Anda di halaman 1dari 6

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

KASUS RESIKO KEKERASAN

Mata Kuliah:
KEPERAWATAN BERESIKO TINGGI
Dosen Pengampu: Ns. Dedeh Sri Rahayu.,MAN

Disusun Oleh :

Ismi Mauliah (C.0105.19.012)


Mia Mayantini (C.0105.19.014)
Sani Marwiyah (C.0105.19.020)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR
CIMAHI
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Pembahasan : Resiko Kekerasan


Sasaran : Remaja&Dewasa
Tempat : Rt/Rw 03/01 surakarta
Hari / Tanggal : Selasa, 16 november 2021
Waktu : 20x20 menit

A. TUJUAN PENYULUHAN
Tujuan instruksional umum
1. Memberikan penyuluhan tentang Resiko kekerasan
Tujuan khusus
Audiens diharapkan memehami :
1. Pengertian perilaku kekerasan
2. Faktor perilaku kekerasan
3. Tanda dan gejala kekerasan
4. Rentang respon marah
5. Akibat dari perilaku kekerasan

A. MATERI
Terlampir
B. METODE PENYULUHAN
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
C. STRATEGI PENYULUHAN
NO WAKTU KEG.PENDIDIKAN KESEHATAN RESPON RESPONDEN
1. 2 menit Tahap pembukaan - Menjawab salam
1.) Penyaji membuka acara dan - Mendengar dan memperhatikan
memberi salam
2.) Perkenal
2. 4 menit Tahap apersepsi - Memperhatikan dan menjawab
1.) Menanyakan individu tentang pertanyaan
resiko kekerasan
3. 4 menit Tahap informasi - Mendengarkan dan memperhatikan
1.) Memberikan informasi tentang - Bertanya ,mendengar dan
topik yang di sampaikan memperhatikan
2.) Menjelaskan tujuan penyuluhan
4. 15 menit Tahap penyuluhan - Mendengarkan dan memperhatikan
1. Pengertian perilaku kekerasan - Bertanya ,mendengar dan
2. Faktor perilaku kekerasan memperhatikan
3. Tanda dan gejala kekerasan
4. Rentang respon marah
5. Akibat dari perilaku kekerasan
5. 15 menit Tahap penutupan - menerima dengan senang hati
1.) Penyaji memberikan apresiasi - mendengarkan dan menjawab salam
kepada individu
2.) Penyaji menutup acara dan
mengucapkan salam

D. MEDIA
1. Leaflet
2. Poster

E. EVALUASI
Prosedur: post test diakhir penjelasan mengenai resiko kekerasan
Jenis: lisan
Pertanyaan:
1. Apa pengertian dari perilaku kekerasan?
2. Apa saja faktor perilaku kekerasan?
3. Sebutkan tanda dan gejala dari kekerasan?
4. Jelaskan rentang respon marah?
5. Sebutkan akibat dari perilaku kekerasan?
MATERI PENYULUHAN
A. Definisi
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik secara diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Stuart dan
Sundeen, 1995). Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, dalam Harnawati, 1993).
Setiap aktivitas bila tidak dicegah dapat mengarah pada kematian (Stuart dan Sundeen, 1998).
B. Faktor perilaku kekerasan
1. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut teori
biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh Towsend (1996 dalam Purba
dkk, 2008) adalah:
A.Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap perilaku:
1) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif: sistem limbik, lobus
frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau
menghambat proses impuls agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku,
dan memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau menurunkan
potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus frontal maka individu tidak mampu
membuat keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam
komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat impuls
agresif. Sistem limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat otak atas
secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif.
2)Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine, asetikolin, dan serotonin)
sangat berperan dalam memfasilitasi atau menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten
dengan fight atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons terhadap stress.
3)Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif dengan genetik
karyotype XYY.
4)Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif dan tindak kekerasan.
Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang
menimbulkan perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy, khususnya lobus
temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
B. Teori psikologik
1.Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan dan rasa aman
dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. Agresi dan
tindak kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri dan
memberikan arti dalam kehidupannya. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan merupakan
pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.

2.Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya orang tua mereka
sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau
jika perilaku tersebut diikuti dengan pujian yang positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang
orang tua mereka selama tahap perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan yang
dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan orang lain. Individu yang
dianiaya ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak mereka
dengan hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku kekerasan setelah dewasa.

C.Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial terhadap perilaku
agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk
menyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila
individu menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara
konstruktif. Penduduk yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk perilaku
kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.
B. Faktor presifita
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan dengan (Yosep,
2009):
A.Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam sebuah
konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
B.Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
C.Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan dialog
untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
D.Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya sebagai
seorang yang dewasa.
E.Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan tidak
mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
F.Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
C. Tanda dan gejala
1.Fisik : mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan
tegang, serta postur tubuh kaku.
2.Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar
dan ketus.
3.Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
amuk/agresif.
4.Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5.Intelektual : mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak jarang mengeluarkan
kata-kata bernada sarkasme.
6.Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral dan kreativitas
terhambat.
7.Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.
8.Perhatian : bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual.
(Nita Fitria, 2009. hal 140)
D. Rentang respon marah
Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif. Rentang respon
kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut : (Keliat, 1997).
1.Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain, atau tanpa
merendahkan harga diri orang lain.
2. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan. Frustasi dapat
dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan
kemarahan.
3.Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami.
4. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh individu.
Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang
harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama
dari orang lain
5.Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Pada
keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
6.Respon kemarahan dapat berfluktusi dalam rentang adaptif-maladaptif.

E. Akibat dari perilaku kekerasan


Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan
lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/
membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai