Anda di halaman 1dari 21

Nama : Ilham Santoso

Nim : 220304501053
Kelas : E
Semester : 1
Mata Kuliah : Sosio-Antropologi Kesehatan
Nama Dosen : Dr. Jasmin. M.Kes

PRODI ADMINISTRASI KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TUGAS :

1. Mendeskripsikan Sosio-budaya apa saja yang bisa menimbulkan


gangguan kesehatan!
2. Mendeskripsikan 3 poin lingkup kajian, yang terdiri dari:
1). Kutub biologis
a. Pertumbuhan dan perkembangan manusia
b. Peranan penyakit dalam evolusi manusia
2). Kutub tengah
a. Epidemiologi
b. Ekologi budaya
3). Kutub Sosio-budaya
a. Etnomedicine
b. Tingkah laku sehat sakit
c. Hubungan dokter pasien
d. Inovasi kesehatan
JAWAB:
1. Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting
dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan
sosial budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat
dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam
proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak
positif maupun negatif.

Berikut beberapa penyebab sosio budaya yang dapat menimbulkan gangguan


kesehatan:

1. Pergaulan

Salah satu penyebab gangguan kesehatan mental dari faktor sosial budaya


adalah pergaulan. Apabila dalam bergaul Anda tidak dapat memilih mana yang
bermanfaat dan mana yang tidak tentu hal ini dapat berdampak kepada pola
pergaulan yang salah. Contoh pergaulan yang berdampak pada mental adalah
pergaulan bebas, sex bebas, penyalahgunaan obat terlarang, mabuk – mabukan,
tawuran dan permasalah lainnya. Hal ini jika sampai berlarut dapat berdampak
pada perubahan mental seseorang secara bertahap.

2. Gaya Hidup

Permasalah yang menjadi masalah mental juga terjadi pada gaya hidup yang
salah, terjerumusnya seseorang pada kebiasaan gaya hidup yang buruk akan
berdampak pada kehidupan selanjutnya. Contoh kasus ini seperti kehidupan
malam yang berlebihan, gaya hidup glamour yang berlebihan, sampai kepada
gaya hidup yang tidak sehat. Hal ini jika diabaikan begitu saja secara bertahap
dan tidak lansung akan mempengaruhi mental dan pola pikir seseorang dan
akhirnya menjadi penyakit kejiwaan yang serius.

3. Kebiasaan

Kebiasaan atau habit yang buruk juga menjadi pencetus penyebab gangguan


kesehatan dari faktor sosial budaya lainnya. Kebisaan buruk dalam
bermasyarakat dan bersosialisasi dapat menjadi dampak seseorang diasingkan
bahkan teracuhkan dari kehidupan sekitarnya. Contoh seorang pemabuk akan
dicemooh dalam satu lingkungan akibat kebiasaan buruknya, begitu juga
seorang psk yang akan dianggap sebagai orang yang kotor dalam satu
lingkungan. Oleh sebab itu kebiasaan buruk yang berdampak kepada sekitar
sebaiknya dapat dihindari, karena secara mental mampu mempengaruhi
kejiwaan pelakunya.

4. Stress dan Depresi

Mengalami permasalah hidup baik secara langsung dan tidak apabila dampak
tersebut serius dan besar dapat berakibat pada keadaan jiwa yang serius seperti
stress dan depresi. Contoh kasus dalam kehidupan rumah tangga apabila
pasangan tidak mampu mengatasi permasalahan yang terjadi, lambat laun
kondisi rumah tangga akan menjadi petaka. Hal ini akan berimbas kepada anak
dan masa depan mentak serta psikisnya. Begitupun pasangan akan merasa
kehilangan harapan untuk menjaga masa depan kehidupan yang baik
kedepannya

5. Ekonomi

Kondisi ekonomi juga menjadi penyebab gangguan kesehatan mental dari


faktor sosial budaya. Seseorang dengan tingkat ekonomi yang rendah biasanya
rentan akan resiko terganggu kejiwaannya. Tuntunan kehidupan yang
mengharuskannya menghadapi kebutuhan hidup yang tinggi, belum lagi faktor
penghasilan yang tidak menentu yang terkadang membuat orang tidak bisa
menahan derita itu semua, akhirnya menjadi penyebab gangguan mental dan
depresi. Contoh lainnya seperti orang kaya yang tiba – tiba terpuruk kehidupan
ekonominya atau mengalami bangkrut, hal ini dapat menjadi penyebab
gangguan mental jika tidak siap menghadapi itu semua.
6. Pekerjaan

Tuntunan pekerjaan saat ini yang serba cepat dan instan membuat pekerja
atau karwayan dituntut bekerja lebih dan lebih. Dengan kondisi pekerjaan yang
penuh deadline belum lagi lingkungan kantor yang menekan tentu menjadi
penyebab mudahnya seseorang terkena depresi. Belum lagi situasi dijalan pada
saat menuju kantor yang sudah sangat engap dan macet menimbulkan tingkat
stress semakin tinggi. Apabila tidak dapat diimbangi dengan hal lain tentulah hal
ini berdampak pada kondisi kesehatan mental seseorang. Sebab itu diperlukan
adanya media untuk mengatasai itu semua, dengan cara beribadah, memilih
mana yang baik dan tidak, atau mencari kesenangan lain dengan cara yang baik
seperti berlibur, hobi dan sebagainya.

2. Lingkup Kajian
1. Kutub Biologis

A. Pertumbuhan dan perkembangan manusia

Manusia bertumbuh dan berkembang untuk kelangsungan hidupnya.


Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya jumlah dan ukuran sel
dalam tubuh. Pada saat kita mengalami pertumbuhan maka sel
didalam tubuh semakin bertambah banyak. Jaringan dan organ tubuh
juga semakin besar atau meningkat.

Pertumbuhan manusia juga ditandai dengan bertambahnya ukuran


berat dan tinggi pada tubuh. Pertumbuhan bahkan tidak dapat kembali
ke dalam keadaan yang semula. Pertumbuhan sendiri akan berhenti di
saat kita udah menginjak dewasa, namun pikiran dan emosi akan
tetap berkembang. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan antara lain nutrisi, olahraga, penyakit dan kesehatan
individu.

Sedangkan perkembangan adalah proses pematangan dari sel – sel


tubuh menuju kedewasaan. Dimulai dari kematangan fisik, perubahan
kecakapan, emosi dan pikiran menuju kedewasaan. Perkembangan
tidak dapat diukur dengan angka seperti pertumbuhan yang dapat
diukur dengan angka.

Menurut F.J. Monks, dkk (2001) perkembangan adalah proses ke


arah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali.
Proses ini kekal dan tetap yang menuju kea rah suatu organisasi pada
tingkat integrasi yang lebih tinggi berdasarkan pertumbuhan,
pemasakan dan belajar.
Menurut Desmita (2009: 9) perkembangan tidak terbatas pada
pengertian pertumbuhan yang semakin membesar, melainkan di
dalamnya juga terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung
ecara terus menerus dan bersifat tetap dari fungsi – fungsi jasmaniah
dan rohaniah yang dimiliki individu menuju tahap kematangan melalui
pertumbuhan, pemasakan dan belajar.
ditandai dengan bertambahnya kemampuan fisik dan organ-organ
dalam tubuh manusia.

Pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia, merupakan proses


biologis manusia menuju kedewasaan.

B. Peranan penyakit dalam evolusi manusia

- Penyakit adalah suatu keadaan gangguan bentuk dan fungsi


tubuh sehingga berada didalam keadaan yang tidak normal.
Beberapa definisi penyakit menurut para ahli adalah sebagai
berikut :

a) Penyakit adalah kegagalan dari mekanisme adaptasi suatu


organisme untuk bereaksi secara tepat terhadap
rangsangan atau tekanan sehingga timbul gangguan pada
fungsi/struktur dari bagian organisasi atau sistem dari
tubuh (Gold Medical Dictionary).

b) Penyakit adalah suatu keadaan di mana proses kehidupan


tidak lagi teratur atau terganggu perjalanannya (Van Dale‟s
Woordenboek der Nederlandse Tel ).

c) Penyakit bukan hanya berupa kelainan yang dapat dilihat


dari luar saja, akan tetapi juga suatu keadaan terganggu
dari keteraturan fungsi-fungsi dalam dari tubuh (Arrest
Hofte Amsterdam).

- Evolusi merupakan perubahan struktur tubuh makhluk hidup


yang berlangsung secara perlahan-lahan dalam waktu yang
sangat lama. Evolusi berasal dari bahasa latin yakni Evolvo yang
artinya membentang.
Evolusi Budaya dan Konsekuensinya terhadap Kesehatan
Penyakit merupakan masalah hidup sepanjang sejarah manusia.
Setiap kelompok masyarakat memiliki penyakit tertentu atau pola
penyakit yang mengalami perubahan-perubahan sepanjang
sejarahnya. Bentuk pola penyakit suatu kelompok masyarakat
dapat berbeda dari kelompok-kelompok masyarakat lainnya.
Proses-proses ini dipengaruhi oleh interaksi antara faktor-faktor
sosio-budaya, ekologi, biologi, dan kepadatan penduduk.

Dalam proses evolusi manusia, kebudayaan mempengaruhi


proses lainnya, berkembangnya, bertahannya serta
punahnya penyakit-penyakit. Dengan kata lain, kebudayaan
adalah suatu faktor dasar dalam mengkaji kausalitas
penyakit maupun kebertahanan penyakit dalam masyarakat.
Pada pihak lain, kebudayaan adalah suatu faktor penentu
bagi keberhasilan upaya-upaya manusia dalam
menanggulangi masalah-masalah penyakit (kuratif&
preventif).

Peranan penyakit terhadap evolusi manusia berbeda-beda


tergantung pada berbagai populasi sebagai akibat dari
faktor-faktor budaya. Penyakit yang ditemukan dalam
populasi manusia adalah suatu konsekuensi yang khusus
dari suatu cara hidup yang beradap. Contohnya,
pengembangan usaha pencegahan penyakit, telah
memberikan sumbangan dalam penelitan mengenai
penemuan kelompok-kelompok penduduk yang memiliki
risiko tinggi, yakni orang-orang yang tubuhnya
mengandung sel sabit (sickle-cell) dan pembawa penyakit
kuning (hepatitis). Serta Pada bidang teknik biomedikal
seperti menciptakan pakaian-pakaian astronot berdasarkan
spesifikasi antropometri.

