Anda di halaman 1dari 16

A.

PENGERTIAN
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang
telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan
lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapantahapan
menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya
tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian
misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan,
endokrin dan lain sebagainya.
Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan
dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada
umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya
akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan
berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah, 2010).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, yaitu cara biologis
maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi
mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan
lambat, figure tubuh yang tidak proporsional dan daya ingat pun menjadi lemah atau
pikun (Nugroho, 2008).
Selain mengalami kemunduran pada fisiknya, lansia juga mengalami penurunan
kemampuan daya ingat atau biasa disebut demensia atau pikun, kehilangan memori
secara perlahan, kehilangan keseimbangan dan propriosepsi, tidak mampu melakukan
tugas dengan baik, kehilangan kepribadian seperti perasaan yang tidak stabil, rasa
tersinggung, kurang mempercayai orang lain dan lupa untuk melakukan hal yang
penting misalnya saja merawat diri dan lingkungannya (Rosdhal & Kowalski, 2014).

B. BATASAN-BATASAN USIA LANJUT


Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. Menurut World Health
Organitation (WHO) lansia meliputi :
1. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun

Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI (2006) pengelompokkan


lansia menjadi :
1. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan
kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)
2. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut
dini (usia 60-64 tahun)
3. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif (usia >65
tahun)

C. CIRI-CIRI LANSIA
Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :
1. Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis.
Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Misalnya
lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan
mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki
motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
2. Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap
lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih
senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi
negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain
sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.
3. Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran
dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar
keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia
menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat
tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung mengembangkan
konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk.
Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi
buruk pula. Contoh : lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan
untuk pengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah
yang menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan
bahkan memiliki harga diri yang rendah.

D. PERUBAHAN FISIK LANSIA


Perubahan fisik meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ
tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem
pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan
integumen.
1. Perubahan sistem neurologi
a. Berat otak menurun 10-20%
b. Mengecilnya saraf panca indra
c. Kurang sensitif terhadap sentuhan
d. Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan
e. Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir
f. Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf
pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya
ketahanan terhadap dingin
g. Meningkatnya lipopusin sepanjang neuron sehingga terjadi vasokontriksi dan
vasodilatsi inkomplit.
2. Perubahan panca indera
a. Penglihatan
Hilangnya irama kelopak mata dan lemahnya kelopak mata menyebabkan
ptosis, mal posisi kelopak mata. Alis mata menjadi kasar dan berwarna abu.
Membrane konjungtiva mengering karena kurangnya kuantitas dan kualitas
produksi air mata sehingga menjadi sedikit dan menimbulkan rasa gatal.
Kemampuan akomodasi menurun. Kornea lebih berbentuk skeris. Sfingter
pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar. Lensa lebih suram
(kekeruhan pada lensa). Meningkatnya ambang pengamatan sinar (daya
adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap).
Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang. Menurunnya daya
membedakan warna biru atau warna hijau pada skala.
b. Pendengaran
Daun telinga tampak membesar karena formasi kartilago yang menerus dan
hilangnya elastisitas kulit. Kanal auditori menyempit karena kolaps bagian
dalam. Lapisan kanal pendengaran menjadi kasar dan kaku. Penurunan lambat
dari fungsi sensorineural ; tekhnik komunikasi terganggu. Atrofi membran
timpani menyebabkan otosklerosis. Pengumpulan dan penegerasan serumen
karena meningkatnya keratin. Terjadinya tinnitus. Presbiakusis (gangguan
pada pendengaran) : Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga
dalam, terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara
yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur
65 tahun.
c. Pengecap dan penghidu
Perubahan mukosa oral dan lidah serta patologi meatus nasalis. Kemunduran
usia menjadi sensitive terhadap pencemaran udara dan rangsangan zat kimia
sehingga harus menjaga kebersihan mulut saat bersin dan batuk. Vertigo yaitu
rasa pusing akibat gangguan keseimbangan sehingga lansia diajarkan dengan
latihan untuk mengurangi pusing seperti gerakan lambat, menghindar dari
cahaya yang menyilaukan Menurunnya kemampuan pengecap. Menurunnya
kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera makan berkurang.
d. Peraba
Hilangnya sensitifitas ringan karena menurunnya densitas reseptor kutaneous
untuk sensasi sentuhan. Meningkatnya progresivitas batas vibratory, taktil
karena perubahan sensitifitas reseptor korpuskel paccini Kemunduran dalam
merasakan sakit. Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.
3. Perubahan sistem pulmonal
a. Dinding dada : tulangnya mengalami osteoporosis, tulang rawan mengalami
osifikasi sehingga terjadi perubahan bentukdan ukuran dada dan menyebabkan
sudut epigastrik mengecil dan volume rongga dada mengecil.
b. Adanya perubahan bentuk, ukuran dan volume rongga dada akan merubah
mekanika pernapasan menjadi dangkal, timbul keluhan sesak napas.
c. Perubahan struktur anatomik sauran napas akan menimbulkan penumpukan
