Anda di halaman 1dari 11

1.

Konsep lansia
a. Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak berdaya
mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari
(Ratnawati, 2017).
Lanjut usia berdasarkan peraturan pemerintah republik indonesia nomor
43 tahun 2004 yakni individu yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Ketika
seseorang mencapai usia ini, akan terjadi proses perbaikan jaringan atau
hilangnya kemampuan untuk mengganti dan mempertahankan fungsi normal
tubuh, yang akan menyebabkan tubuh mengalami distorsi metabolisme dan
struktural, yang sering disebut penyakit degeneratif (Sunaryo et al., 2016).
Menurut Muhith dan Siyoto (2016), mendefinisikan lansia adalah
seseorang individu yang berumur diatas 60 tahun, pada umumnya terjadi
penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, sosial dan ekonomi. Lanjut usia
(lansia) merupakan kelompok orang yang sedang mengalami proses perubahan
secara bertahap dalam jangka waktu tertentu (Fatmah, 2010).
b. Batasan Umur Lansia
Menurut Aspiani (2014) membagi lansia menjadi 3 kelompok, yaitu lanjut
usia peralihan awal (50-55 tahun), lanjut usia peralihan menengah (55-60 tahun)
dan lanjut usia peralihan akhir (60-65 tahun). Sedangkan menurut World Health
Organization (WHO) dalam Fatmah (2010), membagi batasan lansia dalam 4
tahap yaitu usia pertengahan (middle age) (usia 45-59 tahun), lansia (elderly)
(usia 60-74 tahun), lansia tua (old) (usia 75-90 tahun) dan usia sangat tua (very
old) ( usia > 90 tahun).
Klasifikasi lansia menurut Burnside dalam Nugroho (2012) :
1. Young old (usia 60-69 tahun)
2. Middle age old (usia 70-79 tahun)
3. Old-old (usia 80-89 tahun)
4. Very old-old (usia 90 tahun ke atas)
c. Ciri-Ciri Lansia
Menurut Kemenkes RI (2016), lansia memiliki ciri sebagai berikut:
1. Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran lansia antara lain berasal dari faktor psikis dan fisik
sehingga motivasi memegang peranan utama dalam hal ini. Seperti lansia
yang semangat beraktivitasnya rendah akan mempercepat proses penurunan
fisik, terdapat pula lansia yang semangatnya tinggi, penurunan fisiknya akan
berlangsung lebih lama.
2. Lansia memiliki status kelompok minoritas
Sikap masyarakat yang kurang positif terhadap lansia dan diperkuat
dengan opini yang negatif, misalnya lansia yang lebih memilih
mempertahankan opininya dapat menyebabkan kurang baiknya sikap sosial
di masyarakat, tetapi terdapat pula lansia yang memiliki tenggang rasa
membuat baiknya sikap sosial dimasyarakat.
3. Perubahan peran
Peran lansia sebaiknya diubah dengan kehendak lansia sendiri bukan
karena tekanan dari lingkungan.
4. Adaptasi yang buruk
Lansia yang mendapat perlakuan tidak baik menjadikan lansia rentan
terhadap kurang baiknya konsep diri dan dengan demikian lansia
menunjukkan perilaku yang kurang baik pula. Akibat perawatan yang kurang
baik ini, lansia memiliki kemampuan adaptasi yang buruk. Contohnya pada
lansia yang tinggal bersama keluarga seringkali tidak diikutsertakan dalam
mengambil keputusan, keadaan ini menyebabkan lansia menjauh dari
lingkungan, cepat marah bahkan merasa rendah diri.
d. Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Dewi (2014), ada beberapa tugas perkembangan pada lansia
yaitu:
1) Mempersiapkan diri untuk kondisi yang semakin menurun.
2) Mempersiapkan diri untuk pensiun.
3) Membentuk hubungan baik dengan orang yang seusianya.
4) Mempersiapkan kehidupan yang baru.
5) Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial atau masyarakat secara
santai.
6) Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangannya.
e. Perubahan Pada Lansia
Menurut Aspiani (2014) ada beberapa perubahan yang terjadi pada usia
lanjut yaitu:
1) Perubahan fisiologis
a) Sel
Perubahan yang terjadi pada sel ini seperti lebih sedikitnya jumlah
sel, sel berubah menjadi besar, berkurangnya jumlah cairan tubuh dan
bertambahnya cairan intraseluler, menurunnya proporsi protein.
b) Sistem kardiovaskuler
Perubahan yang terjadi pada sistem kardiovaskuler ini seperti
menurunnya dinding aorta, katup jantung aorta menjadi menurun,
kemampuan jantung memompa darah menurun.
c) Sistem pernafasan
Perubahan yang terjadi pada sistem pernafasan seperti otot-otot
pernafasan kehilangan kekuatan dan mejadi kaku, terjadi penurunan
aktivitas silia, kehilangan elastisitas pada paru-paru, alveoli melebar dari
biasanya.
d) Sistem persarafan
Perubahan yang terjadi pada sistem persarafan ini seperti berat otak
menurun 10-20%, cepatnya menurun hubungan persarafan, lambat dalam
respon dan waktu untuk bereaksi, terjadi pengecilan pada panca indra.
e) Sistem gastrointestinal
Perubahan yang terjadi pada sistem gastrointestinal seperti
kehilangan gigi. Kehilangan gigi disebabkan karena adanya periodontal
disease yang terjadi setelah umur 30 tahun, adapun penyebab lain meliputi
kesehatan gigi yang buruk dan gizi buruk. Pada perubahan sistem
gastrointestinal indra pengecap juga menurun karena adanya iritasi yang
kronis dan selaput lender, atrofi indra pengecap (+ 80 %), hilangnya
sensitivitas dari indra pengecap dilidah terutama rasa manis dan asin,
hilangnya sensivitas dari saraf pengecap tentang rasa asin, asam dan pahit.
Selain itu perubahan lainnya pada gastrointestinal seperti esophagus
membesar, lambung (rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu
pengosongan juga menurun), peristaltik lemah dan biasanya timbul
konstipasi.
f) Sistem genitourinaria
Perubahan yang terjadi pada sistem genitourinaria seperti pada
ginjal.
g) Sistem endokrin
Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin pada usia lanjut
seperti produksi dari hampir seluruh hormon menurun, fungsi parathoid
dan sekresinya tidak berubah, perubahan juga terjadi pada pituitari
(pertumbuhan ada tetapi lebih rendah dan hanya di pembuluh darah,
berkurangnya produksi dari ACTH (Adrenocortikotropic Hormone), TSH
(Thyroid Stimulating Hormone), FSH (Folikel Stimulating Hormone) dan
LH (Leutinezing Hormone).
h) Sistem indera: pendengaran, penglihatan, perabaan dan pengecap atau
penghidu.
i) Sistem integumen
Dengan bertambahnya usia, terjadilah perubahan instrinsik dan
ekstriksik yang dapat mempengaruhi penampilan kulit seperti kulit
menjadi mengkerut atau keriput akibat hilangnya jaringan lemak,
permukaan kulit menjadi kasar dan bersisik karena akibat kehilangan
proses keratinisasi serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel
epidermis.
j) Sistem muskuloskeletal
Penurunan progresif dan gradual masa tulang mulai terjadi sebelum
usia 40 tahun seperti tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh
serta osteoporosis, mengalami kifosis, pinggang dan lutut serta jari-jari
pergelangan terbatas, discus intervertebralis menjadi menipis.
k) Sistem reproduksi dan seksualitas
Perubahan pada sistem ini pada lanjut usia seperti pada vagina
(selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi mejadi
berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan warna).
2) Perubahan psikososial lansia
Perubahan psikososial selama proses penuaan akan melibatkan
proses transisi kehidupan dan kehilangan. Semakin panjang usia seseorang,
maka akan semakin banyak pula transisi dan kehilangan yang harus dihadapi.
Transisi hidup, yang mayoritas disusun oleh pengalaman kehilangan, meliputi
masa pensiun dan perubahan keadaan finansial, perubahan peran dan
hubungan, perubahan kesehatan, kemampuan fungsional dan perubahan
jaringan sosial. Menurut Ratnawati (2017) perubahan psikososial erat
kaitannya dengan keterbatasan produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, lansia
yang memasuki masa-masa pensiun akan mengalami kehilangan-kehilangan
sebagai berikut:
a) Kehilangan finansial (pedapatan berkurang).
b) Kehilangan status (jabatan/posisi, fasilitas).
c) Kehilangan teman/kenalan atau relasi
d) Kehilangan pekerjaan/kegiatan. Kehilangan ini erat kaitannya dengan
beberapa hal sebagai berikut:
1) Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan bahan cara hidup
(memasuki rumah perawatan, pergerakan lebih sempit).
2) Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya hidup
meningkat padahal penghasilan yang sulit, biaya pengobatan
bertambah.
3) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik.
4) Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.
5) Adanya gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan kesulitan.
6) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
7) Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
keluarga.
8) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri)
Menurut Aspiani (2014) perubahan mental yang terjadi pada usia
lanjut yaitu:
a) Kenangan (memory)
Kenangan jangka panjang (berjam-jam hingga berhari-hari
yang lalu mencakup beberapa perubahan). Kenangan jangka pendek 0-10
menit, kenangan buruk.
b) IQ (Intellegentia Quantion)
Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan
verbal. Berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan.
f. Psikososial Lansia
Psikososial adalah suatu kondisi yang terjadi pada seseorang yang
mencakup aspek psikis dan sosial. Psikososial menunjukan pada hubungan yang
dinamis antara faktor psikis dan sosial, yang saling berinteraksi dan
mempengaruhi satu sama lain. Psikososial sendiri berasal dari kata psiko dan
sosial. sosial mengacu pada hubungan eksternal individu dengan orang-orang
disekitarnya (Padila, 2013).
g. Kondisi Kesehatan Psikologis
Kata psiko mengacu pada aspek psikologis dari individu (pikiran,
perasaan dan perilaku), jadi yang dimaksud dengan kondisi kesehatan psikologis
itu adalah kondisi individu atau seseorang sehat secara pikiran, perasaan dan juga
perilaku (Padila, 2013). Kondisi kesehatan psikologis ini dapat ditinjau dari
konsep diri seseorang.
1) Konsep diri
Konsep diri merupakan ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan
pendirian yang dapat diketahui oleh individu mengenai diri sendiri dan
mempengaruhi individu dalam berhubungan kepada orang lain (Yusuf, PK, &
Nihayati, 2015). Menurut Yusuf et al., (2015), ada beberapa komponen
konsep diri diantaranya adalah:
a) Citra tubuh
Citra tubuh atau Gambaran diri adalah sikap individu terhadap
tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar, meliputi penampilan,
potensi tubuh, fungsi tubuh, serta persepsi dan perasaan tentang ukuran
dan bentuk tubuh (Sunaryo, 2013).
b) Ideal diri
Ideal diri merupakan suatu persepsi seseorang tentang bagaimana
ia harus berperilaku sesuai dengan standar perilaku (Tarwoto &
Wartonah, 2010).
c) Harga diri
Harga diri adalah suatu penilaian seseorang tentang pencapaian
diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri
(Dalami et al., 2009).
d) Peran
Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial
yang berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai kelompok
sosial, dimana tiap individu mempunyai berbagai peran yang terintegrasi
dalam pola fungsi individu. Peran ini memberikan sarana untuk berperan
serta dalam kehidupan sosial dan merupakan cara untuk menguji identitas
dengan memvalidasi pada orang yang berarti (Dalami et al., 2009).
e) Identitas diri
Identitas diri merupakan kesadaran akan dirinya sendiri yang
bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesis dari
semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh (Tarwoto &
Wartonah, 2010).
h. Kondisi Kesehatan Sosial
Kata sosial mengacu pada hubungan eksternal individu dengan orang-
orang disekitarnya. Jadi kondisi kesehatan sosial itu adalah kondisi dimana
seseorang atau individu mampu berhubungan (berinteraksi) dengan orang
disekitarnya (Padila, 2013).
1) Interaksi sosial
Interaksi sosial merupakan suatu hubungan manusia dengan manusia
lainnya, atau hubungan manusia dengan kelompok, atau hubungan kelompok
dengan kelompok (Sarwono, 2014).
i. Masalah Psikososial
Menurut Maas, Buckwalter, Hardy, Tripp-Reimer, Titler dan Specht
(2011), ada beberapa masalah psikososial yang terjadi pada usia lanjut yaitu:
1) Kecemasan (ansietas)
Menurut Direja (2011), kecemasan (ansietas) adalah kekhawatiran
yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan adanya perasaan tidak
pasti dan tidak berdaya. Biasanya keadaan emosi ini tidak memiliki objek
yang spesifik.
2) Kehilangan
Menurut Yusuf et al., (2015), kehilangan merupakan suatu keadaan
individu mengalami kehilangan sesuatu yang sebelumnya ada dan dimiliki.
Menurut Direja (2011), kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah
dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian
ataupun keseluruhan.
3) Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan merupakan persepsi bahwa segala tindakannya
akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan (Direja,
2011).
4) Keputusasaan
Keputusasaan adalah keadaan emosional subjektif terus menerus,
dimana seseorang individu tidak melihat alternatif atau tersedia pilihan
pribadi untuk memecahkan masalah-masalah atau mencapai apa yang
diinginkan dan tidak dapat menggerakkan energi atas namanya sendiri untuk
menentapkan suatu tujuan (Direja, 2011).
5) Isolasi sosial
Menurut Yusuf et al. (2015), isolasi sosial adalah keadaan seseorang
mengalami penurunan atau bahkan individu tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain di sekitarnya.
6) Harga diri rendah
Harga diri rendah adalah evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama.
(Direja, 2011).
7) Depresi
Menurut Lubis (2016) depresi adalah suatu gangguan perasaan atau
afek yang ditandai dengan afek disforik (kehilangan kegembiraan/ gairah).
2. Konsep Menua
a. Definisi Menua
Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau menggantidan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahanterhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo,2010).
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-
tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin
rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan,
pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring
meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada
kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruhpada activity of
daily living (Fatimah, 2010).
b. Teori Proses Menua
Menurut Depkes RI (2016) tentang proses menua yaitu:
1) Teori – teori biologi
a) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies –
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang diprogram oleh molekul – molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi sehingga terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel.
b) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak).
c) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
d) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya
virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakanorgan tubuh.
e) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
terpakai.
f) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-
sel tidak dapat regenerasi.
g) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang
kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya
elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
h) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah
setelahsel-sel tersebut mati.
2) Teori kejiwaan sosial
a) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat dilakukannya.
Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif
dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. Ukuran optimum (pola hidup)
dilanjutkan pada cara hidup dari lansia berupa mempertahankan hubungan
antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil.
b) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Pada teori
ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lansia
sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
c) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik
secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan
ganda (triple loss), yakni:
(1) Kehilangan peran;
(2) Hambatan kontak sosial;
(3) Berkurangnya kontak komitmen
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, R.Y. (2014). Buku ajar asuhan keperawatan gerontik aplikasi nanda NIC & NOC
Jilid 1. Jakarta: CV Trans Info Media
Dalimartha, S., Purnama, B. T., Sutarina, N., Mahendra, B., & Darmawan, R. (2008). Can
your self hipertensi. Jakarta: Penebar Plus.
Dewi, S. R. (2014). Buku ajar keperawatan gerontik Ed I.Yogjakarta: Deepublish.
Direja, A. H. S. (2011). Buku ajar asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Fatimah. (2010). Merawat manusia lanjut usia suatu pendekatan proses keperawatan
gerontik. Jakarta: CV TIM
Fatmah. (2010). Gizi usia lanjut . Jakarta: Penerbit Erlangga
Kartinah. & Sudaryanto. A. (2017). Masalah psikososial pada lanjut usia. Jurnal UMS FIK
UMS. Retrieved from http://journals.ums.ac.id/index.php/BIK/article/view/3743
Keliat, B. A., Helena, N. & Farida, P. (2013). Manajemen keperawatan psikososial dan kader
kesehatan jiwa. Jakarta: EGC
Padila. (2013). Buku ajar keperawatan gerontik. Jakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai