Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

RESIKO BUNUH DIRI

Oleh:
Kartini Ulfianti
020021115

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM
T.A 2020/2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
RESIKO BUNUH DIRI

Pokok Bahasan : Resiko Bunuh Diri


Sasaran : Masyarakat
Hari/Tanggal : Jum’at, 11 Desember 2020
Waktu : 16.00
Tempat :Ruang Zoom Meeting

A. ANALISA SITUASI
1. Mahasiswa
Mahasiswa STIKES Mataram (Program Studi S.1 Keperawatan, sebelumnya
mahasiswa telah memperoleh pemahaman tentang mata ajaran :
a. Masalah Kesehatan
b. Pendidikan Dalam Keperawatan
c. Komunikasi Keperawatan
d. Kesehatan Lingkungan

2. Penyaji : Kartini Ulfianti

B.TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Umum
Pada akhir penyuluhan kesehatan, peserta penyuluhan diharapkan mampu memahami
tentang pengertian resiko bunuh diri, penyebab, tanda dan gejala, pengobatan serta
pencegahannya.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan, peserta penyuluhan diharapkan mampu:
1. Menjelaskan Pengertian Resiko Bunuh Diri
2. Menjelaskan Penyebab Resiko Bunuh Diri
3. Menjelaskan Gejala Klinis Resiko Bunuh Diri
4. Menjelaskan Pencegahan Resiko Bunuh Diri

C.Metode
1. Ceramah
2. Diskusi dan tanya jawab
D.Media
1. Laptop
2. Power Point

E. Isi Materi
1. Pengertian Resiko Bunuh Diri
2. Penyebab Resiko Bunuh Diri
3. Tanda Dan Gejala Resiko Bunuh Diri
4. Pencegahan Resiko Bunuh Diri

F. Proses Pelaksanaan

Kegiatan Peserta
No Waktu Kegiatan Penyuluhan

1. 5 Pembukaan :  Menjawab salam


menit
 Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam.  Mendengarkan
 Memperkenalkan diri  Memperhatikan
 Menjelaskan tujuan dari penyuluhan  Memperhatikan
 Menyebutkan materi yang akan
diberikan
2. 15 Kegiatan Inti  Memperhatikan
menit a.Penyampaian materi  Memperhatikan
• Pengertian Resiko bunuh diri
 Bertanya dan menjawab
• Penyebab Resiko bunuh diri
• Tanda dan Gejala Resiko bunuh diri pertanyaan yang
• Pencegahan Resiko bunuh diri diajukan
 Memperhatikan

3. 10 Evaluasi :  Menjawab pertanyaan


menit
 Mendengarkan
 Menanyakan kepada peserta tentang
 Menjawab salam
materi yang telah diberikan, dan
reinforcement kepada Papuk yang dapat
menjawab pertanyaan.
Terminasi :

 Mengucapkan terimakasih atas peran


serta peserta.
Mengucapkan salam penutup

G. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur
 SAP sudah siap 1 hari sebelum penyuluhan.
 Media (Laptop, Power point) dan tempat sudah siap
 Moderator dan notulen sudah siap.
 Peserta siap mengikuti penyuluhan.
2. Evaluasi Proses sudah disiapkan sesuai rencana.
 Tempat siap dan disusun sesuai dengan setting tempat yang telah
direncanakan.
 Penyaji, moderator, moderator dan peserta siap mengikuti penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
 Penyuluhan berjalan sesuai rencana dan tepat waktu.
 Masalah yang muncul saat pelaksanaan penyuluhan dapat diatasi dengan baik.
 Tujuan penyuluhan tercapai yaitu peserta penyuluhan dapat memahami
tentang isi penyuluhan dan diharapkan akan terjadi perubahan perilaku.
H. Referensi
Gail W. Stuart. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Isaacs, Ann. 2005. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Kaplan, Harold I, dkk. 1997. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa Aksara
Willy F. Maramis. 2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Copyright © 2011 Nova Riyanti Yusuf. All Rights Reserved.
Web Master: Pry S Pry

LAMPIRAN
A. PENGERTIAN
Bunuh diri adalah segala perbuatan seseorang dengan sengaja, yang tahu akan
akibatnya dapat mengakhiri hidupnya dalam waktu yang singkat (Maramis, 2010).
Percobaan bunuh diri adalah tindakan klien mencederai atau melukai diri
untuk mengakhiri kehidupannya.
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah
pada kematian (Gail w. Stuart, Keperawatan Jiwa,2007).
Bunuh diri adalah pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri (AnnIsaacs,
Keperawatan Jiwa & Psikiatri, 2005).
Bunuh diri adalah ide, isyarat dan usaha bunuhdiri, yang sering menyertai
gangguan depresif dan sering terjadi pada remaja (HaroldKaplan, Sinopsis
Psikiatri,1997).

B. PENYEBAB
1 Factor Pendukung
Bunuh diri adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk membunuh
diri sendiri
Faktor-faktor yang mendukung resiko bunuh diri
a. Status atau gejala emosi dan medis
1) Depresi hebat
2) Merasa tidak berdaya/putus asa
3) Penyalahgunaan zat atau gangguan mental
4) Berjudi patologis (compulsive gambling)
5) Waham atau halusinasi pendengaran yang memerintahkan untuk mebahayakan
diri
6) Penyakit kronis, lemah atau penyakit parah
7) Nyeri hebat
8) Ansietas hebat tak tertahankan
9) Kehilangan harga diri
10) Reaksi berlebihan yang berat terhadap stres
11) Kekurangan kontrol terhadap rangsang atau penilaian yang buruk
12) Merasa marah, permusuhan atau ingin balas dendam
13) Rasa marah yang tertahan
14) Konflik internal yang hebat misalnya rasa bersalah yang berlebih atau
ambivalensi
b. Stresor
1) Riwayat teraniaya
2) Disfungsi keluarga
3) Kesulitan hubungan
4) Terlibat masalah hukum atau tindakan kriminal
5) Masalah keuangan yang serius
6) Pengalaman kehilangan yang serius atau kehilangan ganda
7) Isolasi soaial yang ekstrim akibat kurangnya sistem pendukung sosial
8) Distres spiritual
9) Merasa tidak ada masa depan
10) Anggota kelompok pemujaan
11) Riwayat bunuh diri dalam keluarga
12) Terlebih dahulu berupaya atau mengancam akan bunuh diri
c. Rencana bunuh diri
1) Ide bunuh diri
2) Menyerahkan bisnis pribadi atau menyerahkan barang-barang pribadinya
3) Memiliki rencana bunuh diri yang sangat mematikan (menentukan rencana
waktu, tempat, dan cara yang akan membuat sesorang meninggal dengan cepat
dengan metode tersebut)
4) Mencari alat yang akan dipakai untuk bunuh diri
2. Factor Pencetus
a. Peristiwa kehidupan yang memalukan
b. Masalah hubungan interpersonal
c. Dipermalukan di depanumum
d. Kehilangan pekerjaan
e. Ancaman penahanan
f. Bisa juga pengaruh media yang mengekspos peristiwa bunuh diri

C. KLASIFIKASI

Jenis prilaku bunuh diri antara lain :


1. Ancaman Bunuh Diri
Peringatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk
bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa ia tidak akan
berada di sekitar kita lebih lama lagi atau mungkin juga mengkomunikasikan secara
nonverbal melalui pemberian hadiah, merevisi wasiatnya dan sebagainya. Pesan-pesan
ini harus dipertimbangkan dalam konteks peristiwa kehidupan terakhir. Ancaman
menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian. Kurangnya respon positif
dapat ditafsirkan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
2. Upaya bunuuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat
mengarah kematian jika tidak dicegah.
3. Bunuh diri
Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan.
Orang yang melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak benar-benar ingin mati
mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.

D. TANDA DAN GEJALA


Terdapat tanda dan gejala umum yang ditemukan pada orang yang cenderung
bunuh diri:
1. Tanda Perilaku Bunuh diri :
a. Kehilangan status pekerjaan dan mata pencaharian.
b. Kehilangan sumber pendapatan secara mendadak karena migrasi, gagal panen,
krisis moneter, kehilangan pekerjaan, bencana alam.
c. Kehilangan keyakinan diri dan harga diri.
d. Merasa bersalah, malu, tak berharga, tak berdaya, dan putus asa.
e. Mendengar suara-suara gaib dari Tuhan untuk bergabung menuju surga.
f. Mengikuti kegiatan sekte keagamaan tertentu.
g. Menunjukkan penurunan minat dalam hobi, seks dan kegiatan lain yang
sebelumnya dia senangi.
h. Mempunyai riwayat usaha bunuh diri sebelumnya.
i. Sering mengeluh adanya rasa bosan, tak bertenaga, lemah, dan tidak tahu harus
berbuat apa.
j. Mengalami kehilangan anggota keluarga akibat kematian, tindak kekerasan,
berpisah, putus hubungan.
k. Pengangguran dan tidak mampu mencari pekerjaan khususnya pada orang muda.
l. Menjadi korban kekerasan rumah tangga atau bentuk lainnya khususnya pada
perempuan.
m. Mempunyai konflik yang berkepanjangan dengan diri sendiri, atau anggota
keluarga.
n. Baru saja keluar dari RS khususnya mereka dengan gangguan jiwa (depresi,
skizofrenia) atau penyakit terminal lainnya (seperti kanker, HIV/AIDS, TBC, dan
cacat).
o. Tinggal sendirian di rumah dan menderita penyakit terminal tanpa adanya
dukungan keluarga ataupun dukungan ekonomi.
p. Mendapat tekanan dari keluarga untuk mencari nafkah atau mencapai prestasi
tinggi di sekolah.
q. Mendapat tekanan/bujukan dari organisasi/ kelompoknya.
2. Gejala Perilaku Bunuh Diri :
a. Merasa sedih
b. Sering menangis
c. Kecemasan dan gelisah
d. Perubahan mood (senang berlebihan sampai sedih berlebihan)
e. Perokok dan peminum alkohol berat
f. Gangguan tidur yang menetap atau berulang
g. Mudah tersinggung, bingung
h. Menurunnya minat dalam kegiatan sehari-hari
i. Sulit mengambil keputusan
j. Perilaku menyakiti diri
k. Mengalami kesulitan hubungan dengan pasangan hidup atau anggota keluarga lain
l. Menjadi ”sangat fanatik terhadap agama” atau jadi ”atheis”
m. Membagikan uang atau barangnya dengan cara yang khusus

E. PENCEGAHAN
Bunuh diri dapat dicegah dan semua anggota masyarakat dapat melakukan
tindakan yang akan menyelamatkan kehidupan dan mencegah bunuh diri.
Sangat dibutuhkan kerjasama yang erat antara individu, keluarga, masyarakat,
profesi dan pemerintah untuk bersama mengatasi masalahnya.
1. Upaya Pencegahan yang Dapat Dilakukan oleh Individu
Bila menemukan orang dengan ciri risiko tinggi bunuh diri:
a. Coba menjalin kontak dan mengenali pelaku tindakan bunuh diri beserta latar
belakangnya.
b. Dengarkan dengan penuh perhatian dan biarkan pelaku tindakan bunuh diri
berbicara mengenai perasaannya.
c. Coba mengenali masalah dan memahami perasaannya.
d. Hargai pemikirannya dan jangan menyalahkan keputusan mereka untuk bunuh diri.
e. Telusuri situasi yang dialami sekarang dan pengalaman serta keyakinannya pada
masa lalu.
f. Telusuri pilihan alternatif yang positif yang mungkin dan dapat dilakukan sesuai
dengan diri, nilai dan hal yang disenangi oleh orang tersebut.
g. Identifikasi cara terbaik yang dapat dilakukan untuk menolong mereka dalam
situasi krisis.
h. Beri mereka harapan dan optimisme.
i. Bantu mereka mengurangi beban pikirannya.
j. Libatkan mereka dalam kegiatan sosial dan rekreasi seperti bertemu orang,
berbicara kepada teman, mendengarkan radio, menonton televisi (bukan yang
menayangkan tentang bunuh diri), menghadiri pertemuan sosial dan lain-lain.
k. Rujuk mereka kepada konselor atau tenaga kesehatan jiwa (psikiater, psikolog)
l. Ikuti saran dari dokter atau konselor, khususnya kepatuhan terhadap terapi.
m. Dampingi dan bantu mereka dengan segala cara yang mungkin dilakukan.
n. Teruskan berinteraksi, mendengarkan dan menawarkan dukungan.
Bila situasi krisis sudah berlalu, penting untuk tetap memberikan dukungan
agar mereka mampu mengatasi tantangan hidup dengan cara yang positif. Jika pikiran
bunuh diri tetap ada, diperlukan dukungan konselor dan profesional lain, jadi mereka
perlu dirujuk ke tenaga yang tepat. Semua anggota masyarakat sebenarnya dapat
bertindak sebagai konselor yang terbatas yaitu dengan cara berkomunikasi, berempati,
memberi dukungan dan menunjukkan arahan yang positif bagi orang tersebut.
2.Upaya Pencegahan Yang Dapat Dilakukan Oleh Keluarga
Keluarga merupakan pusat dari semua kegiatan dalam kehidupan individu.
Konflik interpersonal, hubungan yang terganggu dan kehidupan yang tidak harmonis
merupakan faktor pencetus yang penting dalam tindakan bunuh diri. Keluarga perlu
memberi dukungan dan melakukan upaya untuk mencegah bunuh diri. Anggota
keluarga dapat melakukan upaya yang efektif dengan berbagai cara, antara lain:
a. Membinahubungan yang erat dengan pelaku, penuh perhatian, mendengarkan,
menghargai perasaan serta memahami emosinya.
b. Tunjukkan bahwa keluarga ingin menolongnya.
c. Lebih baik membangun potensi kekuatan pelaku dari pada terpaku pada
kelemahannya.
d. Jangan tinggalkan seorang diri anggota keluarga yang mempunyai keinginan
bunuh diri.

