Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIK KLINIK III

STASE KEPERAWATAN JIWA


LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN UTAMA HARGA DIRI RENDAH

Pembimbing Akademik :
Mita, S.Kep., Ns., M.Kep
Pembimbing Klinik :
Ns. Rara Anggraini, M.Kep., Sp.Kep.J

Disusun Oleh :
Zenita Indra Ramadhita
I1031191027

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
A. Pengertian
Harga diri rendah merupakan suatu kesedihan atau perasaan duka
berkepanjangan. Harga diri rendah adalah emosi normal manusia, tapi secara
klinis dapat bermakna patologik apabila mengganggu perilaku sehari-hari,
menjadi pervasive dan muncul bersama penyakit lain. Harga diri rendah terkait
dengan hubungan interpersonal yang buruk yang beresiko mengalami depresi
dan schizophrenia. Harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri termasuk hilangnya rasa percaya diri dan harga diri.
Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional atau kronis. Harga diri
rendah kronis adalah evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negatif dan di pertahankan dalam waktu yang lama. Harga diri rendah
merupakan perasaan over negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan
diri dan gagal mencapai tujuan yang di ekspresikan secara langsung maupun
secara tidak langsung melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat
(Deans & Meocevic, 2006; Stuart, 2014).
Harga diri rendah kronik adalah evaluasi diri/ perasaan negatif tentang
diri sendiri atau kemampuan diri yang berlangsung minimal tiga bulan
(NANDA-1, 2018). Harag diri rendah melibatkan evaluasi diri yang negative
dan berhubngan dengan perasaan yang lemah, tidak berdaya, putus asa,
ketakutan , rentan, rapuh, tidak lengkap, tidak berharga, dan tidak memadai
(Stuart, Keliat, & Pasaribu, 2016).
Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan
diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya
disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci diri sendiri dan menolak diri
sendiri. Gangguan diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :
a. Situasional Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,
kecelakaan,dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada
pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena prifasi yang
kurang diperhatikan. Pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan
alat yang tidak sopan, harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang
tidak tercapai karena dirawat/penyakit, perlakuan petugas yang tidak
menghargai. (Makhripah & Iskandar, 2012).
b. Kronik Yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama,yaitu
sebelum sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang negativ.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negativ terhadap
dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi ini
dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien
gangguan jiwa. (Makhripah & Iskandar, 2012).
B. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi menurut Stuart Gail (2013) :
- Faktor yang mempengaruhi harga diri, meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidakrealistis, kegagalan yang berulang,
kurang memiliki tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
- FaKtor yang mempengaruhi performa peran adalah steriotif peran
gender,tuntutan peran kerja,dan harapan peran budaya,nilai- nilai
budaya yang tidak dapat di ikuti oleh individu. Di masyarakat
umumnya peran seseorang disesuaikan dengan jenis kelamin.
Misalnya seorang wanita dianggapkurang mampu, kurang mandiri,
kurang obyektif dan rasional. Sedangkan pria dianggap kurang
sensitif, kurang hangat kurang ekspresif dibanding wanita. Sesuai
dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak sesuai
lazimnya maka dapat menimbulkan konflik diri maupun hubungan
sosial.
- Faktor yang mempengaruhi identitas diri meliputi ketidakpercayaan
orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur
social. Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan
anak menjadi kurang percaya diri,ragu dalam mengambil keputusan
dan dihentikan rasa bersalah ketika akan melakukan sesuatu. Kontrol
orang tua yang berat pada anak remaja akan menimbulkan perasaan
benci pada orang tua. Teman sebaya merupakan faktor lain yang
berpengaruh pada identitas.
- Faktor Biologis Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi
kerja hormon secara umum yang dapat pula berdampak pada
keseimbangan neurotransmiter diotak.
b. Faktor Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang
dihadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan situasi atas stresor
dapat mempengaruhi komponen. Stresor yang dapat mempengaruhi
gambaran diri adalah hilangnya bagian tubuh, tindakan operasi, proses
patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh
kembang, prosedur tindakan dan pengobatan. Sedangkan stressor yang
dapat mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang
penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti.
C. Diagnosa Medis
Skizofrenia
D. Manifestasi Klinis
Mayor
Subjektif :
1. Menilai diri negatide/mengkritik diri
2. Merasa tidak berarti / tidak berharga
3. Merasa malu/minder
4. Merasa tidak mampu melakukan apapun
5. Meremehkan kemampuan yang dimiliki
6. Merasa tidak memiliki kelebihan

Objektif :

1. Berjalan menunduk
2. Postur tubuh menunduk
3. Kontak mata kurang
4. Lesu dan tidak bergairah
5. Berbicara pelan dan lirih
6. Ekpresi muka datar pasif
Minor
Subjektif :

1. Merasa sulit konsentrasi


2. Mengatakan sulit tidur
3. Mengungkapkan keputusasaan
4. Enggan menoba hal baru Menolak penilaian positif tenant diri sendiri
5. Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri

Objektif :

1. Bergantung pada pendapat orang lain


2. Sulit membuat keputusan
3. Seringkali mencari penegasan
4. Menghindari orang lain
5. Lebih senang menyendiri
E. Tujuan Asuhan Keperawatan
a. Kognitif
Klien mampu :
- Mengenal aspek positif dan kemampuan yang dimiliki
- Menilai aspek positif dan kemampuan yang dapat dilakukan
- Memilih aspek positif dan kemampuan yang ingin dilakukan
b. Psikomotor
Klien mampu :
- Melakukan aspek positif dan kemampuan yang dipilih
- Berprilaku aktif
- Menceritakan keberhasilan pada orang lain
c. Afektif
- Merasakan manfaat cara-cara mengatasi halusinasi
- Membedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan
- Meningkatkan harga diri
- Menghargai kemampuan diri
F. Tindakan Keperawatan Ners Untuk Individu
Tindakan Keperawatan Ners :
1. Pengkajian : Kaji tanda dan gejala serta penyebab harga diri rendah
kronik
2. Diagnosis : Jelaskan proses terjadinya harga diri rendah kronik
3. Tindakan keperawatan :
a. Diskusikan aspek positif dan kemampuan yang pernah dan masih
dimiliki klien
b. Bantu klien menilai aspek positif dan kemampuan yang masih
dimiliki dan dapat digunakan/dilakukan
c. Bantu klien memilih aspek positif atau kemampuan yang akan
dilatih
d. Latih aspek positif atau kemampuan yang dipilih dengan motivasi
yang positif
e. Berikan pujian untuk setiap kegiatan yang dilakukan dengan baik
f. Fasilitas klien bercerita tentang keberhasilannya
g. Bantu klien membuat jadwal Latihan untuk membudayakan
h. Bantu klien menilai manfaat Latihan yang di lakukan
G. Tindakan Keperawatan Ners Untuk Keluarga
a. Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
b. Jelaskan pengertian, tanda gejala, serta proses terjadinya harga diri rendah
yang dialami klien
c. Diskusikan cara merawat harga diri rendah dan memutuskan cara merawat
yang sesuai dengan kondisi pasien
d. Melatih keluarga cara merawat harga diri rendah
1) Menghundari situasi yang menyebabkan harga diri rendah
2) Membimbing klien melakukan Latihan cara mengendalikan
halusinasi sesuai dengan yang di latih perawat kepada klien
3) Memberi pujian atas keberhasilan klien
e. Melibatkan seluruh anggota keluarga untuk bercakap-cakap secara
bergantian , memotivasi klien melakukan Latihan dan memberi pujian atas
keberhasilannya
f. Menjelaskan tanda dan gejala harga diri rendah yang memerlukan rujukan
sgera yaitu harga diri rendah yang memerintahkan kekerasan, serta
melakukan follow up ke pelayanan kesehatan secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B. ., & Pawirowiyono, A. (2015). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas


Kelompok (2nd ed.). EGC.
Keliat, B. A. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Penerbit Buku Kedoteran ECG.
Stuart, G. W. (2014). Principles and practice of psychiatric nursing-ebook: Elsevier
Health Sciences.
Stuart, G. W., Keliat, B. A., & Pasaribu, J. (2016). Prinsip dan praktik keperawatan
kesehatan jiwa stuart. Edisi Indonesia (Buku 1). Singapura: Elsevier
Wijayati, F., Nasir, T., Hadi, I., & Akhmad. (2020). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Harga Diri Rendah Pasien Gangguan Jiwa.
HIJP : HEALTH INFORMATION JURNAL PENELITIAN, 224-235.
STANDAR PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP)

