PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Menua merupakan masa perubahan yang dialami individu baik fisik maupun
psikologi akibat penurunan fungsi tubuh sehingga memerlukan pemeliharaan yang
berbeda dengan usia anak-anak, remaja, maupun dewasa yang membutuhkan
dukungan dari orang di sekitarnya.
Tingkat usia yaitu midle age(45-59 tahun), elderly age(60-70 tahun), old
age(70-90 tahun), dan very old age(> 90 tahun). Lansia yang beresiko tinggi adalah
lansia yang berusia di atas 60 tahun. Pada sebagian besar lansia banyak yang
mengalami perubahan berbagai fungsi tubuh baik secara fisiologis, psikologis dan
perubahan psikososial. Dari perubahan-perubahan tersebut sehingga timbulah suatu
keluhan-keluhan pada tubuhnya tetapi belum mengetahui penyakitnya secara pasti.
Dengan ditunjang oleh pola perilaku yang kurang tepat, seperti makan-makanan yang
tinggi garam, tinggi lemak, merokok, minum kopi, dan lain-lain semakin menambah
kompleksitas masalah lansia.
Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan usia pada Bab Pasal 1
Ayat 2 yang berbunyi “lanjut usia adalah seorang yang mencakup usia 60 tahun
keatas”. Semua orang
orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan
masa hidup manusia yang terakhir, yang pada masa ini seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit sampai tidak melakukan tugasnya sehari-
1
hari lagi hingga bagi kebanyakan orang masa tua itu merupakan masa yang kurang
menyenangkan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Teori
a. Pengertian
Usia lanjut merupakan seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, baik
fisiknya masih berkemampuan (potensial) maupun karena permasalahan yang tidak
lagi mampu berperan secara konstruktif dalam pembangunan. (Depsos RI 1997).
Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada
tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut.
Perubahan secara biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua. Antara
lain :
Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah, mengakibatkan
juga jumlah
j umlah cairan tubuh
t ubuh yang berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan
kering, wajah keriput serta muncul garis-garis menetap. Oleh karena itu, pada
lansia seringkali terlihat kurus.
Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada lansia sehingga dihubungkan
dengan kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat. Sedangkan gangguan
pada indera pengecap dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn yang juga
menyebabkan menurunnya nafsu makan. Penurunan indera pendengaran terjadi
karena adanya kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.
Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi
mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.
3
Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan
seperti perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan, serta susah BAB
yang dapat menyebabkan wasir.
Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban, kurang aktif
dan kesulitan menyuap makanan, juga dapat mengganggu aktivitas kegiatan
sehari-hari.
Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan penurunan
daya ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan berbahasa,
kesulitan mengenal benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas yang mempunyai
tujuan (apraksia) dan gangguan dalam menyususn rencana, mengatur sesuatu,
mengurutkan, daya abstraksi, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam
emlakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun. Gejala pertama
adalah pelupa, perubahan kepribadian, penurunan kemampuan untuk pekerjaan
sehari-hari dan perilaku yang berulang-ulang, dapat juga disertai delusi paranoid
atau perilaku anti sosial lainnya.
Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar
juga bekurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran natrium sampai dapat terjadi
hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah.
Incontinentia urine (IU) adalah pengeluaran urin diluar kesadaran merupakan
salah satu masalah kesehatan yang besar yang sering diabaikan pada kelompok
usia lanjut, sehingga usia lanjut yang mengalami IU seringkali mengurangi minum
yang dapat menyebabkan dehidrasi.
Secara psikologis pada usia lanjut juga terjadi ketidakmampuan untuk
mengadakan penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara lain sindrom
lepas jabatan yang mengakibatkan sedih yang berkepanjangan.
4
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penuaan
Hereditas: keturunan/ genetik
Nutrisi/ makanan
Status kesehatan
Lingkungan
Stress
5
f. Sistem respirasi
Menurunnya kekuatan otot pernafasan dan aktivitas dari silia-silia paru-
paru kehilangan elastisitas, alveoli ukurannya melebar, menurunnya O2
pada arteri menjadi 75 mmHg, menurunnya batuk.
g. Sistem gastrointestinal
Terjadi penurunan selera makan rasa haus, asupan makanan dan kalori,
mudah terjadi konstipasi dan gangguan pencernaan lainnya, terjadi
penurunan produksi saliva, karies gigi, gerak peristaltik usus dan
pertambahan waktu pengosongan lambung.
h. Sistem genitourinaria
Ginjal mengecil aliran darah ke ginjal menurun, fungsi menurun, fungsi
tubulus berkurang, otot kandung kemih menjadi menurun, vesikel vrinaria
susah dikosongkan, perbesaran prostat, atrofi vulva.
i. Sistem endokrin
Produksi hormon menurun fungsi paratiroid dan sekresi tidak berubah,
menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya produksi aldesteron,
menurunnya sekresi hormon kelamin.
j. Sistem integument
Kulit mengerut/ keriput, permukaan kulit kasar dan bersisik, respon
terhadap trauma menurun, kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna
kelabu, elastisitas kulit berkurang pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku
menjadi keras dan seperti bertanduk, kelenjer keringat berkurang.
k. Sistem muskulokeletal
Tulang kehilangan cairan dan makin rapuh, tafosis, tubuh menjadi lebih
pendek, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan
menjadi sclerosis, atrofi serabut otot.
6
2. Perubahan Psikologi
Tidak semua fungsi-fungsi pada lansia mengalami penurunan, adapun
perubahan psikis yang terjadi menurut Stevens dan Hurlock 1980 adalah:
a. Pengamatan
Memerlukan waktu lebih lama untuk menyimak keadaan sekelilingnya.
b. Daya ingat
Cenderung masih mengingat hal yang lama disbanding dengan hal yang
baru.
c. Berpikir dan argumentasi
Terjadi penurunan dalam pengmbilan keputusan/ kesimpulan.
d. Belajar
Lebih berhati-hati dalam belajar, memerlukan waktu lebih lama untuk
dapat mengintegrasikan jawaban, kurang mampu mempelajari hal-hal yang
baru.
e. Perubahan sosial
Lanjut usia cenderung mengurangi bahkan berhenti dari kegiatan sosial
atau menarik diri dari pergaulan sosialnya, keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lanjut usia menurun, secara kualitas maupun kuantitas,
yaitu: kehilangan peran, kontak sosial dan berkurangnya komitmen karena
merasa sudah tidak mampu (Hurlock, 1990).
f. Perubahan spiritual
Hubungan horizontal, antar pribadi berupaya menyerasikan hubungan
dengan dunia.
7
Akibat yang paling sering dari terjatuh pada lansia adalah kerusakan
bahagian tertentu dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, patah tulang,
cedera pada kepala, luka bakar karena air panas akibat terjatuh ke dalam
tempat mandi. Selain daripada itu, terjatuh menyebabkan lansia tersebut
sangat membatasi pergerakannya.
Walaupun sebahagian lansia yang terjatuh tidak sampai menyebabkan
kematian atau gangguan fisik yang berat, tetapi kejadian ini haruslah
dianggap bukan merupakan peristiwa yang ringan. Terjatuh pada lansia
dapat menyebabkan gangguan psikologik berupa hilangnya harga diri dan
perasaan takut akan terjatuh lagi, sehingga untuk selanjutnya lansia
tersebut menjadi takut berjalan untuk melindungi dirinya dari bahaya
terjatuh.
3. Beser: beser buang air kecil (bak) merupakan salah satu masalah yang
sering didapati pada lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam
jumlah dan kekerapan yang cukup mengakibatkan masalah kesehatan atau
sosial. Beser bak merupakan masalah yang seringkali dianggap wajar dan
normal pada lansia, walaupun sebenarnya hal ini tidak dikehendaki terjadi
baik oleh lansia tersebut maupun keluarganya.
Akibatnya timbul berbagai masalah, baik masalah kesehatan maupun
sosial, yang kesemuanya akan memperburuk kualitas hidup dari lansia
tersebut. Lansia dengan beser bak sering mengurangi minum dengan
harapan untuk mengurangi keluhan tersebut, sehingga dapat menyebabkan
lansia kekurangan cairan dan juga berkurangnya kemampuan kandung
kemih. Beser bak sering pula disertai dengan beser buang air besar (bab),
yang justru akan memperberat keluhan beser bak tadi.
4. Gangguan intelektual: merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi
gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga
menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari.
Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai usia 60 sampai 85 tahun atau
lebih, yaitu kurang dari 5 % lansia yang berusia 60-74 tahun mengalami
dementia (kepikunan berat) sedangkan pada usia setelah 85 tahun kejadian
ini meningkat mendekati 50 %. Salah satu hal yang dapat menyebabkan
gangguan interlektual adalah depresi sehingga perlu dibedakan dengan
gangguan intelektual lainnya.
8
5. Infeksi: merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia,
karena selain sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik
yang menyebabkan keterlambatan di dalam diagnosis dan pengobatan serta
risiko menjadi fatal meningkat pula.
Beberapa faktor risiko yang menyebabkan lansia mudah mendapat
penyakit infeksi karena kekurangan gizi, kekebalan tubuh:yang menurun,
berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh, terdapatnya beberapa penyakit
sekaligus (komorbiditas) yang menyebabkan daya tahan tubuh yang sangat
berkurang. Selain daripada itu, faktor lingkungan, jumlah dan keganasan
kuman akan mempermudah tubuh mengalami infeksi.
6. Gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit: akibat
prosesd menua semua pancaindera berkurang fungsinya, demikian juga
gangguan pada otak, saraf dan otot-otot yang digunakan untuk berbicara
dapat menyebabkn terganggunya komunikasi, sedangkan kulit menjadi
lebih kering, rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang minimal.
7. Sulit buang air besar (konstipasi): beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya konstipasi, seperti kurangnya gerakan fisik, makanan yang
kurang sekali mengandung serat, kurang minum, akibat pemberian obat-
obat tertentu dan lain-lain.
Akibatnya, pengosongan isi usus menjadi sulit terjadi atau isi usus menjadi
tertahan. Pada konstipasi, kotoran di dalam usus menjadi keras dan kering,
dan pada keadaan yang berat dapat terjadi akibat yang lebih berat berupa
penyumbatan pada usus disertai rasa sakit pada daerah perut.
8. Depresi: perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan
berkurangnya kemandirian sosial serta perubahan-perubahan akibat proses
menua menjadi salah satu pemicu munculnya depresi pada lansia.
Namun demikian, sering sekali gejala depresi menyertai penderita dengan
penyakit-penyakit gangguan fisik, yang tidak dapat diketahui ataupun
terpikirkan sebelumnya, karena
gejala-gejala depresi yang muncul
seringkali dianggap sebagai suatu
bagian dari proses menua yang
normal ataupun tidak khas.
9
Gejala-gejala depresi dapat berupa perasaan sedih, tidak bahagia, sering
menangis, merasa kesepian, tidur terganggu, pikiran dan gerakan tubuh
lamban, cepat lelah dan menurunnya aktivitas, tidak ada selera makan,
berat badan berkurang, daya ingat berkurang, sulit untuk memusatkan
pikiran dan perhatian, kurangnya minat, hilangnya kesenangan yang
biasanya dinikmati, menyusahkan orang lain, merasa rendah diri, harga
diri dan kepercayaan diri berkurang, merasa bersalah dan tidak berguna,
tidak ingin hidup lagi bahkan mau bunuh diri, dan gejala-gejala fisik
lainnya. Akan tetapi pada lansia sering timbul depresi terselubung, yaitu
yang menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung
berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan pencernaan dan lain-lain,
sedangkan gangguan jiwa tidak jelas.
9. Kurang gizi: kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan
lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa
ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial
(terasing dari masyarakat) terutama karena gangguan pancaindera,
kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang sangat
tua dan baru kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor kondisi
kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, alkoholisme,
obat-obatan dan lain-lain.
10. Tidak punya uang: dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan
fisik dan mental akan berkurang secara perlahan-lahan, yang menyebabkan
ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan atau menyelesaikan
pekerjaannya sehingga tidak dapat memberikan penghasilan.
Untuk dapat menikmati masa tua yang bahagia kelak diperlukan paling
sedikit tiga syarat, yaitu :memiliki uang yang diperlukan yang paling
sedikit dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, memiliki tempat
tinggal yang layak, mempunyai peranan di dalam menjalani masa tuanya.
11. Penyakit akibat obat-obatan: salah satu yang sering didapati pada lansia
adalah menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan
obat yang lebih banyak, apalagi sebahagian lansia sering menggunakan
obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter dapat
menyebabkan timbulnya penyakit akibat pemakaian obat-obat yaqng
digunakan.
10
12. Gangguan tidur: dua proses normal yang paling penting di dalam
kehidupan manusia adalah makan dan tidur. Walaupun keduanya sangat
penting akan tetapi karena sangat rutin maka kita sering melupakan akan
proses itu dan baru setelah adanya gangguan pada kedua proses tersebut
maka kita ingat akan pentingnya kedua keadaan ini.
Jadi dalam keadaan normal (sehat) maka pada umumnya manusia dapat
menikmati makan enak dan tidur nyenyak. Berbagai keluhan gangguan
tidur yang sering dilaporkan oleh para lansia, yakni sulit untuk masuk
dalam proses tidur. Tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, tidurnya
banyak mimpi, jika terbangun sukar tidur kembali, terbangun dinihari, lesu
setelah bangun dipagi hari.
13. Daya tahan tubuh yang menurun: daya tahan tubuh yang menurun pada
lansia merupakan salah satu fungsi tubuh yang terganggu dengan
bertambahnya umur seseorang walaupun tidak selamanya hal ini
disebabkan oleh proses menua, tetapi dapat pula karena berbagai keadaan
seperti penyakit yang sudah lama diderita (menahun) maupun penyakit
yang baru saja diderita (akut) dapat menyebabkan penurunan daya tahan
tubuh seseorang. Demikian juga penggunaan berbagai obat, keadaan gizi
yang kurang, penurunan fungsi organ-organ tubuh dan lain-lain.
14. Impotensi: merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau
mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan sanggama yang
memuaskan yang terjadi paling sedikit 3 bulan.
Menurut Massachusetts Male Aging Study (MMAS) bahwa penelitian
yang dilakukan pada pria usia 40-70 tahun yang diwawancarai ternyata 52
% menderita disfungsi ereksi, yang terdiri dari disfungsi ereksi total 10 %,
disfungsi ereksi sedang 25 % dan minimal 17 %.
Penyebab disfungsi ereksi pada lansia adalah hambatan aliran darah ke
dalam alat kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh
darah (arteriosklerosis) baik karena proses menua maupun penyakit, dan
juga berkurangnya sel-sel otot polos yang terdapat pada alat kelamin serta
berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria terhadap rangsangan.
11
B. Pola Hidup Sehat Pada Lansia
Pola hidup sehat adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga
agar sadar, mau serta mampu melakukan perilaku hidup sehat. Gaya hidup sangat
mempengaruhi penampilan untuk menjadi awet muda dan panjang umur atau
sebaliknya. Mengatur pola makan setelah berusia 70 tahun keatas, sangatlah penting.
Asupan gizi seimbang sangat diperlukan tubuh jika ingin awet muda dan berusia
lanjut dalam keadaan tetap sehat. Tidak dapat disangkal, banyak kendala yang
dihadapi manusia saat memasuki pertambahan usia dan mulai menua. Terutama bila
sejak muda tidak menerapakan pola hidup sehat atau sudah terserang beragam
penyakit seperti stroke, hipertensi, jantung, dan sebagainya. Bahkan ketajaman
penglihatan manusia sudah berkurang sejak berusia 40 tahun. Kemampuan tersebut
berkurang terutama untuk melihat jarak dekat sehingga memerlukan kaca mata
berlensa cembung. Keadaan ini tidak dapat dihindari, namun mudah diatasi dengan
menggunakan kacamata. Penyebabnya bisa bermacam-macam namun lebih sering
karena ketuaan itu sendiri dan akibat kencing manis.
Masa tua bagi sebagian masyarakat adalah masa-masa yang menakutkan oleh
karena itu berbagai upaya dilakukan untuk menyiapkan investasi kesehatan diusia tua.
Penuaan adalah sebuah proses alami. Setiap orang akan mengalami fase yang
mengarah kepada penuaan. Seseorang dianggap berhasil menjalani proses penuaan
jika dapat terhindar dari berbagai penyakit, organ tubuhnya dapat berfungsi dengan
baik, serta kemampuan berfikirnya/ kognitif masih tajam. Para lansia yang berhasil
mempertahankan fungsi gerak dan berfikirnya dianggap berhasil menghadapi penuaan
sehingga dapat bekerja aktif terutama disektor informal. Mereka biasanya dapat
berbagi pengalaman dan telah mencapai tahap perkembangan psikologis dimana
mereka dianggap bijaksana menyikapi kehidupan dan mendalami kehidupan spiritual.
Agar tetap aktif sampai tua, sejak muda seseorang perlu melakukan
mempertahankan kemudian pola hidup sehat dengan menkonsumsi makanan yang
bergizi seimbang, melakukan aktifitas fisik/ olahraga secara benar dan teratur dan
tidak merokok. Rencana hidup yang realistis seharusnya sudah dirancang jauh
sebelum memasuki masa lanjut usia, paling tidak individu sudah punya bayangan
aktivitas apa yang akan dilakukan kelak bila pensiun sesuia dengan kemampuan dan
minatnya. Berdasarkan prinsip tersebut maka lanjut usia merupakan usia yang penuh
12
kemandirian baik dalam tingkah laku kehidupan sehari-hari, bekerja maupun
berolahraga. Dengan menjaga kesehatan fisik, mental, spiritual, ekonomi, dan social,
seseorang dapat memilih masa tua yang lebih membahagiakan, terhindar dari banyak
masalah kesehatan.
Pola hidup dan pola makanan juga bisa mempengaruhi terjadinya proses
penuaan. Misalnya pola makanan yang tidak seimbang antara asupan dengan
kebutuhan baik jumlah maupuin jenis makanannya, seperti makan makanan tinggi
lemak, kurang mengkonsumsi sayuran dan buah dan sebagainya. Juga makanan yang
melebihi kebutuhan tubuh yang bias menyebaabkan obesitas atau kegemukan. Pola
hidup juga bisa mempengaruhi hal tersebut terutama kurangnya aktifitas fisik.
Akibatnya, timbul penyakit yang sering diderita antara lain diabetes militus atau
kencing manis, penyakit jantung, hipertensi, kanker atau keganasan dan lain-lain. Jika
sudah terjadi penyakit tersebut harus diterapi dan selanjutnya harus menerapkan pola
hidup maupun pola makan yang benar, sehingga kerusakan yang terjadi tidak menjadi
lebih berat. Menginjak usia 40 tahun keatas, tidak perlu menghindari pada satu jenis
makanan tertentu. Sepanjang orang tersebut dalm keadaan sehat atau tidak menderita
suatu penyakit, tidak perlu menghindari terhadap jenis makanan tertentu. Terpenting
adalah selalu menerapakan pola hidup maupun pola makan yang sehat.
1. Faktor Makanan
Usia tua sudah di mulai pada umur 40 tahun, karena perkembangan fisik akan
menurun, tapi perkembangan mental terus berlangsung. Mulai saat itulah kita
harus bisa menahan diri untuk tidak mengkonsumsi makanan yang hanya di sukai
dan yang memberi kepuasan, karena enak di mulut. Tapi memikirkan akibatnya
dalam tubuh, karena bukan lagi kesehatan jadi baik, tapi sudah membuat penyakit
di tubuh kita. Bagi lansia sebaiknya mengkonsumsi makanan seperti sayuran segar
yang di cuci bersih dengan pestisida, buah segar, tahu, tempe yang berprotein
tinggi. Terutama hati yang banyak mengandung gizi seperti kalsium, fosfor, besi,
vitamin A, B1, B2, B12 dan vitamin C.
13
2. Faktor Istirahat
Istirahat yang cukup sangat di butuhkan dalam tubuh kita. Orang lansia harus tidur
lima sampai enam jam sehari. Banyak orang kurang tidur jadi lemas, tidak ada
semangat, lekas marah, dan stress. Bila kita kurang tidur hendaknya di isi dengan
ekstra makan. Dan bila tidur terganggu perlu konsultasi ke dokter. Hobi untuk
menonton televisi boleh saja, tapi jangan sampai larut malam.
3. Olahraga
Olahraga yang teratur apapun itu, baik untuk kesehatan kita seperti senam,
berenang, jalan kaki, yoga, taichi, dan lain-lain. Berolahraga bersama orang lain
lebih menguntungkan, karena dapat bersosialisasi, berjumpa dengan teman-t eman,
dan mendapat kenalan baru, mengadakan kegiatan lainnya, seperti bisa berwisata
dan makan bersama. Kebanyakan olahraga dilakukan pada pagi hari setelah
subuh. Dimana udara masih bersih. Berolahraga dapat menurunkan kecemasan
dan mengurangi perasaan depresi dan lowself esteem. Selain fisik sehat jiwa juga
terisi, membuat kita merasa muda dan sehat di usia tua.
4. Faktor Perilaku
a. Perilaku yang dianjurkan
Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Mau menerima keadaan, sabar, dan optimis serta meningkat rasa percaya
diri dengan melakukan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan.
Menjalin hubungan yang teratur dengan keluarga dan sesama manusia.
14
Mengembangkan hobi sesuai kemampuan.
Tetap memelihara dan bergairah dalam kehidupan sex.
Memeriksakan kesehatan dan gigi secara teratur.
b. Perilaku yang kurang baik
Kurang berserah diri.
Pemarah, merasa tidak puas, murung, dan putus asa.
Menyendiri.
Kurang gerak.
Makan yang tidak teratur dan kurang tidur.
Melanjutkan kebiasaan merokok dan minum minuman keras.
Minum obat penenang dan penghilang rasa sakit tanpa aturan.
Melakukan kegiatan yang melebihi kemampuan.
Menganggap kehidupan sex tidak diperlukan lagi dimasa tua.
Tidak memeriksakan kesehatan dan gigi secara teratur.
Diantara manfaat yang bisa didapat dengan menerapkan pola hidup sehat pada
usia Lansia adalah hidup akan menjadi lebih taqwa dan tenang, tetap ceria dan
mengisi waktu luang, keberadaannya tetap diakui keluarga dan masyarakat, kesegaran
dan kebugaran tubuh tetap terpelihara, terhindar dari kegemukan/ kekurusan dan
penyakit yang berbahaya di masa tua, penyakit jantung, paru-paru, dan kanker paru-
paru dapat dicegah, mencegah keracunan obat dan efek ssamping lainnya, mengurang
stress, kecemasan dan membuat merasa awet muda, hubungan harmonis tetap
terpelihara, gangguan kesehatan dapat diketahui dan diatasi sesegera mungkin.
15
kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan
dan ginjal.
Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam tiga kelompok
besar, yaitu:
16
b. Gizi Tepat Untuk Lansia
Kebutuhan unsur gizi tertentu pada lansia mengalami peningkatan, hal ini
disebabkan oleh terjadinya proses degradasi (perusakan) yang berlangsung sangat
cepat. Misalnya sebagian besar lansia wanita membutuhkan asupan mineral
kalsium sedikit lebih tinggi. Tujuannya untuk memperlambat proses kerusakan
tulang. Di lain pihak, kebutuhan kalori justru mengalami penurunan seiring
dengan bertambahnya usia. Penurunan ini berhubungan dengan rendahnya
aktivitas fisik dan metabolisme basal tubuh (Metabolisme: proses kimiawi dalam
tubuh untuk melaksanakan berbagai fungsi pentingnya). Sehingga jika
bertambahnya usia tidak diimbangi dengan penurunan asupan kalori maka
terjadinya obesitas atau kegemukan, kemungkinan besar tidak dapat dihindari.
Secara prinsip kebutuhan gizi setiap individu berbeda-beda. Hal ini tergantung
pada kondisi kesehatan, berat badan aktual, dan tinggi rendahnya tingkat aktivitas
fisik seseorang. Di samping itu, angka kecukupan gizi untuk pria dan wanita
sedikit berbeda karena adanya perbedaan dalam ukuran dan komposisi tubuh.
Menu yang disajikan untuk lansia harus mengandung gizi yang seimbang
yakni mengandung sumber zat energi, sumber zat pembangun dan sumber zat
pengatur. Dalam hal ini kita bisa mengacu pada makanan empat sehat lima
sempurna.
17
Makanan yang kurang baik bagi lansia adalah makanan berlemak tinggi
seperti seperti jerohan (usus, hati, ampela, otal dll), lemak hewan, kulit hewan
(misal kulit ayam, kulit sapi, kulit babi dll), goreng-gorengan, santan kental.
Karena seperti prinsip yang disebutkan tadi bahwa kebutuhan lemak lansia
berkurang dan pada lansia mengalami perubahan proporsi jaringan lemak. Hal ini
bukan berarti lansia tidak boleh mengkonsumsi lemak. Lansia harus
mengkonsumsi lemak namun dengan catatan sesuai dengan kebutuhannya.
Sebagai contoh misalnya bila menu hari ini lauknya sudah digoreng, maka
sayurannya lebih baik sayur yang tidak bersantan seperti sayur bening, sayur asam
atau tumis. Bila hari ini sayurnya bersantan maka lauknya dipanggang, dikukus,
dibakar atau ditim.
Lansia harus memperbanyak makan buah dan sayuran, karena sayur dan
buah banyak mengandung vitamin, mineral dan serat. Lansia sering mengeluhkan
tentang konstipasi/susah buang air besar, nah dengan mengkonsumsi sayur dan
buah yang kaya akan serat maka akan melancarkan buang air besar. Untuk buah,
utamakan buah yang bisa dimakan dengan kulitnya karena seratnya lebih banyak.
Dengan mengkonsumsi sayuran dan buah sebenarnya lansia tidak perlu lagi
mengkonsumsi suplemen makanan.
18
Selain konsumsi sayur dan buah, Lansia harus banyak minun air putih.
Kebutuhan air yakni 1500 – 2000 ml atau 6 -8 gelas perhari. Air ini sangat besar
artinya karena air menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya penyakit di
saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga sebagai
pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh kekurangan cairan maka
fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga berkurang. Air juga berguna untuk
mencegah sembelit, karena untuk penyerapan makanan dalam usus memerlukan
air.
Kecukupan makanan sehat sangat penting bagi para usia lanjut. Orang
yang berusia 70 tahun, kebutuhan gizinya sama dengan saat berumur 50-an.
Sayangnya, nafsu makan mereka cenderung terus menurun. Karena itu, harus
terus diupayakan konsumsi makanan penuh gizi.
19
Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat
memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang
terlalu asin akan memperingan kerja ginjal serta mencegah kemungkinan
terjadinya darah tinggi.
Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang
berlemak seperti santan, mentega dan lain-lain.
Bagi pasien lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut : Memakan makanan yang mudah
dicerna, menghindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goring-
gorengan, bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak atau gigi palsu
kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau dicincang, makan dalam
porsi kecil tetapi sering, makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari
buah sebaiknya diberikan.
Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab
berguna pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu
makan.
Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur,
daging rendah lemak, bayam, dan sayuran hijau.
Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus,
atau dipanggang, kurangi makanan yang digoreng.
Berikut ini adalah beberapa tips perencanaan makanan untuk usia lanjut :
20
Dianjurkan untuk mengkonsumsi sumber protein berkualitas baik
seperti susu, telur, ayam tanpa kulit, tempe, dan tahu. Protein yang
dikonsumsi sebaiknya berjumlah 15-20% dari total kalori atau sekitar
40-74 gram sehari.
Kebutuhan lemak dalam sehari tidak lebih dari 25% dari total kalori
atau sekitar 50 gram sehari. Hindari makanan yang mengandung lemak
jenuh dan kolesterol tinggi seperti otak, kuning telur, jerohan, daging
berlemak, susu penuh (full cream), keju dan mentega.
Dianjurkan untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan yang
mengandung lemak nabati atau lemak tidak jenuh, seperti tempe, tahu,
minyak jagung, alpukat, dan lain-lain.
Minum air putih 1500-2000 cc (6-8 gelas) sehari
Kurangi konsumsi garam, vetsin, dan makanan yang menggunakan
pengawet.
Tingkatkan konsumsi makanan yang mengandung serat. Kebutuhan
serat sehari untuk usia lanjut adalah 25-30 gram. Serat banyak
diperoleh dari sayuran dan buah-buahan, serta biji-bijian seperti
kacang.
Konsumsi cukup makanan yang mengandung kalsium, seperti susu,
tempe, yogurt, dan lain-lain. Kalsium penting untuk kesehatan tulang.
Usahakan waktu makan teratur. Jadwal makan dapat dibuat lebih
sering namun porsi kecil.
Pilihlah makanan yang mudah dikunyah dan mudah dicerna serta
hindari makanan yang terlalu gurih dan manis.
