“Gangguan Jiwa”
Oleh :
Shifa Nadila
181030100069
A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional
a. Warga mengetahui definisi gangguan jiwa
b. Warga mengetahui penyebab gangguan jiwa
c. Warga mengetahui tanda dan gejala gangguan jiwa
d. Warga mengetahui jenis-jenis gangguan jiwa
e. Warga mengetahui pentinganya dukungan keluarga bagi penderita
gangguan jiwa.
B. Pokok bahasan
Gangguan jiwa
D. Metode penyuluhan
Ceramah dan tanya jawab
E. Media
1. Leaflet
F. Materi
Terlampir
G. Kegiatan penyuluhan
No Tahap/Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan sasaran
.
1. Pembukaan : a. Memberikan salam a. Menjawab salam
5 menit pembuka.
b. Memperkenalkan diri b. Memperhatikan
c. Menjelaskan pokok c. Memperhatikan
bahasan dan tujuan
penyuluhan
2. Pelaksanaan : a. Menjelaskan definisi a. Menyimak.
15 menit gangguan jiwa.
b. Menjelaskan penyebab b. Menyimak.
gangguan jiwa.
c. Menjelaskan tanda dan c. Menyimak.
gejala gangguan jiwa.
d. Menjelaskan jenis d. Menyimak.
gangguan jiwa.
e. Menjelaskan peran e. Menyimak.
keluarga bagi
penderita gangguan
jiwa.
3. Evaluasi : Menanyakan kepada Menjawab pertanyaan
5 menit peserta tentang materi
tentang gangguan jiwa
yang telah dilakukan.
4. Terminasi a. Mengucapkan terima a. Mendengarkan
5 menit kasih.
b. Mengucapkan salam b. Menjawab salam
penutup.
H. Evaluasi
1. Evaluasi struktur:
a. Laporan telah dikoordinasikan sesuai rencana
b. Mahasiswa berada pada posisi yang sudah ditentukan
c. Tempat, media serta alat sesuai rencana
d. Mahasiswa dan sasaran menghadiri penyuluhan
2. Evaluasi proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
b. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
c. Waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan
d. Sasaran penyuluhan dan mahasiswa mengikuti kegiatan penyuluhan
sampai selesai
e. Sasaran penyuluhan dan mahasiswa berperan aktif selama kegiatan
berlangsung
3. Evaluasi hasil peserta mampu:
a. Menyebutkan pengertian gangguan jiwa
b. Menyebutkan penyebab gangguan jiwa
c. Menyebutkan tanda dan gejala gangguan jiwa
d. Menyebutkan jenis gangguan jiwa
e. Menjelaskan pentingnya dukungan keluarga bagi penderita gangguan jiwa.
LAMPIRAN
A. Definisi
Gangguan jiwa adalah gejala-gelaja patologik dominan berasal dari unsur.
Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu sekali, yang sakit dan
penderita ialah manusia seutuhnya dan bukan hanya orangnya, jiwanya atau
lingkungan.
Gangguan jiwa adalah gangguan pada satu atau lebih fungsi jiwa. Gangguan
jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir,
perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan jiwa ini
menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita dan keluarganya (Stuart &
Sundeen, 2007).
Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada
fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang
menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan
peran sosial. Penyebab gangguan jiwa itu bermacam-macam ada yang bersumber
dari berhubungan dengan orang lain yang tidak memuaskan seperti diperlakukan
tidak adil, diperlakukan semena-mena, cinta tidak terbalas, kehilangan seseorang
yang dicintai, kehilangan pekerjaan, dan lain-lain. Selain itu ada juga gangguan
jiwa yang disebabkan faktor organik, kelainan saraf dan gangguan pada otak
(Djamaludin, 2001). Jiwa atau mental yang sehat tidak hanya berarti bebas dari
gangguan. Seseorang bisa dikatakan jiwanya sehat jika ia bisa dan mampu untuk
menikmati hidup, punya keseimbangan antara aktivitas kehidupannya, mampu
menangani masalah secara sehat, serta berperilaku normal dan wajar, sesuai dengan
tempat atau budaya dimana dia berada. Orang yang jiwanya sehat juga mampu
mengekspresikan emosinya secara baik dan mampu beradaptasi dengan
lingkungannya, sesuai dengan kebutuhan.
B. Penyebab
Manusia berinteraksi secara keseluruhan, secara holistik atau dapat dikatakan
juga, secara bio-psiko-sosial. Dalam mencari penyebab gangguan jiwa maka ketiga
unsur ini harus dapat diperhatikan. Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku
manusia ialah keturunan dan konstitusi, umur, jenis kelamin, keadaan jasmani,
keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan,
pekerjaan, pernikahan, dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang
dicintai, agresif atau pembunuhan.
Gejala umum atau gejala yang menonjol yaitu terdapat pada unsur kejiwaan,
tetapi penyebab utamanya yaitu jasmani (somatogenik), lingkungan social
(sosiogenik) ataupun dipsike (psikogenik). Biasanya tidak terdapat penyebab
tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang
saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan.
Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh factor-faktor pada ketiga
unsur itu yang terus-menerus saling mempengaruhi,yaitu :
1. Faktor Organobiologi seperti faktor keturunan (genetik), yaitu adanya
ketidakseimbangan zat-zat neurokimia di dalam otak. Faktor organobiologi
terdiri dari:
a. Nerokimia (misal: gangguan pada kromosom no 21 yang menyebabkan
munculnya gangguan perkembangan Sindrom Down).
b. Nerofisiologi
c. Neroanatomi
d. Tingkat kematangan dan perkembangan organik.
e. Faktor-faktor prenatal dan perinatal.
2. Faktor Psikologis seperti adanya mood yang labil, rasa cemas berlebihan,
gangguan persepsi yang ditangkap oleh panca indera kita (halusinasi), terdiri
dari:
a. Interaksi ibu-anak.
b. Interaksi ayah-anak : peranan ayah.
c. Sibling rivalry atau merasa tersaingi oleh saudara.
d. Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan, dan masyarakat.
e. Kehilangan : Lossing of love object.
f. Konsep diri: pengertian identitas diri dan peran diri yang tidak menentu.
g. Tingkat perkembangan emosi.
h. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya :
Mekanisme pertahanan diri yang tidak efektif.
i. Ketidakmatangan atau terjadinya fiksasi atau regresi pada tahap
perkembangannya.
j. Traumatic Event
k. Distorsi Kognitif
l. Pola Asuh Patogenik (sumber gangguan penyesuaian diri pada anak) :
- Melindungi anak secara berlebihan karena memanjakannya.
- Melindungi anak secara berlebihan karena sikap “berkuasa” dan
“harus tunduk saja”
- Penolakan (rejected child)
- Menentukan norma-norma etika dan moral yang terlalu tinggi.
- Disiplin yang terlalu keras.
- Disiplin yang tidak teratur atau yang bertentangan.
- Perselisihan antara ayah-ibu.
- Perceraian
- Persaingan yang kurang sehat diantara para saudara.
- Nilai-nilai yang buruk (yang tidak bermoral).
- Perfeksionisme dan ambisi (cita-cita yang terlalu tinggi bagi si
anak).
- Ayah dan atau ibu mengalami gangguan jiwa (psikotik atau non-
psikotik).
3. Faktor Lingkungan (Sosial) baik itu di lingkungan terdekat kita (keluarga)
maupun yang ada di luar lingkungan keluarga, yang terdiri dari:
a. Tingkat ekonomi
b. Lingkungan tempat tinggal : Perkotaan dan Pedesaan.
c. Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka, fasilitas
kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan yang tidak memadai.
d. Pengaruh rasial dan keagamaan.
e. Nilai-nilai.
C. Tanda dan gejala
1. Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar. Gambaran alam perasaan ini
dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.
2. Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawn). Tidak mau bergaul atau
kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).
3. Delusi atau Waham yaitu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal)
meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinannya itu tidak
rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya. Sering berpikir atau
melamun yang tidak biasa (delusi).
4. Halusinasi yaitu pengalaman panca indra tanpa ada rangsangan misalnya
penderita mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan di telinganya padahal
tidak ada sumber dari suara atau bayangan itu.
5. Merasa depresi, sedih atau stress tingkat tinggi secara terus-menerus.
6. Kesulitan untuk melakukan pekerjaan atau tugas sehari-hari walaupun
pekerjaan tersebut telah dijalani selama bertahun-tahun.
7. Paranoid (cemas/takut) pada hal-hal biasa yang bagi orang normal tidak perlu
ditakuti atau dicemaskan.
8. Suka menggunakan obat hanya demi kesenangan.
9. Memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri.
10. Terjadi perubahan diri yang cukup berarti.
11. Memiliki emosi atau perasaan yang mudah berubah-ubah.
12. Terjadi perubahan pola makan yang tidak seperti biasanya.
13. Pola tidur terjadi perubahan tidak seperti biasa.
14. Kekacauan alam pikir yaitu yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya,
misalnya bicaranya kacau sehingga tidak dapat diikuti jalan pikirannya.
15. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan
semangat dan gembira berlebihan.
16. Kontak emosional amat miskin, sukar diajak bicara, pendiam.
17. Sulit dalam berpikir abstrak.
18. Tidak ada atau kehilangan kehendak (avalition), tidak ada inisiatif, tidak ada
upaya/usaha, tidak ada spontanitas, monoton, serta tidak ingin apa-apa dan
serba malas dan selalu terlihat sedih.