Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

OLEH :

1. DIFATRIYAH AZQIAH FIKRINA


2. BAIQ RENZI RISTIANI
3. HESTY NURRAYAN
4. LIS MULIATI
5. EKA RAMDHANI DWI PUTRI
6. NURUL HIDAYATI
7. IHMAN JAYADI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS
MATARAM
2020/2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasa : Defisit Perawatan Diri

Hari/tTanggal : Kamis 6 Januari 2021

Tempat : Wilayah Kerja Puskesmas Cakranegara

Sasaran : Pasien yang mengalami gangguan jiwa dan keluarga pasien

Waktu : 09:00-10:00

A. Tujuan pembelajaran
1. Tujuan Umum
Setelah menerima pendidikan kesehatan tentang defisit perawatan diri, pasien
gagguan jiwa serta keluarga pasien mampu memahami dan menyadari bahaya
defisit perawatan diri
2. Tujuan Khusus
Setelah menerima pendidikan kesehatan, diharapkan pasien gangguan jiwa serta
keluarga mampu :
a. Menjelaskan pengertian defisit perawatan diri
b. Menyebutkan penyebab defisit perawatan diri
c. Menyebutkan tanda dan gejala defisit perawatan diri
d. Menyebutkan komponen kebersihan diri
e. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
f. Menjelaskan akibat dari defisit perawatan diri
g. Menjelaskan cara perawatan kebersihan diri

B. Materi
a. Pengertian defisit perawatan diri
b. Penyebab defisit perawatan diri
c. Tanda dan gejala defisit perawatan diri
d. Komponene kebersihan diri
e. Pentingnya kebersihan diri
f. Akibat dari defisit perawatan diri
g. Cara perawatan diri

C. Metode
a.Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi
D. Media atau Alat Bantu
a. Leafleat gambar dan tuklisan tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, serta
akibat dari defisit perawatan diri
b. Laptop
c. LCD

E. Evaluasi Pembelajaran
1. Tes awal cara mengajukan pertanyaan lisan
a. Apakah pernah mengenal istilah defisit perawatan diri ?
b. Apa saja penyebaba defisit perawatan diri ?
c. Apa saja tanda dan gejala defisit perawatan diri ?
d. Apa saja komponen kebersihan diri ?
e. Apa kebersihan pentingnya kebersiahn diri ?
f. Apa akibat defisit perawatan diri ?
g. Bagaimana perawatan kebersihan diri?
2. Tes akhir dengan cara mengajukan pertanyaan lisan yang sama dengan pertanyaan
pada tes awal.

F. Proses Penyuluhan

No Fase Kegiatan Kegiatan Sasaran


1. Pembukaan : a. Memberi salam pembuka a. Menjawab salam
3 menit b. Memperkenalkan diri b. Memperhatikan
c. Menjelaskan pokok bahasan dan c. Memperhatikan
tujuan penyuluhan d. Memperhatikan
d. Membagi leflet
2. Pelaksanaan : a. Menjelaskan pengertian defisit a. Memperhatikan
30 Menit perawatan diri b. Memperhatikan
b. Menyebutkan penyebab c. Memperhatikan
perawatan diri d. Bertanya dengan
c. Menyebutkan tanda dan gejala penuh antusias
defisit perawatan diri e. Memperhatikan
d. Memberi kesempatan pada f. Memperhatikan
peserta untuk bertanya g. Memperhatikan
e. Menyebutkan komponen h. Memperhatikan
kebersihan diri i. Bertanya dengan
f. Menjelaskan pentingnya penuh antusias
kebersihan diri
g. Menjelaskan akibat dari defisit
perawatan diri
h. Menjelaskan cara perawatan
kebersihan diri
i. Memberi kesempatan peserta
untuk bertanya
3. Evaluasi : Menanyakan kepada peserta Menjawab pertanyaan
5 menit tentang materi yang telah
diberikan dan memberi
reinforcemen kepada sasaran yang
dapat menjawab pertanyaan
4. Terminasi : a. Mengucapkan terimakasi atas a. Mendengarkan
2 Menit peran serta peserta b. Mendengarkan
b. Mengucapkan salam penutup

G. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a) Pasien dan keluarga atau sasaran hadir dalam kegiatan penyuluhan
b) Penyelenggaraan penyuluhan diadakan diwilayah kerja puskesmas
cakranegara
c) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya (SAP,
Leaflet)
2. Evaluasi Proses
a) Pasien dan keluarga antusias terhadap materi penyuluhan
b) Pasien dan keluarga tidak meninggalkan tempat penyuluhan sebelum
penyuluhan selesai
c) Pasien dan keluarga dan mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
secara benar
3. Evaluasi Hasil
a) Pasien dan keluarga mengenal istilah Defisit Perawatan Diri
b) Pasien dan keluarga mengetahui penyebab defisit perawatan diri
c) Paasien dan kelurga menengetahui tanda dan gejala Defisit perawatan Diri
d) Pasien dan keluarga mengetahui komponen kebersihan diri
e) Pasien dan keluarga mengetahui pentingnya kebersihan diri
f) Pasien dan keluarga mengetahui akibat dari defist perawatan diri
g) Pasien dan keluarga mengetahui cara perawatan kebersihan diri

H. Pengorganisasian
1. Penyuluh : Ihman Jayadi
Fungsi : Memimpin jalannya pendidikan kesehatan
2. Fasilitator :
1. Baiq Renzi Ristiani
2. Lis Muliati
3. Hesty Nurrayan
Fungsi : Membantu penyuluh dan mendampingi pasien
3. Observer :
1. Difatriyah Azqiah Fikrina
2. Nurul Hidayati
3. Eka Ramdhani Dwi Putri
Fungsi : mengamati dan memberikan evaluasi terhadap jalannya
pendidikan kesehatan
LAMPIRAN

KONSEP GANGGUAN JIWA


DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Konsep Gangguan Jiwa

1. Pengertian ganngguan jiwa

Gangguan jiwa yaitu sindrom atau pola perilaku yang secara klisis bermakna
yang berhubungan dengan distress atau penderiaan atau penderitaan dan
memnimbulkan gangguan pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia

2. Gejala Gangguan Jiwa

Terdapat beberapa tanda fungsi fisiologi jiwa yang tidak sehat, yaitu :

a. Perasaan tidak nyaman (Inadequacy)

b. Perasaan tidak aman (insecurity)

c. Kurang peraya diri

d. Kurang memahami diri

e. Kurang mendapat kepuasan dalam berhubungan social

f. Ketidakmatangan emosi

g. Kepribadiannya terganggu

h. Mengalami patologi dalam struktur system saraf (Thorpe)

3. Penyebab Gangguan Jiwa

Belum diketahui secara pasti apa penyebab gangguan mental. Namun, kondisi
ini diketahui terkait dengan faktor biologis dan psikologis, sebagaimana akan
diuraikan di bawah ini:

a. Faktor biologis (atau disebut gangguan mental organik)

1) Gangguan pada fungsi sel saraf di otak.


2) Infeksi, misalnya akibat bakteri Streptococcus.

3) Kelainan bawaan atau cedera pada otak.

4) Kerusakan otak akibat terbentur atau kecelakaan.

5) Kekurangan oksigen pada otak bayi saat proses persalinan.

6) Memiliki orang tua atau keluarga penderita gangguan mental.

7) Penyalahgunaan NAPZA dalam jangka panjang, misalnya heroin dan


kokain.

8) Kekurangan nutrisi.

b. Faktor psikologis

1) Peristiwa traumatik, seperti kekerasan dan pelecehan seksual.

2) Kehilangan orang tua atau disia-siakan di masa kecil.

3) Kurang mampu bergaul dengan orang lain.

4) Perceraian atau ditinggal mati oleh pasangan.

5) Perasaan rendah diri, tidak mampu, marah, atau kesepian.

4. Resiko Gangguan Jiwa

Setelah melakukan sejumlah pemeriksaan, dokter dapat menentukan jenis


gangguan mental yang dialami pasien. Dari sekian banyak jenis gangguan
mental, beberapa yang paling sering terjadi adalah:

a. Depresi

Depresi merupakan gangguan suasana hati yang menyebabkan


penderitanya terus-menerus merasa sedih. Berbeda dengan kesedihan biasa
yang berlangsung selama beberapa hari, perasaan sedih pada depresi bisa
berlangsung hingga berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

b. Skizofrenia

Skizofrenia adalah gangguan mental yang menimbulkan keluhan halusinasi,


delusi, serta kekacauan berpikir dan berperilaku. Skizofrenia membuat
penderitanya tidak bisa membedakan antara kenyataan dengan pikirannya
sendiri.
c. Gangguan kecemasan

Gangguan kecemasan merupakan gangguan mental yang membuat


penderitanya merasa cemas dan takut secara berlebihan dan terus menerus
dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Penderita gangguan kecemasan dapat
mengalami serangan panik yang berlangsung lama dan sulit dikendalikan.

d. Gangguan bipolar

Gangguan bipolar adalah jenis gangguan mental yang ditandai dengan


perubahan suasana hati. Penderita gangguan bipolar dapat merasa sangat
sedih dan putus asa dalam periode tertentu, kemudian menjadi sangat
senang dalam periode yang lain.

e. Gangguan tidur

Gangguan tidur merupakan perubahan pada pola tidur yang sampai


mengganggu kesehatan dan kualitas hidup penderitanya. Beberapa contoh
gangguan tidur adalah sulit tidur (insomnia), mimpi buruk (parasomnia),
atau sangat mudah tertidur (narkolepsi).