2. Kutub Tengah

A. Epidemiologi
Menurut Wikipedia, Epidemiologi adalah cabang ilmu biologi
yang mempelajari dan menganalisis tentang penyebaran, pola,
dan penentu
kondisi kesehatan dan penyakit pada populasi tertentu.
Epidemiologi, secara harfiah berarti "Studi tentang apa yang
ada pada orang-orang", berasal dari bahasa Yunani epi, yang
berarti 'di antara', dan demos, yang berarti 'orang, distrik', dan
logos, yang berarti 'studi, kata, dan wacana', Sehingga
menunjukkan bahwa epidemiologi hanya berlaku untuk populasi
manusia.

Istilah-Istilah dalam Epidemiologi


Ada beberapa istilah dalam epidemiologi, yaitu wabah, endemi,
epidemi, dan pandemi. Semua istilah tersebut dibedakan
berdasarkan tingkat penyebaran penyakit, seperti berikut:
1) Wabah
Wabah terjadi ketika suatu penyakit menyebar secara
tiba-tiba dan menulari penduduk dalam jumlah lebih
banyak daripada biasanya di dalam suatu area atau
komunitas. Wabah bisa berlangsung dalam jangka waktu
singkat, tetapi juga bisa berlangsung lama hingga
bertahun-tahun.
2) Endemi
Penyakit endemi adalah penyakit yang selalu muncul
dan menjadi karekteristik di wilayah tertentu, misalnya
penyakit DBD dan malaria di Indonesia. Penyakit ini akan
selalu ada di daerah tersebut, tetapi dengan jumlah kasus
yang rendah dan bisa dikendalikan.
3) Epidemi
Epidemi terjadi ketika suatu penyakit telah menyebar
dengan cepat ke satu atau lebih wilayah tertentu dan
penyebarannya tidak bisa dikendalikan. Misalnya, ketika
COVID-19 hanya terbatas di wilayah Wuhan, Tiongkok.
Namun, penyakit epidemi tidak hanya merujuk pada
penyakit menular saja. Misalnya, meningkatnya kasus
obesitas di suatu daerah juga bisa disebut epidemi.
4) Pandemi
Pandemi adalah epidemi yang telah menyebar luas di
beberapa negara atau benua. Dengan kata lain, penyakit
ini sudah menjadi masalah bersama bagi seluruh warga
dunia. Contoh penyakit yang tergolong pandemi adalah
HIV/AIDS dan COVID-19. Tak hanya itu, influenza yang
saat ini tampak ringan pun dahulu pernah menjadi
penyakit yang termasuk dalam kategori pandemi dan
menjadi masalah bagi seluruh negara di dunia.
Jenis-Jenis Epidemiologi
Ruang lingkup epidemiologi bisa bermacam-macam. Berikut ini
adalah beberapa jenis epidemiologi:
I. Epidemiologi penyakit menular
Ilmu yang memahami perkembangan dan penyebaran
penyakit menular tertentu, misalnya COVID-19, serta
menyusun langkah efektif untuk mencegah dan
mengendalikannya.
II. Epidemiologi penyakit kronis
Lingkup epidemiologi yang meneliti, mencari pengobatan,
dan menentukan pencegahan penyakit kronis, seperti
kanker, diabetes, dan obesitas.
III. Epidemiologi lingkungan
Ilmu yang menganalisis tentang bagaimana faktor
eksternal individu bisa memengaruhi kesehatan, mulai dari
polusi, lingkungan perumahan, stres, dan asupan nutrsi.
IV. Epidemiologi kekerasan dan cedera
Lingkup epidemiologi yang bertujuan untuk mengatasi
dan mengidentifikasi faktor risiko terjadinya cedera yang
tidak disengaja dan disengaja, misalnya kecelakaan mobil.

Tujuan epidemiologi adalah untuk:


A. Mendiagnosis masalah kesehatan.
B. Menentukan riwayat alamiah dan etiologi penyakit.
C. Memberikan informasi dalam rangka meningkatkan
manajemen (perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
penilaian) pelayanan dan atau kesehatan.
Ketiga tujuan tersebut dapat dicapai dengan dua strategi yaitu
surveilans epidemiologi dan penelitian epidemiologi. Surveilans
epidemiologi meliputi kegiatan-kegiatan pengumpulan,
pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistematis atau
rutin untuk menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan manajemen (perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan penilaian) serta pelayanan/program kesehatan.
Penelitian epidemiologi mempunyai kegiatan yang sama dengan
surveilans epidemiologi tetapi kegiatan-kegiatan tersebut tidak
dilakukan secara terus-menerus. Penelitian epidemiologi
mempunyai tujuan tertentu, yang untuk mencapainya diperlukan
desain penelitian yang dibuat oleh peneliti yang bersangkutan.

Dengan bantuan epidemiologi, pemerintah dan tenaga


kesehatan dapat memetakan pola penyakit sehingga dapat
melakukan langkah-langkah pencegahan dan mencari solusi
untuk menangani suatu penyakit atau kejadian tertentu.

B. Ekologi Budaya
Ekologi budaya diartikan sebagai proses penyesuaian diri
manusia terhadap lingkungan yang dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan berdasarkan budaya masyarakat. Secara
umum, ekologi budaya berarti kemampuan manusia untuk
berinteraksi dengan lingkungan dengan berpedoman pada unsur
-unsur budaya.

Menurut Julian Haynes Steward, Ekologi Budaya adalah


lingkungan dan budaya tidak bisa dilihat terpisah, tetapi
merupakan hasil campuran yang berproses lewat hubungan
komunikasi dua arah. Dengan kata lain, proses ekologi memiliki
hukum timbal balik.

Menurut (Susilo, 2008: 47), Budaya dan lingkungan memiliki


sifat yang unik dan berbeda yang masing-masing berdiri sendiri
atau bukan barang jadi yang bersifat statis, keduanya memiliki
peran besar dan saling mempengaruhi, bahwa lingkungan
memang memiliki pengaruh atas budaya dan perilaku manusia.

Ekologi budaya adalah sebuah cara pandang memahami


persoalan lingkungan hidup dalam perspektif budaya, atau
sebaliknya bagaimana memahami budaya dalam perspektif
lingkungan hidup. Ekologi budaya mempelajari bagaimana
manusia beradaptasi dengan lingkungan alamnya, suatu ciri
dalam ekologi budaya adalah perhatian mengenai adaptasi pada
dua tataran, yaitu bagaimana hubungan dengan cara sistem
budaya beradaptasi terhadap lingkungannya, dan juga sebagai
konsep adaptasi yang berhubungan dengan perhatian terhadap
norma dalam suatu budaya beradaptasi dan saling
menyesuaikan diri.
Steward (1955) menyatakan bahwa ekologi budaya dipahami
sebagai “fitur-fitur budaya utama yang dianalisis secara empiris
untuk pemanfaatan lingkungan, dimana proses penghidupan
dipengaruhi oleh cara yang ditentukan budaya masyarakat
setempat”.

Salah satu fitur ekologi budaya adalah inti budaya. Inti budaya
(culture core) adalah unsur budaya yang berkaitan dengan
kegiatan subsistensi. Beberapa unsur tersebut meliputi;

 Sistem sosial (interaksi social

 Sistem ekonomi (cara produksi, pembagian kerja)

 Sistem politik (organisasi sosial dan peran pemimpin)

 Teknologi (alat pertanian dan teknologi pertanian).

Sementara Non Culture Core dilihat dari asal-usul, sistem nilai


dan
kepercayaan, sistem religi dan bahasa (mitos atau tradisi).

3. Kutub Sosio-Budaya
A. Etnomedicine
Etnomedicine adalah cabang antropologi medis yang
membahas tentang asal mula penyakit, sebab-sebab, dan cara
pengobatan menurut kelompok masyarakat tertentu.

Aspek etnomedicine merupakan aspek yang muncul seiring


perkembangan kebudayaan manusia. Di bidang antropologi
medis, etnomedicine memunculkan termonologi yang beragam.

Menurut (Foster dan Anderson, 1986:62), Cabang ini sering


disebut pengobatan tradisionil, pengobatan primitif, tetapi
etnomedicine terasa lebih netral.

Menurut (Kasniyah, 1997:71), sistem-sistem medik tradisional


dalam kenyataannya masih tetap hidup, meskipun praktek-
pratek biomedik kedokteran makin berkembang pesat di negara
kita dengan munculnya pusat-pusat layanan kesehatan; baik
yang dikelola oleh pemerintah maupun oleh swasta. Hal tersebut
menunjukkan bahwa health care merupakan fenomena sosial
budaya yang kompleks. Karena itu, dewasa ini para ahli
antropologi kesehatan banyak mencurahkan perhatian pada
konsep pengobatan dan obat-obat tradisional.

Yitno (1985) membahas tentang konsep penyakit menurut


tradisi Jawa. Setidaknya, dalam konsep pengobatan tradisional
Jawa yang memiliki pandangan kosmologis tentang penyakit,
memandang penyakit tidak saja pada apa yang menyebabkan
sakit, melainkan juga bagaimana dan mengapa seseorang
menjadi sakit. Sakit sebagai akibat rangkaian hubungan antara
individu dengan lingkungan, di mana individu adalah bagian yang
tak terpisahkan dari suatu tatanan kosmis. Akibat konsep
tersebut, berbagai penyakit yang dipercaya sebagai akibat guna
-guna, misalnya, tidak akan dibawa ke dokter modern.

Menurut Djoyosugito (1985), obat tradisional menyangkut 2


hal:
1) Obat atau ramuan obat tradisional
2) Cara pengobatan tradisional.

Definisi obat tradisional adalah obat yang turun temurun


digunakan oleh masyarakat untuk mengobati beberapa penyakit
tertentu dan dapat diperoleh secara bebas. Yang perlu dilakukan
saat ini terhadap obat-obat tradisional, yang kadang tampak
tidak rasional, ialah observasi. Kalau observasi ini menghasilkan
keyakinan adanya fenomena yang berulang-ulang, maka dengan
deduksi kita berusaha menerangkan fenomena tersebut atau
secara induktif kita coba membuat hipotesa atau spekulasi yang
harus dibuktikan. Dalam hal ini kita ada pada ujung tombak
pengetahuan (frontier of knowledge ) (Djoyosugito, 1985:120).

