Anda di halaman 1dari 22

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DIAGNOSIS RESIKO

PERILAKU KEKERASAN”
Dosen Pembimbing : Ns. Tri Wahyuni, M.Kep

Disusun Oleh:

Irfan Setiawan SRP20317131

PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH

PONTIANAK

2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) RISIKO PERILAKU
KEKERASAN
Bidang Studi : Keperawatan Jiwa
Pokok Bahasan : Risiko Perilaku Kekerasan
Sub Pokok Bahasan : Cara Merawat Pasien Perilaku Kekerasan
Sasaran : Tn. A
Tempat : Rumah Tn. A
Hari/ Tanggal : Rabu, 23-12-2020
Waktu : Pukul 09.00 s.d selesai

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga mampu mengetahui
tindakan yang dilakukan dalam merawat penderita dengan masalah perilaku
kekerasan.

2. Tujuan Khusus
a. Menyebutkan pengertian Perilaku Kekerasan.
b. Menyebutkan penyebab Perilaku Kekerasan.
c. Menyebutkan tanda dan gejala Perilaku Kekerasan.
d. Menyebutkan rentang respons marah.
e. Mendemonstrasikan cara mengontrol Perilaku Kekerasan.

B. MATERI
Terlampir

C. MEDIA
- Leaflet

D. METODE
a. Ceramah
b. Demonstrasikan
c. Tanya jawab
E. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Tn. A hadir dalam kegiatan
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan oleh mahasiswa
2. Evaluasi proses
a. Tn. A antusias terhadap materi yang diberikan
b. Tn. A tidak meninggalkan tempat penyuluhan
c. Tn. A mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi hasil
a. Tn. A mampu menyebutkan pengertian Perilaku Kekerasan
b. Tn. A mampu menyebutkan penyebab Perilaku Kekerasan
c. Tn. A mampu menyebutkan 4 dari 6 tanda dan gejala Perilaku Kekerasan
d. Tn. A mampu mendemonstrasikan cara mengontrol Perilaku Kekerasan

F. PROSES PELAKSANAAN

KEGIATAN
NO KEGIATAN PENYULUH WAKTU MEDIA METODE
PESERTA

1 Pembukaan :

 Membuka kegiatan  Menjawab 5 menit ceramah


dengan mengucapkan salam
salam
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Menjelaskan tujuan dari  Memperhatikan
pertemuan
 Menyebutkan materi  Memperhatikan
yang akan diberikan
2 Pelaksanaan :

 Persepsi mengenai  Menjawab 15 menit Leaflet Tanya


pengertian Perilaku pertanyaan jawab dan
Kekerasan ceramah
 Mengklarifikasi dengan  Mendengarkan
menjelaskan tentang
penyebab Perilaku
 Mendengarkan

Kekerasan Demonstrasi
dan ceramah
 Mengklarifikasi dengan
 Memperhatikan
menjelaskan tanda dan
gejala Perilaku
Kekerasan
 Mengajarkan bagaimana
cara mengontrol
Perilaku Kekerasan

3 Evaluasi :

 Menanyakan kepada Tn. Menjawab 5 menit


A tentang materi pertanyaan
penyuluhan yang telah
diberikan, mengevaluasi
tentang materi yang
telah disampaikan dan
reinforcement kepada
Tn. A yang dapat
menjawab pertanyaan.
4 Terminasi :

 Mengucapkan salam  Menjawab salam 5 menit


penutup

G. PERTANYAAN EVALUASI
1. Apa yang di maksud dengan Perilaku Kekerasan ?
2. Apa penyebab Perilaku Kekerasan ?
3. Apa tanda dan gejala Perilaku Kekerasan ?
4. Bagaimana cara mengontrol Perilaku Kekerasan ?

Lampiran
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Pengertian Perilaku kekerasan


Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah
yang tidak konstruktif.
Marah adalah pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil/tujuan
yang harus dicapai terhambat”. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah
akan mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan
kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan
individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Untuk itu
perawat harus pula mengetahui tentang respons kemarahan sesorang dan fungsi positif
marah.

B. Penyebab Perilaku kekerasan


Menurut Stearen penyebab kemarahan (perilaku kekerasan) adalah kombinasi dari
segala sesuatu yang tidak enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya
harga diri, kebutuhan akan status dan prestise yang tidak terpenuhi.
1. Frustasi : sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/ keinginan
yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan
cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa
mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
2. Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang
sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut
mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas
marah, dan sebagainya.
3. Kebutuhan akan status dan prestise : Manusia pada umumnya mempunyai
keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.

C. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan


1. Muka merah
2. Pandangan tajam
3. Otot tegang
4. Nada suara tinggi
5. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak
6. Memukul jika tidak senang

D. Cara Merawat pasien dengan Perilaku Kekerasan


Cara Mengatasi Marah (Peran Serta Keluarga Dalam Merawat Klien
Yang Melakukan Perilaku Kekerasan)
Cara umum dapat diarahkan pada berbagai aspek :
1. Fisik : menyalurkan marah melalui kegiatan fisik seperti lari pagi, angkat
berat, menari, jalan-jalan,olah raga,relaksasi otot
2. Emosi : mengurangi sumber yang menimbulkan marah, misalnya ruangan
yang terang,sikap keluarga yang lembut
3. Intelektual : mendorong ungkapan marah, melatih terbuka terhadap erasaan marah,
melindungi dan melaporkan jika amuk
4. Sosial : mendorong klien yang melakukan cara marah yang konstruktif (yg
telah dilatih di rs)pada lingkungan
5. Spritual : bantu menjelaskan keyakinan tentang marah, meingkatkan kegiatan
ibadah

Cara khusus yang dapat dilakukan keluarga pada kondisi khusus :


1)      Berteriak menjerit, memukul
2)      Terima marah klien, diam sebentar
3)      Arahkan klien untuk memukul barang yang tidak mudah rusak (bantal, kasur)
4)      Setelah tenang diskusikan cara umum yang sesuai
5)      Bantu klien latihan relaksasi (latihan fisik, olah raga)
6)      Latihan pernafasan 2 kali/hari, tiap kali sepuluh kali tarikan dan hembusan nafas
7)      Berikan obat sesuai dengan aturan pakai
8)     Jika cara satu dan dua tidak berhasil, bawa klien konsultasi ke pelayanan
kesehatan jiwa puskesmas, unit psikiatri RSU, RS. Jiwa)
9)      Sedapat mungkin anggota keluarga yang melakukan perilaku kekerasan sedapat
mungkin jangan diikat atau dikurung.
LAPORAN PENDAHULUAN
DAN STRATEGI PELAKSANAAN
1. Kasus (Masalah Keperawatan Jiwa Utama)
Perilaku Kekerasan

2. Definisi
 Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1995).
 Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, dalam
Harnawati, 1993).
 Setiap aktivitas bila tidak di cegah dapat mengarah pada kematian (Stuart dan
Sundeen, 1998).
 Suatu keadaan dimana individu mengalami perilaku yang dapat melukai secara
fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain (Towsend, 1998).
 Suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat membahayakan klien
sendiri, lingkungan, termasuk orang lain, dan barang-barang (Maramis, 1998).
 Perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan verbal dan fisik
(Ketner et al., 1995).

3. Etiologi, Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi


1) Faktor Predisposisi
Menurut Townsend (1996) terdapat bebrapa teori yang dapat menjelaskan
tentang faktor predisposisi perilaku kekerasan diantaranya sebagai berikut:
 Teori Biologik
Berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi
seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut:
a. Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls
agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timhulnya
perilaku bermusuhan dan respons agresif.
b. Pengaruh biokimis, menurut Goldten dalam Townsend (1996)
menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter (epineprin, neropineprin,
dopamine, asetilkolin dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi
dan menghambat impuls agresif. Peningkatan hornon androgen dan
norepineprin serta penurunan serotonin dan GABA (6 dan 7) pada cairan
serebrospinal merupakan faktor predisposisi yang menyebabkan
timbulnya perilaku agresif pada seseorang.
c. Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sagat erat kaitannya
dengan genetik termasuk genetik tipe katiotipe XYY, yang umumnya
dimiliki oleh penghuni penjara pelaku tindak kriminal (narapidana).
d. Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral, tumor otak, (khususnya pada limbik dan lobus
temporal), trauma otak, penyakit enssefalitis, epilepsy, (epilepsy lobus
temporal) terbukti berpengaruh perilaku agresif dan tindak kekerasan.
 Teori psikologik
a. Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego
dan dapat membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat
memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri
serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya berasumsi
bahwa perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga
diri pelaku tindak kekerasan
b. Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang di
pelajari, individu yang memilki pengaruh biologik terhadap perilaku
kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh peran eksternal
dibandingkan anak-anak tanpa faktor predisposisi biologik.
 Teori sosiokultural
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku
kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat merupakan
faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan.

2) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat dibedakan menjadi faktor internal dan eksternal.
 Internal adalah semua faktor yang depat menimbulkan kelemahan,
menurunnya percaya diri, rasa takut sakit, hilang kontrol, dan lain-lain.
 Eksternal adalah penganiayaan fisik, kehilangan orang yang dicintai, krisis,
dan lain-lain.
Neburut Shives (1998) hal-hal yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan atau
penganiayaan antara lain sebagai berikut:
 Kesulitan kondisi sosial ekonomi.
 Kesulitan dalam mengomunikasikan sesuatu.
 Ketidakpastian seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuannya
dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa
 Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti penyalahgunaan obat
dan alkohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa
frustasi.
 Kematian anggota yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

4. Tanda dan Gejala


1) Fisik: mata melotot/ pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2) Verbal: mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada
keras, kasar dan ketus.
3) Perilaku: menyerang orang lain, melukai diri sendiri/ orang lain, merusak
lingkungan, amuk/agresif.
4) Emosi: tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan
dan menuntut.
5) Intelektual: mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata sarkasme.
6) Spiritual: merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keraguan-raguan, tidak
bermoral, dan kreativitas terhambat.
7) Sosial: menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran
8) Perhatian: bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual.
5. A. Pengkajian Keperawatan Jiwa yang Dikaji
Masalah keperawatan Data yang perlu di kaji
Perilaku kekerasan Subjektif:
 Klien mengancam.
 Klien mengumpat dengan kata-kata kotor.
 Klien mengatakan dendam dan jengkel.
 Klien mengatakan ingin berkelahi.
 Klien menyalahkan dan menuntut.
 Klien meremehkan.

Objektif:
 Mata melotot/pandangan tajam.
 Tangan mengepal.
 Rahang mengatup.
 Wajah memerah dan tegang.
 Postur tubuh kaku.
 Suara keras.

B. Pohon Masalah (Gambar Pohon Masalah)


Resiko tinggi menciderai diri, orang lain, dan lingkungan

Halusinasi Perilaku Kekerasan PPS: Halusinasi

Regimen Terapeutik
Inefektif Regimen Terapeutik
Inefektif
Regimen Terapeutik
Inefektif
Koping Keluarga
Tidak Efektif

6. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan

7. Rencana Tindakan Keperawatan


1) Rencana tindakan keperawatan untuk klien.
Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk klien.
 Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
 Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
 Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan
 Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
 Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
 Membantu klien mempraktikan latihan cara mengontrol fisik I
 Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk klien.
 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
 Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik II
 Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk klien.
 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
 Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal
 Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
Strategi pelaksanaan 4 (SP 4) untuk klien.
 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
 Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual
 Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
Strategi pelaksanaan 5 (SP 5) untuk klien
 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
 Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara meminum obat
 Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
Tindakan keperawatan untuk klien.
 Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan yang terjadi di masa
lalu dan saat ini
 Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
 Diskusikan bersama klien mengenai tanda dan gejala perilaku kekerasan, baik
kekerasan fisik, psikologis, sosial, spiritual maupun lingkungan
 Diskusikan bersama klien perilaku secara verbal yang bisa dilakukan pada saat
marah baik terhadap diri sendriri, orang lain maupun lingkungan
 Diskusikan bersama klien akibat yang ditimbulkan dari perilaku marahnya
 Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan baik secara
fisik (pukul kasur atau bantal serta tarik napas dalam), obat-obatan, sosial,
verbal (dengan mengungkapkan kemarahannya secara asertif), ataupun
spiritual (shalat atau berdoa sesuai keyakinan klien)
2) Rencana tindakan keperawatan untuk keluarga
Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk keluarga.
 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala perilaku kekerasan yang dialami
klien beserta proses terjadinya.
 Menjelaskan cara-cara merawat klien perilaku kekerasan.
Strategi pelaksaan 2 (SP 2) untuk keluarga.
 Melatih keluarga mempraktikan cara merawat klien perilaku kekerasan.
 Melatih keluarga melakukan cara merawat klien perilkau kekerasan.
Strategi pelaksaan 3 (SP 3) untuk keluarga.
 Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat.
 Menjelaskan follow up klien setelah pulang.
Tindakan keperawatan untuk keluarga.
 Diskusikan bersama keluarga masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat klien
 Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan meliputi penyebab,
tanda dan gejala, perilaku yang muncul, serta akibat dari perilaku kekerasan
 Latih keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan perilaku kekerasan
a) Anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi klien agar melkukan tindakan
yang telah diajarkan oleh perawat
b) Ajarkan keluarga untuk membrikan pujian kepada klien bila anggota
keluarga dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat
c) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila klien
menunjukan gejala-gejala perilaku kekerasan
Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi klien yang perlu segera dilaporkan
kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain.
8. Strategi Komnikasi dan Pelaksanaan
1. Orientasi
“Selamat pagi Pak, perkenalkan nama saya suster... saya yang akan merawat
Bapak hari ini. Nama Bapak siapa, senangnya dipanggil apa?”
(Mengulurkan tangan sambil tersenyum menunjukkan sikap terbuka)
“Saya perhatikan Bapak mondar-mandir sambil memukul dinding, bisa kita
berbincang-bincang sekarang tentang apa yang menyebabkan Bapak memukul
mukul dinding?”
(memberikan sentuhan dengan perlahan serta menunjukkan sikap empati)
“Berapa lama Bapak ingin berbincang-bincang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang pak?”
2. Kerja
“Sekarang Bapak bsa menccritakan apa yang menyebabkan Bapak memukul-
mukul dinding. Apa yang Bapak rasakan saat ini?”
(Dengarkan ungkapan kemarahan kliendan tetap ber ikap empati selama klien
mngungkapkan kemarahannya, selain itu lakukan observsi terhadap tanda tanda
prilaku kekerasan yang ditunjukkan selama klien mengungkapkan perasaan
marahnya)
“Apa yang biasa Bapak lakukan jika Bapak merasa kesal /marah seperti ini?”
“Baiklah pak, untuk sementara waktu Bapak boleh menyendiri diruangan ini dulu
sampai marahnya hilang, tujuannya agar Bapak merasa lebih aman dan tenang,
karena jika dalam kondisi kesal Bapak tetap diluarr, dikhawatirkan Bapak akan
mengalami hal hal yang tidak diinginkan, misalnya terjath atau terluka.”
(Melakukan isolasi pada klien di ruangan yang aman)
“Bapak akan dikeluarkan dari ruangan ini sampai kondisi Bapak lebih tenang dan
jika Bapak perlu sesuatu, saya ada diruangan depan dan saya siap membantu
Bapak kapan saja.”
3. Teminasi
“Bagaimana perasaan Bapak setelah berada diruangan ini?”
“Sekarang Bapak bisa menenangkan diri diruangan ini sambil Bapak pikirkan hal
lain yang bisa membuat Bapak kesal/marah.”
“Saya akan kembali 15 menit lagi untuk melihatk ondisi Bapak, jika kondisi Bapak
sudah lebih tenang saya akan mengajarkan cara menghilangkan perasaan
kesal /marah supaya Bapak tidak dimasukkan leruangan ini lagi.”
“Bagaimana pak, setuju?”

9. Latihan Fase Orientasi, Kerja dan Terminasi pada Setiap SP


Latihan 1: Membina hubungan saling percya, ppengkajian perilaku kekerasan
dan mengajarkan cara menyalurkan rasa marah.
Orientasi:
“Assalamualaikum pak, perkenalkan saya A saya adalah perawat dari puksesmas...,
saya yang akan merawat pasien saat ini, nama Bapak siapa, senangnya dipanggil
apa? Bisa kita berbincang sekarang tentang apa yang menyebabkan bpak marah?
Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang? Di mana enaknya kita
berbincang-bincang, pak?”
Kerja:
“Apa yang nenyebabkan Bapak memukul isri Bapak dan memecahkan perabot
dirumah? Apa yang Bapak rasakan sebelum memukul ibu dan memecahkan brang
barang dirumah? Apa perubahan yang terjadi si diri Bapak sebelum memukul ibu
dan memecahkan barang barang di rumah? Apakah Bapak merasakan kesal
kemudian dada Bapak berdebar debar, mata melotot, rahang tertutup rapat, dan
tangan terkepal sebelum bapak memukul dan memecahkan barang-barang? Apa yang
Bapak rasakan ketika marah? Apakah Bapak merasakan dada berdebar debar, mata
melotot, atau dada berdebar debar? Setelah Bapak memukul istri dan merusak
perabot rumah tangga, apa yang Bapak rasakan? Menurut Bapak apa kerugiannya
bila Bapak memukul istri dan merusak peraot rumah tangga? Menurut Bapak apakah
ada cara lain yang lebih baik untuk mengungkapkan kemarahan Bapak agar tidak
menimbulkan kerugian? Maukah Bapak belajar cara maah yangbaik agar rasa
jengkel Bapak tersalurkan tapi tidak menimbulkan kerugian.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bapak setelah berincang bincang dengan saya? Bagaimana
kalau saya datang kembali kerumah Bapak dua hari yang akan datang? jam brapa
sebaikya saya dantang kembali? Dimana enaknya kita bercakap cakap nanti?
Bagaimana kalau nanti kitabicarakan tentang cara menylaurkan kemarahan melalui
fisik? Nah selama diuahari kita tiak bertemu coba Bapak fikirkan bagaimana ccara
menyalurkan marah secara fisik.”
Latihan 2: Mengontrol prilaku kekerasan secara fisik.
Orientasi:
“Assalamuaalaikum pak, sesuai janji saya dua hari yang lalu sekarang saya datang
lagi. Apakah Bapak sudah memikirkan kira-kira bagaimana caranya menyalurkan
marah secara fisik? Bagaimana kalau kita bicarakan cara terebut sekarang? Dimana
enaknya kita dapat berbincang-bincang tentang hal tersebut? Berapa lama bpak mau
kita berbincang-bincang tentang hal tersebut?”
Kerja:
“Kalau tanda tanda marah yang Bapak sebutkan 2 hari yang lalu seperti mata
melotot, dada berdebar-debar dan perasaan kesal, hl pertama yang akan Bapak
lakukan adalh memukul kasur dan bantal. Kedua, Bapak bisa menarrik napas dalaam
untuk menyalurkan perasaan perasaan tadi. Nah..., coba searang kita kekamar
disana nanti akan saya peragakan cara memukul kasur dan bantal, gengini caranya
ya pak!”
(Perawat memperagakan caranya memukul kasur dan bantal)
“Coba bpak ulang! Ya... bagus sekali cara Bapak memukul aksur danbantal.
Sekarang sayya jarkan caranya menarik nafas dalam. Bagini pak, tarik napas melalui
hidung, tahan sampai hitungan ketiga lalu hembuskan perlahan lahan melalui mulut.
Lakukan berulang-ulang sampai perasaan kesal dan berdebar debar tadi hilang atau
berkurang. Sekarang kita akan buat jadwal ya pak, berapa kali dalam sekali Bapak
ingin latihan memukul bntal dan menarik napas dalam?”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap cakap cara menyalurkan marah
secara fisik? Setelah ini coba Bapak lakukan cara latihan memukul kasur dan bantal
serta latihan napas dalam sesuai dengan jadwal yang kita buat tadi. Dua hari lagi
saya akan kembali lagi kerumah Bapak ya? Bagaimana kalau waktunya seperti
sekarang pak? Nanti kita akan membicarakan tentang car a bicara yang baik bila
sedang marah.”
Latihan 3: Mengontrol prilaku kekerasan secara sosial/verbal.
Orientasi:
“Assalamualaim pak, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang
sayadatang kembali. Bagaimana pak, apakah sudah dilakukan latihan napas dalam,
pukul kasur bantal dan cara be rbicara yang baik? Apa yang Bapak rasakan setelah
latihan hal tersebut secara teratur?
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk menyalurkan marah Bapak
yaitu dengan cara mengungkapkan sesuati dengan cara yang baik kepada orang yang
dianggap bermasalah dengan Bapak? Dimana enaknya kita berbincang-bincang
tentang hal tersebut? Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang tentang hal
tersebut?”
Kerja:
“Pak, kalau Bapak sedang marah coba Bapak langsung duduk dan tarik napas
dalam, jika tidak reda juga marahnya, bisa pukul bantal atau guling atau jika tidak
reda juga dan Bapak masih kesal dengan orang yang menyebabkan Bapak marah.
Coba ketemu dengan yang bersangkutan kemudian sampaikan dengan kata-kata yang
sopan, jelaskan maksudnya, sesuatu padahal Bapak tidak mau maka coba Bapak
sampaikan juga penolaknya dengan cara yang sopan, tidak menggurui, dan berikan
penjelasan mengapa Bapak mengabil sikap demikian?”
“Bagaimana Bapak, bisa Bapak ocba cara ini? Bagaimana kalau sekarang kita buat
jadwal untuk mengungkapkan seseorang yagntelah membuat Bapak kesal?”
Terminasi:
“Bagiamana perasaan bpak seteah kita bercakap cakap tentang cra menyalurkan
marah dengan mengungkapkan kepada seseirang yang telah membuat Bapak kesal?”
“Coba Bapak sebutkan lagi cara menyalurkan marah dengan mengungkapkan
kepadaseserang ysng telah membuat Bapak kesal!”
“Esok insyaAllah saya akan mengunjungi Bapak lagi ya.”
“Bagaimana kalu waktunya seperti sekarang ini saja, Bapak setuju?”
“Setelah ini coba Bapak bertemu dengan seseorang diriumah sakit ini yangpernah
membuat Bapak kesal, sesuai jadwal yangtelahkita buat tadi.”
“Nanti kita akan membicarakan tentang cara menggunakan obat yang benar untuk
mnrgoontrol marah bpak, setuju pak?”
Latihan 4: Mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual.
Orientasi:
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya 2 hari yang lalu sekarang saya
datang lagi. Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur
dengan bantal serta berbicara yang baik? Apa yang dirasakan setelah melakukan
latihan secara teratur? Bagiamana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk
mrnyalurkan marah Bapak, yaitu dengan ibadah? Dimana enaknya kita berbincang-
bincang tentang hal tersebut? Berapa lama Bapak mau kita berbicang bincang
tentang hal tersebut?”
Kerja:
“Pak, kalau Bapak sedang marah coba Bapak langsung duduk dan tarik napas
dalam, jika tida reda juga marahnya rebahkan badan kalu rileks, jka tidak reda juga
ambil air wudhu kmeudian sholat. Bagaimana Bapak mencoba cara ini? Bagimana
kalau sekarang kita buat jadwal sholatnya pak?”
Terminasi:
“Bagiamana perasaan Bapak setelah kita berbincang-bincang tentang cara
menyalurkan marah melalui melakukan ibadah? Coba Bapak sebutkan lagi cara
ibadah yang dpat Bapak lakukan bila Bapak meras marah. Dua hari lagi saya akan
mengunjungi Bapak lagi ya? Bagaimana kalau waktunya seperti sekarang ini saja,
Bapak setuju? Setelah ini coba Bapak tunaikan sholat sesuai jadwal yangtelah kita
buat tadi. Nnti kita akan membicarakan cara menggunakan obat yang benar untuk
mengontrol rasa marah Bapak, setuju pak?”
Latihan 5: Mengontrol prillaku kekerasan dengan obat.
Orientasi:
“Asalamualaikum pak, sesuai dengan janji 2 hari yang lalu sekarang saya datang
lagi. Bagaimana pa, sudah dilakukan latihan napas dalam, pukul kasur dan bantal
serta bicara yang baik serta sholat dan bacaan doanya? Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur? Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan
tentang cara minum obat yang benar? Dimana enaknya kita berbincang-bincang
tentang hal tersebut berapa lama Bapak berbincang-bincang tentang hal tersebut?
Sekarang saya akan menjelaskan tentang pentingnya minum obat.”
Kerja:
“Bapak perlu minum obat ini secara teratur agar pikiran menjadi kebih tenang dan
tidurnya juga tenang. Obat ada 3 macam pak, yang berwarna orange yang namanya
CPZ, yang putih namanya THP, dan merah jambu namanya HLP. Semuanya ini
harus Bapak munum 3 kali sehari yaitu pada jm 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7
malam. Bila nanti setelah minum obat mulut Bapak terasa kering, untuk
mengatasinya Bapak bisa menghisap es batu. Bila terasa berkunang-kunang Bapak
sebaiknya beristirahat dan jangan beraktivitas dulu. Sebelum munium obat ini Bapak
lihat dulu label dikotak obat apakah benar Bapak namanya tertulis disana berapa
banyak dosis yangharus dimunim dan jam berapa saja harus diminum baca juga
apakah nama obatnya sudah benar?”
Latihan 6: memberukan penyuluhan kepaa keluarga tentang cara merawat klien
perilaku kekerasan di rumah.
Orientasi:
“Assalamualaikum pak, perkenalkan nama saya ...., saya perawat dari puskesmas...,
saya yang akan merawa Bapak hari ini. Nama ibu iapa senagnya dipanggil apa? Bisa
kitaberbincang-bincang sekarang tentang apa yang menyebabkan bpak marah dan
cara engatasnya? Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Diaman enaknya
kita berbincang-bincang, bu?”
Kerja:
“Bu, marah adalah suatu perasan yang wajar tetapi jika tidak disalurkan dengan
benar akan menyebabkan dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungan. Yang
menyebabkan suami ibu mengamuk adalah kalau ia diredakan. Kalau nanti wajah ibu
nampak tegang dan marah, lalu kelihatan gelisah, itu artinya Bapak sedang marah,
dan biaanya setelah itu ia akan melampiaskannyadengan menbanting banting
perabot rumah tangga. Bila hal tersebut terjadi sebaiknya ibu tetap tenang, bicara
lembut tapi tegas jangan lupa jaga jarakj dan jauhkan benda tajam an dari sekitar
Bapak seperti gelas dan pisau. Jauhkan juga anak kecil dari bapak. Bila Bapak masih
marah dan mengamuk juga bawa Bapak ke puskesmas atau rumah sakit jiwa setelah
sebelumnya difiksasi dulu. Jangan lupa minta bantuan orang lain saat mengikat
Bapak ya bu, lakukan dengan tidak menyakiti Bapak dan jekaskan alasan mengikat
yaitu agar Bapak tidak mencederai diri sendiri, ong lain dan lingkungan. Nah bu, ibu
sudah lihatkan apa yang saya ajarjan kepada Bapak bila tanda tanda kemarahan itu
muncul. Ibu bisa bantu ibu Bapak dengan cara mengingatkan jadwal latihan cara
mengontrol marah yang telah di buat. Kalau Bapak bisa melakukannya jangan
menberikan pujin ya ibu”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap cakap tentang cara merawat Bapak?
Coba ibu sebtkan lagi cara merwat Bapak! Serelah ini coba ibu ingatkan jadwal
yangtelah dibuat untuk Bapak ya bu... kalau Bapak marah sampai memukul atau
merusak barang hubungi saya dipuskesmas. Karena dalam kondisi seperti itu Bapak
sudah butuh bantuan lebih lanjut.”
10. Referensi
Damaiyanti, Mukhripah, dan Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:
Refika Aditama.
Fitria, Nita. (2014). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba
Medika.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat B, 2005. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 2. Jakarta : EGC

Stuart dan Sundeen . 2007 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .

Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai