Disusun Oleh:
Muhammad Ikhwanul Hakim (01.12.027)
Kelas S1 Tingkat IVA
A. DEFINISI
Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami
oleh setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13
tahun 1998 adalah 60 tahun.
Proses penuaan dipandang sebagai sebuah proses total dan sudah
dimulai saat masa konsepsi. Meskipun penuaan adalah sebuah proses
berkelanjutan, belum tentu seseorang meninggal hanya karena usia tua.
Sebab individu memiliki perbedaan yang unik terhadap genetik, sosial,
psikologik,
dan
faktor-faktor
ekonomi
yang
saling
terjalin
dalam
lebih
besar,
timpani, terjadinya
dan hlangnya
menurunnya
aktifitas
silia.
Paru
kehilangan
Vesika
urinaria,
otot-ototnya
menjadi
melemah,
2. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
C. PENGKAJIAN
1. Fisik / biologis
a. Wawancara riwayat kesehatan
1) Pandangan lansia tentang kesehatannya
2) Kegiatan yang mampu dilakukan lansia
3) Kekuatan fisik lansia ( otot ,sendi , pendengaran dan penglihatan)
4) Kebiasaan lansia merawat diri sendiri
5) Kebiasaan makan , minum , istirahat /tidur , BAB / BAK
6) Kebiasaan gerak badan / olah raga
7) Perubahan perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna
dirasakan
sosial
Penghasilan yang diperoleh
Perasaan sejahtera dalam kaitannya dengan sosial ekonomi
Hal hal yang perlu dikaji, antara lain:
1) Kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang
2) Sumber keuangan
3) Dengan siapa yang ia tinggal
4) Kegiatan organisasi sosial yang diikuti
5) Pandangan lansia terhadap lingkungannya
6)
7)
8)
9)
yang ada
4. Spiritual
a. Keyakinan agama yang dimiliki dan sejauh mana keyakinan tersebut
dapat diterapkan
b. Hal hal yang perlu dikaji antara lain
1) Kegiatan ibadah setiap hari
2) Kegiatan keagamaan
3) Cara menyelesaikan masalah ( Doa )
4) Terlihat sabar dan tawakal
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Fisik / Biologis
a. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake yang tidak
adekuat)
b. Gangguan persepsi b.d. gangguan pendengaran/penglihatan
c. Kurangnya perawtan diri b.d. menurunnya minat dalam merawat diri
d. Resiko cidera fisik (jatuh) b.d. penyesuaian terhadap penurunan fungsi
tubuh tidak adekuat
e. Perubahan pola eliminasi b.d. pola makan yang tidak efektif
f. Gangguan pola tidur b.d. kecemasan atau nyeri
g. Gangguan pola nafas b.d. penyempeitan jalan nafas
h. Gangguan mobilisasi b.d. kekakuan sendi
2. Psikologis-sosial
a. Menarik diri dari lingkungan b.d perasaan tidak mampu
b. Isolasi sosial b.d perasan curiga
c. Depresi b.d isolasi social
d. Harga diri rendah b.d perasaan ditolak
e. Koping yang tidak adekuat b.d. ketidakmampuan menghilangkan
perasaan secara tepat
f. Cemas b.d. sumber keuangan yang terbatas
3. Spiritual
a. Rreaksi berkabung / berduka b.d. ditinggal pasangan
b. Penolakan terhadap proses penuaan b.d. ketidaksiapan menghadapi
c.
d.
kematian
Marah terhadap Tuhan b.d. kegagalan yang dialami
Perasaan tidak tenang b.d. ketidakmampuan melakukan ibadah secara
tidak tepat
E. RENCANA KEPERAWATAN
1. Tujuan perencanaan :
Membantu lansia berfungsi
seoptimal
mungkin
sesuai
dengan
semakin tua semakin berat (gradual). Sehingga banyak orang yang tidak
menyadarinya. Di Indonesia, belum ada data pasti tentang berapa persen
lansia (usia lebih dari 60 tahun) menderita presbycusis. Namun dari
penelitian di AS, terdapat sekitar 33% presbycusis pada usia lebih dari 6070 tahun, dan 45% pada usia lebih dari 70 tahun (Feeney, 2008).
Istilah presbikusis atau presbiakusis, atau tuli pada orang tua
diartikan sebagai gangguan pendengaran sensorineural pada individu yang
lebih tua. Yang khas daripadanya, presbikusis menyebabkan gangguan
pendengaran bilateral terhadap frekuensi tinggi yang diasosiasikan dengan
kesulitan mendiskriminasikan kata-kata, dan juga gangguan terhadap pusat
pengolah informasi pada saraf auditorik.
B. JENIS JENIS PRESBYCUSIS PADA ORANG TUA
Tuli pada orang tua dibagi atas dua macam, yakni :
1.
telinga ( pinna )
atrofi dan bertambah kakunya liang telinga
penumpukan serumen
membran timpani bertambah tebal dan kaku
kekauan sendi dan tulang-tulang pendengaran
Pada geriatri, kelenjar-kelenjar serumen mengalami atrofi,
sehingga
produksi
kelenjar
serumen
berkurang
dan
di
telinga
yang
berhubungan
dengan
otak,
atau
D. PATOFISIOLOGI
Degenerasi tulang-tulang pendengaran bagian dalam menurun
akibatnya terjadi hilangnya sel-sel rambut pada basal kokhlea yang
menyebabkan terjadinya gangguan neuron-neuron kokhlea dan berakibat
pada fungsi pendengaran mengalami penurunan. Akibatnya pendengaran
terhadap kata-kata atau rangsang suara juga ikut menurun sehingga
muncul diagnosa keperawatan hambatan komunikasi verbal. Selain itu
akibat dari penurunan fungsi pendengaran juga mengakibatkan klien
menarik diri dari lingkungan sehingga didapatkan diagnosa keperawatan
harga diri rendah. Kemudian mengakibatkan klien tidak mau mengikuti
E. PATHWAY
Degenerasi tulang-tulang
pendengaran bagian dalam
Hilangnya sel-sel rambut
pada basal kokhlea
sehingga muncul
Menarik diri
dari lingkungan
Tidak mau
mengikuti kegiatan di
rumah maupun
masyarakat
meninggalkan
pembicaraan saat
berinteraksi
dengan orang lain
Keputusasaan
Harga diri rendah
Hambatan
komunikasi verbal
F. GEJALA KLINIK
Gejala klinik bervariasi antara masing-masing pasien dan
berhubungan dengan perubahan yang terjadi pada koklea dan saraf
sekitarnya. Keluhan utama presbikusis berupa berkurangnya pendengaran
secara perlahan dan progresif, simetris pada kedua telinga, yang saat
dimulainya tidak disadari.
Keluhan lain adalah adanya telinga berdenging ( tinnitus ). Pasien
dapat mendengar suara percakapan, tetapi sulit untuk memahaminya,
terutama bila diucapkan secara cepat dengan latar belakang yang
riuh (cocktail party deafness). Terkadang suara pria terdengar seperti suara
wanita. Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga,
hal ini disebabkan oleh faktor kelelahan (recruitment).
G. PENGOBATAN PRESBYCUSIS
Pengobatan presbycusis yang umum adalah penggunaan alat bantu
dengar. Alat bantu dengar ini alat bantu dengar biasa yang seperti yang
sering
kita
lihat
atau
berupa
seperti
televisi
infrared,
atau
3.
yang
dapat
dilakukan
misalnya
tutur
menunjukkan
adanya
gangguan
diskriminasi
L. PENATALAKSANAAN
Rehabilitasi sebagai
upaya
untuk
mengembalikan
fungsi
bahasa
menimbulkan
hambatan-hambatan
tertentu
pada
Etiologi
menangkap
pembicaraan
orang
lain.
2. Pasien
mengatakan
sering
menyuruh
orang
lain
atau
keluarganya
untuk
mengulangi kata-kata
yang
mereka
keluarkan.
DO:
1.
Pasien
tampak
memiringkan
kepalanya
2.
Masalah
untuk
mendengar kata-kata.
Pasien sedikit kurang
merespon jika kita
berbicara pelan.
verbal
komunikasi
DS:
1.
Pasien
orang
mengulangi
kata-katanya.
Pasien mengatakan
2.
tampak
murung
ketika
membicarakan
soal
pendengaranya.
DS:
1. Pasien
mengeluh
dan
akan
berkomunikasi
dengan orang lain
DO:
1. Pasien terlihat kurang
inisiatif
2. Pasien terlihat tidak
mau kontak secara
langsung
orang lain
dengan
Keputusasaan
N. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan defek anatomis
2.
(sistem pendengaran)
Harga diri rendah berhubungan dengan persepsi kurang dihargai oleh
3.
orang lain
Keputusasaan berhubugan dengan kondisi fisik yang turun
O. INTERVENSI
1. Dx I : Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan defek anatomis
(sistem pendengaran)
NOC
: Komuikasi
NIC
: 1. Peningkatan komunikasi: defisit pendegaran
2. Penurunan ansietas
Intervensi
1. Bicara perlahan, jelas dan tenang, mengahadap ke arah pasien
Rasional : Agar pasien bisa memahami apa yang di maksud oleh
perawat
2. Dapatkan perhatian pasien dengan cara sentuhan
Rasional : Agar pasien dapat berkomunikasi dengan baik
3. Gunakan kartu baca atau media lain untuk memfasilitasi komunikasi
dua arah yang optimal
Rasional : Agar mempermudah komunikasi
2. Dx II : Harga diri rendah berhubungan dengan persepsi kurang dihargai
oleh orang lain
NOC
: Harga diri
NIC
: 1. Penumbuhan harapan
2. Peningkatan harga diri
Intervensi
1. Bantu pasien mengidentifikasi respons positif dari orang lain
Rasional : Agar pasien dapat menerima kehadiran orang lain
2. Hindari tindakan yang dapat mengusik pasien
Rasional : Agar pasien merasa lebih nyaman
3. Beri penghargaan atau pujian atas kemajuan pasien dalam mencapai
tujuan
Rasional : Agar pasien merasa dihargai dan meningkatkan kepercayaan
dirinya
3. Dx 3 : Keputusasaan berhubungan dengan kondisi fisik yang turun
NOC
: Pengendalian diri
NIC
: 1. Peningkatan koping
2. Konseling
Intervensi
1. Dukung partisipasi aktif dalam aktifitas kelompok untuk memberikan
kesempatan terhadap dukungan sosial dan penyelesaian masalah
Rasional : Membantu pasien dalam menghadapi masalahnya
2. Gali bersama pasien faktor yang berkontribusi terhadap perasaan
keputusaasan
Rasional : Agar dapat mengetahui faktor penyebab keputusasaan
3. Beri penguatan positif terhadap perilaku yang menunjukan inisiatif,
seperti kontak mata, membuka diri dan perawatn diri
Rasional : Agar pasien dapat meningkatkan kepercayaan dirinya
P. EVALUASI
1. Dx I : a. Klien dapat mengkomunikasikan perubahan kepada keluarga
dengan frustasi minimal
b. Mengkomunikasikan
kepuasaan
dengan
cara
komunikasi
alternatif
2. Dx II : a. Klien dapat mengenali kekuatan diri
b. Klien mengungkapkan keinginan untuk mendapatkan konseling
c. Klien berpartisipasi dalam pembuatan keputusan tentang
rencana asuhan
3. Dx III : a. Klien akan segera menampilkan perilaku yang dapat
menurunkan perasaan keputusaan
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Savitri,dkk. (2001).
(1),89.
George
4.
5.
Adams,
Lawrence
Boies,
Peter
Higler.
6.