DENGAN KELUARGA

SP 1 KELUARGA

1. Orientasi
1.1 Salam
“Selamat pagi Ibu, saya Budi dari Puskesmas Mulya. Nama Ibu siapa?
Panggilannya apa?”
1.2 Evaluasi
“Bagaimana kesehatan anggota keluarga Ibu? Apakah ada yang sakit?”
1.3 Validasi
“Apakah sudah dibawa ke Puskesmas atau sudah berobat ke tempat yang
lain? Bagaimana hasilnya?”
1.4 Kontrak
1.4.1 Tindakan dan tujuan
"Baiklah saya akan melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap
keluarga Ibu, agar dapat membantu meningkatkannya."
1.4.2 Waktu
"Waktunya 5-15 menit ya Bu, apakah ibu setuju?"
1.4.3 Tempat
"Kita lakukan di sini saja ya, Bu?"
2. Kerja
2.1 Pengkajian
2.1.1 Identitas Keluarga
"Saya akan mendata siapa saja yang tinggal serumah dengan Ibu. Di
rumah ini Ibu tinggal bersama siapa aja? Oh, bersama Bapak dan
anak ya. Kita mulai dengan Bapak dulu ya Bu. Bapak nama
lengkapnya siapa? Berapa usia saat ini? Pendidikan Bapak apa?
Bapak bekerja di mana? Bagaimana kondisi kesehatan Bapak saat
ini?"
"Sekarang saya akan mendata Ibu sendiri. Nama lengkap Ibu?
Berapa usia ibu saat ini? Pendidikan ibu apa? Apakah Ibu bekerja?
Di mana? Bagaimana kondisi kesehatan Ibu saat ini?"
"Nah, sekarang saya akan mendata anak Ibu. Nama lengkap anak?
Berapa usianya saat ini? Pendidikannya apa? Apakah anak Ibu
bekerja? Di mana? Bagaimana kondisi kesehatan anak Ibu saat ini?."
2.1.2 Pengkajian Indikator Keluarga Sehat (IKS)
"Bu, saya akan cek dulu kesehatan keluarga ibu dengan indikator
keluarga sehat (IKS)."
"IKS merupakan program pemerintah agar seluruh keluarga sehat.
Ibu akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak. Mari kita
mulai!"
- Apakah keluarga Ibu mengikuti program keluarga berencana?
- Apakah Ibu melahirkan di fasilitas kesehatan?
- Apakah anak Ibu mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
- Apakah anak Ibu mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
- Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan?
- Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok?
- Apakah anggota keluarga Ibu menjadi anggota JKN/ BPJS?
- Apakah anggota keluarga Ibu memiliki akses sarana air bersih ?
- Apakah keluarga Ibu memiliki akses jamban sehat?
- Apakah anggota keluarga Ibu ada yang menderita TBC? Jika iya,
apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar
dari pelayanan kesehatan?
- Apakah ada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
- Apakah ada anggota keluarga yang menderita diabetes melitus?
Jika iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
- Apakah ada anggota keluarga yang menderita hipertensi? Jika
iya, apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
standar dari pelayanan kesehatan?
- Apakah ada yang menderita kanker? Jika iya, apakah sudah
mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari pelayanan
kesehatan?
Kesimpulan:
“Baiklah bu, berdasarkan jawaban yang ibu berikan, kesehatan
keluarga ibu sudah cukup bagus, namun ada yang perlu dilanjutkan
dengan pemeriksaan terhadap kesehatan jiwa”
2.2 Diagnosis
“Baik bu, setelah berbincang-bincang jadi dari hasil pemeriksaan yang
telah saya lakukan tadi, maka ada beberapa kondisi kesehatan keluarga ibu
yang tidak sehat seperti anak ibu mengalami masalah kesehatan jiwa,
untuk itu saya membantu memberikan latihan relaksasi napas dalam untuk
mengurangi kecemasan.”
2.3 Tindakan Keperawatan
“Oke bu, kita mulai dengan tarik napas dalam perlahan dari hidung, tahan
sebentar lalu hembuskan pelan-pelan dari mulut seperti menghembuskan
kekesalan”
Dampingi: “Nah ayo kita coba bersama bu” “Benar sekali bu”
Mandiri: “Sekarang coba ibu lakukan sendiri Tarik napasnya.” “Bagus
sekali bu, caranya sudah benar.”
“Baiklah, sudah selesai latihan yang kita lakukan, untuk selanjutnya
mungkin bisa dibuat jadwal ya bu untuk semua kegiatan yang akan ibu
dilakukan”
“Baiklah bu, sebelum saya menjelaskan cara merawat anak bu, Mari kita
menemui anak ibu terlebih dahulu...”
STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP1)

