
obat secara teratur dengan prinsip 5 benar ( benar pasien, benar nama obat,
benar cara minum obat, benar waktu dan benar dosis obat) disertai penjelasan
guna minum obat dan akibat berhenti minum obat, susun jadwal minum obat
secara teratur)
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara kita minum obat
yang benar?”“Coba ibu sebutkan lagi jenis jenis obat yang ibu minum! Bagaiman cara
minum obat yang benar?”“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah
yang kita pelajari? Sekarang kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat.
Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”.“Baik, besok kita ketemu lagi
untuk melihat sejauh mana ibu melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat
mencegah rasa marah. Selamat siang bu, sampai jumpa.”…. Assalamu’alaikum
23
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
I IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. R Tgl MRS/Jam : 20 Juli 2021/08.30
Umur : 30 tahun Tgl Pengkajian/Jam : 27 Juli 2021/10.00
Alamat : Pasuruan Ruang Rawat : -
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status : Janda
Pekerjaan : Tidak bekerja
Jenis Kel. : Perempuan
No RM :
II ALASAN MASUK
a. Data Primer : Keluarga pasien mengatakan Ny.R mulai mengalami
masalah kejiwaan sejak pasien di ceraikan oleh suaminya. Klien
saat ini sering berbicara kasar dan bersikap kasar kepada
keluarganya. Keluarga klien mengeluh karena partisipan marah-
marah bicara kasar.
b. Data Sekunder : Keluarga klien mengatakan klien sering merasa
gelisah,berbicara sendiri, sering melamun, dan marah apabila
diganggu saat menyendiri
24
IV RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU (PREDISPOSISI)
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masalalu ?
Ya
Tidak.
Jika Ya, Jelaskan :
2. Pengobatan sebelumnya
Berhasil
Kurang berhasil
Tidak berhasil
Jelaskan:
3. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh
kembang)
Ya
Tidak
Pernah ada riwayat NAPZA
Narkotika (-)
Penyalahgunaan Psikotropika (-)
Zat aditif : kafein, nikotin, alcohol (-)
Dll
Riwayat Trauma
Korban Saksi Usia Pelaku
1. Aniaya fisik - - - +
2. Aniaya seksual - - - -
25
3. Penolakan - - - -
4. Kekerasan dalam - - - +
keluarga
5. Tindakan kriminal - - - -
6. Usaha bunuh diri - - - -
4. Pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan
Klien selalu teringat dengan perceraianya karena suaminya
selingkuh sehingga klien merasa sangat marah
Masalah/ Diagnosa Keperawatan :
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
Berduka antisipasi
Berduka disfungsional
Respon paska trauma
Sindroma trauma perkosaan
Lain-lain, jelaskan :
26
V PEMERIKSAAAN FISIK
a. Keadaan umum : Pasien tampak melamun
b. Tanda vital :
TD : 140/90mm/Hg
N : 92x/menit
S : 36,2°C
P: 23x/m
Ukur :
BB : 55Kg
TB : 158cm
Turun
Naik
c. Keluhan fisik :
Nyeri (PQRST) : Skala nyeri : Tidak ada nyeri( 0 ), ringan (1 2 3),
sedang (4 5 6) Berat terkontrol (7 8 9), Berat tidak terkontrol (10).
Keluhan lain :
Tidak ada keluhan
Jelaskan:
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Risiko tinggi perubahan suhutubuh
Defisit Volume Cairan
Kelebihan Volume Cairan
ResikoTinggiterhdapInfeksi
Risiko Tinggi terhadap Transmisi Infeksi
Perubahan Nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh
Perubahan Nutrisi: Lebih dari kebutuhan Tubuh
Kerusakan Menelan
Perubahan Eliminasi faeses
Perubahan Eliminasi urine
Kerusakan integritas kulit
Lain-lain, jelaskan :
27
VI PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)
1) Genogram :
Jelaskan :
Klien mampu menjawab pertanyaan dari perawat namun dengan bahasa yang kasar dan
singkat, Klien mengatakan tidak ingin berbicara, Klien mengatakan mudah marah dan
terpancing emosinya kalau dia terlalu banyak diajak bicara dan Klien mengatakan emosi kalau
keinginannya tidak dituruti, ,klien tidak mampu memulai pembicaran yang baru.
