Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA LANJUT

Disusun oleh :
KELOMPOK 2

Nur Hidayah 131911573008


Ahmad Wahyudi 131914153017
Devis Yulia Rohmana 131914153025
Yuli Anggraini 131914153044

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
1. RENTANG SEHAT JIWA
1.1 KESEHATAN JIWA

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehat adalah dalam keadaan bugar dan
nyaman seluruh tubuh dan bagian-bagiannya. Bugar dan nyaman adalah relatif,
karena bersifat subjektif sesuai orang yang mendefinisikan dan merasakan. Bagi
seorang kuli bangunan, kaki kejatuhan batu, tergencet, dan berdarah-darah adalah
hal biasa, karena hanya dengan sedikit dibersihkannya, kemudian disobekkan
pakaian kumalnya, lalu dibungkus, kemudian dapat melanjutkan pekerjaan lagi.
Namun, bagi sebagian orang, sakit kepala sedikit harus berobat ke luar negeri.
Seluruh komponen tubuh juga relatif, apakah karena adanya panu, kudis, atau
kurap pada kulit, seseorang disebut tidak sehat? Padahal komponen tubuh
manusia bukan hanya fisik, melainkan juga psikologis dan lingkungan sosial
bahkan spiritual.
Jiwa yang sehat sulit didefinisikan dengan tepat. Meskipun demikian, ada
beberapa indikator untuk menilai kesehatan jiwa. Karl Menninger mendefinisikan
orang yang sehat jiwanya adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk
menyesuaikan diri pada lingkungan, serta berintegrasi dan berinteraksi dengan
baik, tepat, dan bahagia. Michael Kirk Patrick mendefinisikan orang yang sehat
jiwa adalah orang yang bebas dari gejala gangguan psikis, serta dapat berfungsi
optimal sesuai apa yang ada padanya. Clausen mengatakan bahwa orang yang
sehat jiwa adalah orang yang dapat mencegah gangguan mental akibat berbagai
stresor, serta dipengaruhi oleh besar kecilnya stresor, intensitas, makna, budaya,
kepercayaan, agama, dan sebagainya.
World Health Organization (WHO) pada tahun 2008 menjelaskan kriteria
orang yang sehat jiwanya adalah orang yang dapat melakukan hal berikut.
1. Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu
buruk.
2. Merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan.
3. Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya.
4. Merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima.
5. Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling
memuaskan.
6. Mempunyai daya kasih sayang yang besar.
7. Menerima kekecewaan untuk digunakan sebagai pelajaran di kemudian hari.
8. Mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.

Gambar 1. Rentang Sehat Jiwa

1.2 GANGGUAN JIWA

Gangguan jiwa menurut PPDGJ III adalah sindrom pola perilaku seseorang yang
secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya
(impairment) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia, yaitu
fungsi psikologik, perilaku, biologik, dan gangguan itu tidak hanya terletak di
dalam hubungan antara orang itu tetapi juga dengan masyarakat (Maslim, 2002;
Maramis, 2010).
Gangguan jiwa merupakan deskripsi sindrom dengan variasi penyebab. Banyak
yang belum diketahui dengan pasti dan perjalanan penyakit tidak selalu bersifat
kronis. Pada umumnya ditandai adanya penyimpangan yang fundamental,
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta adanya afek yang tidak wajar atau
tumpul (Maslim, 2002).
Sumber Penyebab Gangguan Jiwa
Manusia bereaksi secara keseluruhan—somato-psiko-sosial. Dalam mencari
penyebab gangguan jiwa, unsur ini harus diperhatikan. Gejala gangguan jiwa yang
menonjol adalah unsur psikisnya, tetapi yang sakit dan menderita tetap sebagai
manusia seutuhnya (Maramis, 2010).
1. Faktor somatik (somatogenik), yakni akibat gangguan pada neuroanatomi,
neurofisiologi, dan neurokimia, termasuk tingkat kematangan dan
perkembangan organik, serta faktor pranatal dan perinatal.
2. Faktor psikologik (psikogenik), yang terkait dengan interaksi ibu dan anak,
peranan ayah, persaingan antarsaudara kandung, hubungan dalam keluarga,
pekerjaan, permintaan masyarakat. Selain itu, faktor intelegensi, tingkat
perkembangan emosi, konsep diri, dan pola adaptasi juga akan memengaruhi
kemampuan untuk menghadapi masalah. Apabila keadaan ini kurang baik,
maka dapat mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu, dan rasa bersalah
yang berlebihan.
3. Faktor sosial budaya, yang meliputi faktor kestabilan keluarga, pola
mengasuh anak, tingkat ekonomi, perumahan, dan masalah kelompok
minoritas yang meliputi prasangka, fasilitas kesehatan, dan kesejahteraan yang
tidak memadai, serta pengaruh rasial dan keagamaan.

2. KONSEP STRESS ADAPTASI


Keperawatan kesehatan jiwa menggunakan model stres adaptasi dalam
mengidentifikasi penyimpangan perilaku. Model ini mengidentifikasi sehat sakit
sebagai hasil berbagai karakteristik individu yang berinteraksi dengan faktor
lingkungan. Model ini mengintegrasikan komponen biologis, psikologis, serta
sosial dalam pengkajian dan penyelesaian masalahnya. Apabila masalah
disebabkan karena fisik, maka pengobatan dengan fisik atau kimiawi. Apabila
masalah psikologis, maka harus diselesaikan secara psikologis. Demikian pula
jika masalah sosial, maka lebih sering dapat diselesaikan dengan pendekatan
sosial melalui penguatan psikologis.
Beberapa hal yang harus diamati dalam model stres adaptasi adalah faktor
predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stresor, sumber koping, dan
mekanisme koping yang digunakan. Ada dua kemungkinan koping terpilih yaitu
berada antara adaptif dan maladaptif. Koping ini bersifat dinamis, bukan statis
pada satu titik. Dengan demikian, perilaku manusia juga selalu dinamis, yakni
sesuai berbagai faktor yang memengaruhi koping terpilih.
Secara lengkap komponen pengkajian model stres adaptasi dalam keperawatan
kesehatan jiwa adalah sebagai berikut.

Gambar 2.1 Pengkajian Model Stres Adaptasi (Stuart dan Laraia, 2005)

Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang menjadi sumber terjadinya stres yang
memengaruhi tipe dan sumber dari individu untuk menghadapi stres baik yang
biologis, psikososial, dan sosiokultural. Secara bersama-sama, faktor ini akan
memengaruhi seseorang dalam memberikan arti dan nilai terhadap stres
pengalaman stres yang dialaminya. Adapun macam-macam faktor predisposisi
meliputi hal sebagai berikut.
1. Biologi: latar belakang genetik, status nutrisi, kepekaan biologis, kesehatan
umum, dan terpapar racun.
2. Psikologis: kecerdasan, keterampilan verbal, moral, personal, pengalaman masa
lalu, konsep diri, motivasi, pertahanan psikologis, dan kontrol.
3. Sosiokultural: usia, gender, pendidikan, pendapatan, okupasi, posisi sosial, latar
belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial, dan tingkatan sosial.

Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi adalah stimulus yang mengancam individu. Faktor presipitasi
memerlukan energi yang besar dalam menghadapi stres atau tekanan hidup.
Faktor presipitasi ini dapat bersifat biologis, psikologis, dan sosiokultural. Waktu
merupakan dimensi yang juga memengaruhi terjadinya stres, yaitu berapa lama
terpapar dan berapa frekuensi terjadinya stres.
Adapun faktor presipitasi yang sering terjadi adalah sebagai berikut.
1. Kejadian yang menekan (stressful)
Ada tiga cara mengategorikan kejadian yang menekan kehidupan, yaitu
aktivitas sosial, lingkungan sosial, dan keinginan sosial. Aktivitas sosial
meliputi keluarga, pekerjaan, pendidikan, sosial, kesehatan, keuangan, aspek
legal, dan krisis komunitas. Lingkungan sosial adalah kejadian yang
dijelaskan sebagai jalan masuk dan jalan keluar. Jalan masuk adalah
seseorang yang baru memasuki lingkungan sosial. Keinginan sosial adalah
keinginan secara umum seperti pernikahan.
2. Ketegangan hidup
Stres dapat meningkat karena kondisi kronis yang meliputi ketegangan
keluarga yang terus-menerus, ketidakpuasan kerja, dan kesendirian. Beberapa
ketegangan hidup yang umum terjadi adalah perselisihan yang dihubungkan
dengan hubungan perkawinan, perubahan orang tua yang dihubungkan
dengan remaja dan anak-anak, ketegangan yang dihubungkan dengan
ekonomi keluarga, serta overload yang dihubungkan dengan peran.

3. KONSEP DAN FUNGSI OTAK


3.1 ANATOMI FISIOLOGI
Kegiatan motorik di bawah sadar yang di integrasikan dalam medulla
spinalis dan batang otak terutama bertanggung jawab untuk daya
gerakan.gerakan volunter sederhana atau komplek dapat di laksanakan
oleh struktur motor di otak besar terutama area korteks di depan sulkus
sentralis. Jika seorang menderita kecelakaan trauma berat pada korda
spinalis, maka akan terlihat gangguan kendali motorik otot yang di
inervasi oleh segmen saraf ditempat yang mengalami kerusakan,
kehilangan kemampuan menggerakkan anggota tubuh atas dan bawah
secara volunter meskipun gerak kepala lidah dan mata masih dikendalikan
oleh saraf kranial dan batang otak.
1. Sistem saraf motorik
Puncak peranan dari sistem saraf adalah pengendalian berbagai
aktivitas tubuh. Kemampuan ini dapat di capai melalui pengendalian :
a. Kontraksi otot rangka seluruh tubuh.
b. Kontraksi otot polos veseral.
c. Sekresi kelenjar eksokrin dan endokrin.

2. Korteks motorik primer


Perkiraan otak manusia yang memperlihatkan titik-titik didalam
korteks motorik primer menyebabkan kontraksi otot didalam berbagai
bagian tubuh bila dirangsang. Rangsangan korteks motorik paling
lateral menyebabkan kontraksi otot yang berhubungan dengan gerakan
menelan, mengunyah, dan gerakan-gerakan wajah. Perangsangan
bagian tengah garis korteks motorik membengkok kedalam fisura
longitudinal menyebabkan kontraksi tungkai, kaki, dan jari kaki.
Korteks motorik asosiasi (premotorik). Terletak langsung didepan
korteks motorik primer yang bertugas membuat program gerakan
volunter kompleks, mengaktifkan otot-otot yang diperlukan untuk
gerakan.
Gerakan akibat perangsangan korteks motorik. Rangsangan listrik pada
korteks serebri didepan korteks motorik primer menimbulkan
kontraksi kompleks dari kelompok otot atau gerakan berirama seperti
mengayun tungkai kedepan dan ke belakang, gerakan mata
berkoordinasi, gerakan mengunyah, menelan dan posisi sikap korteks
premotorik. Melukiskan kemampuan khusus mengatur gerakan
terkoordinasi yang meliputi banyak otot secara serentak hal ini terjadi
karena:
a. Mempunyai hubungan neuron subkortikal yang panjang dengan
daerah asosiasi sensoris lobus parietal.
b. Mempunyai hubungan subkortikal langsung dengan korteks
motorik primer.
c. Berhubungan dengan daerah-daerah dalam talamus yang
bersebelahan dengan daerah talamikus berhubungan dengan
korteks primer motorik.
d. Daerah premotorik mempunyai banyak hubungan langsung dengan
ganglia basalis.
Daerah Broka dan bicara. Tepat dibagian depan korteks motorik
primer bagian atas visura silvii terdapat daerah pembentukan kata yang
dinamakan Broka. Kerusakan daerah ini akan membuat orang tidak
bisa mengucapkan seluruh kata. Daerah ini berhubungan erat dengan
fungsi pernafasan sehingga pita suara digerakkan tidak serentak
dengan mulut dan lidah selama berbicara.
Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan Broka adalah sebagai
berikut.
a. Gerakan mata volunteer: Tepat diatas daerah Broka suatu tempat
yang berfungsi mengatur gerakan mata.
b. Daerah rotasi kepala: Dalam daerah premotorik rangsangan
motorik menimbulkan rotasi kepala, berhubungan dengan gerakan
mata pengarahan kepala keberbagai benda.
c. Daerah keterampilan tangan: Dalam daerah frontalis anterior
korteks untuk pergerakan tangan dan jari.
Konsep premotorik. Daerah anterior korteks motorik primer dapat
menimbulkan gerakan-gerakan terkoordinasi yang kompleks
seperti bicara, gerakan mata, gerakan kepala, dan keterampilan
tangan. Semua daerah ini berhubungan erat dalam korteks motorik
primer, talamus, dan gangria basalis. Gerakan terkoordinasi yang
kompleks disebabkan oleh suatu usaha kerja yang sama pada
semua struktur seperti tersebut diatas.
C. Komponen Dan Fungsi Otak

Gambar 3.1 Komponen dan Fungsi Otak

Tabel 2.1 Komponen dan fungsi utama otak manusia


Komponen otak Fungsi utama
1. Korteks serebrum 1. Persepsi sensoris
2. Kontrol gerakan volunter
3. Bahasa
4. Sifat pribadi
5. Proses mental canggih, misalnya berfikir,
mengingat, membuat keputusan
kreativitas,dan kesadaran diri
2. Nukleus basal 1. Inhibisi tonus otot
2. Koordinasi gerak yang lambat dan
menetap
3. Penekanan pola-pola gerakan yang tidak
berguna
3. Talamus 1. Stasiun pemancar untuk semua masukan
sinaps
2. Kesadaran kasar terhadap sensasi
3. Beberapa tingkat kesadaran
4. Berperan dalam kontrol motorik
4. Hipotalamus 1. Mengatur banyak homeostatik
2. Penghubung penting antara sistem saraf
dan endokrin
3. Sangat terlibat dalam emosi dan pola
perilaku dasar
5. Sereblum 1. Memelihara keseimbangan
2. Peningkatan tonus otot
3. Koordinasi dan perencanaan aktivitas
otot volunter yang terlatih
6. Batang otak (otak tengah, pons, 1. Asal dari sebagian besar saraf kranialis
dan medula) perifer
2. Pusat pengaturan kardiovaskuler,
respirasi, dan pencernaan
3. Pengaturan refleks otot yang terlibat
dalam keseimbangan dan postur
4. Penerimaan dan integrasi semua
masukan sinaps dari korda spinalis,
keadaan terjaga, dan pengaktifan korteks
serebrum
5. Pusat tidur

Fungsi kognitif mempunyai 4 item utama yang dapat di analogkan dengan


kerja dari komputer yaitu :
1. Fungsi preseptif, yang melibatkan kemampuan untuk memseleksi,
memproses, mengklasifiki dan mengintegrasi informasi.
2. Fungsi memory dan belajar, yang maksudnya adalah
mengumpulkan informasi dan memanggil kembali.
3. Fungsi berfikir adalah mengenai organisasi dan reorganisasi
informasi.
4. Fungsi expresif, yaitu informasi-informasi, yang dapat
dikomunikasikan dan dilakukan.

Otak manusia terdiri dari batang otak, 3 belahan otak besar


( hemisfer kanan dan kiri ), sereblum atau otak kecil, dan batang otak.
Masing-masing bagian atau struktur terbagi lagi dalam bagian - bagian
yang lebih rinci dan mempunyai fungsi khusus. Proses mental manusia
merupakan sistem fungsional kompleks dan tidak dapat dilokalikalisasi
secara sempit menurut bagian otak terbatas, tetapi berlangsung melalui
partisipasi semua struktur otak dan setiap struktur mempunyai peranan
tertentu sendiri untuk organisasi sistem fungsional itu untuk meningkatkan
kualiatas otak diperlukan stimulus khusus pula dari bagian-bagian
tersebut. Stimulasi otak pada hakikatnya dalah proses pebelajaran (learni
proces) dan pada gilirannya mempengaruhi kemampuan intelektual dan
kemampuan beradaptasi manusia terhadap lingkungan. Otak bekerja
secara keseluruhannya dengan menggunakan fungsi dari seluruh bagian.
Namun demikian, ada bagian-bagian tertentu yang mempunyai peranan
menonjol dalam prosese berfikir dan bertindak tertetntu. Pembagian
komponen intelek/ fungsi luhur menjadi 5 komponen yakni bahasa,
memori, fisiospasial, emosi dan kongisi didasarakan pada teori lokalisasi
dan spesialisasi bagian fungsi otak :

a. Manifestasi gangguan kognitif


Manifestasi gangguan fungsi kognitif dapat meliputi gangguan pada aspek
bahasa, memori, fisiospasial, emosi dan kongisi didasarakan pada teori
lokalisasi dan spesialisasi bagian fungsi otak.
b. Gangguan bahasa
Gangguan bahasa yang terjadi pada demensia terutama tampak pada
kemiskinan kosakata, pasien tidak dapat menyebut nama benda atau gambar
yang ditunjukkan kepadanya (konfrontation naming), tetapi lebih sulit lagi
untuk menyebutkan nama benda dalam satu kategori (categorical naming),
misalnya disuruh menyebut nama buah atau hewan dalam satu kategori.
Sering adanya diskrepansi antara penamaan konfrontasi dan penamaan
kategori dipakai untuk mencurigai adanya demensia dini. Misalnya orang
dengan cepat dapat menyebitkan nama benda yang dtunjukkan tetapi
mengalami kesulitan kalau diminta menyebutkan nama benda dalam satu
katagori, ini di dasarkan abstraksinya mulai menurun.
c. Gangguan memori
Gangguan mengingat yang sering timbul pertama pada demensia dini tahap
awal yang terganggu adalah memori barunya lebih cepat lupa apa yang baru
saja dikerjakan. Namun lambat laun memori lam juga dapat terganggu
dalam klinik neurologi fungsi memori di bagi dalam tiga tingkatan
terganggu lamanya rentang waktu, stimulus, dan rekall yaitu :
1. memori segera (immediate memori) rentang waktu antar stimulus dan recall
hanya beberapa detik disini hanya dibutuhkan pemusatan perhatian untuk
mengingat (attention).
2. memori baru (recent memory) tentang rentang waktu lebih lama yaitu
beerapa menit, jam, bulan bahkan tahun.
3. memori lama (remote memory) rentang waktunya bertahu-tahun bahkan
seumur hidup.
d. Gangguan emosi
Sekitar 15 % pasien mengalami kesulitan kontrol terhadap expresi dari
emosi. Tanda lainnya yaitu menangis dengan tiba-tiba atau tidak dapat
mengendalikan tawa. Efek langsung yang paling umum dari penyakit
kepada otak terhadap kepribadian, emosi yang tumpul, “disinhibititaion”
kecemasan yang berkurang atau euforia ringan, dan menurunnya
sensintivitas sosial. Dapat juga terjadi kecemasan yang berlebihan, depresi
dan hipersensitif.
e. Gangguan fisiofasial
Gangguan ini juga sering timbul dini pada demensia. Pasien banyak lupa
waktu, tidak tahu kapan siang dan malam, lupa wajah teman dan sering tidak
tahu tempat sehingga sering tersesat (disorientasi waktu, tempat dan orang)
secara objektif gangguan fisiospasial dapat ditentukan dengan meminta
pasien mengkopi gambar atau menyusun balok-balok sesuai bentuk.
f. Gangguan kongnisi
Fungsi ini yang paling sering terganggu pada pasien demensia, terutama
gangguan daya abstraksinya. Selalu berfikir konkrit, sehingga sukar sekali
memberi makna pribahasa, juga daya persamaan (similarities) mengalami
penurunan.
DAFTAR PUSTAKA

Maramis, W.F. 2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga


University Press.

Maslim, Rusdi. 2002. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III).
Jakarta : FK Unika Atmajaya.

Stuart dan Laraia. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 8th
edition. St. Louis: Mosby.

Stuart dan Laraia. 2008. Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 8th
Edition. St Louis: Mosby

Yusuf, A., Fitryasari, R., Nihayati, H.E. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

World Health Organization. 2008. Investing in Mental Health. Geneva: WHO

Anda mungkin juga menyukai