Menurut kerangka etnomedicine, penyakit dapat disebabkan


oleh dua faktor, yakni :
1) Penyakit yang disebabkan oleh agen (tokoh) seperti dewa,
lelembut, makhluk halus, manusia, dan sebagainya.
Pandangan ini disebut pandangan personalistik.
2) Penyakit juga dapat disebabkan karena terganggunya
keseimbangan tubuh karena unsur-unsur tetap dalam
tubuh seperti panas dingin dan sebagainya. Kajian
tentang ini disebut kajian natural atau nonsupranatural. Di
dalam realitas, kedua prinsip tersebut saling tumpang
tindih, tetapi sangat berguna untuk mengenai konsep-
konsep dalam etnomedicine (Foster dan Anderson,
1986:63-64).

Berdasarkan penelitian oleh Silalahi dkk. (2018)


etnomedicine adalah tumbuhan obat, pemanfaatan tumbuhan
yang berkhasiat obat menggunakan hampir seluruh bagian
tumbuhan. Pemanfaatan tumbuhan obat mulai dari akar, umbi,
rizoma, batang, daun, bunga, buah, sampai getahnya. Adapun
sebagai contoh tumbuhan yang digunakan sebagai obat
diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Alang-alang mengandung polifenol dan antioksidan sebagai
pengatur tekanan darah arteri.
b) Bawang mutiara mengandung alkoloid, glikosida, flavonoid,
fenolik, steroid, dan tanin sebagai antiradang.
c) Belimbing wuluh mengandung flavonoid, saponin,
triterpenoid, dan tanin sebagai antimikroorganisme parasit.
d) Binahong mengandung saponin, flavonoid, dan minyak atsiri
sebagai penurun asam urat.
e) Cengkeh mengandung eugenol, saponin, flavonoid, dan tanin
sebagai penghangat tubuh.
f) Jahe merah mengandung zhingerol, shogaol, resin, dan
oleoresin sebagai antimual.
g) Kelapa muda mengandung tanin sebagai penetral racun dan
antigatal.
h) Kunyit mengandung tumiron, zingiberon, kurkumin, dan
vitamin C sebagai antiradang.
i) Kumis kucing mengandung saponin dan plavonoid sebagai
antidiabetes mellitus.
j) Temulawak mengandung kurkumin dan xantorrizol sebagai
penurun kolesterol dan antikanker.
Khasiat tanaman obat sudah dikenali dengan baik oleh
masyarakat lokal Indonesia. Setiap daerah memiliki cara
pengolahan tersendiri dalam memanfaatkan tanaman obat
tradisional. Budaya memanfaatkan sumber daya alam untuk
menjaga atau meningkatkan kesehatan telah diturunkan ke
setiap generasi. Pengolahan dan tujuan penggunaan yang tepat
dapat memberikan efek yang baik terhadap proses pengobatan
gejala penyakit atau penyakit tertentu. Perkembangan ilmu
pengetahuan juga semakin mendukung perkembangan
etnomedicine di dunia, termasuk Indonesia.

B. Tingkah laku sehat sakit


1. Perilaku sehat

 Menurut (Taylor, 2012), perilaku sehat adalah perilaku


yang dilakukan oleh seseorang untuk meningkatkan atau
mempertahankan kesehatan.

 Menurut (Notoatmodjo, 2014), perilaku sehat adalah


semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang
diamati (observable) maupun yang tidak diamati
(unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan.

 Selanjutnya Sarafino dan Smith (2011) mendefinisikan


perilaku sehat adalah perilaku yang dilakukan seseorang
untuk meningkatkan atau mempertahankan kesehatannya,
tanpa memandang status kesehatan yang mereka rasakan,
demi mencapai tujuan kesehatan yang akan dicapai.

 Perilaku kesehatan juga diartikan sebagai pola perilaku,


tindakan dan kebiasaan yang berhubungan dengan
pemeliharaan kesehatan, pemulihan kesehatan dan
peningkatan kesehatan (Gochman, 1998).

 Kasl dan Cobb(dalam Glanz, Rimer, & Viswanath, 2008)


mendefinisikan tiga kategori perilaku sehat, antara lain:
a. Perilaku pencegahan (Preventive health behaviour ) yaitu
setiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang yakin
akan dirinya sendiri menjadi sehat, untuk tujuan mencegah
atau mendeteksi suatu penyakit sebelum gejala penyakit
itu muncul.
b. Perilaku sakit (illness behaviour) yaitu suatu aktivitas yang
dilakukan oleh seseorang yang merasakan dirinya sakit,
untuk menentukan keadaan kesehatannya dan
menemukan obat yang cocok untuk dirinya.
c. Perilaku peran sakit (sick-role behaviour) yaitu individu
yang menganggap dirinya sakit dan melakukan sebuah
aktivitas yang bertujuan untuk kesembuhan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa,


perilaku sehat
adalah perilaku atau kegiatan yang dilakukan oleh individu
untuk
pemeliharaan kesehatan, mempertahankan kesehatan,
pemulihan kesehatan
dan meningkatkan kesehatan tanpa memandang status
dari kesehatan yang
ada pada diri individu, demi mencapai sebuah tujuan untuk
hidup sehat.