DENGAN KLIEN HARGA DIRI RENDAH

1. Orientasi
1.1 Salam
”Selamat pagi Dik, perkenalkan saya perawat Budi, Perawat Puskesmas
Mulya. Nama Adik siapa? Senang dipanggil apa? Oh baik, kalau begitu
saya memanggilnya dengan Tini ya."
1.2 Evaluasi
"Apa yang Tini rasakan saat ini?"
"Saya lihat Tini kurang bersemangat, sudah berapa lama Tini tidak keluar
rumah?”
1.3 Validasi
"Apa yang telah Tini lakukan untuk mengatasi hal tersebut? Lalu, apakah
berhasil?
1.4 Kontrak
1.4.1 Tindakan dan Tujuan
“Iya dik, sesuai dengan janji sebelumnya saya datang untuk
membantu mediskusikan kemampuan dan kelebihan yang adik
miliki untuk dilatih sehingga adik tidak perlu merasa pesimis”
1.4.2 Waktu
"Baik, kita akan berdiskusinya selama 5-15 menit ya, Tini.
Apakah Tini bersedia?"
1.4.3 Tempat
"Jika kita berbicaranya di sini saja, apakah Tini merasa nyaman?”
2. Kerja
2.1 Pengkajian
“Apa yang terjadi sehingga Tini malu dan lebih suka menyendiri?”
“Apa yang Tini rasakan akibat dari kejadian tersebut?”
“Apa yang Tini rasakan ketika menyendiri?”
2.2 Diagnosis
“Jika Tini merasa sangat malu maka akan menyebabkan Tini lebih suka
menyendiri. Apakah Tini mau bangkit kembali dengan mengembangkan
kemampuan dan aspek positif yang Tini miliki?”
2.3 Tindakan
“Oke dik, karena adik bersedia untuk memilih kemampuan yang akan
dilatih maka adik bisa duduk senyaman mungkin ya dik.”
“Baik dik, coba jelaskan kenapa adik merasa pesimis atau kurang percaya
diri.”
“Iya dik, saya paham bagaimana yang adik rasakan namun menurut saya
setiap orang pasti memiliki kelebihan yang berbeda, apakah adik
memiliki suatu hobi yang membuat adik senang?”
“Bagus sekali dik, jadi adik suka menggambar ya? kalau adik rajin
berlatih pasti hasil gambar adik akan disukai banyak orang.”
“Baik dik, adik sangat beruntung karena diberikan bakat menggambar
yang tidak semua orang bisa, keluarga adik pasti bangga melihat adik.
Saya yakin adik pasti bisa, selalu optimis ya dik.”."
3. Terminasi
3.1 Evaluasi subjektif
“ Bagaimana perasaan Tini setelah Latihan tadi?”
3.2 Evaluasi objektif
“ Coba Tini sebutkan bagaimana latihan kita tadi?.”
“ Iya Tini, bagus sekali.”
3.3 Rencana tindak lanjut
“Mulai sekarang Tini harus lebih percaya diri atas apa yang Tini punya
sebab pada dasarnya setiap orang memiliki bakat masing-masing, Tini
hanya perlu lebih giat berlatih untuk mengembangkan bakat Tini. Oleh
karena itu, Tini bisa menuliskan rencana latihan seminggu kedepan”
3.4 Rencana tindak lanjut perawat
“Baik Tini, saya ijin pamit ke ruang perawat dulu, besok saya akan kembali
untuk menentukan rencana latihan Tini. Terimakasih”
3.5 Salam
“ Semoga Tini lekas sembuh.”

Anda mungkin juga menyukai