Disusun Oleh :
MAHASISWA PROFESI NERS UMP
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta kemudahan penulis dalam penyusun makalah ini. Semoga Allah SWT memberikan
rahmatnya kepada mereka dan Semoga selalu ada dalam lindungan Allah SWT. Amin
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
sempurnanya untuk makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
dalam ilmu keperawatan pada khususnya dan ilmu kesehatan pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI
A. Definisi
B. Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi
C. Tanda dan Gejala
D. Jenis Halusinasi
E. Tingkatan Halusinasi
F. Pohon Masalah
G. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji
H. Diagnosa Keperawatan
I. Rencana Tindakan Keperawatan
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah satu kondisi sehat emosional psikologiaa, dan social
yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku, koping yng
efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Vedebcck, 2018).
Gangguan jiwa didefinisikan sebagai suatu sindrom atau perilaku yang penting
secara klinis yang terjadi adanya distress (misalnya gejala nyeri) atau disabilitas
(kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) (Videbeck, 2008).
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan persepsi sensori : merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, perabaan, pengecapan (Keliat, 2009).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangn internal (pikiran) dan rangsang eksternal (dunia luar). Klien memberi
resepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek, rangsangan yang nyata.
Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang
berbicara. (Kusumawati dan Hartono).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Halusinasi?
2. Apa saja faktor yang mepengaruhi Halusinasi?
3. Apa saja tanda dan gejala dari Halusinasi?
4. Apa saja jenis-jenis Halusinasi?
5. Apa saja tingkatan Halusinasi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Halusinasi
2. Untuk mengetahui faktor yang mepengaruhi Halusinasi
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Halusinasi
4. Untuk mengetahui jenis-jenis Halusinasi
5. Untuk mengetahui tingkatan Halusinasi
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI
A. DEFINISI
Halusinasi merupakan suatu kondisi individu menganggap jumlah serta pola
stimulus yang datang (baik dari dalam maupun dari luar) tidak sesuai dengan
kenyataan, disertai distorsi dan gangguan respons terhadap stimulus tersebut baik
respons yang berlebihan maupun yang kurang memadai (Townsend, 2010).
Halusinasi adalah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya
tidak ada (Keliat, Akemat, 2010).
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya
rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2005; Laraia, 2009). Halusinasi
merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi.
D. JENIS HALUSINASI
Halusinasi dapat terjadi pada kelima modalitas sensori utama, yaitu:
E. TINGKATAN HALUSINASI
1. Tahap I (Comforting) : Menenangkan, ansietas tingkat sedang. Secara umum
menyenangkan .
Karakteristik : Merasa bersalah dan takut serta mencoba memusatkan pada
penenangan pikiran untuk mengurangi ancietas. Individu mengetahui bahwa
pikiran dan sensori yang dialaminya dapat dikendalikan dan bisa diatasi ( non
psikotik). Perilaku yang teramati :
a. Menyeringai / tertawa yang tidak sesuai
b. Menggerakan bibirnya tampa menimbulkan suara
c. Respon verbal yang lambat .
d. Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasikan .
2. Tahap II (Comdemming) : menyalahka, ancietas tingkat berat. Halusinasi
menjijikan .
Karakteristik : pengalaman sensori bersifat menjijikan dan menakutkan, orang
yang berhalusinasi mulai merasa kehilangan kendali mungkin berusaha untuk
menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsikan , individu mungkin merasa
malu karena pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain ( non
psikotik)
Perilaku klien yang teramati :
a. Peningkatan SSO yang menunjukan ancietas. misalanya peningkatan nadi, TD
dan pernafasan .
b. Penyempitan kemampuan kosentrasi.
c. Dipenuhi dengan pengalaman sensori mungkin kehilangan kemampuan untuk
membedakan antara halusinasi dan realita .
3. Tahap III (Controlling) : pengendalian, ancietas tingkat berat .Pengalaman
sensori menjadi pengauasa.
Karakteristik : orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman
halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya. Isi halusinasi dapat
berupa permohonan, individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman
tersebut berakhir. (Psikotik ). Perilaku klien yang teramati:
a. Lebih cendrung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya dari
pada menolak .
b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik, gejala fisik dari ansietas
berat seperti: berkeringat, tremor, ketidak mampuan mengikuti petunjuk .
4. Tahap IV (Conquering) : menaklukan, ansietas tingkat panik. Secara umum
halusinasi menjadi lebih rumit dan saling terkait dengan delusi.