Seorang ahli (Becker, 1979 dalam Kholid, 2012)


membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan.
Perilaku hidup sehat yaitu perilaku-perilaku yang
berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
Perilaku ini antara lain:

o Makan dengan menu seimbang (appropriate diet).

o Olahraga teratur

o Tidak merokok

o Tidak minum-minuman keras dan narkoba

o Istirahat cukup

o Mengendalikan stres,

o Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan

2. Perilaku Sakit
Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual,
sosial,
perkembangan, atau seseorang berkurang atau terganggu,
bukan hanya
keadaan terjadinya proses penyakit. Oleh karena itu sakit tidak
sama
dengan penyakit,sebagai contoh: klien dengan Leukemia yang
sedang
menjalani pengobatan mungkin akan mampu berfungsi seperti
biasanya, sedangkan klien lain dengan kanker payudara yang
sedang
mempersiapkan diri untuk menjalani operasi mungkin akan
merasakan
akibatnya pada dimensi lain, selain dimensi fisik.

~ Beberapa pengertian sakit yang dikemukakan oleh beberapa


ahli sebagai berikut;

o Parsors ( 1972 )

Sakit adalah Gangguan dalam fungsi normal individu


sebagai totalitas, termasuk keadaan organisme sebagai
sistem.

o Baursams ( 1965 )

Seseorang menggunakan tiga criteria untuk


menentukan apakah mereka sakit :
• Adanya gejala : naiknya temperatur, dan nyeri.
• Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan baik,
buruk, dan sakit.
• Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari,
bekerja atupun sekolah.

o (Perkins)

Sakit sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan


yang menimpa seseorang sehingga seseorang
menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari baik itu
dalam aktivitas jasmani, rohani dan sosial.

o (Pemons, 1972)

Sakit adalah gangguan dalam fungsi normal individu


sebagai totalitas termasuk keadaan organisme sebagai
sistem biologis dan penyesuaian sosialnya. Sakit sebagai
suatu keadaan dari badan atau sebagian dari organ badan
dimana fungsinya terganggu atau menyimpang.

~ Pengertian sakit dapat juga ditinjau dari beberapa


aspek antara lain:
a) Pendekatan biologis
Sakit dinyatakan dalam hubungannya dengan tubuh
yang melaksanakan fungsi biologis, dapat dibedakan
dengan jelas antara
sakit dan sehat. Pengalaman hidup seseorang disini tak
berperan pada suhu tubuh 38°C, maka terjadilah sakit
yaitu demam, tetapi tergantung orang yang bersangkutan,
merasa sakit atau tidak.
b) Pendekatan Medis
Pengertian sakit seseorang secara badaniah, rohaniah
dan secara sosial memiliki kemampuan untuk
mengembangkan diri dan memanfaatkannya. Manusia
akan berfungsi secara baik. Jika dibanding dengan cara
biologis masalah ini lebih luas. Sakit bukan hanya
penyimpangan badaniah tapi gangguan dalam
memfungsikan manusia secara total.
c) Pendekatan Antropologis
Pendekatan kesehatan dari segi antropologi adalah
memandang kesehatan berdasarkan pengalaman
manusia dalam arti kata yang seluas-luasnya. Antropologi
Kesehatan adalah disiplin biobudaya yang memberi
perhatian pada aspek-aspek biologis dan social budaya
dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara
interaksi antara keduanya di sepanjang sejarah
kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan
penyakit dengan pendekatan antropologis secara jelas
dikemukakan, bahwa manusia tidak mutlak hanya dari
badaniah, rohaniah dan sosial saja. Secara sendiri
manusia sebagai sesuatu yang total terdiri dari aspek-
aspek social dan kultural yang secara terus menerus
saling berpengaruh dan tak dapat dilihat terpisah satu
dari yang lainnya.

Beberapa contoh penyakit pada bayi dan anak yang


dihubungkan dengan perilaku aspek budaya masyarakat
sebagai berikut :

 Sakit demam dan panas


Penyebabnya adalah perubahan cuaca, kena hujan,
salah makan, atau masuk angin. Pengobatannya adalah
dengan cara mengompres dengan es, oyong, labu putih
yang dingin atau beli obat influensa. Di Indramayu
dikatakan penyakit adem meskipun gejalanya panas
tinggi, supaya panasnya turun. Penyakit tampek (campak)
disebut juga sakit adem karena gejalanya badan panas.

 Sakit mencret (diare)


Penyebabnya adalah salah makan, makan kacang terlalu
banyak, makan makanan pedas, makan udang, ikan, anak
meningkat kepandaiannya, susu ibu basi, encer, dan lain-
lain. Penanggulangannya dengan obat tradisional
misalkan dengan pucuk daun jambu dikunyah ibunya lalu
diberikan kepada anaknya (Bima Nusa Tenggara Barat)
obat lainnya adalah larutan Gula Garam (LGG), Oralit, pil
Ciba dan lain-lain. Larutan Gula Garam sudah dikenal
hanya proporsi campurannya tidak tepat.