5. Pencegahan Gangguan Jiwa

Tidak semua gangguan mental dapat dicegah. Namun, ada beberapa langkah
yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko serangan gangguan mental, yaitu:

a. Tetap berpartisipasi aktif dalam pergaulan dan aktivitas yang disenangi.

b. Berbagilah dengan teman dan keluarga saat menghadapi masalah.

c. Lakukan olahraga rutin, makan teratur, dan kelola stres dengan baik.

d. Tidur dan bangun tidur teratur pada waktu yang sama setiap harinya.

e. Jangan merokok dan menggunakan NAPZA.

f. Batasi konsumsi minuman beralkohol dan minuman berkafein.

g. Konsumsi obat-obatan yang diresepkan dokter, sesuai dosis dan aturan


pakai.

h. Segera ke dokter bila muncul gejala gangguan mental.


6. Masalah Utama Keperawatan Jiwa

a. Harga diri rendah (HDR)


Menilai diri negatif, misalnya mengungkapkan tidak berguna, tidak
tertolong, merasa malu atau bersalah, merasa tidak mampu melakukan
apapun, meremehkan kemampuan mengatasi masalah yang sulit, merasa
tidak memiliki kelebihan, berjalan menunduk, kontak mata kurang, lesu,
tidak bergairah, berbicara pelan, dan pasif.

b. Resiko Prilaku Kekerasan (RPK)


Perilaku kekerasan adalah marah ekstrem atau ketakutan sebagai respon
terhadap perasaan terancam berupa ancaman fisik atau ancaman terhadap
konsep diri yang di ekspresikan dengan mengancam, mencederai orang lain
dan atau merusak lingkungan.

c. Halusinasi
Gejala gangguan jiwa berupa respon pancaindera yaitu penglihatan,
pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan terhadap sumber yang
tidak jelas seperti mendengar suara bisikan atau melihat bayangan tanpa
ada wujudnya.

d. Isolasi social
Kondisi dimana seseorang mengalami gangguan hubungan interpersonal
yang mengganggu fungsi individu tersebut dalam meningkatkan
keterlibatan atau hubungan social (sosialisasi) dengan orang lain seperti
menolak interaksi dengan orang lain, merasa sendirian dan tidak diterima di
lingkungan sekitar.

e. Resiko Bunuh Diri (RBD)


Suatu upaya yang didasari dan ditimbulkan oleh diri sendiri untuk
mengakhiri kehidupan atau pembinasaan oleh individu sebagai jalan keluar
yang terbaik untuk hidupnya.

f. Waham
Keyakinan pribadi berdasarkan kesimpulan yang salah dari realitas
eksternal. Waham juga diartikan sebagai keyakinan yang salah yang
dipertahankan secara terus-menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan.

g. Defisit Perawatan Diri (DPD)


Sikap tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri,
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun. Seperti menolak perawatan diri,
BAB/BAK sembarang tempat, tidak mampu menggunakan alat bantu
makan, tidak mampu mandi /berpakaian/makan/ke toilet.
B. Defisit Perawatan Diri

1. Definisi

Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya dan
kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya . Klien dinyatakan
terganggu perawatan dirinya ika tidak dapat melakukan perawatan dirinya
(Mukhripah & Iskandar, 2012:147).

Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalai kelainan


dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan
sehari – hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur,
tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan
tidak rapi.

Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam : kebersihan dir,


makan, berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang air besar atau kecil
sendiri (toileting) (Keliat B. A, dkk, 2011).

Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada pasien
gangguan jiwa. Pasien gangguan iwa kronis sering mengalami ketidakpedulian
merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan
pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat (Yusuf, Rizky &
Hanik,2015:154).

2. Penyebab

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000),Penyebab


kurang perawatan diri adalah :

1. Kelelahan fisik dan Penurunan Kesadaran

Sedangkan Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawatan diri


adalah :

a. Faktor presdiposisi

1) Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga


perkembangan inisiatif terganggu.

2) Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan


perawatan diri.

3) Kemampuan realitas turun

Klien dengan gangguan jiw dengan kemampuan realitas yang


kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.

4) Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri


lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri. (Mukhripah & Iskandar,
2012:147 - 148).

b. Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah


kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri (Mukhripah & Iskandar,
2012: 148).

Menurut Depkes (2000) didalam buku (Mukhripah & Iskandar,


2012:148) faktor – faktor yang mempengaruhi personl higiene adalah:

1) Body image : gambaran individu terhadap dirinya sangat


mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya
perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan
dirinya.

2) Praktik sosial : pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan


diri, maka kemungkinan akan terjadi peruabahan personal
hygiene.

3) Status sosial ekonomi : personal hygiene memerlukan alat dan


bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi
yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

4) Pengetahuan : pengetahuan personal hygiene sangat penting


akrena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
Misanya, pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus
menjaga kebersihan kakinya.

5) Budaya : disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak


boleh dimandikan.

6) Kebiasaan orang : ada kebiasaan orang yang menggunakan


produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun,
shampoo dan lain – lain.

7) Kondisi fisik atau psikis : pada keadaan tertentu/ sakit


kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan
untuk melakukannya.

3. Jenis

Menurut Nanda-I (2012), jenis perawatan diri terdiri dari :

a. Defisit perawatan diri: Mandi

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan


mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.

b. Defisit perawatan diri: Berpakaian

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas


berpakaian dan berias untuk diri sendiri.

c. Defisit perawatan diri: Makan

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas


sendiri.

d. Defisit perawatan diri: Eliminasi

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas


eliminasi sendiri (Nurjannah, 2004:79)
4. Proses terjadinya masalah

Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan
merawat kebersihan diri, makan secara mandiri,berhias diri secara mandiri, dan
toileting ( buang air besar [BAB]atau buang air kecil [BAK])secara mandiri
(Yusuf, Rizky & Hanik,2015:154).

5. Tanda dan Gejala

Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009) adalah
sebagai berikut:

a. Mandi/hygiene

Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,


memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air
mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk
dan keluar kamar mandi.

b. Berpakaian/berhias

Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan


pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian.

c. Makan

Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,


mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,
meggunakan alat tambahan, mendapat makanan, membuka container,
memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu
memasukannya ke mulut, melengkapi makan, mencerna makanan menurut
cara diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna
cukup makanan dengan aman.

d. Eliminasi

Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan


jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat,
dan menyiram toilet atau kamar kecil (Mukhripah & Iskandar, 2012:149-
150).

6. Akibat

Akibat dari defisit perawatan diri adalah gangguan pemeliharaan kesehatan.


Gangguan pemeliharaan kesehatan ini bentuknya bisa bermacam – macam.
Akibat dari defisit perawat diri adalah sebagai berikut :

a. Kulit yang kurang bersih merupakan penyebab berbagai gangguan macam


penyakit kulit (kadas, kurap, kudis, panu, bisul, kusta, patek atau frambosa,
dan borok).

b. Kuku yang kurang terawat dan kotor sebagai tempat bibit penyakit yang
masuk ke dalam tubuh. Terutama penyakit alat – alat pernapasan.
Disamping itu kuku yang kotor sebagai tempat bertelur cacing, dan sebagai
penyakit cacing pita, cacing tambang, dan penyakit perut.

c. Gigi dan mulut yang kurang terawat akan berakibat pada gigi berlubang,
bau mulut, dan penyakit gusi.

d. Gangguan lain yang mungkin muncul seperti gastritis kronis (karenan


kegagalan dalam makan), penyebaran penyakit dari orofecal (karena
hygiene BAB/BAK sembarangan) (Wahit Iqbal, dkk.,2015:159).

Sedangkan menurut (tarwoto dan wartonah, 2010:117) akibatnya adalah :

a. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak


terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah : gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa
mulut, infeksi pada mata dan telinga, gangguan fisik pada kuku.

b. Dampak psikososial

Masalah yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan


kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga
diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial.
7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dengan defisit perawatan diri menurut (Herdman Ade,


2011:154) adalah sebagai berikut :

a. Penatalaksanaan Bagi Pasien

1) Meningkatan kesadaran dan kepercayaan diri klien

2) Membimbing dan menolong klien dalam perawatan diri

3) Ciptakan lingkungan yang mendukung untuk kenyamanan klien

4) BHSP (bina hubungan saling percaya)

b. Pentalaksanaan Bagi keluarga

1) Keluarga mampu mengenal masalah yang dirasakan dalam merawat


pasien seperti tanda dan gejala proses terjadinya defisit perawat diri

2) keluarga mampu menyediakan fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan


oleh klien

3) keluarga mampu merawat dan membimbing klien dalam merawat diri


seperti kebersihan diri, berdandan, bercukur, makan/minum BAK/BAB

4) Diharapkan keluarga sering mengunjungi klien

c. Penatalaksanaan Bagi Petugas

Diharapkan pemberiaan motivasi perawatan diri dengan melaksanakan


strategi pelaksanaan 1-4 yaitu (kebersihan diri, makan/minum, berhias/
berdanda dan toileting) sebagai masukan dalam tindakan keperawatan
sehingga dapat mengurangi komplikasi untuk meminimalkan masalah defisit
perawatan diri.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna.2006. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.


Jakarta:EGC.

Perry, Potter.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

Nurjanah, Intisari. 2001. Pedoman Penanganan pada Gangguan Jiwa.


Yogyakarta : Memodia

Anda mungkin juga menyukai