udara dalam alveolus atau terjadi gangguan pendistribusian udara dalam karina
d. Otot-otot pernapasan akibat atrofi mengalami kelemahan dan menjadi kaku.
e. Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara
inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
f. Struktur jaringan parenkim paru : bronkiolus, duktus alveolaris, dan alveolus
membesar secara progresif sehingga terjadi emfisema senilis.
g. Struktur kolagen dan elastin dinding saluran napas perifer berkurang
kualitasnya sehingga menyebabkan elastisitas jaringan parenkim paru
mengurang.
h. Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga
potensial terjadi penumpukan sekret.
i. Penurunan aktivitas paru (mengembang & mengempisnya) sehingga jumlah
udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada
pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
j. Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang (luas permukaan normal
50m²), Ù menyebabkan terganggunya prose difusi.
k. Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose
oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.
l. CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga
menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
m. Kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium
dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.
4. Perubahan sistem cardiovaskuler
Katub jantung menebal dan menjadi kaku. Elastisitas aorta menurun. Ventrikel
kiri menebal sehingga menurunnya kekuatan kontraksi. Kemampuan jantung
memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. Kehilangan elastisitas
pembuluh darah. Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi, perubahan posisi dari tidur keduduk (duduk ke berdiri) bisa
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing
mendadak). Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer (normal ± 170/95 mmHg).
5. Perubahan sistem gastrointestinal
Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi
yang buruk. Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput
lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf
pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit. Esofagus melebar.
Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung
menurun, waktu mengosongkan menurun. Peristaltik lemah & biasanya timbul
konstipasi. Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu). Liver ( hati ),
Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
6. Perubahan sistem urinaria
Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus
berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis
urin menurun proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ;
nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. Vesika urinaria / kandung
kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau
menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan
pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin. Pembesaran prostat ±
75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun. Atropi vulva. Vagina, Selaput
menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan menjadi halus,
sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna.
Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas
untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.
7. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan seksual
a. Perubahan sistem reprduksi :mselaput lendir vagina menurun/kering,
menciutnya ovarium dan uterus, atropi payudara, testis masih dapat
memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur berangsur,
dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan
baik.
b. Kegiatan seksual. Seksualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam
manifestasi kehidupan yang berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang
mempunyai kebutuhan seksual, disini kita bisa membedakan dalam tiga sisi :
fisik, secara jasmani sikap seksual akan berfungsi secara biologis melalui
organ kelamin yang berhubungan dengan proses reproduksi, rohani, Secara
rohani Ù tertuju pada orang lain sebagai manusia, dengan tujuan utama bukan
untuk kebutuhan kepuasan sexualitas melalui pola pola yang baku seperti
binatang dan sosial, Secara sosial Ù kedekatan dengan suatu keadaan intim
dengan orang lain yang merupakan suatu alat yang apling diharapkan
dalammenjalani sexualitas. Seksualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari
caranya, yaitu dengan cara yang lain dari sebelumnya, membuat pihak lain
mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga sebagai pihak yang lebih
tua tampa harus berhubungan badan, msih banyak cara lain unutk dapat
bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan pernyataan lain yang
menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil alih fungsi
hubungan sexualitas dalam pengalaman sex.
8. Perubahan sistem muskuloskeletal
Tulang kehilangan densikusnya Ù rapuh, resiko terjadi fraktur, kyphosis,
persendian besar & menjadi kaku, pada wanita lansia > resiko fraktur, pinggang,
lutut & jari pergelangan tangan terbatas. Pada diskus intervertebralis menipis dan
menjadi pendek (tinggi badan berkurang). Gerakan volunter Ù gerakan
berlawanan. Gerakan reflektonik Ù Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi
terhadap rangsangan pada lobus. Gerakan involunter Ù Gerakan diluar kemauan,
tidak sebagai reaksi terhadap suatu perangsangan terhadap lobus. Gerakan sekutu
Ù Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk menjamin efektifitas dan
ketangkasan otot volunter.
9. Perubahan sistem integument dan jaringan ikal
Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak. Kulit kering & kurang elastis
karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adipose. Kelenjar kelenjar
keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu tahan terhadap
panas dengan temperatur yang tinggi. Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam
akibat menurunnya aliran darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi
pigmen. Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan
luka luka kurang baik. Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut
kelabu. Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang
menurun. Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang
menurun. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak rendahnya akitfitas otot.
10. Perubahan sistem endokrin dan metabolisme
Produksi hampir semua hormon menurun. Fungsi paratiroid dan sekesinya tak
berubah. Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di
pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat.
Menurunnya produksi aldosteron. Menurunnya sekresi hormon bonads :
progesteron, estrogen, testosteron. Defisiensi hormonall dapat menyebabkan
hipotirodism, depresi dari sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi
tekanan jiwa (stess).

E. PERUBAHAN PSIKOLOGI
Menjadi tua tidak berarti mundur secara psikologis. Daya ingat memang berkurang,
sebab orang lebih memperhatikan hal-hal penting, sedangkan yang kurang penting tidak
diingat. Di luar negeri pernah diadakan percobaan mendirikan universitas yang
menerima mahasiswa yang sudah berusia lanjut. Ternyata banyak orang yang berusia
lanjut yang berhasil. Semangat belajar mereka lebih besar daripada orangorang muda.
Hal ini disebabkan mereka mempunyai pengalaman hidup yang lebih banyak
dibandingkan dengan yang muda. Beberapa masalah sosial dan psikologi yang dihadapi
pada usia lanjut antara lain :
1. Pensiun. Idealnya, masa pensiun merupakan waktu untuk menikmati hal lain dalam
hidup ini, menjadi santai, melaksanakan cita-cita berkelana, aktif dalam bidang
sosial dan filsafat. Tetapi kadang-kadang dalam kenyataannya pensiun sering
diartikan sebagai ”kehilangan” pekerjaan, penghasilan, kedudukan, jabatan, peran
sosial, dan juga harga diri.

2. Fungsi Mental. Pada umumnya terjadi penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.
Fungsi kognitif meliputi prises belajar, pemahaman, pengertian, tindakan dan lain-
lain menurun, sehingga perilaku cenderung lebih lambat. Usia senja yang menderita
demensia, perubahan dan penurunan fungsi kognitif akan lebih jelas dan progresif.
Fungsi psikomotor yang meliputi dorongan kehendak/bertindak pada umumnya
mulai melambat sehingga reaksi dan koordinasinya juga menjadi lambat. Sedangkan
hal yang positif yaitu dihormati, dituakan, disegani, lebih bijaksana, lebih hati-hati
dalam tindakan, tempat meminta nasehat. Secara garis besar ada 5 tipe kepribadian
pada usia senja :
a. Tipe Konstruktif. Orang yang sejak muda dapat menerima fakta dan kehidupan,
menjadi tua diterima dengan santai. Mereka memiliki sifat yang toleran dan
fleksibel, sehingga lentur dalam menerima kenyataan misalnya pensiun,
kehilangan pasangan dan sebagainya, mereka nrimo tetapi bukan pasrah.
b. Tipe Dependen. Sifat pasif tak berambisi, optimistik tak dilaksanakan perkawinan
terlambat, didominasi oleh istri. Pada usia senja senang karena pensiun dan
santai, banyak makan dan menikmati hari libur. Tetepi bila mereka kehilangan
pasangan hidupnya merasa kehilangan tempat bergantung yang merupakan
masalah besar, sehingga tidak jarang mereka terus menerus sakit-sakitan dan
akhirnya menyusul pasangannya lebih cepat.
c. Tipe Independen (mandiri). Pada masa mudanya merupakan orang yang aktif
dalam pergaulan sosial, reaksi penyesuaian diri cukup baik dan cenderung
menolak tawaran / bantuan orang lain. Keadaan tersebut cenderung dipertahankan
sampai usia senja sehingga cemas menghadapi masa tua, misalnya cenderung
menunda masa pensiun atau tetap bertahan aktif dalam profesi atau pekerjaannya
dan tidak tampak menikmati masa tuanya.
d. Tipe Bermusuhan. Orang yang cenderung menyalahkan orang lain untuk
kesalahannya, sering mengeluh, agresif, curiga, riwayat pekerjaan tidak tetap,
tidak dapat melihat segi positif pada usia lanjut, takut akan kematian, iri terhadap
orang muda. Sering menunjukkan perilaku yang seoalah-olah mencari ketenangan
sebagai gambaran yang menggambarkan dirinya tidak tenang.
e. Tipe Benci diri. Orang yang kritis terhadao dirinya, tidak berambisi dalam
pekerjaan. Perkawinan kurang bahagia karena banyak menyesali diri, anak serta
pasangan hidupnya, seolaholah masa lalu yang seharusnya diisi dengan segala
keinginan sudah lewat, akhirnya pasrah tetapi tidak ”nrimo”. sehingga banyak
mengalami krisis. Takut akan kematian.

3. Kehilangan pasangan. Kematian pasangannya merupakan stress psikososial yang


sangat berat.
4. Fungsi seksual. Sering menurun karena penyakit fisik seperti jantung koroner,
diabetes melitus, artritis. Akibatnya harus makan obat anti hipertensi, anti diabetika,
steroida, obat penenang. Sebagian usia senja harus menjalani pembedahan seperti
prostatektomi. Menderita vagintis dan malnutrisi.

5. Menemukan kebahagiaan. Bentuk-bentuk pernyataan kebahagiaan dan


kegembiraan yang khas pada masa muda, tidak lagi mempunyai daya tarik pada
masa usia senja. Ada beberapa kegiatan menarik yang tidak bisa dilaksanakan,
misalnya kegiatan yang memerlukan kekuatan fisik misalnya olah raga atau
perjalanan jauh Kebahagiaan di masa lampau sewaktu masih muda, kini bagi
kebanyakan usia senja halhal tersebut hanya menjadi kenangan. Bagi usia senja,
tidaklah menguntungkan untuk bermimpi diluar jangkauannya. Dalam hidup ini
tahap demi tahap orang harus mengembangkan minat pada hal-hal yang memberikan
kegembiraan apabila mau menjadi orang sepenuhnya. Setiap orang harus
menemukan caranya sendiri untuk mendapatkan kebahagiaan di masa tuanya. Bagi
sementara orang bisa terjadi, cuculah yang menjadi sumber kesenangan dan
kepuasan. Orang lain mengembangkan perhatiannya di bidang seni, musik dan
bukubuku.

6. Kematangan iman. Setelah seseorang memasuki usia tua, banyak terjadi


persoalanpersoalan mengenai kesehatan, dorongan seksual, jaminan ekonomi. Hal-
hal seperti ini nampak tidak stabil lagi sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Maka
tidaklah mengherankan apabila timbul kebimbangan iman. Orang akan mempunyai
problema yang berat, apabila imannya tidak berkembang matang. Pada usia senja,
iman kepada Tuhan Yang Maha Esa perlu diperdalam dan dimatangkan, agar
persoalan-persoalan yang dihadapi tidak menjadi terlalu berat.

7. Menemukan makna hidup. Salah satu persoalan pokok orang usia senja ialah
pemikiran yang menakutkan bahwa mungkin dirinya sudah tidak berarti lagi. Dia
merasa dirinya sudah tidak diperlukan lagi ditempat kerjanya, dalam keluarga dan
masyarakat. Banyak orang usia senja yang menderita neurosis dan bermacam-
macam ketidakseimbangan mental karena kekosongan dan tidak adanya tujuan
hidup di masa senja. Pada usia senja, seseorang harus dapat menemukan kembali
makna hidupnya. Menemukan kembali makna hidup pada masa senja tergantung
pada kesehatan, kemampuan dan situasi konkrit kehodupan pribadi yang
bersangkutan. Bagi beberapa orang, merawat cucu-cucunya dapat menghilangkan
rasa takut dan dapat mengembalikan kesadaran baru akan tujuan hidup dan
kegembiraan di usia senja. Banyak orang usia senja merasa lebih muda lagi ketika
diminta memberi nasihat. Perasaan berguna dan diperlukan, dapat mengembalikan
kepercayaan kepada diri sendiri yang sudah menipis dan memberikan makna hidup
baru dan tujuan hidupnya.

8. Membina perkawinan menjadi satu kesatuan yang baru. Bagi pasangan suami
istri, saat suami pensiun dapat merusak hubungan mereka, tetapi juga dapat menjadi
awal hidup bersama yang sempurna. Pada waktu pensiun, istri takut apabila suami
mencampuri urusan tumah tangga. Dengan ikut campurnya suami dalam urusan
rumah tangga, sering menimbulkan pertengkaran. Akan tetapi perkawinan dapat
juga mengalami perubahan yang sebaliknya. Pada masa suami pensiun hubungan
suami istri dapat menjadi intim. Untuk membina perkawinan menjadi satu kesatuan
diperlukan komunikasi, hubungan yang mendalam antara suami dan istri.

Perubahan mental Perubahan dari usia muda menuju usia tua tentu akan terlihat dampaknya,
baik secara fisik maupun psikis. Bagi sebagian orang yang belum siap menjadi tua tentu
mengalami stress dan tingkat kecemasan yang tinggi. Sebab itu perlunya kesiapan yang harus
dimiliki setiap orang. Berikut ini akan dibahas mengenai bagaimana sikap dan contoh
perubahan mental pada lansia yang dapat dijadikan sebagai pelajaran dan juga wawasan agar
kita siap untuk menghadapi tua kelak. 1. Perubahan Pada Pendengaran alias Tuli Satu contoh
perubahan yang akan dialami pada usia tua yaitu pendengaran yang mulai samar – samar dan
akhirnya menjadi tuli atau pikun. Hal ini sering terjadi pada lansia baik wanita dan juga pria,
penyakit yang alami ini terjadi apabila gaya hidup dan juga faktor genetik yang dialami.
Pikun sebenarnya dapat dicegah dengan banyak menjaga pola asupan yang baik serta
menghindari kebiasaan buruk yang mempengaruhi saraf pendengaran. Begitu penting
perhatian juga peran orang tua dalam pengendalian sosial. 2. Daya Ingat Menurun Selain itu
contoh perubahan mental pada lansia yaitu mulai menurunnya daya ingat atau memori yang
sudah lemah. Saat ini banyak usia muda pun di atas usia 35 tahun mengalami semi pikun,
mudah lupa dan rasa tidak ingat mengenai hal yang dilakukan. Penyakit ini memang tidak
bisa dipungkiri bagi para lansia, salah satu alternatif untuk menumbuhkan daya ingat lebih
tajam dengan banyak latihan dan terapi memori. Hal ini dapat dilakukan sesuai dengan aturan
dan juga petunjuk terapis atau dokter.

3. Perilaku Yang Seperti Anak Kecil Sikap lansia memang sering membuat kita sedikit risih
dan tidak nyaman, kebiasaan berperilaku seperti anak kecil akan terjadi pada lansia di atas
usia 70 tahun. Hal ini merupakan faktor genetik dan kondisi fisik yang mulai menurun dan
juga lemah. Apabila hal ini tidak ditangani dengan sabar dan tekun, maka kasihan para lansia
karena kondisi seperti itu sebetulnya kondisi yang tidak diinginkan oleh mereka. Terapi dan
perawatan yang sungguh penuh dengan kepedulian dan perhatian harus dilakukan untuk
menjaga agar mereka tetap nyaman, tenang dan semangat untuk menjalani hidup. 4. Emosi
dan Perasaan yang Lebih Sensitif Contoh perubahan mental pada lansia berikutnya adalah
terganggunya sensor perasaan dan juga emosi. Emosi serta perasaan para lansia mudah
terganggu oleh kondisi yang membuat mereka tidak nyaman atau sedikit kecewa. Karena itu
butuh ekstra kesabaran dalam merawat para lansia dalam menjalani kehidupan hari tuanya.
Terkadang emosi dan perasaan mereka mudah sedih, kecewa, marah dan kadang merekan
bahagia. Pelajari bagaimana mengetahui perkembangan emosi usia dewasa dalam tahap
perkembangan. 5. Penurunan Kesehatan Tubuh Usia tua tidaklah setegar dan sekuat usia
muda dulu, semakin seseorang memasuki usia di atas 45 tahun mulai menurunlah stamina
kesehatan tubuhnya. Satu persatu penyakit mulai menimpa, dari yang ringan sampai yang
kronis.
Kebiasaan dimasa muda juga menjadi salah satu pencetus timbulnya penyakit yang bisa
komplikasi, dan juga gaya hidup dan pola makan yang tidak dijaga dengan baik dan benar.
Karena itu sangat penting menjaga semua itu selagi usia kita masih kuat dan muda agar
terhindari dari masalah penyakit menua kelak. 6. Menurunnya Kehidupan Bersosialisasi Satu
lagi contoh perubahan mental pada lansia yang umumnya terjadi yaitu menghindar dari
kehidupan bermasyarakat. Memasuki usia pensiun biasanya peran orang tua akan menurun,
dunianya dulu yang penuh dengan energik dan semangat mulai memudar. Lebih banyak
menghabiskan waktu dirumah dengan hobi atau ibadah. Pergaulan antara lingkungan menjadi
kehidupan yang semu dan kelam, tidak memikirkan hiruk pikuk gemerlap alam luar. Lebih
senang akan suasana yang tenang, damai dan rileks. Berikut ini contoh faktor psikologis yang
mempengaruhi masalah sosial. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental : 1)
Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa. 2) Kesehatan umum 3) Tingkat
pendidikan 4) Keturunan (hereditas) 5) Lingkungan 6) Gangguan syaraf panca indera, timbul
kebutaan dan ketulian. 7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan. 8)
Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili. 9)
Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri, perubahan
konsep diri.

Perubahan kognitif Berikut ini perubahan Kognitif pada lansia yaitu sebuah proses menua
yang secara sehat atau normal aging. Pengaruh pada beberapa aspek seperti menurunnya daya
ingat, seperti memori dalam kehidupan sehari – hari. Karena itu mengapa usia tua identik
dengan kepikunan atau lupa akan segala hal. Selain itu juga peran orak sebelah kanan
mengalami kemunduran lebih cepat dibanding dengan otak sebelah kiri. Akibatnya akan
mengalami gangguan fungsi kewaspadaan juga perhatian. Penurunan kognitif pada lansia
juga bergantung pada faktor usia juga jenis kelamin khususnya pada wanita, dikarenakan
pada wanita ada peranan hormon seks endogen dalam perubahan fungsi kognitif serta fungsi
reseptor esterogen di otak yang berperandalam pada fungsi belajar dan memori. Fungsi
Kognitif Pada umumnya kognitif pada lansia memiliki beberapa peranan, contohnya dalam
perubahan kognitif pada lansia. Berikut contohnya: a. Proses penuaan akibat kinerja otak,
terdapat adanya perubahan pada otak yang berhubungan dengan usia. Setiap tahun terjadi
pengurangan volume pada masing – masing area lobus frontalis juga lobus tempora. Hal
inilah yang menjadi volume otak disertai dengan menurunnya fungsi kognitif.. b. Faktor usia,
dengan bertambahnya usia seseorang maka semakin banyak terjadi perubahan pada sistem
tubuh dan organnya, salah satunya yaitu penurunan fungsi. Dalam hal ini pengaruh pada
fungsi kognitif yaitu menurunnya kemampuan intelektual, kemampuan transmisi saraf otak
menjadi lambat dan hilangnya memori juga informasi yang ada. c. Perubahan Fungsi Kognitif
pada Lansia Perubahan Kognitif pada lansia dapat diketahui dari beberapa fungsinya yaitu :
d. Memori atau daya ingat, yaitu menurunnya daya ingat yang merupakan salah satu fungsi
kognitif. Ingatan jangka panjang tidak terlalu mangalami perubahan, namun untuk ingatan
jangka pendek mengalami penurunan. e. IQ, salah satu fungsi intelektual yang dapat
mengalami penurunan dalam hal mengingat, menyelesaikan masalah, kecepatan respon juga
tidak fokus. f. Kemampuan belajar juga bisa menurun, karena menurunnya beberapa fungsi
organ tubuh. Hal ini mengapa banyak dianjurkan lansia banyak berlatih dan terapi dalam
meningkatkan kemampuan belajar walau butuh waktu. g. Kemampuan pemahaman juga pada
lansia bisa menurun, hal ini yang menjadi salah satu Perubahan Kognitif pada lansia yang
mulai menurun. Seperti fokus dan daya ingat yang mulai mengendur. h. Sulit memecahkan
masalah, dalam hal memecahkan masalah, lansia juga agak sukar untuk melakukan hal
tersebut. Hal ini dikarenakan sistem fungsi organ yang menurun sesuai dengan usia. i.
Pengambilan keputusan juga begitu lambat, karena secara kognitif peranan yang mulai
menurun dan berkurang. j. Perubahan motivasi dalam diri, yang baik itu motivasi yang
kognitif dan afektif dalam memperoleh suatu yang cukup besar. Namun motivasi tersebut
seringnya kurang memperoleh dukungan karena kondisi fisik dan juga psikologis.

Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat Akibat berkurangnya fungsi indera


pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau
bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat
berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan.
Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang
bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika
keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan
kadang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri,
mengumpulkan barangbarang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu
orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil. Menghadapi berbagai permasalahan di
atas pada umumnya lansia yang memiliki keluarga masih sangat beruntung karena anggota
keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu
memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi lansia yang tidak
punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup
namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup sendiri di
perantauan, seringkali menjadi terlantar.

Perubahan aspek spiritual pada lansia Perkembangan spiritualitas lansia terkait dengan
kemunduran aspek fisik, psikologis dan sosial. Dengan kemunduran aspek-aspek tersebut
banyak lansia mulai tertarik dalam kegiatan spiritual. Aktivitas spiritual dilakukan untuk
memberikan makna hidup, yang secara fisik, ekonomi, psikologis dan sosial berkurang.
Dalam setting masyarakat Amerika, Hurlock (1996) mengemukakan bahwa kepercayaan
populer di masyarakat bahwa lansia tertarik pada kehidupan keagamaan, meskipun bukti-
bukti empirik sangat sedikit. Lansia lebih tertarik pada kegiatan keagamaan karena hari
kematiannya semakin dekat, atau karena mereka sangat tidak mampu. Dari fakta penelitian
juga ditemukan banyak lansia yang justru semakin jauh dari minat keagamaan. Dalam hal
pelibatan terhadap kegiatan keagamaan, umumnya mereka hanya meneruskan kebiasaan pada
usia awal. Apa yang dikemukakan Hurlock tersebut dapat juga terjadi pada masyarakat lain.
Dalam masyarakat muslim, umumnya para lansia lebih meningkatkan keterlibatan dalam
kegiatan keagamaan. Di samping untuk menjadi sarana berhubungan sosial, mengisi
kehidupan akan lebih bermakna, intensitas pengamalan agama diyakini sebagai bekal untuk
menghadapi kematian dan kehidupan sesudah mati, yaitu di alam kubur dan alam akherat.
Tentang persoalan menghadapi kematian ini telah menjadi obyek penelitian dari para
antropolog, dan umumnya ada kecenderungan masyarakat (lansia) merasa takut menghadapi
kematian. Di kota besar seperti Jakarta, dewasa ini banyak kegiatan (kursus/paguyuban) yang
membahas bagaimana menghadapi kematian yang nyaman, yang umumnya diikuti oleh
kelompok atas.

Permasalahan Pada Lanjut Usia Lanjut usia merupakan bagian dari proses kehidupan yang
tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap manusia. Pada tahap ini manusia
mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, dimana terjadi kemunduran
dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya.Lanjut Usia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Sebagai dampak keberhasilan
pembangunan kesehatan di Indonesia salah satunya adalah meningkatnya angka harapan
hidup di Indonesia sehingga populasi lansia juga meningkat. Berdasarkan data Biro Pusat
Statistik tahun 2014, umur Harapan Hidup (UHH) di Indonesia untuk wanita adalah 73 tahun
dan untuk pria adalah 69 tahun. Menurut Bureau of the Cencus USA (1993), Indonesia pada
tahun 1990-2025 akan mempunyai kenaikan jumlah lanjut usia sebesar 414%. Pasien lanjut
usia mempunyai ciri-ciri: memiliki beberapa penyakit kronis/menahun, gejala penyakitnya
tidak khas, fungsi organ yang menurun, tingkat kemandirian berkurang, sering disertai
masalah nutrisi, karena alasan tersebut perawatan pasien geriatri berbeda dengan pasien yang
lain. Permasalahan yang dapat terjadi adalah: 1. Penurunan fungsi a. Kehilangan dalam
bidang sosial ekonomi Kehilangan keluarga atau teman karib, kedudukan sosial, uang,
pekerjaan (pensiun), atau mungkin rumah tinggal, semua ini dapat menimbulkan reaksi yang
merugikan. Perasaan aman dalam hal sosial dan ekonomi serta pengaruhnya terhadap
semangat hidup, rupanya lebih kuat dari pada keadaan badani dalam melawan depresi
(Maramis, 2009).

b. Seks pada usia lanjut Orang usia lanjut dapat saja mempunyai kehidupan seks yang aktif
sampai umur 80-an. Libido dan nafsu seksual penting juga pada usia lanjut, tetapi sering hal
ini mengakibatkan rasa malu dan bingung pada mereka sendiri dan anak-anak mereka yang
menganggap seks pada usia 19 lanjut sebagai tabu atau tidak wajar. Orang yang pada masa
muda mempunyai kehidupan seksual yang sehat dan aktif, pada usia lanjut masih juga
demikian, biarpun sudah berkurang, jika saat muda sudah lemah, pada usia lanjut akan habis
sama sekali (Maramis, 2009). Memang terdapat beberapa perubahan khusus mengenai seks.
Pada wanita karena proses penuaan, maka pola vasokongesti pada buah dada, klitoris dan
vagina lebih terbatas. Aktivitas sekretoris dan elastisitas vagina juga berkurang. Pada pria
untuk mencapai ereksi diperlukan waktu lebih lama. Ereksi mungkin tidak akan dicapai
penuh, tetapi cukup untuk melakukan koitus. Kekuatan saat ejakulasi juga berkurang. Pada
kedua seks, semua fase eksitasi menjadi lebih panjang, akan tetapi meskipun demikian,
pengalaman subjektif mengenai orgasme dan kenikmatan tetap ada dan dapat membantu
relasi dengan pasangan (Maramis, 2009). c. Penurunan fungsi kognitif Setiati, Harimurti &
Roosheroe (2009) menyebutkan adanya perubahan kognitif yang terjadi pada lansia, meliputi
berkurangnya kemampuan meningkatkan fungsi intelektual, berkurangnya efisiensi tranmisi
saraf di otak menyebabkan proses informasi melambat dan banyak informasi hilang selama
transmisi, berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi baru dan mengambil
informasi dari memori, serta kemampuan mengingat kejadian masa lalu lebih baik
dibandingkan kemampuan mengingat kejadian yang baru saja terjadi. Penurunan 20
menyeluruh pada fungsi sistem saraf pusat dipercaya sebagai kontributor utama perubahan
dalam kemampuan kognitif dan efisiensi dalam pemrosesan informasi. d. Kejadian Jatuh
Pada usia lanjut, kejadian jatuh merupakan permasalahan yang sering dihadapi, dikarenakan
lansia mengalami penurunan fungsi tubuh yang meningkatkan kejadian jatuh. Kejadian jatuh
pada lansia dapat mengakibatkan berbagai jenis cedera, kerusakan fisik dan psikologis.

Kerusakan fisik yang paling ditakuti dari kejadian jatuhadalah patah tulang panggul. Dampak
psikologs adalah walaupu cedera fisik tidak terjadi, syok setelah jatuh dan rasa takut akan
jauh lagi dapat memiliki banyak konsekuen termasuk ansietas, hilangnya rasa percaya diri,
pembatasan dalam aktivitas sehari-hari dan fobia jatuh (Stanley, 2006). 2. Penyakit Masalah-
masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa, yang sering
disebut dengan sindroma geriatri yaitu kumpulan gejala-gejala mengenai kesehatan yang
sering dikeluhkan oleh para lanjut usia dan atau keluarganya yaitu : 1) Immobility (kurang
bergerak) 2) Instability (mudah jatuh) 3) Incontinence (beser BAB/BAK) 4) Intellectual
impairment (gangguan intelektual/ demensia) 5) Infection (infeksi) 6) Impairement of
hearing, vision and smell (gangguan pendengaran, penglihatan dan penciuman) 7) Isolation
(Depression) 8) Inanition (malnutrisi) 9) Impecunity (kemiskinan) 10) Iatrogenic (menderita
penyakit pengaruh obat-obatan) 11) Insomnia(sulit tidur) 12) Immuno-defficiency
(penurunan sistem kekebalan tubuh) 13) Impotence(Gangguan seksual) 14) Impaction (sulit
buang air besar)

 Immobility (kurang bergerak) o Keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau
lebih. o Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot, ketidak
seimbangan,masalah psikologis, depresi atau demensia. o Komplikasi yang timbul adalah
luka di bagian yang mengalami penekanan terus menerus timbul lecet bahkan infeksi,
kelemahan otot, kontraktur/kekakuan otot dan sendi, infeksi paru-paru dan saluran kemih,
konstipasi dan lain-lain. o Penanganan : latihan fisik, perubahan posisi secara teratur,
menggunakan kasur anti dekubitus, monitor asupan cairan dan makanan yang berserat.

 Instability (Instabilitas dan Jatuh) o Penyebab jatuh misalnya kecelakaan seperti terpeleset,
sinkop/kehilangan kesadaran mendadak, dizzines/vertigo, hipotensi orthostatik, proses
penyakit dan lain-lain. o Dipengaruhi oleh faktor intrinsik (faktor risiko yang ada pada pasien
misalnya kekakuan sendi, kelemahan otot, gangguan pendengaran,penglihatan, gangguan
keseimbangan, penyakit misalnya hipertensi, DM, jantung,dll ) dan faktor risiko ekstrinsik
(faktor yang terdapat di lingkungan misalnya alas kaki tidak sesuai, lantai licin, jalan tidak
rata, penerangan kurang, benda-benda dilantai yang membuat terpeleset dll). o Akibat yang
ditimbulkan akibat jatuh berupa cedera kepala, cedera jaringan lunak, sampai patah tulang
yang bisa menimbulkan imobilisasi. o Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah
instabilitas dan riwayat jatuh adalah: mengobati berbagai kondisi yang mendasari instabilitas
dan jatuh, memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan cara berjalan, penguatan
otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang sesuai, serta mengubah lingkungan agar lebih aman
seperti pencahayaan yang cukup, pegangan, lantai yang tidak licin.

 Incontinence Urin dan Alvi (Beser BAB dan BAK) o Inkontinensia urin didefinisikan
sebagai keluarnya urin yang tidak dikehendaki dalam jumlah dan frekuensi tertentu sehingga
menimbulkan masalah sosial dan atau kesehatan. o Inkontinensia urin akut terjadi secara
mendadak dapat diobati bila penyakit yang mendasarinya diatasi misalnya infeksisaluran
kemih, gangguan kesadaran, obatobatan, masalah psikologik dan skibala. o Inkontinesia urin
yang menetap di bedakan atas: tipe urgensi yaitu keinginan berkemih yang tidak bisa ditahan
penyebanya overaktifitas/kerja otot detrusor karena hilangnya kontrol neurologis, terapi
dengan obat-obatan antimuskarinik prognosis baik, tipe stres kerena kegagalan mekanisme
sfingter/katup saluran kencing untuk menutup ketika ada peningkatan tekanan intra abdomen
mendadak seperti bersin, batuk, tertawa terapi dengan latihan otot dasar panggul prognosis
baik, tipe overflow yaitu menggelembungnya kandung kemih melebihi volume normal, post
void residu > 100 cc terapi tergantung penyebab misalnya atasi sumbatan/retensi urin.. o
Inkontinensia alvi/fekal sebagai perjalanan spontan atau ketidakmampuan untuk
mengendalikan pembuangan feses melalui anus, penyebab cedera panggul, operasi
anus/rektum, prolaps rektum, tumor dll. o Pada inkontinensia urin ntuk menghindari sering
mengompol pasien sering mengurangi minum yang menyebabkan terjadi dehidrasi. 
Intelectual Impairement (Gangguan Intelektual Seperti Demensia dan Delirium) o Demensia
adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang disebabkan oleh penyakit otak,
yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran sehingga mempengaruhi
aktifitas kerja dan sosial secara bermakna. o Demensia tidak hanya masalah pada memori.
Demensia mencakup berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan atau
mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan pola sentuh, pasien menjadi perasa,
dan terganggunya aktivitas. o Faktor risiko : hipertensi, DM, gangguan jantung, PPOK dan
obesitas. o Sindroma derilium akut adalah sindroma mental organik yang ditandai dengan
gangguan kesadaran dan atensi serta perubahan kognitif atau gangguan persepsi yang timbul
dalam jangka pendek dan berfluktuasi. o Gejalanya: gangguan kognitif global berupa
gangguan memori jangka pendek, gangguan persepsi (halusinasi, ilusi), gangguan proses
pikir (diorientasi waktu, tempat, orang), komunikasi tidak relevan, pasien mengomel, ide
pembicaraan melompat-lompat, gangguan siklus tidur.

 Infection (infeksi) o Pada lanjut usia terdapat beberapa penyakit sekaligus, menurunnya
daya tahan/imunitas terhadap infeksi, menurunnya daya komunikasipada lanjut usia sehingga
sulit/jarang mengeluh, sulitnya mengenal tanda infeksi secara dini. o Ciri utama pada semua
penyakit infeksi biasanya ditandai dengan meningkatnya temperatur badan, dan hal ini sering
tidak dijumpai pada usia lanjut, malah suhu badan yang rendah lebih sering dijumpai. o
Keluhan dan gejala infeksi semakin tidak khas antara lain berupa konfusi/delirium sampai
koma, adanya penurunan nafsu makan tiba-tiba, badan menjadi lemas, dan adanya perubahan
tingkah laku sering terjadi pada pasien usia lanjut.

 Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran, penglihatandan


penciuman) o Gangguan pendengaran sangat umum ditemui pada lanjut usia dan
menyebabkan pasien sulit untuk diajak komunikasi o Penatalaksanaan untuk gangguan
pendengaran pada geriatri adalah dengan cara memasangkan alat bantu dengar atau dengan
tindakan bedah berupa implantasi koklea. o Gangguan penglihatan bisa disebabkan gangguan
refraksi, katarak atau komplikasi dari penyakit lain misalnya DM, HT dll, penatalaksanaan
dengan memakai alat bantu kacamata atan dengan operasi pada katarak.  Isolation
(Depression) o Isolation (terisolasi) / depresi, penyebab utama depresi pada lanjut usia adalah
kehilangan seseorang yang disayangi, pasangan hidup, anak, bahkan binatang peliharaan. o
Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan, menyebabkan dirinya terisolasi
dan menjadi depresi. Keluarga yang mulai mengacuhkan karena merasa direpotkan
menyebabkan pasien akan merasa hidup sendiri dan menjadi depresi. Beberapa orang dapat
melakukan usaha bunuh diri akibat depresi yang berkepajangan.  Inanition (malnutrisi),
Asupan makanan berkurang sekitar 25% pada usia 40-70 tahun. Anoreksia dipengaruhi oleh
faktor fisiologis (perubahan rasa kecap, pembauan, sulit mengunyah, gangguan usus dll),
psikologis (depresi dan demensia) dan sosial (hidup dan makan sendiri) yang berpengaruh
pada nafsu makan dan asupan makanan.

 Impecunity (Tidak punya penghasilan) o Dengan semakin bertambahnya usia maka


kemampuan fisik dan mental akan berkurang secara berlahan-lahan, yang menyebabkan
ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaan sehingga tidak
dapat memberikan penghasilan. o Usia pensiun dimana sebagian dari lansia hanya
mengandalkan hidup dari tunjangan hari tuanya. o Selain masalah finansial, pensiun juga
berarti kehilangan teman sejawat, berarti interaksi sosial pun berkurang memudahkan seorang
lansia mengalami depresi.  Iatrogenic (penyakit karena pemakaian obat-obatan) o Lansia
sering menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih
banyak, apalagi sebagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama
tanpa pengawasan dokter sehingga dapat menimbulkan penyakit. o Akibat yang ditimbulkan
antara lain efek samping dan efek dari interaksi obat-obat tersebut yang dapat mengancam
jiwa.  Insomnia (Sulit tidur) o Dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang
menyebabkan seorang lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit juga dapat
menyebabkan insomnia seperti diabetes melitus dan gangguan kelenjar thyroid, gangguan di
otak juga dapat menyebabkan insomnia. Jam tidur yang sudah berubah juga dapat menjadi
penyebabnya. o Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh lansia yaitu
sulit untuk masuk kedalam proses tidur, tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, jika
terbangun sulit untuk tidur kembali, terbangun dini hari, lesu setelah bangun di pagi hari. o
Agar bisa tidur : hindari olahraga 3-4 jam sebelum tidur, santai mendekati waktu tidur,
hindari rokok waktu tidur, hindari minum minuman berkafein saat sore hari, batasi asupan
cairan setelah jam makan malam ada nokturia, batasi tidur siang 30 menit atau kurang,
hindari menggunakan tempat tidur untuk menonton tv, menulis tagihan dan membaca. 
Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh),Daya tahan tubuh menurun bisa
disebabkan oleh proses menua disertai penurunan fungsi organ tubuh, juga disebabkan
penyakit yang diderita, penggunaan obat-obatan,keadaan gizi yang menurun.  Impotence
(Gangguan seksual), Impotensi/ ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual pada usia
lanjut terutama disebabkan oleh gangguan organik seperti gangguan hormon, syaraf, dan
pembuluh darah dan juga depresi  Impaction (sulit buang air besar) o Faktor yang
mempengaruhi: kurangnya gerak fisik, makanan yang kurang mengandung serat, kurang
minum, akibat obat-obat tertentu dan lain-lain. o Akibatnya pengosongan usus menjadi sulit
atau isi usus menjadi tertahan, kotoran dalam usus menjadi keras dan kering dan pada
keadaan yang berat dapat terjadi penyumbatan didalam usus dan perut menjadi sakit.
3. Polifarmasi Polifarmasi adalah penggunaan beberapa obat. Tidak ada jumlah pasti obat
yang dikonsumsi untuk mendefinisikan polifarmasi, mayoritas menggunakan 3 sampai 5 obat
dalam satu resep obat. Polifarmasi biasanya terjadi pada lanjut usia yang memiliki banyak
masalah kesehatan yang memerlukan terapi obat-obatan yang beragam. Polifarmasi menjadi
masalah bagi lansia dikarenakan sering terjadinya interaksi antar obat yang digunakan.
Interaksi obat terjadi ketika farmakokinetik dan farmakodinamik dalam tubuh diubah oleh
kehadiran satu atau lebih zat yang berinteraksi. Interaksi obat dapat mengakibatkan toksisitas
dan atau mengurangi efektivitas obat yang dikonsumsi (Restuadhi, 2011). Materi 2 Penilaian
Pada Lansia Secara garis besar penilaian ada lansia meliputi penilaian kondisi medis,
fungsional, psikologis dan status sosial. Penilaian pada lansia bertujuan untuk menentukan
kemampuan medis, psikologis dan fungsional dari orang tua yang lemah dalam rangka untuk
mengembangkan rencana yang terpadu untuk pengobatan dan tindak lanjut jangka panjang
(Rakel et al, 2011). a. Penilaian Kondisi Medis Penilaian medis pada lansia meliputi penilaian
riwayat penyakit dahulu maupun riwayat penyakit sekarang dan mengevaluasi status gizi
lansia. Penilaian terhadap riwayat penyakit lansia yang terdahulu diharapkan dapat
mempermudah untuk mengetahui faktor risiko yang dapat menyebabkan penurunan kondisi
medis lansia dimasa sekarang. Secara garis besar terdapat empat faktor risiko yang dapat
menurunkan kondisi medis lansia dimasa tuanya dan harus menjadi fokus penilaian kondisi
medis, yaitu usia dari lansia, gangguan fungsi kognitif, gangguan fungsi dasar dan gangguan
mobilitas. Keempat faktor risiko tersebut dapat menimbulkan sindrom geriatri, diantaranya
ulkus, inkontinensia, peningkatan terjadinya jatuh pada lansia, penurunan fungsi dan
penurunan kesadaran (delirium) (Rakel et al, 2011). b. Penilaian Fungsional Lansia Penilaian
fungsional pada lansia terfokuskan pada penilaian kemampuan lansia dalam menjalankan
aktivitas sehari hari (activities of daily living) serta berfungsi untuk mengetahui faktor risiko
yang menyebabkan jatuhnya lansia. Terdapat beberapa penilaian dasar ADLs diantaranya
adalah penilaian dalam kemampuan makan, berpakaian, mandi, berpindah tempat serta
kemampuan dalam buang air kecil dan buang air besar. Selain instrumen ADLs, terdapat juga
instrumen lain yang bisa menilai kemampuan lansia dalam menjalankan aktivitas, yaitu
instrumen Katz. Penilaian instrumen Katz terdiri dari penilaian kemampuan berbelanja,
mengatur keuangan, mengemudi, menggunakan telfon, membersihkan rumah, mencuci dan
mengatasi kondisi medis (Rakel et al, 2011). c. Penilaian Psikologi Penilaian yang dilakukan
terkait permasalahn psikologi adalah penilaian terhadap gangguan fungsi kognitif dan
penilaian terkait depresi pada lansia. Instrumen yang digunakan dalam menilai kemampuan
fungsi kognitif lansia bisa menggunakan MMSE (Mini Mental Score Examination) atau
dengan menggunakan instrumen MoCA (Montreal Cognitive Assesment). Untuk mendeteksi
adanya gangguan depresi pada lansia, instrumen yang biasanya digunakan adalah Geriatric
Depression Scale-15 (GDS-15) (Rakel et al, 2011). d. Penilaian Fungsi Sosial Keadaan dan
dukungan lingkungan merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan atau dinilai pada
seseorang yang memasuki usia lanjut. Penilaian terhadap lingkungan dapat menjadi tolak
ukur dalam mengevaluasi potensial hazard. Penilaian fungsi sosial juga terdiri dari penilaian
stresor finansial dan penilaian terhadap kekhawatiran dari keluarga atau seseorang yang
menemani lansia (Rakel et al, 2011).

Anda mungkin juga menyukai