 Sakit kejang-kejang
Masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sakit
panas dan kejang -kejang disebabkan oleh hantu. Di
Sukabumi disebut hantu gegep, sedangkan di Sumatra
Barat disebabkan hantu jahat. Di Indramayu
pengobatannya adalah dengan dengan pergi ke dukun
atau memasukkan bayi ke bawah tempat tidur yang
ditutupi jaring.

 Sakit tampek (campak)


Penyebabnya adalah karena anak terkena panas dalam,
anak dimandikan saat panas terik, atau kesambet. Di
Indramayu ibuibu mengobatinya dengan membalur anak
dengan asam kawak, meminumkan madu dan jeruk nipis
atau memberikan daun suwuk, yang menurut
kepercayaan dapat mengisap penyakit.

~ Penyebab Perilaku Sakit


Menurut Mechanic sebagaimana diuraikan oleh Solito
Sarwono (1993) bahwa penyebab perilaku sakit itu
sebagai berikut :

* Dikenal dan dirasakan nyata tanda dan gejala yang


menyimpang dari keadaan normal.

* Anggapan dan gejala serius yang dapat menimbulkan


bahaya.

* Gejala penyakit dirasakan akan menimbulkan dampak


terhadap hubungan keluarga, hubungan kerja, dan
kegiatan kemasyarakatan.

* Frekuensi dan persisten (terus-menerus, menetap) tanda


dan gejala yang dapat dilihat.

* Kemungkinan individu untuk terserang penyakit.

* Adanya informasi, pengetahuan, dan anggapan budaya


tentang penyakit.

* Adanya perbedaan interpretasi tentang gejala penyakit.


* Adanya kebutuhan untuk mengatasi gejala penyakit.

* Tersedianya berbagai sarana pelayanan kesehatan,


seperti: fasilitas ,tenaga, obat-obatan, biaya, dan
transportasi.

Menurut Sri Kusmiyati dan Desmaniarti (1990),


terdapat 7 perilaku orang sakit yang dapat diamati, yaitu:

* Fearfullness (merasa ketakutan), umumnya individu yang


sedang sakit memilik perasaan takut. Bentuk
ketakutannya, meliputi takut penyakitnya tidak sembuh,
takut mati, takut mengalami kecacatan, dan takut tidak
mendapat pengakuan dari lingkungan sehingga merasa
diisolasi.

* Regresi, salah satu perasaan yang timbul pada orang


sakit adalah ansietas (kecemasan). Untuk mengatasi
kecemasan tersebut, salah satu caranya adalah dengan
regresi (menarikdiri) dari lingkungannya.

* Egosentris, mengandung arti bahwa perilaku individu


yang sakit banyak mempersoalkan tentang dirinya sendiri.
Perilaku ego sentris, ditandai dengan hal – hal berikut :
Hanya ingin menceritakan penyakitnya yang sedang
diderita, Tidak ingin mendengarkan persoalan orang lain,
hanya memikirkan penyakitnya sendiri, Senang
mengisolasi dirinya baik dari keluarga, lingkungan
maupun kegiatan.

* Terlalu memperhatikan persoalan kecil, yaitu perilaku


individu yang sakit dengan melebih – lebihkan persoalan
kecil. Akibatnya pasien menjadi cerewet, banyak
menuntut, dan banyak mengeluh tentang masalah sepele.
Reaksi emosional tinggi, yaitu perilaku individu yang sakit
ditandai dengan sangat sensitive terhadap hal – hal
remeh sehingga menyebabkan reaksi emosional tinggi.

* Perubahan persepsi terhadap orang lain, karena


beberapa factor diatas, seorang penderita sering
mengalami perubahan persepsi terhadap orang lain.

* Berkurangnya minat, individu yang menderita sakit di


samping memiliki rasa cemas juga kadang – kadang
timbul stress. Faktor psikologis inilah salah satu sebab
berkurangnya minat sehingga ia tidak mempunyai
perhatian terhadap segala sesuatu yang ada di
lingkungannya.
C. Hubungan dokter pasien
Hubungan dokter-pasien adalah hubungan kepercayaan, jadi
tanpa rasa saling percaya di antara keduanya, pengobatan
mungkin tidak dilakukan dengan baik. Hubungan dokter dan
pasien merupakan pola yang lahir antara dokter dan pasien
sebelum berlanjut pada tindakan pelayanan kesehatan. Dan
pelayanan kesehatan,merupakan sebuah konsep yang
digunakan dalam memberikan layanan kesehatan kepada
masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah sebuah sub sistem
pelayanan kesehatan yang ditujuan utamanya adalah pelayanan
kesehatan dalam hal Preventif (pencegahan), Promotif
(peningkatan kesehatan,) Kuratif (penyembuhan kesehatan) dan
Rehabilitatif (pemulihan) merupakan segala upaya yang
dikerahkan oleh pemerintah dalam peningkatan mutu pelayanan
kesehatan yang prima dan sesuai dengan standar prosedur dan
standar operasional prosedur pelayanan kesehatan.

