Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TERHADAP PASIEN ANAK STUNTING


DI PUSKESMAS SAWAHLEBAR

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1

1. ALDA REIZA Y

2. DWINDA RARA OLVA

3. HADI YUDHA PRATAMA

4. JUNIKA RAHMADINI

5. MELLA OKTAVIANA

6. PUTRI RETNO WATI

7. RIANTI DZELVIA

8. VIRA DWI RIZKY

Mengetahui,
Pembimbing Lahan,

(Ns.Yulis, S.Kep)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2023 / 2024

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Stunting


Sub pokok bahasan : pencegahan stunting
Sasaran : Keluarga dan pasien yang mengalami resiko bunuh diri
di Poliklinik jiwa RSKJ Soeprapto di Provinsi Bengkulu
Hari / Tanggal : 18 November 2023
Waktu : 08.30-09.00 Wib
Tempat : Ruang Tunggu Poliklinik Jiwa RSKJ Soeprapto provinsi
Bengkulu

A. LATAR BELAKANG
Hampir sering kita dengar dan lihat diberbagai media massa maupun
elektronik akan banyaknya yang melakukan bunuh diri. Ada yang bunuh diri
dengan terjun dari gedung yang tinggi, menjerat lehernya dengan seutas tali,
meminum racun bahkan melakukan bom bunuh diri. Bunuh diri adalah
perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghilangkan nyawa
sendiri dan berdosa karena telah mendahului takdir, pelaku bunuh diri juga
sebagai tanda bahwa ia adalah orang yang putus asa. Bunuh diri yang dewasa
ini sangat memprihatinkan.
Tindakan bunuh diri yang dilakukan dapat mencerminkan bahwa
lingkungan sosialnya kurang peka terhadap keadaan di sekeliling. Dengan
demikian, tindakan bunuh diri semestinya dapat dicegah seandainya
lingkungan sosialnya peka dan membantu orang yang sedang menghadapi
masalah. Orang memilih bunuh diri secara umum, stres muncul karena
kegagalan beradaptasi. Ini dapat terjadi di lingkungan pekerjaan, keluarga,
sekolah, pergaulan dalam masyarakat dan sebagainya. Demikian pula bila
seseorang merasa terisolasi, kehilangan hubungan atau terputusnya hubungan
dengan orang yang disayangi.
Gejala bunuh diri di Indonesia menunjukkan grafik kenaikan. Kondisi
ini bila dilihat secara ekonomi sekarang ini memang tidak kondusif untuk
sebagian masyarakat. Tingginya angka pengangguran, kenaikan sejumlah
harga kebutuhan pokok, kemiskinan, bencana alam, dan konflik horizontal,
telah menyebabkan sebagian dari masyarakat kita mengalami kesulitan hidup.
Karena dengan bunuh diri dianggap persoalan hidup yang kurang
menguntungkan bagi dirinya terselesaikan. Maka jadi wajar bila angka bunuh
diri semakin meningkat di tengah alam ekonomi dan belenggu kemiskinan
banyak memihak pada kaum yang mudah putus asa karena penguasaan
eksternalnya lemah. Untuk masyarakat Indonesia, kebingungan atau faktor
anomik menjadi penyebab paling banyak kasus bunuh diri. seperti kejiwaan,
kebudayaan, dan juga sosial ekonomi.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, keluarga dan klien yang
berkunjung ke poli jiwa RSKJ Soeprapto di Provinsi Bengkulu mampu
memahami materi yang diberikan tentang bunuh diri.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 X 30 menit
diharapkan keluarga dan klien yang berkunjung ke poli jiwa RSKJ
Soeprapto di Provinsi Bengkulu dapat:
a. Mampu menjelaskan tentang arti bunuh diri.
b. Menyebutkan tentang penyebab bunuh diri.
c. Mampu menjelaskan tentang tanda dan gejala orang yang ingin bunuh
diri.
d. Mampu menyebutkan tentang cara yang sering dilakukan untuk bunuh
diri.
e. Mampu merawat pasien resiko bunuh diri.
f. Mampu memahami tentang cara mencegah bunuh diri.

C. IDENTIFIKASI MASALAH
Klien dengan gangguan jiwa resiko bunuh diri
D. KEGIATAN PENYULUHAN
Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode Waktu
Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab Ceramah 5 menit
2. Memperkenalkan diri salam
3. Bina hubungan saling 2. Mendengarkan
percaya. 3. Menjawab
4. Menyampaikan tujuan pertanyaan
pokok materi
5. Menanyakan
pengetahuan peserta
tentang pencegahan putus
obat
Pelaksanaan Menjelaskan materi tentang: 1. Mendengarkan Ceramah 20 menit
1. Definisi bunuh diri 2. Menanyakan Dan
2. Penyebab bunuh diri materi yang leaflet
3. Tanda dan Gejala bunuh belum
diri dimengerti
4. Pencegahan tersier resiko
bunuh diri
5. Penyaji memberi
kesempatan kepada
peserta untuk bertanya
6. Menjawab pertanyaan
peserta
Penutup 1. Memberikan pertanyaan 1. Menjawab Tanya 5 menit
a.Definisi bunuh diri pertanyaan jawab
b. Penyebab bunuh diri 2. Menjawab (diskusi)
c.Tanda dan Gejala salam
bunuh diri
d. Pencegahan tersier
resiko bunuh diri
2. Menarik kesimpulan
3. Menyampaikan hasil
evaluasi
4. Memberi reinforcement
positif kepada peserta
5. Menutup penyuluhan
(salam)

E. MATERI
( Terlampir )
F. Setting Tempat
B
Keterangan :
A
A = Penyaji
D D B = Pembawa Acara
C C C C
C = Peserta penyuluhan
D
C C C C D = Fasilitator
D
D
C C C C
D
C C C C

D D
D

G. METODE
Ceramah dan tanya jawab (diskusi) secara langsung dan terarah sesuai
materi penyuluhan.
H. MEDIA
Menggunakan Infocus, laptop, speaker, mic, leaflet dan PPT untuk media
penyuluhan.

I. EVALUASI
1. Evaluasi Struktural
a. Kesiapan peserta penyuluhan (Min. 5 orang)
b. Kesiapan tempat pelaksanaan
c. Kesiapan tim penyaji
d. Kesiapan materi penyaji
e. Kesiapan media (Power Point, leaflet)
2. Evaluasi Proses
a. Penyaji menyampaikan materi dengan lancar
b. Peserta mendengarkan dengan fokus
c. Peserta aktif dalam melakukan tanya jawab (minimal 5% dari yang
ada diruangan)
3. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan
b. Keluarga pasien jiwa peserta penyuluhan dapat menjelaskan Definisi
bunuh diri, Penyebab bunuh diri, Tanda dan Gejala bunuh diri dan
Pencegahan tersier resiko bunuh diri.
MATERI PENYULUHAN

A. Definisi bunuh diri


Risiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang
dapat mengancam kehidupan. Bunuh diri adalah Suatu upaya yang
disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu secara sadar
dan berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati.

B. Jenis Bunuh Diri


Jenis Bunuh Diri Yosep (2010) menyatakan bunuh diri dan upaya
bunuh diri dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Bunuh diri Egoistik
Pada kasus ini individu cenderung tidak memiliki kemampuan
berinteraksi dengan masyarakat. Kebudayaan yang dimiliki oleh
individu yang berbeda dari masyarakat sekitar sehingga membuat
individu tersebut terlihat tidak memiliki berkepribadian.
b. Bunuh diri altruistik
Individu cenderung berupaya melakukan bunuh diri karena
individu merasa dirinya dikenal sebagai yang terbaik dari suatu
kelompok, individu merasa tertekan karena ekspektasi yang besar
dikelompoknya.
c. Bunuh diri anomik
Adanya gangguan keseimbangan unifikasi diantara masyarakat dan
individu yang terlibat, individu tersebut dianggap mengabaikan atau
melakukan hal yang bertentangan dengan aturan yang berlaku di
masyarakat, seringkali bagi masyarakat individu tersebut dianggap
tidak memiliki kaidah sebagai pedoman ataupun tujuan, dan
sebaliknya masyarakat dianggap tidak memiliki kemampuan dalam
memberikan kepuasan kepada individu karena peraturan dan
pengawasan terhadap kebutuhan individu tersebut tidak ada.
d. Psikodinamika bunuh diri
Erat kaitannya antara depresi dengan bunuh diri. Depresi yang
dialami individu dapat menyebabkan individu berupaya bunuh diri
demi terlepas dari rasa depresi. Namun sebagian besar dari mereka
tidak menunjukkan gejala klinis. Helbert Hendin dalam Maramis
(2009) mengatakan psikodinamika bunuh diri yaitu :
1) Kematian merupakan pelepasan pembalasan (death as retaliotary
abandonment) yang berarti bunuh diri merupakan upaya untuk
mengurangi preokupasi.
2) Kematian sebagai pembunuhaan terlentik (death asretroflexed
murder) artinya pada individu yang mengalami gangguan emosi
berat sehingga menyebabkan individu tersebut bunuh diri yang
diyakini dapat mengganti rasa marah atau kekerasan yang tidak
bisa direpresi.
3) Kematian sebagai penyatuan kembali ( death as reunion) dalam
hal kematian merupakan hal yang membuat bahagia pada individu
alasannya karena individu dapat bersama kembali bersama orang
yang telah meninggal.
4) Kematian dianggap menjadi hukuman atas diri (death as self
punishment) adalah individu menghakimi diri dan memutuskan
hukuman yang tepat dengan kematian individu itu sendiri karena
individu merasa gagal dalam melakukan pekerjaannya dengan
baik, hal ini cenderung jarang dilakukan oleh para wanita, namun
adakalanya seorang perempuan merasa tidak mencintai dirinya
sendiri, keinginan untuk bunuh diri bisa saja terlintas.

C. Penyebab bunuh diri


1. Dilanda keputusasaan dan depresi
2. Cobaan hidup dan tekanan lingkungan
3. Gangguan kejiwaan/ tidak waras (gila)
4. Himpitan ekonomi atau kemiskinan (harta/ iman/ ilmu)
5. Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan
D. Tanda dan gejala
1. Mempunyai ide untuk bunuh diri
2. Mengungkapkan keinginan unutk mati
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
4. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan
5. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
6. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian)
7. Menanyakan tentang obat dosis mematikan
8. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik,
marah, mengasibngkan diri)
9. Kesehatan mental (secara klinis klien terlihat sangat depresi, psikosis,
dam menyalahginakan alkohol)
10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau
terminal)
11. Pengangguran
12. Kehilangan pekerjaan atau kegagagalan dalam karir
13. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan)
14. Pekerjaan
15. Konflik interpersonal
16. Latar belakang keluarga
17. Orientasi seksual
18. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil

E. Psikopatologi Bunuh Diri


Apapun tujuannya perilaku ingin bunuh harus ditanggapi dengan serius.
Biasanya orang yang ini melakukan bunuh diri memiliki rencana yang
spesifik untuk mati dan cenderung memiliki alasan serta nilai- nilai yang
kuat untuk melakukannya. Perilaku bunuh diri dapat dibagi 4 yaitu :
1. Isyarat Bunuh Diri
Isyarat bunuh diri biasanya tidak disertai ancaman dan percobaan
bunuh diri hanya saja pada kondisi ini pasien cenderung sudah
memiliki keinginan ataupun ide bunuh diri yang tidak diperlihatkan
secara langsung pada orang lain.
2. Ancaman Bunuh Diri
Adanya ancaman untuk mati dari pasien, pasien sudah aktif
memikirkan bunuh diri dan respon kita bisa mempengaruhi sikap
pasien.
3. Upaya Bunuh Diri
Pada kondisi ini klien aktif melakukan upaya bunuh diri , seperti
gantung diri, minum racun, menyayat urat nadi, atau menjatuhkan
diri dari tempat yang tinggi seperti jembatan atau gedung.
4. Bunuh Diri
Jika tidak berhasil dicegah orang-orang yang memiliki tanda-tanda
klinis ingin bunuh diri akan mungkin mati.

F. Cara Merawat Pasien Dengan Resiko Bunuh Diri


5. Tetap menemani sampai dipindahkan ketempat yang lebih aman
6. Menjauhkan semua benda yang berbahaya
7. Memastikan benar-benar telah minum obat
8. Menjelaskan dengan kembut bahwa anda akan melindunginya sampai
ia melupiakan kenginan bunuh diri

G. Cara Mengontrol Keinginan Bunuh Diri


1. Ingat bahwa emosi bisa berubah
2. Ingat orang yang disayang
3. Melakukan aktivitas yang disukai
4. Mencari solusi dan temoat yang aman

H. Peran Keluarga
1. Mengidentifikasi tanda-tanda dari stres dan kecenderungan bunuh diri.
Karena ekspresi kecenderungan bunuh diri sangat unik untuk setiap
satuan masyarakat, maka keluarga mesti mengenali kecenderungan
tersebut.
2. Membina hubungan yang erat dengan orang yang berisiko bunuh diri,
memberikan perhatian secara penuh, mendengarkan pembicaraan
dengan empati, menghargai perasaan serta memahami emosinya.
3. Menunjukkan diri bahwa keluarga ingin menolong orang yang berisiko
bunuh diri.
4. Lebih baik membangun potensi kekuatan pelaku dari pada terpaku
pada kelemahan setiap anggota keluarga.
5. Jangan tinggalkan seorang diri anggota keluarga yang mempunyai
keinginan bunuh diri.
6. Menjauhkan orang yang berisiko bunuh diri dari benda yang
membahayakan dirinya seperti: obat-obatan, racun, benda tajam, tali
dan lain-lain.
7. Secara bertahap terus berusaha membangkitkan kembali keinginan
untuk hidup.
8. Mengajari dan melatih cara penyelesaian masalah yang semestinya,
dan terus membangun rasa optimis dalam menjalani hidup.
9. Mencoba untuk meminimalkan konflik di rumah dan mengembangkan
latihan pemecahan masalah bersama dengan anggota keluarga yang
lain.
10. Mendorong anggota keluarga yang berisiko bunuh diri untuk mencari
pertolongan secara profesional, ke rumah sakit, klinik kesehatan, atau
LSM yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Ade Herman, S.D. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha


Medika.
Damaiyanti, M. Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika
Aditama
Keliat, B.A. 2002. Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan
Jiwa. Jakarta: EGC.
Shives, L.R, 2000, Basic Concept Of Psyciatric Mental Health Nursing,
Philadelphia, Lippincott.
Stuart GW, Sundeen. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta: EGC
Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang: RSJD Dr.
Amino Gonohutomo
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1,
Bandung, RSJP Bandung

Anda mungkin juga menyukai