Karakteristik : pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak
mengikuti perintah, halusinasi bisa berlangsung dalam beberapa jam atau hari
apabila tidak diintervensi terapeutik (psikotik). Perilaku yang teramati :
a. Perilaku menyerang – teror seperti panik .
b. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau mebunuh orang lain .
c. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti : amuk, agitasi,
menarik diri.
d. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang komplek .
e. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang .
ASUHAN KEPERAWATAN
I. IDENTITAS KLIEN
a. Inisial : Tn. G
b. Umur : 25 tahun
c. Informan : Klien
d. Tanggal pengkajian : 11 Desember 2018, Jam : 10.00 WIB
e. RM No :-
II. ALASAN MASUK
Mendengar suara nyanyian , menyendiri
V. FISIK
1. Tanda vital TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,4 0C
2. Ukur TB : 168 cm
BB : 60 kg
3. Keluhan Fisik : Iya
Jelaskan : Klien mengatakan kakinya sakit di bagian mata kaki sebelah kanan
Masalah Keperawatan : Gangguan Motorik
VI. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan :
: Tinggal serumah
: Pasien
: keluarga yang mempunyai riwayat yang sama
: laki-laki
: Perempuan
: menikah
: garis keturunan
Jelaskan : -
2. Konsep Diri :
a. Gambaran diri :
Klien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya karena merupakan
pemberian dari Allah SWT yang harus disyukuri.
b. Identitas :
- Klien merupakan anak laki-laki yang mau bekerja sendiri
c. Peran
Klien merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara, klien sudah tidak tinggal
serumah dengan keluarganya
d. Ideal Diri :
Klien mengatakan ingin pulang dan merasa tidak nyaman berada di RSJD
e. Harga Diri
Klien mengatakan nyaman ketika berbicara dengan orang lain
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti :
Klien mengatakan orang yang paling berarti adalah ibunya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Di lingkungan rumah klien mengatakan selalu bermain dengan temannya,
tidak bergabung di karang taruna
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien tidak mempunyai hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :
Klien mengatakan dia meyakini agamanya islam, klien mengatakan bahwa
dirinya mengalami gangguan jiwa karena cobaan Allah.
b. Kegiatan ibadah :
Klien mengatakan ketika di rumah tidak melakukan sholat dikarenakan malas.
Klien hanya sholat dhuha saja ketika di rumah sakit
Masalah Keperawatan : Gangguan Spiritual
5. Afek : Labil
Jelaskan : Klien terkadang moodnya sering berubah-ubah, klien terlihat saat
bercerita yang menyenangkan respon klien tertawa atau tersenyum
dan ketika bercerita yang sedih respon klien tampak sedih dan tidak
ingin berbicara.
Masalah keperawatan : Gangguan Emosi
6. Interaksi selama wawancara : Defensif
Jelaskan : Klien pada saat diwawancarai kooperatif, dan selalu mempertahankan
pendapat yang diyakini olehnya benar
7. Persepsi : Halusinasi (Pendengaran dan Penglihatan)
Jelaskan :
- Klien mengatakan bahwa mendengar suara nyanyian dan air seperti diobok
obok.
- Klien mengatakan melihat bayangan seperti teletabis warna merah, yang
selalu mengawasinya kapanpun dan dimananpun .
Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
(Pendengaran) dan Halusinasi penglihatan
11. Memori : Tidak ada gangguan daya ingat jangka panjang dan gangguan daya
ingat jangka pendek
Jelaskan :
- Klien mengingat setiap kejadian di kehidupannya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah pada memorinya
ANALISA DATA
DO :
- Klien terlihat mondar-mandir.
- Klien terlihat berbicara sendiri
ASPEK MEDIK
POHON MASALAH
Isolasi Sosial
Gangguan persepsi SP2: Setelah 4 x pertemuan klien dapat Evaliasi jadwal kegiatan harian
sensori: halusinasi Klien dapat mengevaluasi mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
pendengaran jadwal kegiatan harian klien klien
SP2: Setelah 4 x pertemuan klien dapat Latih klien untuk
Klien dapat mengendalikan mengendalikan halusinasi dengan cara mengendalikan halusinasi
halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain dengan cara bercakap-cakap
bercakap-cakap dengan orang dengan orang lain
lain
Diagnosa Keperawatan :
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran dan
Penglihatan
Tindakan :
Mengajarkan SP 1
Mengidentifikasi jenis halusinasi klien
Mengidentifikasi isi halusinasi klien
Mengidentifikasi waktu halusinasi klien
Mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien
Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
klien
Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi klien
Melatih klien untuk mampu menghardik halusinasinya
Memasukan cara menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian.
A. KESIMPULAN
Halusinasi adalah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang
ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien
merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat, Akemat, 2010).