Ditinjau dari aspek sosiologis, hubungan dokter dan pasien


seiring perkembangan keilmuan dibidang hukum kesehatan
mengalami Perubahan, semula kedudukan pasien dianggap tidak
sederajat dengan dokter, karena dokter dianggap paling tahu
terhadap pasiennya, dalam hal ini kedudukan pasien sangat
pasif, sangat tergantung kepada dokter. Namun dalam
perkembangannya hubungan antara dokter dan pasien telah
mengalami Perubahan pola, di mana pasien dianggap sederajat
kedudukannya dengan dokter. Segala tindakan medis yang akan
dilakukan dokter terhadap pasiennya harus mendapat
persetujuan dari pasien, setelah sang pasien mendapatkan
penjelasan yang cukup memadai tentang segala seluk beluk
penyakit dan upaya tindakan mediknya.

Hubungan dokter dan pasien dalam pelayanan kesehatan


merupakan hal yang tidak terpisahkan dan mempunyai relefansi
kongkrit sehingga dokter dan pasien merupakan satu integral
dalam upaya kerja sama dalam transaksi terapeutik.

Hubungan antara dokter dan pasien dalam ilmu kedokteran


umumnya berlangsung sebagai hubungan biomedis aktif-pasif,
dalam hubungan yuridis antara dokter dan pasien, terjadi dalam
tiga pola hubungan yakni, aktif pasif (Aktifitity-Passivity),
membimbing kerja sama (Guidance-Cooperation), dan saling
partisipasi (Mutual Participation).
D. Inovasi kesehatan
Pengertian Inovasi Menurut UU dan Para Ahli
1. UU No. 19 Tahun 2002
Inovasi ialah kegiatan penelitian, pengembangan, dan atau
pun perekayasaan yang dilakukan dengan tujuan melakukan
pengembangan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu
pengetahuan yang baru, ataupun cara baru untuk
menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah ada
ke dalam produk atau pun proses produksinya.
2. Stephen Robbins
Inovasi ialah sebagai sebuah gagasan baru yang diterapkan
untuk memprakarsai atau memperbarui suatu produk atau
proses dan jasa.
3. Everett M. Rogers
Inovasi ialah sebuah ide, gagasan, ojek, dan praktik yang
dilandasi dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh
seseorang atau pun kelompok tertentu untuk diaplikasikan
atau pun diadopsi.
4. Kuniyoshi Urabe
Inovasi bukan merupakan suatu kegiatan satu kali pukul
(one time phenomenon), melainkan sebuah proses yang
panjang dan kumulatif yang meliputi banyak proses
pengambilan dalam keputusan di dan oleh organisasi dari
mulai pada penemuan gagasan sampai implementasinya di
pasar

5. Van de Ven, Andrew H


Inovasi ialah pengembangan dan implementasi gagasan-
gagasan baru oleh orang dalam jangka waktu tertentu yang
dilakukan dengan berbagai aktivitas transaksi di dalam
tatanan organisasi tertentu.
6. Saʼud (2014)
Inovasi ialah pilihan kreatif, pengaturan dan seperangkat
manusia dan sumber-sumber material baru atau
menggunakan cara unik yang akan menghasilkan
peningkatan pencapaian tujuan-tujuan yang diharapkan.
7. Nurdin (2016)
Inovasi ialah sesuatu yang baru yaitu dengan
memperkenalkan dan melakukan praktik atau proses baru
(barang atau layanan) atau bisa juga dengan mengadopsi
pola baru yang berasal dari organisasi lain.

Berdasarkan dari beberapa pengertian inovasi diatas, maka


dapat disimpulkan bahwa, Inovasi kesehatan ialah sebagai
sebuah gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau
memperbarui suatu produk atau proses dan jasa dibidang
kesehatan.

Sebagai contoh, posyandu disabilitas yang dinisiasi tahun 2019


merupakan pengembangan inovasi kesehatan untuk mengatasi
permasalahan disabilitas dalam mengakses layanan kesehatan.
Pengembangan posyandu ini berangkat dari kompleksitas
permasalahan disabilitas seperti: ketiadaan akurasi data
disabilitas, terdapat sejumlah penyandang disabilitas yang
dicoret dari kartu keluarga serta tidak memiliki KTP, sulit dan
mahalnya akses layanan kesehatan, tidak adanya dukungan
layanan posyandu bagi anak dengan disabilitas, hingga stigma
terhadap penyandang disabilitas. Beragam permasalahan
tersebut tersebut menimbulkan diskriminasi hak dan berpotensi
pelanggaran HAM.

Melalui identifikasi permasalahan kesehatan penyandang


disbilitas di Kabupaten Malang, Ken Kerta menginisiasi
kolaborasi lintas sektor antara pemerintah desa, LSM, bidan
desa, PKK, Badan Zakat, PMI, Puskesmas, dan RSJ setempat
untuk membentuk Posyandu Disabilitas. Posyandu ini
memberikan beragam layanan gratis, di antaranya adalah:
pemeriksaan kesehatan yang mengadopsi posyandu +,
fisioterapi, konseling, terapi wicara, konsultasi parenting, serta
ambulans antar jemput bagi yang membutuhkan. Selain layanan
kesehatan, program ini juga menyediakan kegiatan pelatihan
kerja, permodalan dan pendampingan wirausaha.

Anda mungkin juga menyukai