Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN GIZI PADA LANSIA

Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan usia pada Bab Pasal 1 Ayat 2
yang berbunyi “lanjut usia adalah seorang yang mencakup usia 60 tahun keatas”. Semua
orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia
yang terakhir, yang pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial
sedikit sampai tidak mrlakukan tugasnya sehari-hari lagi hingga bagi kebanyakan oaring
masa tua itu merupakan masa yang kurang menyenangkan.
Sedangkan seorang menjadi lanjut usia dikerakan adanya beberapa proses individual,
antara lain :
a.)Umur biologis : fungsi berbagai sistem organnya dibandingkan dengan orang lain pada
umur yang sama.
b.)Umur Psikogis : kapasitas adaptasi individu dibandingkan dengan orang lain pada umur
kronologis yang sama.
c.)Umur sosial : sejauh mana individu dapat melakukan peran sosial dibandingkan dengan
anggota masyarakat dibandingkan dengan anggota masyarakat lain pada umur kronologis
yang sama.
d.)Umur fungsional : tingkat kemampuan individu untuk berfungsi dimasyarakat
dibandingkan dengan orang lain pada umur kronologis yang sama.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan
yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut
dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukan apakah
memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap
peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan yang diminati oleh para lanjut usia adalah
perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonmi atau pendapatan
dan peran sosial (Goldstein, 1992).

 Proses menua

Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh dan
berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut. Perubahan secara biologis
ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua. Antara lain :

 Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah, mengakibatkan juga
jumlah cairan tubuh yang berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan kering,
wajah keriput serta muncul garis-garis menetap. Oleh karena itu, pada lansia
seringkali terlihat kurus.
 Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada lansia sehingga dihubungkan
dengan kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat. Sedangkan gangguan pada
indera pengecap dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn yang juga menyebabkan
menurunnya nafsu makan. Penurunan indera pendengaran terjadi karena adanya
kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.

 Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi


mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.

 Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti


perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan, serta susah BAB yang dapat
menyebabkan wasir.

 Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban, kurang aktif


dan kesulitan menyuap makanan, juga dapat mengganggu aktivitas kegiatan sehari-
hari.

 Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan penurunan daya
ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan berbahasa, kesulitan
mengenal benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas yang mempunyai tujuan
(apraksia) dan gangguan dalam menyususn rencana, mengatur sesuatu, mengurutkan,
daya abstraksi, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam emlakukan aktivitas
sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun. Gejala pertama adalah pelupa,
perubahan kepribadian, penurunan kemampuan untuk pekerjaan sehari-hari dan
perilaku yang berulang-ulang, dapat juga disertai delusi paranoid atau perilaku anti
sosial lainnya.

 Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar
juga bekurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran natrium sampai dapat terjadi
hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah.

 Incontinentia urine (IU) adalah pengeluaran urin diluar kesadaran merupakan salah
satu masalah kesehatan yang besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut,
sehingga usia lanjut yang mengalami IU seringkali mengurangi minum yang dapat
menyebabkan dehidrasi.
 Secara psikologis pada usia lanjut juga terjadi ketidakmampuan untuk mengadakan
penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara lain sindrom lepas jabatan
yang mengakibatkan sedih yang berkepanjangan

 Batasan usia lansia

Batasan : lansia adalah mereka yang telah diatas usia 65 tahun

Menurut Durmin : Young ederly (65-75 th), older ederly (75 th)

Munro dkk : older ederly dibagi 2, usia 75-84 th dan 85 th

M.Alwi Dahlan : usia diatas 60 th

Menurut usia pensiun : usia diatas 56 th

WHO : usia pertengahan(45-59), usia lanjut(60-74), usia tua(75-90), usia sangat tua(>90)