Masalah / Diagnosa Keperawatan :
Kerusakan komunikasi
Kerusakan komunikasi verbal
Hambatan komunikasi verbal
3. Aktifitas motoric/psikomotor
Hipokinesia,hipoaktifitas
Katalepsi
Sub stupor katatonik
Fleksibilitas serea
Jelaskan :
Klien tampak menggerakan-gerakan kaki, klien beraktifitas seperti merapikan tempat tidur,
klien terkadang mondar-mandir tanpa tujuan dan mengikuti kegiatan diruangan seperti senam,
penyuluhan dan TAK. 30
Peningkatan :
Hiperkinesia,hiperaktifitas
Gagap
Stereotipi
Gaduh Gelisah Katatonik
Mannarism
Katapleksi
Tik
Grimace
Otomatisma
Negativisme
Reaksikonversi
Tremor
Verbigerasi
Berjalan kaku/rigid
Ekhopraxia
Command automatism
Kompulsif : sebutkan
Jelaskan:
Klien tampak sedih, dan khawatir karena dirawat saat ini membuatnya tidak bisa kembali
beraktifitas seperti biasa. Klien mengatakan jengkel dan ingin marah setiap permintaanya tidak
dituruti, klien tampak gelisah terkadang mondar-mandir disaat dia mengalami kegelisahannya.
Masalah/ Diagnosa Keperawatan :
Risiko tinggi cidera
Kerusakan mobilitas fisik
Perilaku kekerasan
Defisit aktivitas deversional / hiburan
Intoleransi aktivitas
Resiko tinggi kekerasan
Lain-lain, jelaskan :
4. Afek dan Emosi
a. Afek
Adekuat (-)
Tumpul (+)
Dangkal/datar (-) 31
Inadekuat (-)
Labil (-)
Ambivalensi (-)
Jelaskan :
Afek klien tidak sesuai yaitu saat berinteraksi klien tidak ramah dan selalu dengan nada tinggi
Masalah / Diagnosa Keperawatan :
Risiko tinggi cidera
Kerusakan komunikasi
Kerusakan komunikasi verbal
Kerusakan interaksi sosial
Isolasi sosial
Tidak ada masalah keperawatan
b. Emosi
Merasa Kesepian (-)
Apatis (-)
Marah (+)
Anhedonia (-)
Eforia (-)
Depresi/sedih
Cemas (Ringan, Sedang,BeratdanPanik) (-)
Jelaskan : Klien merasa marah dan sedih.
Masalah / Diagnosa Keperawatan :
Risiko tinggi cidera
Ansietas, (jelaskan : ringan/sedang/berat)
Ketakutan
Isolasi sosial
Ketidakberdayaan
Risiko diri membahayakan diri
Risiko diri penganiaayan diri
Risiko tinggi mutilasi diri
Lain-lain, jelaskan :
5. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan (-)
Tidak kooperatif(+)
32
Mudahtersinggung (+)
Kontak mata kurang
Defensif (-)
Curiga (-)
Jelaskan :
Selama wawancara klien menjawab pertanyaan dengan singkat dan kasar, terkadang diam
saja saat ditanya
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Kerusakan komunikasi
Kerusakan interaksi sosial
Isolasi sosial
Risiko membahayakan diri
Risiko tinggi kekerasan
Risiko tinggi penganiayaaan diri
Risiko tinggi mutilasi diri
Tidak ada masalah
6. Persepsi – Sensorik
Klien mengatakan tidak pernah melihat atau mendengar hal-hal yang tidak nyata.
Masalah Keperawatan :
Halusinasi :
Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penciuman
Ilusi :
Ada
Tidak ada
Depersonalisasi :
Ada
Tidak ada
33
Derealisasi :
Ada
Tidak ada
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Gangguan persepsi sensori :
Lain-lain, jelaskan :
7. Proses Pikir
a. Arus Pikir :
Koheren
Inkoheren
Sirkumstansial
Neologisme
Tangensial
Logorea
Kehilanganasosiasi
Flight of idea
Irrelevansi
Main kata-kata
Blocking
PengulanganPembicaraan/perseverasi
Afasia
Asosiasibunyi
Jelaskan :
Pada saat interaksi klien berbicara baik namum sedikit
berbelit-belit dan tampak asal, tiba tiba terhenti beberapa saat
setelah itu klien kembali melanjutkan percakapannya. Klien
mengatakan susah untuk berkomunikasi.
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Gangguan proses pikir
Lain-lain, jelaskan :
b. Isi Pikir
Obsesif
Ekstasi
Fantasi
34
Alienasi
PikiranBunuhDiri
Preokupasi
PikiranIsolasisosial
Ide yang terkait
PikiranRendahdiri
Pesimisme
Pikiranmagis
Pikirancuriga
Fobia,sebutkan :
Waham :
Agama
Somatik/hipokondria
Kebesaran
Kejar / curiga
Nihilistik
Dosa
Sisippikir
Siar piker
Kontrolpikir
c. Bentuk Pikir
Realistik
Non Realistik
Rasional
Irrasional
Dereistik
Otistik
Jelaskan :
Pada saat interaksi klien tidak ditemukan hambatan isi pikir.
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Gangguan proses pikir (jelaskan)
Tidak ada masalah keperawatan
8. Kesadaran
Menurun: 35
Compos mentis
Sopor
Apatis/sedasi
Subkoma
Somnolensia
Koma
Meninggi
Hipnosa
Disosiasi :
Gangguanperhatia
Jelaskan :
Klien mengatakan ia menyadari bahwa ia berada di RSJ, klien mengetahui nama anggota
keluarganya. Klien mengenali orang disekitarnya dan menyebutkan bahwa klien dirawat sudah
beberapa minggu. Klien juga mampu menyebutkan alamat tempat tinggalnya. Pada saat
interaksi klien dapat menyebutkan tanggal, waktu dan tempat dengan benar.
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Risiko tinggi cidera
Gangguan proses pikir, (jelaskan)
Tidak ada masalah keperawatan
9. Orientasi
Waktu
Tempat
Orang
Jelaskan:
Masalah / Diagnosa Keperawatan:
Risiko tinggi cidera
Gangguan proses pikir, (jelaskan)
Lain-lain, jelaskan :
10. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
Gangguan daya ingat jangka pendek ( 1 hari – 1 bulan)
Gangguan daya ingat saat ini ( < 24 jam)
36
Amnesia
Paramnesia:
Konfabulasi
Dejavu
Jamaisvu
Fause reconnaissance
Hiperamnesia
Jelaskan :
Jangka panjang : Klien mengatakan waktu kecil dulu klien disekolah dasar pernah mendapat
juara kelas dan permintaan selaludituruti oleh orang tua nya.
Jangka pendek : klien mengatakan bahwa sekarang ia menjalanipengobatan dan telah mengikuti
kegiatan harian.
Masalah/diagnose keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
11. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan :
Saat interaksi dengan klien, perhatian klien sedikit tidak fokuskepada perawat, klien sukar
berkonsentrasi saat ditanyakan perawat, terkadang yang dijawab oleh klien sedikit ngaur.
Perhatian klien mudah terpecah dan membuat perawat sering mengulang pertanyaan, karena
hal tersebut membuat klien susahdiajak dalam berhitung sederhana.
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Gangguan proses pikir
Isolasi sosial
Lain-lain, jelaskan :
37
Gangguan bermakna
Jelaskan:
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Gangguan proses pikir (jelaskan)
13. Daya titik diri
Mengingkaripenyakit yang diderita
Menyalahkanhal-haldiluardirinya
Jelaskan :
Klien mengingkari penyakit yang diderita, klien beranggapanbahwa dirinya tidak sakit.
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Gangguan proses pikir (jelaskan)
Tidak ada masalah keperawatan
38
Klien mengatakan mampu menggunakan dan membersihkan WC, setelah menggunakan WC
klien bisa membersihkan dan merapikandiri/pakaian setelah kembali dari WC. Klien mampu
BAB/BAK dengan mandiri.
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Perubahan eliminasi
fases
Perubahan eliminasi urin
Defisit perawatan diri (makan, mandi, berhias,
toiletting,instrumentasi)
Tidak ada masalah keperawatan
3. Mandi
Bantuan minimal
Bantuan total
Jelaskan :
Klien mengatakan mandi 1x sehari, klien sikat gigi 1x/hari, klientahu cara mandi yang benar.
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Defisit perawatan diri (makan, mandi, berhias,
toiletting,instrumentasi)
Tidak ada masalah keperawatan
4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal
Bantuan Total
Jelaskan :
Klien mengatakan ganti pakaian 1x sehari klien dapat mengambil dan menggunakan pakaian
yang kurang sesuai.
Masalah/diagnose keperawatan :
Defisit perawatan diri (makan, mandi, berhias, toileting,
instrumentasi)
5. Istirahat dan tidur
Tidur Siang, Lama : 12.00 s/d 14.00
TidurMalam, Lama : 21.00 s/d 05.00
Aktifitas sebelum/sesudah tidur : menonton
tvJelaskan :
39
Klien selama ini tidak mengalami gangguan tidur karena klien dapat tidur dengan kualitas 6-
8 jam perhari, baik malam maupunsiang.
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Gangguan pola tidur
Tidak ada masalah keperawatan
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal
Bantuan
totalJelaskan
:
Klien mengatakan minum obat melalui mulut dan klien mengatakan efek obat yang
diminumnya membuatnya mengantuk.Klien mengatakan mendapat 2 jenis obat yaitu
Risperidon 2x 2 mgdan CPZ 1x 100 mg. Klien tahu jam minum obat yaitu jam 07:00 WIB dan
19:00 WIB setelah makan.
Masalah/diagnose keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan Lanjutan Ya Tidak
40
Transportasi Tidak
Lain-lain
Jelaskan :
Klien mengatakan biasanya membersihkan rumput-rumput liar yang
tumbuh diluar rumah.
Masalah/diagnose keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
IX MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkhohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebihan
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktifitas konstruktif Menghindar
Olah raga Menciderai diri
Lain-lain Lain-lain
Jelaskan :
Pada pengkajian mekanisme koping, mekanisme koping klien bila ada
masalah klien melawan dan cenderung emosi
Masalah/ Diagnosa Keperawatan :
Kegiatan penyesuaian
Koping individu tidak efektif
Koping individu tidak efektif (koping defensif)
Koping individu tidak efektif (menyangkal)
Lain-lain, jelaskan :
41
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya Klien
mengatakan tidak suka berkumpul dengan teman-temannya
maupunperawat yang ada ruangan.
Masalah dengan pendidikan, spesifiknya Klien mengatakan
pendidikanterkahir hanya sampai SMP klien tidak melanjutkan
sekolah karena alasan ekonomi.
Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya Klien mengatakan dirinya
tidakbekerja, dirumah klien biasanya membantu pekerjaan rumah dan
membantu ibunya berdagang.
Masalah dengan perumahan, spesifiknya Klien mengatakan tinggal
dengan ibunya, rumah tersebut tidak terlalu besar, namun cukup
untuktempat tinggal dengan keluarganya.
Masalah dengan ekonomi, spesifiknya Klien mengatakan tidak ada
masalah dalam perekonomian keluarganya, karena klien masih
hidupdibiayai oleh ibunya.
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya Klien
mengatakantidak pernah memiliki masalah dengan pelayanan
kesehatan sebelumnya. Jarak pelayanan kesehatan dari rumahnya
lumayan jauhdan kalau kesana harus ada kendaraan.
Masalah lainnya, spesifiknya :
Masalah/ Diagnosa Keperawatan :
Perubahan pemeliharan kesehatan
Perubahan pada eliminasi urine
Gangguan konsep diri (Gangguan citra tubuh)
Gangguan konsep diri (Gangguan identitas pribadi)
Gangguan konsep diri (Gangguan harga diri)
Gangguan konsep diri (Gangguan harga diri rendah kronis)
Gangguan konsep diri (Gangguan harga diri rendahsituasional
Perilaku mencari bantuan kesehatan
XI ASPEK MEDIS
Diagnosis medik :
Axis 1 : Gangguan identitas pribadi
Axis 2 : Gangguan Konsep Diri / HDR
Axis 3 : Distress Spiritual
Axis 4 : Defisit Perawatan Diri
Axis 5 : Hambatan Komunikasi Verbal
Axis 6 : Resiko Tinggi Kekerasan
Axis 7 : Gangguan Proses pikir
Axis 8 : Kurang Pengetahuan
Terapi medik :
43
XII ANALISA DATA
No. DATA MASALAH / DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Ds : Gangguan identitas pribadi
- Klien merasa marah apabila
ada yang mengejek atau
mengungkit perceraiannya
- Klien mengatakan tidak puas
dengan orang lain
- Klien mengatakan peran dirinya
sebagai seorang istri tidak
sempurna.
- Klien mengatakan ia merasa
minder dengan orang lain.
Do :
- Klien tampak kurang puas
dengan orang lain.
44
2. Ds : Gangguan Konsep Diri / Harga
- Klien mengatakan dirinya tidak Diri Rendah
berguna bagi keluarganya.
- Klien mengatakan ia tidak
bermanfaat di lingkungan
sekitarnya.
Do :
- Klien tampak sering
menyendiri. Tidak mau berbaur
dengan teman- temannya.
3. Ds : Distress Spiritual
- Klien mengatakan jarang
melakukan sholat 5 waktu,
selama dirumah sakit klien juga
45
jarang melaksanakan ibadah
sholat.
Do :
- Klien jarang melakukan ibadah
bersama teman – temannya.
4. Ds : Defisit Perawatan Diri :
- Klien mengatakan tidak dapat Berpakaian
berpakaian yang rapi.
Do :
- Penampilan klien kurang baik.
5. Ds : Hambatan Komunikasi Verbal
- Klien mengatakan mudah marah
dan terpancing emosinya kalau
terlalu banyak diajak bicara.
Do :
- Klien pada saat bicara baik dan
jelas, namun lambat.
- Klien tidak mampu memulai
pembicaran yang baru.
6. Ds : Resiko Tinggi Kekerasan
- Klien mengatakan jengkel dan
ingin marah setiap permintaanya
tidak dituruti.
- Klien mengatakan tidak suka
apabila ada yang mengungkit
perceraiannya
Do :
- Klien tampak gelisah terkadang
mondar-mandir disaat dia
46
mengalami kegelisahannya.
- Klien sering memukul apapun
yang dihadapannya apabila
teringat tentang suaminya
Ds : Gangguan Proses Pikir
- Klien mengatakan sering tidak
fokus dan gampang tidak
berkonsentrasi.
Do :
- Saat interaksi dengan klien,
perhatian klien sedikit tidak
fokus kepada perawat, klien
sukar berkonsentrasi saat
ditanyakan perawat, terkadang
yang dijawab oleh klien asal-
asalan
- Perhatian klien mudah terpecah
dan membuat perawat sering
mengulang pertanyaan, karena
hal tersebut membuat klien
susah diajak dalam berhitung
sederhana.
47
XIII DAFTAR MASALAH / DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan identitas diri.
2. Gangguan Konsep Diri / Harga Diri Rendah.
3. Distress Spiritual.
4. Defisit Perawatan Diri : Berpakaian.
5. Hambatan Komunikasi Verbal.
6. Resiko Tinggi Kekerasan.
7. Gangguan Proses Pikir.
Pohon Masalah
48
ANALISA DATA
49
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
NAMA : Ny. R
UMUR : 35 tahunNO. REGISTER :
NAMA : Ny. R
UMUR : 35 tahun
NO. REGISTER :
Terapeutik :
1. Pertahankan lingkungan
bebas dari bahaya.
NAMA : Ny. Y
UMUR : 30 tahun
NO. REGISTER : 21.XX
53
EVALUASI
NAMA : Ny. R
Umur : 35 Tahun
No Reg :
No. Dx. EVALUASI EVALUASI
Kep 27 Juli 2021 28 Juli 2021
1 Ds : Ds :
- Klien mengatakan nama saya R, sekarang saya sering - Klien mengatakan nama saya Y, sekarang saya menyesal
marah karena banyak yang mengganggu saya dan karena telah marah kepada orang lain. Sekarang saya sudah
terkadang saya juga marah karena sesuatu yang tidak jelas, bisa sedikit mengontrol emosi dan ucapan saya agar tidak
saya juga sering melontarkan ucapan kasar, sekarang saya membuat lawan bicara saya sakit hati. Saya juga sudah
lebih suka menyendiri dari pada berkumpul dengan yang mempunyai keinginan untuk berkumpul dengan teman-teman
lain. saya.
Do : Do :
- Pasien terlihat lesu, cara bicaranya sedikit kasar, pakaian - Pasien terlihat lebih ceria dari yang kemarin, cara bicaranya
yang dikenakannya juga tidak rapi. mulai baik dan sopan.