Batasi minum kopi atau teh.
Hindari rokok dan alkohol.
2. Nutrisi dan Mineral Yang Dapat Meningkatkan Sistem Imun Orang Tua
Nutrisi dan mineral-mineral yang dapat meningkatkan sistem imun orang
tua antara lain (Dickinson A, 2002) :
a. Beta-glucan.
Adalah sejenis gula kompleks (polisakarida) yang diperoleh dari dinding
sel ragi roti, gandum, jamur (maitake). Hasil beberapa studi menunjukkan
21
bahwa beta glucan dapat mengaktifkan sel darah putih (makrofag dan
neutrofil).
b. Hormon DHEA.
Studi menggambarkan hubungan signifikan antara DHEA dengan aktivasi
fungsi imun pada kelompok orang tua yang diberikan DHEA level tinggi
dan rendah. Juga wanita menopause mengalami peningkatan fungsi imun
dalam waktu 3 minggu setelah diberikan DHEA.
c. Protein: arginin dan glutamin.
Lebih efektif dalam memelihara fungsi imun tubuh dan penurunan infeksi
pasca-pembedahan. Arginin mempengaruhi fungsi sel T, penyembuhan
luka, pertumbuhan tumor, dans ekresi hormon prolaktin, insulin, growth
hormon. Glutamin, asam amino semi esensial berfungsi sebagai bahan
bakar dalam merangsang limfosit dan makrofag, meningkatkan fungsi sel
T dan neutrofil.
d. Lemak
Defisiensi asam linoleat (asam lemak omega 6) menekan respons antibodi,
dan kelebihan intake asam linoleat menghilangkan fungsi sel T. Konsumsi
tinggi asam lemak omega 3 dapat menurunkan sel helper, produksi
cytokine.
e. Yoghurt yang mengandung Lactobacillus acidophilus dan probiotik lain.
Meningkatkan aktivitas sel darah putih sehingga menurunkan penyakit
kanker, infeksi usus dan lambung, dan beberapa reaksi alergi.
f. Mikronutrien (vitamin dan mineral).
Vitamin yang berperan penting dalam memelihara sistem imun tubuh
orang tua adalah vitamin A, C, D, E, B6, dan B12. Mineral yang
mempengaruhi kekebalan tubuh adalah Zn, Fe, Cu, asam folat, dan Se.
g. Zinc.
Menurunkan gejala dan lama penyakit influenza. Secara tidak langsung
mempengaruhi fungsi imun melalui peran sebagai faktor dalam
pembentukan DNA, RNA, dan protein sehingga meningkatkan
pembelahan sellular. Defisiensi Zn secara langsung menurunkan produksi
limfosit T, respons limfosit T untuk stimulasi atau rangsangan, dan
produksi IL-2.
22
h. Lycopene.
Meningkatkan konsentrasi sel Natural Killer (NK).
i. Asam Folat
Meningkatkan sistem imun pada kelompok lansia. Studi di Canada pada
sekelompok hewan tikus melalui pemberian asam folate dapat
meningkatkan distribusi sel T dan respons mitogen (pembelahan sel untuk
meningkatkan respons imun). Studi terbaru menunjukkan intake asam folat
yang tinggi mungkin meningkatkan memori populasi lansia (Daniels S,
2002).
j. Vitamin E
Melindungi sel dari degenerasi yang terjadi pada proses penuaan. Studi
yang dilakukan di Boston menyimpulkan bahwa vitamin E dapat
membantu peningkatan respons imun pada penduduk lanjut usia. Vitamin
E adalah antioksidan yang melindungi sel dan jaringan dari kerusakan
secara bertahap akibat oksidasi yang berlebihan. Akibat penuaan pada
respons imun adalah oksidatif secara alamiah sehingga harus dimodulasi
oleh vitamin E (Murray F, 1991).
k. Vitamin C.
Meningkatkan level interferon dan aktivitas sel imun pada orang tua,
meningkatkan aktivitas limfosit dan makrofag, serta memperbaiki migrasi
dan mobilitas leukosit dari serangan infeksi virus, contohnya virus
influenzae.
l. Vitamin A.
Berperan penting dalam imunitas nonspesifik melalui proses pematangan
sel-sel T dan merangsang fungsi sel T untuk melawan antigen asing,
menolong mukosa membran termasuk paruparu dari invasi
mikroorganisme, menghasilkan mukus sebagai antibodi tertentu seperti:
leukosit, air, epitel, dan garam organik, serta menurunkan mortalitas
campak dan diare. Beta karoten (prekursor vitamin A) meningkatkan
jumlah monosit, dan mungkin berkontribusi terhadap sitotoksik sel T, sel
B, monosit, dan makrofag. Gabungan/kombinasi vitamin A, C, dan E
secara signifikan memperbaiki jumlah dan aktivitas sel imun pada orang
tua. Hal itu didukung oleh studi yang dilakukan di Perancis terhadap
penghuni panti wreda tahun 1997. Mereka yang diberikan suplementasi
23
multivitamin (A, C, dan E) memiliki infeksi pernapasan dan urogenital
lebih rendah daripada kelompok yang hanya diberikan plasebo.
m. Vitamin D.
Menghambat respons limfosit Th-1.
n. Kelompok Vitamin B.
Terlibat dengan enzim yang membuat konstituen sistem imun. Pada
penderita anemia defisiensi vitamin B12 mengalami penurunan sel darah
putih dikaitkan dengan fungsi imun. Setelah diberikan suplementasi
vitamin B12, terdapat peningkatan jumlah sel darah putih. Defisiensi
vitamin B12 pada orang tua disebabkan oleh menurunnya produksi sel
parietal yang penting bagi absorpsi vitamin B12. Pemberian vitamin B6
(koenzim) pada orang tua dapat memperbaiki respons limfosit yang
menyerang sistem imun, berperan penting dalam produksi protein dan
asam nukleat. Defisiensi vitamin B6 menimbulkan atrofi pada jaringan
limfoid sehingga merusak fungsi limfoid dan merusak sintesis asam
nukleat, serta menurunnya pembentukan antibodi dan imunitas sellular.
Angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk Lansia dalam sehari :
24
Menyelamatkan penglihatan dan mencegah terjadinya katarak .Santaplah
makanan yang mengandung vitamin C, E dan B karoten (antioksidan), seperti:
sayuran berwarna kuning dan hijau, jeruk sitrun dan buah l ain.
Mengurangi resiko penyakit jantung yaitu dengan membatasi makanan
berlemak yang banyak mengandung kolesterol dan natrium dan harus banyak
makan makanan yang kaya vitamin B6, B12, asam folat, serat yang larut,
kalsium dan aklium, seperti biji-bijian utuh, susu tanpa lemak, kacang kering
daging tidak berlemak, buah, termasuk nanas dan sayuran.
Agar ingatan tetap baik dan sistem syaraf tetap bagus, harus banyak makan
vitamin B6, B 12 dan asam folat
Mempertahankan berat badan ideal dengan jalan tetap aktif secara fisik,
makan rendah lemak dan kaya akan karbohidrat kompleks. Menjaga agar
nafsu makan tetap baik dan otot tetap lentur
Dengan jalan melakukan olah raga aerobik (berjalan atau berenang). Olah raga
dilakukan menurut porsi masing-masing usia serta tingkat kebugaran setiap
orang.
Tetaplah berlatih setiap harinya.
Selain dari makanan untuk menjaga kesehatan, lansia juga perlu beberapa
kegiatan yang harus dilakukan seperti:
25
Menjaga kebersihan
Lansia harus menjaga kebersihan tubuh, kebersihan lingkungan, kebersihan
ruangan dan juga pakaian dimana dia tinggal. Yang termasuk kebersihan
tubuh adalah mandi dua kali sehari, mencuci tangan sebelum makan atau
sesudah mengerjakan sesuatu, sikat gigi setelah selesai makan, membersihkan
kuku dan lubang-lubang (hidung, telinga, pusar, anus dan organ intim),
memakai alas kaki jika keluar rumah dan menggunakan pakaian yang bersih.
Sedangkan kebersihan lingkungan yakni di halaman rumah, jauh dari sampah
dan genangan air. Di dalam ruangan atau rumah bersih dari debu dan kotoran
setiap hari, tutupi selalu makanan di meja makan. Pakaian, sprei, gorden,
karpet, seisi rumah termasuk kamar mandi dan WC harus dibersihkan secara
periodik. Tentu saja hal ini memerlukan bantuan dari keluarga atau orang yang
tinggal bersama Lansia.
Memeriksakan kesehatan secara teratur
Pemeriksaan kesehatan berkala dan
konsultasi kesehatan merupakan kunci
keberhasilan dari upaya pemeliharaan
kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang
sakit, lansia dianjurkan untuk memeriksakan
kesehatannya secara berkala, agar bila ada
penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga
pengobatannya lebih mudah dan cepat dan
jika ada faktor beresiko yang menyebabkan
penyakit dapat dicegah.
Mental dan batin tenang dan seimbang
Yakni dengan lebih dekat kepada Tuhan, menyerahkan diri sepenuhnya
kepada Tuhan, hal ini akan membuat lebih tenang. Lalu hindari stress, hidup
yang penuh dengan tekanan yang akan merusak kesehatan. Stress juga dapat
menyebabkan stroke, penyakit jantung dan sebagainya. Senyum dan ketawa
akan membuat penampilan lebih menarik dan disukai semua orang. Tertawa
membantu memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki
kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk
mengendalikan emosi yang tinggi dan untuk melemaskan otak dari kelelahan.
26
Rekreasi
Rekreasi untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktifitas selama
seminggu, bisa di pantai, ditaman, atau bersantai bersama keluarga, anak dan
cucu, atau teman dan tetangga.
27
mengundang selera. Karena hal ini dapat menurunkan asupan protein bagi
lansia, akibatnya lansia menjadi lebih mudah sakit dan tidak bersemangat.
3. Kekurangan vitamin D
Biasanya terjadi pada lansia yang kurang mendapatkan paparan sinar
matahari, jarang atau tidak pernah minum susu, dan kurang mengkonsumsi
vitamin D yang banyak terkandung pada ikan, hati, susu dan produk
olahannya.
28
dianjurkan untuk meminta saran dari dokter atau ahli gizi tentang pilihan
makanan yang sebaiknya dikonsumsi.
4. Depresi dan Kondisi Mental
Depresi hampir dialami 12 – 14% populasi lansia. Perubahan lingkungan
sosial, kondisi yang terisolasi, kesepian, dan berkurangnya aktivitas
menjadikan para lansia mengalami rasa frustasi dan kurang bersemangat.
Akibatnya, selera makan terganggu sehingga secara tidak langsung dapat
memicu terjadinya status gizi buruk.
5. Penyakit
Meningkatnya usia menyebabkan seseorang menjadi rentan terserang
penyakit. Penyakit-penyakit tertentu sering menyebabkan keadaan gizi buruk
misalnya penderita diabetes mellitus umumnya mempunyai berat badan
dibawah normal, hal tersebut disebabkan karena karena defisiensi insulin
kondisi ini akan menyebabkan sedikitnya glukosa yang dapat diserap tubuh
untuk diubah menjadi glukogen (energi), dengan demikian untuk memenuhi
kebutuhan energi, tubuh akan merombak lemak (lipolisis) dan protein
(proteolisis) untuk dijadikan sumber energi. Jika kondisi ini terjadi secara
terus menerus akan menyebabkan cadangan lemak dan protein di dalam tubuh
berkurang. Akibatnya berat badan akan menurun.
29
b. Pendekatan psikis
Perawatan mempunyai peranan penting
untuk mengadakan pendekatan edukatif
pada klien lanjut usia. Perawatan dapat
berperan sebagai supporter, interpreter
terhadap segala sesuatu yang asing,
sebagai penampung rahasia pribadi dan
sebagai sahabat akrab. Dengan selalu
berpegang pada 3 prinsip (3S) yaitu sabar,
simpatik, service.
c. Pendekatan social
Perawatan dapat menciptakan hubungan sosial antara lanjut usia dan lanjut usia
lain, maupun lanjut usia dan perawatan sendiri dengan mengadakan diskusi, tukar
pikiran ataupun bercerita.
d. Pendekatan spiritual
Perawatan harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan baik dalam
hubungannya dengan Tuhan atau Agama, terutama bila klien dalam keadaan sakit
atau mendekati kematian.
E. Fokus Keperawatan Lanjut Usia
Peningkatan kesehatan (health promotion)
Penyegaran penyakit (preventif)
Mengoptimalkan fungsi mental
Mengatasi gangguan kesehatan yang umum
30
2. Gizi kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga
karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang
dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai
dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak
dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun,
kemungkinan akan mudah terkena infeksi.
3. Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan
kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang,
penglihatan menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak
bersemangat.
G. Aktivitas Lansia
- Menyiapkan otot dan urat agar meregang perlahan dan mantap sehingga
mencegah terjadinya cedera,
- Meningkatkan denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh sedikit demi sedikit,
- Menyelaraskan koordinasi gerakan tubuh dengan keseimbangan gerak, dan
- Menimbulkan rasa santai.
31
Latihan inti, kira-kira 20 menit, merupakan kumpulan gerak bersifat ritmis
atau berirama agak cepat sehingga mempunyai nilai latihan yang bermanfaat.
Biasanya diiringi lagu-lagu yang berirama khusus, terkenal, dan menyenangkan.
Utamakan gerakan, tarikan, dan tekanan pada daerah tulang yang sering mengalami
osteoporosis, yaitu tulang punggung, tulang paha, tulang panggul, dan tulang
pergelangan tangan.
1. Psikodrama
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih sesuai
dengan masalah lansia.
2. Terapi aktivitas kelompok (TAK)
Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi, bertukar pengalaman,
dan mengubah perilaku. Untuk terlaksananya terapi ini dibutuhkan leader, co-
leader, dan fasilitator. Misalnya cerdas cermat, tebak gambar,dan lain-lain.
32
3. Terapi musik
Bertujuan untuk menghibur lansia sehingga meningkatkan gairah hidup dan dapat
mengenang masa lalu.
4. Terapi berkebun
Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan waktu
luang.
5. Terapi dengan binatang peliharaan
Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-hari sepinya
dengan bermain bersama binatang.
6. Terapi okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas
dengan membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan.
7. Terapi kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti mengisi TTS, dll.
8. Life review therapy
Bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan menceritakan
pengalaman hidupnya.
9. Rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa bosan,
dan melihat pemandangan.
10. Terapi keagamaan
Bertujuan untuk kebersamaan, pesiapan menjelang kematian, dan meningkatkan
rasa nyaman. Seperti mengadakan pengajian (bagi yang muslim), kebaktian (bagi
yang nasrani), dan lain-lain.
33
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih ( UU 13 tahun
1998 ). Umur manusia sebagai mahkluk hidup terbatas oleh suatu peraturan alam,
maksimal sekitar enam kali masa bayi sampai dewasa atau 6 x 20 tahun. Proses
menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari 3 fase yaitu fase
progresif, fase stabil dan fase regresif. Dalam fase regresif mekanisme lebih ke arah
kemunduran yang dimulai dalam sel atau komponen terkecil dari tubuh manusia. Sel-
sel menjadi rusak karena lama berfungsi sehingga mengakibatkan kemunduran yang
dominan dibandingkan terjadinya pemulihan. Di dalam struktur anatomik proses
menjadi tua terlihat sebagai kemunduran di dalam sel. Proses ini berlangsung secara
alamiah, terus-menerus dan berkesinambungan, yang selanjutnya akan menyebabkan
perubahan anatomis, fisiologis pada jaringan tubuh dan akhirnya akan mempengaruhi
fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan. Pada hakekatnya menjadi tua
merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua ( Nugroho, 1992). Tiga
tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti
mengalami kemunduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai
dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan
memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitifitas
emosional meningkat dan kurang gairah.
Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita.(Contantinides 1994).
Usia lanjut merupakan seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, baik
fisiknya masih berkemampuan (potensial) maupun karena permasalahan yang tidak
lagi mampu berperan secara konstruktif dalam pembangunan. (Depsos RI 1997).
34
Lansia banyak mengalami penurunan fungsi tubuh akibat proses degenerasi,
oleh karena itu diperlukan usaha untuk mempertahankan derajat kesehatan para lansia
pada taraf setinggi-tingginya agar terhindar dari penyakit atau gangguan. Untuk
mencapai hal tersebut diperlukan wadah yang dapat memberikan sarana bagi lansia
yang dapat memelihara kesehatannya yaitu posyandu lansia. Pada posyandu lansia
dapat memperoleh manfaat antara lain, mengetahui status kesehatannya juga kegiatan
lain yang bermanfaat untuk mengisi kegiatan para lansia. Disamping itu pada
posyandu lansia terdapat suatu kepedulian dan perhatian yang didapat dari kontak
sosial sehingga memberi harapan dan semangat para lansia untuk terus dapat hidup
mandiri dan menyadari bahwa di usia senja mereka tetap prima.
B. SARAN
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari banyaknya kekurangan-kekurangan
pembahasannya dikarenakan oleh berbagai macam faktor keterbatasan waktu,
pemikiran dan pengetahuan kami yang terbatas, oleh karena itu untuk kesempurnaan
makalah ini kami sangat membutuhkan saran-saran dan masukan yang bersifat
membangun kepada semua pembaca.
35