 Gizi pada Usia Lanjut

Penuaan seringkali diiringi dengan munculnya berbagai gangguan kesehatan, mulai dari
gangguan metabolisme hingga penurunan daya tahan tubuh. Salah satu cara mengatasinya
adalah dengan mengatur pola makan. Menurut pakar nutrisi, kebutuhan energi dan kapasitas
pencernaan akan menurun di usia tua (50 tahun ke atas). Karena itu, lansia dianjurkan
mengurangi asupan kalori.
Apabila seseorang berhasil mencapai usia lanjut, maka salah satu upaya utama adalah
mempertahankan atau membawa status gizi yang bersangkutan pada kondisi optimum agar
kualitas kehidupan yang bersangkutan tetap baik. Perubahan status gizi pada lansia
disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Perubahan ini akan makin
nyata pada kurun usia dekade 70-an. Faktor lingkunagn antara lain meliputi perubahan
kondisi sosial ekonomi yang terjadi akibat memasuki masa pensiun dan isolasi sosial berupa
hidup sendiri setelah pasangannya meninggal. Faktor kesehatan yang berperan dalan
perubahan status gizi antara lain adalah naiknya insidensi penyakit degenerasi maupun non-
degenerasi yang berakibat dengan perubahan dalam asupan makanan, perubahan dalam
absorpsi zat-zat gizi di tingkat jaringan, dan beberapa kasus dapat disebabkan oleh obat-obat
tertentu yang harus diminim para lansia oleh karena penyakit yang sedang dideritanya.
Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu
dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang
dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat
memperpanjang usia.

Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan
fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan kegiatan tubuh dalam
keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal.

Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu :

1. Kelompok zat energi, termasuk ke dalam kelompok ini adalah :

 Bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, gandum, ubi,
roti, singkong dan lain-lain, selain itu dalam bentuk gula seperti gula, sirup, madu dan
lain-lain.
 Bahan makanan yang mengandung lemak seperti minyak, santan, mentega,
margarine, susu dan hasil olahannya.

2. Kelompok zat pembangun

Kelompok ini meliputi makanan – makanan yang banyak mengandung protein, baik
protein hewani maupun nabati, seperti daging, ikan, susu, telur, kacangkacangan dan
olahannya.

3. Kelompok zat pengatur

Kelompok ini meliputi bahan-bahan yang banyak mengandung vitamin dan mineral,
seperti buah-buahan dan sayuran.

Usia tua hampir selalu datang bersama dengan “kesengsaraan” fisik, psikis, sosial, dan
ekonomi. Kekuatan, ketahanan, dan kelenturan otot rangka berkurang. Akibatnya, kepala dan
leher terfleksi kedepan sementara ruas tulang belakang mengalami pembengkokan(kifosis),
panggul dan lutut juga terfleksi sedikit. Keadaan tersebut menyebabkan postur tubuh
terganggu. Kemunduran dan kelemahan yang diderita oleh lansia seperti berikut ini :

1. Pergerakan dan kestabilan terganggu


2. Intelektual terganggu (dementia)
3. Isolasi dori (depresi)
4. Inkontinensia dan impotensia
5. Defisiensi imonologis
6. Infeksi, konstipasi, dan malnutrisi
7. Latrogenesis dan insomnia
8. Kemunduran penglihatan, pendengaran, pengecapan, pembauan, komunikasi,
integritas kulit
9. Kemunduran proses penyembuhan.

Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi gizi pada lansia :


a) Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong
b) Berkurangnyaindera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis,
asam, asin dan pahit
c) Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran
d) Rasa lapar menurun, asam lambung menurun
e) Gerakan usus atau gerakan peristaltik melemah dan biasanya menimbulkan konstipasi
f) Penyerapan makanan di usus menurun
 Status gizi pada usia lanjut

 Metabolisme basal menurun, kebutuhan kalori menurun, status gizi lansia cenderung
mengalami kegemukan/obesitas

 Aktivitas/kegiatan fisik berkurang, kalori yang dipakai sedikit, akibatnya cenderung


kegemukan/obesitas

 Ekonomi meningkat, konsumsi makanan menjadi berlebihan, akibatnya cenderung


kegemukan/obesitas

 Fungsi pengecap/penciuman menurun/hilang, makan menjadi tidak enak dan nafsu


makan menurun, akibatnya lansia menjadikurang gizi (kurang energi protein yang
kronis)

