Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KONSEP DIRI “HARGA DIRI RENDAH”

Disusun oleh
Triyatmini
NIM :SN202158

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

1
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN KONSEP “DIRI HARGA DIRI RENDAH”

A. LATAR BELAKANG
Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis
bermakna yang berhubungan dengan distress atau penderitaan dan menimbulkan
gangguan pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia (Keliat, 2011).
Fenomena gangguan jiwa pada saat inimengalami peningkatan yang sangat
signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan
jiwa bertambah. Berdasarkan data dari World Health Organisation (WHO) dalam
yosep (2015) ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan jiwa.
WHO menyatakan setidaknya ada satu dari empat orang didunia mengalami
masalah mental, dan masalah gangguan kesehatan jiwa yang ada di seluruh dunia
sudah menjadi masalah yang sangat serius.
Berdasarkan hasil penelitian dari Rudi Maslim dalam Mubarta (2015)
prevalensi masalah ksehatan jiwa di Indonesia sebesar 6,55%. Angka tersebut
tergolong sedang dibandingkan dengan negara lain. Data dari 33 Rumah Sakit
Jiwa (RSJ) yang ada di Indonesia menyebutkan hingga kini jumlah penderita
gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang. Penderita gangguan jiwa berat
dengan usia di atas 15 tahun di Indonesia mencapai 0,46%. Hal iniberarti terdapat
lebih dari 1 juta jiwa di Indonesia yang menderita ganggun jiwa berat.
Prevalensi gangguan jiwa di Jawa Tengah mencapai 3,3% dari seluruh
populasi yang ada (Balitbangkes, 2012). Berdasarkan data dari dinaskesehatan
Provinsi Jawa Tengah tercatat ada 1091 kasus yang mengalami gangguan jiwa.
Berdasarkan studi pendahuluan, di wilayah Wonogiri masih banyak terdapat
masyarakat yang mengalami gangguan jiwa. Di Wilayah Wonogiri terdapat
kurang lebih 2778 kasus penderita gangguan jiwa (DKK Kabupaten Wonogiri,
2014).
Prevalensi penderita gangguan jiwa di RSUD dr Soediran Mangun Sumarso
Kabupaten Wonogiri selama tahun 2016 terdapat 105 pasien yang dirawat di
Ruang Dahlia, dan terdapat total 677 kasus penderita gangguan jiwa yang periksa
di poli jiwa. Untuk prevalensi yang paling tinggi adalah kasus Perilaku Kekerasan

2
sebesar 35%, Halusinasi sebesar 30%, Resiko Bunuh Diri sebesar 15%, Defisit
Perawatan Diri sebesar 10%, Menarik Diri 5% dan Waham ada 5% dari jumlah
kasus.

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Definisi
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri , merasa
gagal karena karena tidak mampu mencapai keinginansesuai ideal diri (keliat.
2011). Menurut Schult & videbeck (2007) gangguan harga diri rendah adalah
penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan
secara langsung maupun tidak langsung.
2. Tanda dan gejala
Menurut Carpenito, L.J (2008 : 352); Keliat, B.A (2005: 20)
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan
akibat tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena
rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan
terjadi jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan
mengkritik diri sendiri.
c. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak
mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak
ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
e. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan,
misalnya tentang memilih alternatif tindakan.
f. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai
harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

3
3. Penyebab terjadinya masalah
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi
secara :
a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena
sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
a. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/ sakit/ penyakit.
c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan
tanpa persetujuan.
b. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap
dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi
ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada
klien gangguan jiwa. Dalam tinjauan life span history klien, penyebab
HDR adalah kegagalan tumbuh kembang, misalnya sering disalahkan,
kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima dalam
kelompok (Yosep, 2007)
4. Faktor predisposisi
Faktor yang mempengaruhi HDR adalah penolakan orang tua, harapan orang
tua yang tidak realistic. Tergantung pada orang tua dan ideal diri yang tidak
realistic. Misalnya ; orang tua tidak percaya pada anak, tekanan dari teman,
dan kultur sosial yang berubah