e. Menjauhkan pelaku dari benda yang membahayakan dirinya seperti: obat-obatan,


racun, benda tajam, tali dan lain-lain.
f. Secara bertahap bangkitkan kembali keinginan untuk hidup (untuk beberapa
situasi dapat terjadi dengan cepat).
g. Ajari dan praktekkan metode penyelesaian masalah dan timbulkan rasa optimis.
h. Mencoba untuk meminimalkan konflik di rumah dan mengembangkan latihan
pemecahan masalah bersama dengan anggota keluarga yang lain.
i. Mendorong anggota keluarga tersebut untuk mencari pertolongan profesional,
rumah sakit atau LSM (lihat lampiran) yang tepat. Mereka yang mempunyai
masalah kesehatan jiwa tidak mau dilabel dengan ”gangguan jiwa”. Oleh karena
itu persuasi merupakan faktor kunci untuk membawanya ke dokter. Konsultasi
dengan dokter tidak cukup hanya satu kali. Untuk mendapatkan perubahan yang
bermakna diperlukan konsultasi yang teratur dan perlu mengikuti saran yang
diberikan oleh dokter.
j. Membantu anggota keluarga tersebut untuk mengatasi krisis dengan berbagai cara
yang realistik dan cocok dengan yang bersangkutan.
k. Tetap mengobservasi dan mewaspadai tindakan, reaksi dan perilakunya.
l. Perhatian khusus diberikan pada usia lanjut, penyakit terminal, gangguan jiwa
(depresi, alkoholisme, tindak kekerasan dan lain-lain) dan penderita cacat.
m. Identifikasi lembaga atau tokoh dalam masyarakat untuk membantu kasus spesifik
(misalnya sekolah, lembaga tenaga kerja, lembaga sosial, institusi kesehatan,
tokoh agama dan sesepuh atau tokoh masyarakat).
n. Dengan memberikan perhatian yang penuh kasih sayang, pengertian dan
dukungan (selain dari memberi pengobatan yang diperlukan secara teratur), dapat
mencegah terjadinya tindakan bunuh diri.
F. Teknik Komunikasi Keluarga Dengan Pasien Resiko Bunuh Diri

Tahap Orientasi
Ibu : “Bagaimana kabarnya nak? apakah baik-baik saja? Kenapa keliatan
murung?”
Anak : “Baik bu, hanya saja saya merasa bersalah”
Ibu : “Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang kamu rasakan
selama ini?”
Anak : “Baiklah bu”
Ibu : “Berapa lama kita bercakap-cakap? 20 menit bagaimana? Mau ditempat ini
atau ditaman yang membuatmu nyaman?”
Anak : “Disini saja bu”
Tahap Kerja
Ibu : “Bagaimana perasaannya setelah kejadian itu terjadi?”
Anak : “Saya merasa kehilangan dan saya merasa bersalah”
Ibu : “Berhentilah untuk menyalahkan diri sendiri, itu semua musibah bukan
kesalahanmu nak, apakah pernah terlintas dipikiranmu untuk menyakiti diri
sendiri atau bahkan ada dorongan untuk mencoba bunuh diri?”
Anak : “Iya bu saya sempat berpikir untuk mengakhiri hidup karena saya merasa
tidak berguna”
(Jika telah menyampaikan ide bunuh diri, segera lanjutkan dengan tindakan
untuk melindunginya dari keinginan untuk melakukan bunuh diri).
Ibu : “Baiklah, sepertinya kamu membutuhkan pertolongan untuk mengendalikan
dorongan bunuh diri, ibu akan memeriksa seluruh isi kamarmu untuk
memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakanmu”
(Jangan membiarkannya sendiri dikamar)
Ibu :”Kalau boleh ibu tahu apa yang kamu lakukan jika dorongan bunuh diri itu
muncul?”
Anak :”Saya berteriak menyalahkan diri sendiri,dan membuang barang yang ada
disekitar saya bu”
Ibu :”Ada cara lain untuk mengatasi jika dorongan bunuh diri itu muncul, yaitu
kamu bisa memanggil ibu atau siapapun yang ada disekitarmu untuk meminta
bantuan , beritahukan jika dorongan bunuh diri itu muncul”
Anak : “Baik bu”
Tahap Terminasi
Ibu :”Bagaimana perasaanmu setelah melakukan latihan ini, apakah kamu sudah
mengerti nak?”
(Anjurkan untuk mengulangi apa yang telah diajarkan).
(Pertemuan selanjutnya latih mengendalikan dorongan bunuh diri dengan
membuat daftar aspek positif yang dimiliki).

DOKUMENTASI

Penyaji :
Peserta :

Anda mungkin juga menyukai