 Penyakit periodontal (gigi tanggal), akibatnya kesulitan makan yang berserat (sayur,
daging) dan cenderung makan makanan yang lunak (tinggi klaori), hal ini
menyebabkan lansia cenderung kegemukan/obesitas
 Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencerna makanan, hal ini mengganggu
penyerapan vitamin dan mineral, akibatnya lansia menjadi defisiensi zat-zat gizi
mikro

 Mobilitas usus menurun, mengakibatkan susah buang air besar, sehingga lansia
menderita wasir yang bisa menimbulkan perdarahan dan memicu terjadinya anemia

 Sering menggunakan obat-obatan atau alkohol, hal ini dapat menurunkan nafsu
makan yang menyebabkan kurang gizi dan hepatitis atau kanker hati

 Gangguan kemampuan motorik, akibatnya lansia kesulitan untuk menyiapkan


makanan sendiri dan menjadi kurang gizi

 Kurang bersosialisasi, kesepian (perubahan psikologis), akibatnya nafsu makan


menurun dan menjadi kurang gizi

 Pendapatan menurun (pensiun), konsumsi makanan menjadi menurun akibatnya


menjadi kurang gizi

 Dimensia (pikun), akibatnya sering makan atau malah jadi lupa makan, yang dapat
menyebabkan kegemukan atau pun kurang gizi

 Kebutuhan gizi lansia

Masalah gizi yang dihadapi lansia berkaitan erat dengan menurunnya aktivitas biologis
tubuhnya. Konsumsi pangan yang kurang seimbang akan memperburuk kondisi lansia yang
secara alami memang sudah menurun.

1. Kalori

Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan metabolisme basal pada orang-orang


berusia lanjut menurun sekitar 15-20%, disebabkan berkurangnya massa otot dan aktivitas.
Kalori (energi) diperoleh dari lemak 9,4 kal, karbohidrat 4 kal, dan protein 4 kal per gramnya.
Bagi lansia komposisi energi sebaiknya 20-25% berasal dari protein, 20% dari lemak, dan
sisanya dari karbohidrat. Kebutuhan kalori untuk lansia laki-laki sebanyak 1960 kal,
sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal. Bila jumlah kalori yang dikonsumsi berlebihan,
maka sebagian energi akan disimpan berupa lemak, sehingga akan timbul obesitas.
Sebaliknya, bila terlalu sedikit, maka cadangan energi tubuh akan digunakan, sehingga tubuh
akan menjadi kurus.

2. Protein

Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa per hari adalah 1
gram per kg berat badan. Pada lansia, masa ototnya berkurang. Tetapi ternyata kebutuhan
tubuhnya akan protein tidak berkurang, bahkan harus lebih tinggi dari orang dewasa, karena
pada lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh tubuh telah berkurang
(disebabkan pencernaan dan penyerapannya kurang efisien). Beberapa penelitian
merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya konsumsi proteinnya ditingkatkan sebesar 12-
14% dari porsi untuk orang dewasa. Sumber protein yang baik diantaranya adalah pangan
hewani dan kacang-kacangan.

3. Lemak

Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori yang
dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40% dari konsumsi energi)
dapat menimbulkan penyakit atherosclerosis (penyumbatan pembuluh darah ke jantung). Juga
dianjurkan 20% dari konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak tidak jenuh (PUFA = poly
unsaturated faty acid). Minyak nabati merupakan sumber asam lemak tidak jenuh yang baik,
sedangkan lemak hewan banyak mengandung asam lemak jenuh.

4. Karbohidrat dan serat makanan

Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau konstipasi
(susah BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Serat makanan telah terbukti
dapat menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber serat yang baik bagi lansia adalah sayuran,
buah-buahan segar dan biji-bijian utuh. Manula tidak dianjurkan mengkonsumsi suplemen
serat (yang dijual secara komersial), karena dikuatirkan konsumsi seratnya terlalu banyak,
yang dapat menyebabkan mineral dan zat gizi lain terserap oleh serat sehingga tidak dapat
diserap tubuh. Lansia dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan
menggantinya dengan karbohidrat kompleks, yang berasal dari kacang-kacangan dan biji-
bijian yang berfungsi sebagai sumber energi dan sumber serat.

5. Vitamin dan mineral


Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang mengkonsumsi vitamin A,
B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D, dan E umumnya kekurangan ini terutama
disebabkan dibatasinya konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan sayuran, kekurangan
mineral yang paling banyak diderita lansia adalah kurang mineral kalsium yang
menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi menyebabkan anemia. Kebutuhan
vitamin dan mineral bagi lansia menjadi penting untuk membantu metabolisme zat-zat gizi
yang lain. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara teratur sebagai sumber
vitamin,mineral dan serat.

6. Air

Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan tubuh untuk
mengganti yang hilang (dalam bentuk keringat dan urine), membantu pencernaan makanan
dan membersihkan ginjal (membantu fungsi kerja ginjal). Pada lansia dianjurkan minum
lebih dari 6-8 gelas per hari.

 Masalah Gizi pada Lansia

1. Gizi berlebih
Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota besar.
Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih, apalai pada
lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu
sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan.
Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya : penyakit jantung,
kencing manis, dan darah tinggi.

2. Gizi kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga karena
gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan
berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein
menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok,
daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi.

3. Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan
kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan menurun,
kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.

 Pemantauan Status Nutrisi

1. Penimbangan Berat Badan


a.) Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai
peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih
dari 0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan
berat badan lebih dari 0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat badan.
b.) Menghitung berat badan ideal pada dewasa :
Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm – 100)
Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB kurang dari
160 cm, digunakan rumus :
Berat badan ideal = TB dalam cm – 100
Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih Jika BB kurang dari ideal artinya gizi
kurang.

2. Kekurangan kalori protein

Waspadai lansia dengan riwayat : Pendapatan yang kurang, kurang bersosialisasi,


hidup sendirian, kehilangan pasangan hidup atau teman, kesulitan mengunyah, pemasangan
gigi palsu yang kurang tepat, sulit untuk menyiapkan makanan, sering mangkonsumsi obat-
obatan yang mangganggu nafsu makan, nafsu makan berkurang, makanan yang ditawarkan
tidak mengundang selera. Karena hal ini dapat menurunkan asupan protein bagi lansia,
akibatnya lansia menjadi lebih mudah sakit dan tidak bersemangat.

3. Kekurangan vitamin D
Biasanya terjadi pada lansia yang kurang mendapatkan paparan sinar matahari, jarang
atau tidak pernah minum susu, dan kurang mengkonsumsi vitamin D yang banyak
terkandung pada ikan, hati, susu dan produk olahannya.

 Gizi tepat untuk lansia


 Dengan memperhatikan prinsip-prinsip kebutuhan gizinya yaitu kebutuhan energi
memang lebih rendah dari pada usia dewasa muda (turun sekitar 5-10%), kebutuhan
protein sebesar 1 gr/kg BB, kebutuhan lemak berkurang, kebutuhan karbohidrat cukup
(sekitar 50%), kebutuhan vitamin dan mineral sama dengan usia dewasa muda. Atau
dengan cara praktis melihat di DKGA (Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan).

 Menu yang disajikan untuk lansia harus mengandung gizi yang seimbang yakni
mengandung sumber zat energi, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur.
Dalam hal ini kita bisa mengacu pada makanan empat sehat lima sempurna.

 Karena lansia mengalami kemunduran dan keterbatasan maka konsistensi dan tekstur
atau bentuk makanan harus disesuaikan. Sebagai contoh : gangguan pada gigi (gigi
tanggal/ompong), maka bentuk makanannya harus lunak, misal nasi ditim, lauk pauk
dicincang (ayam disuwir, daging sapi dicincang/digiling)

 Makanan yang kurang baik bagi lansia adalah makanan berlemak tinggi seperti
seperti jerohan (usus, hati, ampela, otal dll), lemak hewan, kulit hewan (misal kulit
ayam, kulit sapi, kulit babi dll), goreng-gorengan, santan kental. Karena seperti
prinsip yang disebutkan tadi bahwa kebutuhan lemak lansia berkurang dan pada lansia
mengalami perubahan proporsi jaringan lemak. Hal ini bukan berarti lansia tidak
boleh mengkonsumsi lemak. Lansia harus mengkonsumsi lemak namun dengan
catatan sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai contoh misalnya bila menu hari ini
lauknya sudah digoreng, maka sayurannya lebih baik sayur yang tidak bersantan
seperti sayur bening, sayur asam atau tumis. Bila hari ini sayurnya bersantan maka
lauknya dipanggang, dikukus, dibakar atau ditim.

 Lansia harus diberi pengertian untuk mengurangi atau kalau bisa menghindari
makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi. Contoh bahan makanan yang
mengandung garam natrium yang tinggi adalah garam dapur, vetsin, daging kambing,
jerohan, atau makanan yang banyak mengandung garam dapur misalnya ikan asin,
telur asin, ikan pindang. Mengapa lansia harus menghindari makanan yang
mengandung garam natrium yang tinggi ? Hal ini dikarenakan pada lansia mudah
mengalami hipertensi. Hal ini, seperti yang dijelaskan tadi bahwa elastisitas pembuluh
darah telah menurun dan terjadi penebalan di dinding pembuluh darah yang
mengakibatkan mudahnya terkena hipertensi. Selain itu indera pengecapan pada
lansia mulai berkurang, terutama untuk rasa asin, sehingga rasa asin yang cukup-pun
terasa masih kurang bagi mereka, lalu makanan ditambah garam yang banyak, hal ini
akan meningkatkan tekanan darah pada lansia. Jadi kita memang perlu sampaikan
kepada lansia bahwa panduan rasa asinnya tidak bisa lagi dipakai sebagai ukuran,
karena bila dengan panduan asin dari lansia, untuk kita yang belum lansia akan terasa
asin sekali.

 Lansia harus memperbanyak makan buah dan sayuran, karena sayur dan buah banyak
mengandung vitamin, mineral dan serat. Lansia sering mengeluhkan tentang
konstipasi/susah buang air besar, nah dengan mengkonsumsi sayur dan buah yang
kaya akan serat maka akan melancarkan buang air besar. Untuk buah, utamakan buah
yang bisa dimakan dengan kulitnya karena seratnya lebih banyak. Dengan
mengkonsumsi sayuran dan buah sebenarnya lansia tidak perlu lagi mengkonsumsi
suplemen makanan.

 Selain konsumsi sayur dan buah, Lansia harus banyak minun air putih. Kebutuhan air
yakni 1500 – 2000 ml atau 6 -8 gelas perhari. Air ini sangat besar artinya karena air
menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya penyakit di saluran kemih seperti
kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga sebagi pelumas bagi fungsi tulang dan
engselnya, jadi bila tubuh kekurangan cairan maka fungsi, daya tahan dan kelenturan
tulang juga berkurang. Air juga berguna untuk mencegah sembelit, karena untuk
penyerapan makanan dalam usus memerlukan air.
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, R. Boedhi.,dkk.1999. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI


Gallo, Joseph.1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : EGC
Nugroho, Wahjudi.2000. Keperawatan Gerontik.Jakarta : EGC
Potter & Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4.Jakarta :EGC
http/www. Kebutuhan nutrisi pada lansia.com,, di akses pada hari minggu, jam 11.31.wib.
Lehman AB (1989) Review: under nutrition in elderly people. Age & Ageing 18: 339-353

Pedoman tata laksana gizi usia lanjut untuk tenaga kesehatan. 2003. Direktorat gizi
masyarakat DJBKM Depkes RI

Buku ajar ilmu gizi

Anda mungkin juga menyukai