4
5. Faktor presipitasi
a. Ketegangan peran
Stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami dalam peran atau
posisi, misalnya: menjadi direktur perusahaan besar.
b. Konflik peran
Ketidaksesuaian peran dengan apa yang diinginkan, seseorang dengan
cita-cita menjadi pengacara, akhirnya bekerja di perusahaan garment.
c. Peran yang tidak jelas
Kurangnya pengetahuan individu tentang peran. Seseorang yang bekerja
sebagai manager, akan tetapi tidak mengetahui job description nya.
d. Peran yang berlebihan
Menampilkan seperangkat peran yang kompleks. Contoh: seorang dokter
wanita, menjadi pengajar, menjadi ibu rumah tangga dan menjadi anggota
legislatif.
e. Perkembangn transisi
Perubahan norma dengan nilai yang taksesuai dengan diri. Seorang
bersuku Batak pindah ke daerah Jawa.
f. Situasi transisi peran
Bertambah/ berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu.
Contoh: seorang anak yang ibunya meninggal, kemudian ayahnya
menikah lagi, sehingga dia harus menyesuaikan diri menjadi anak tiri.
g. Transisi peran sehat-sakit
Kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, fungsi, penampilan, prosedur
pengobatan dan perawatan.
Contoh: seseorang pasca amputasi.

6. Akibat terjadinya masalah


Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak
mampu bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik
diri. Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak
fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi
seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI, 2000 : 336).

5
C. POHON MASALAH

Isolasi sosial : menarik diri

Core Problem
Gangguan konsep diri : harga diri
rendah

Koping individu tidak efektif

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Harga diri rendah
3. Gangguan citra tubuh

E. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Isolasi sosial: menarik diri
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengancara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

6
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan:
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau bergaul
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda
serta penyebab yang muncul
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
Tindakan :
a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
b. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan orang lain
c. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain
d. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang
lain
e. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
f. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain
g. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan
orang lain
h. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
i. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

7
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan:
a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui
tahap :
1) Klien – Perawat
2) Klien – Perawat – Perawat lain
3) Klien – Perawat – Perawat lain – Klien lain
4) Kien – Keluarga atau kelompok masyarakat
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu
f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang
lain
Tindakan:
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
dengan orang lain
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan
dengan orang lain.
c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan orangain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
1) Salam, perkenalan diri
2) Jelaskan tujuan
3) Buat kontrak
4) Eksplorasi perasaan klien
b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :

8
1) Perilaku menarik diri
2) Penyebab perilaku menarik diri
3) Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
4) Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
5) Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien
untuk berkomunikasi dengan orang lain.
6) Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk
klien minimal satu kali seminggu
7) Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai
oleh keluarga

Diagnosa II : harga diri rendah.


Tujuan umum: Kien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
Tujuan khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
a. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi
terapeutik:
1) Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
b. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
c. Utamakan memberi pujian yang realistik.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
a. Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.
b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
4. Klien dapat merencanakn kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

9
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari.
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
b. Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara mearwat klien
dengan harag diri rendah.
b. Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat.
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.

Diagnosa II: gangguan citra tubuh.


Tujuan umum: klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien
akan meningkat harga dirinya.
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, perkenalan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak
yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
b. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
c. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
d. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang
berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan:
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan
memberi pujian yang realistis

10
c. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan:
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke
rumah
4. Klien dapat menetapkan/merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
Tindakan:
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan:
a. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan:
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
d. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

11
F. DAFTAR PUSTAKA

Balitbangkes. 2012. Prevalensi Gangguan Jiwa di Jawa Tengah. Seemarang:


Depkes
Maslim, Rudi & Mubarta. 2015. Penelitian Psikologi Gangguan Jiwa. Jakarta
(Diakses tanggal 10 Mei 2017)
Keliat,Budi A. 2011. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Purwaningsih, Wahyu. Karlina, Ina. 2009.Asuhan Keperawatan Jiwa.
Jogjakarta: Nuha Medika Press.
Stuart GW, Sundeen. 2009.Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC
Keliat Budi Ana. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta:
EGC
Keliat Budi Ana. 2005.Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC
Tim Direktorat Keswa, 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1,
Bandung: RSJP Bandung
Suseno D. Psikofarmaka. 2009. Diakses pada tanggal 10Mei 2017 dari
http://portalperawat.blogspot.com/2009/05/psikofarmakologi-obat-obatan-
untuk.html
Yosep, Iyus. 2015. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

12

Anda mungkin juga menyukai