Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR PUSTAKA

Kelliat, B.A. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Maramis, W. F. 1998. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Jakarta : EGC

Purba, dkk. (2008). Asuhan Keperawatan pda Klien dengan Masalah


Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan : USU Press.

Videbeck, Sheila L. (2008). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta :EGC

Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama


PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
PENYALURAN ENERGI POSITIF SENAM MAUMERE
UNTUK KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
DI RSUD BANYUMAS
Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Jiwa

Disusun oleh :
Kelompok 1

1. Sapto Wibowo (P1337420215036)


2. Umi Widowati W (P1337420215037)
3. Tresna Dynanti H (P1337420215038)
4. Rosi Arista (P1337420215040)
5. Raufia Ardini (P1337420215041)
6. Laeli Nur Hanifah (P1337420215042)
7. Widya Pangestika (P1337420215088)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

2017
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
PENYALURAN ENERGI POSITIF SENAM MAUMERE
UNTUK KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Topik
Terapi aktivitas kelompok (TAK) penyaluran energi positif senam maumere
untuk klien dengan resiko perilaku kekerasan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Dengan dilakukannya terapi aktivitas kelompok (TAK) klien dengan
perilaku kekerasan dapat mengontrol dirinya dan menyalurkan emosinya
secara positif.
2. Tujuan Khusus :
a. Klien mampu mengontrol emosi dalam melakukan aktivitas.
b. Klien mampu menyalurkan emosinya secara positif
c. Klien mampu mengontrol konsentrasi dirinya.
d. Klien mampu melatih anggota gerak tubuh.
e. Klien mampu fokus mencontoh gerakan senam yang diajarkan
perawat dan fasilitator.
f. Klien mampu menyelaraskan dan menyeimbangkan emosi dengan
melakukan kegiatan positif.
C. Landasan Teori
1. Pengertian Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap
diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan (fitria, 2009). Perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri, maupun orang
lain (Yoseph, 2007).
Kekerasan berarti penganiayaan, penyiksaan, atau perlakuan salah.
Menurut WHO (dalam Bagong. S, dkk, 2000), kekerasan adalah
penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan
terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat
yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan
memar/trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan
atau perampasan hak.
Menurut Townsend (2000), amuk (aggresion) adalah tingkah laku
yang bertujuan untuk mengancam atau melukai diri sendiri dan orang lain
juga diartikan sebagai perang atau menyerang.
2. Tanda Dan Gejala
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut:
a. Fisik
Muka merah dan tegang
Mata melotot/ pandangan tajam
Tangan mengepal
Rahang mengatup
Postur tubuh kaku
Jalan mondar-mandir
b. Verbal
Bicara kasar
Suara tinggi, membentak atau berteriak
Mengancam secara verbal atau fisik
Mengumpat dengan kata-kata kotor
Suara keras
Ketus
c. Perilaku
Melempar atau memukul benda/orang lain
Menyerang orang lain
Melukai diri sendiri/orang lain
Merusak lingkungan
Amuk/agresif

d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang
lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
h. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
3. Rentang Respons Marah
Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif mal
adaptif. Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut :
(Keliat, 1997).
a. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai
perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
b. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan
atau keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan
kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan
kemarahan.
c. Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan
perasaan yang dialami.
d. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih
dapat dikontrol oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau
mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang
harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan
mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.
Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai
kehilangan kontrol diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak
dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
Respon kemarahan dapat berfluktusi dalam rentang adaptif-maladaptif.
4. Mekanisme Koping
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena
adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien
marah untuk melindungi diri antara lain : (Maramis, 1998).
a. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di
mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan
penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas
adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
b. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang
menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan
sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba
merayu, mencumbunya.
c. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan
masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci
pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran
atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua
merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga
perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
d. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang
berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya
seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan
orang tersebut dengan kasar.
e. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang
pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy
berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari
ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain
perang-perangan dengan temannya.
5. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
a. Pengertian
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas
yang dilakukan perawat pada sekelompok klien yang mengalami
masalah keperawatan yang sama. Adapun tujuan dari terapi aktivitas
meliputi terapeutik meliputi menggunakan kegiatan untuk
memfasilitasi interaksi, mendorong sosialisasikan dengan lingkungan,
meningkatkan stimulus realitas dan respon individu, meningkatkan
rasa percaya diri. Sedangkan tujuan rehabilitaif meliputi meningkatkan
kemampuan ekspresi diri, empati, meningkatkan ketrampilan social
dan pola penyeselaikan masalah. Untuk mengatasi gangguan emosi
pada klien dengan resiko perilaku kekerasan tersebut, terapi aktivitas
kelompok sering digunakan dalam praktek keperawatan kesehatan jiwa
karena merupakan keterampilan terapeutik. Terapi aktivitas kelompok
merupakan bagian dari terapi modalitas yang berupaya meningkatkan
psikoterapi dengan sejumlah klien dalam waktu yang bersamaan.
(Keliat, 2006)
Dengan terapy aktivitas kelompok ( TAK ) klien dengan gangguan
perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal mengontrol emosinya
dan menyalurkan energinya untuk kegiatan positif.
b. Macam-macam TAK
Terapi aktivitas kelompok (TAK) dibagi tiga, yaitu :
a. Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi

yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus terkait dengan

pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok

(Keliat, 2004). Fokus terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi

adalah membantu pasien yang mengalami kemunduran orientasi

dengan karakteristik: pasien dengan gangguan persepsi;

halusinasi, menarik diri dengan realitas, kurang inisiatif atau ide,


kooperatif, sehat fisik, dan dapat berkomunikasi verbal (Yosep,

2007).
Adapun tujuan dari TAK stimulasi persepsi adalah pasien

mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang

diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya. Sementara, tujuan

khususnya: pasien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan

kepadanya dengan tepat dan menyelesaikan masalah yang timbul

dari stimulus yang dialami (Darsana, 2007).


Aktivitas mempersepsikan stimulus tidak nyata dan respon yang

dialami dalam kehidupan, khususnya untuk pasien halusinasi.

Aktivitas dibagi dalam empat sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu :
1) Sesi pertama : mengenal halusinasi
2) Sesi kedua : mengontrol halusinasi dan menghardik halusinasi
3) Sesi ketiga : menyusun jadwal kegiatan
4) Sesi keempat : cara minum obat yang benar
b. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori
TAK stimulasi sensori adalah TAK yang diadakan dengan

memberikan stimulus tertentu kepada klien sehingga terjadi perubhan

perilaku.
Bentuk stimulus :
1) Stimulus suara: musik
2) Stimulus visual: gambar
3) Stimulus gabungan visual dan suara: melihat televisi, video

Tujuan dari TAK stimulasi sensori bertujuan agar klien mengalami :

1) Peningkatan kepekaan terhadap stimulus.


2) Peningkatan kemampuan merasakan keindahan
3) Peningkatan apresiasi terhadap lingkungan

Jenis TAK yaitu :

1) TAK Stimulasi Suara


2) TAK Stimulasi Gambar
3) TAK Stimulasi Suara dan Gambar
c. Terapi aktivitas orientasi realita
Terapi Aktivitas Kelompok Oientasi Realita (TAK): orientasi

realita adalah upaya untuk mengorientasikan keadaan nyata kepada

klien, yaitu diri sendiri, orang lain, lingkungan/ tempat, dan waktu.
Klien dengan gangguan jiwa psikotik, mengalami penurunan daya

nilai realitas (reality testing ability). Klien tidak lagi mengenali

tempat,waktu, dan orang-orang di sekitarnya. Hal ini dapat

mengakibatkan klien merasa asing dan menjadi pencetus terjadinya

ansietas pada klien. Untuk menanggulangi kendala ini, maka perlu

ada aktivitas yang memberi stimulus secara konsisten kepada klien

tentang realitas di sekitarnya. Stimulus tersebut meliputi stimulus

tentang realitas lingkungan, yaitu diri sendiri, orang lain, waktu,

dan tempat.
Tujuan umum yaitu klien mampu mengenali orang, tempat, dan

waktu sesuai dengan kenyataan, sedangkan tujuan khususnya

adalah:
1. Klien mampu mengenal tempat ia berada dan pernah berada
2. Klien mengenal waktu dengan tepat.
3. Klien dapat mengenal diri sendiri dan orangorang di sekitarnya

dengan tepat.
Aktivitas yang dilakukan tiga sesi berupa aktivitas pengenalan

orang, tempat, dan waktu. Klien yang mempunyai indikasi

disorientasi realitas adalah klien halusinasi, dimensia,

kebingungan, tidak kenal dirinya, salah mngenal orang lain,

tempat, dan waktu.


Tahapan kegiatan :
1) Sesi I : Orientasi Orang
2) Sesi II : Orientasi Tempat
3) Sesi III : Orientasi Waktu

6. Seleksi Klien
a. Memiliki riwayat Perilaku Kekerasan
b. Kondisi klien kooperatif
c. Rentang umur antara 25-35 tahun
d. Jumlah klien 7 orang
e. Klien bersedia mengikuti TAK

7. Proses Seleksi
a. Observasi klien
Perawat melakukan observasi di ruang klien
b. Melihat catatan medis klien
Melihat catatan medis klien bertujuan untuk menemukan klien dengan
Perilaku Kekerasan.
c. Memilih klien dengan perilaku kekerasan
Dipilih beberapa klien dengan perilaku kekerasan sesuai data status
klien.
d. Menentukan klien dengan perilaku kekerasan
Penentuan klien berdasarkan dengan Perilaku Kekerasan yang pernah
dilakukan oleh klien sesuai status klien. Dan dipilah 7 klien untuk
mengikuti senam maumare
Berikut ini nama pasien yang bersangkutan antara lain :
1. Ny. L
2. Nn. S
3. Ny. R
4. Ny. J
5. Ny. K
6. Tn.S
7. Tn.Sn
8. Jadwal Kegiatan
Hari/Tanggal : Kamis, 10 Agustus 2017
Tempat : Halaman depan ruang Sadewa,
RSJ Banyumas
Waktu : Pukul 08.30 WIB 09.15 WIB
Durasi : 45 menit
a. Metode
Demonstrasi dan praktek.
b. Media dan Alat
1) Speaker
2) Laptop
3) Papan nama pasien
c. Pengorganisasian
1) Leader : Umi Widowati Wakhidah
Leader merupakan pimpinan dalam suatu tim dimana jalannya
kegiatan dipimpin oleh seorang leader. Adapun tugas-tugas leader
dalam TAK ini meliputi :
a) Membuka acara
b) Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktivitas
kelompok sebelum kegiatan dimulai.
c) Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan dirinya.
d) Mampu memimpin terapi aktivitas kelompok dengan baik dan
tertib.
e) Mengingatkan waktu
f) Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok.
g) Menjelaskan senam
2) Co leader : Widya Pangestika
Merupakan seseorang yang membantu leader saat jalannya TAK.
Apabila leader mengalami blocking ataupun hal lain yang
bersangkutan terhadap leader. Adapaun tugas co leader dalam TAK
ini meliputi :
a) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang
aktivitas klien.
b) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang.
3) Observer : Laeli Nur Hanifah
Merupakan seseorang yang mengobservasi kepada peserta dalam
kegiatan TAK
4) Fasilitator : Tresna Dynanti H, Rosi Arista, Raufia Ardini, Sapto
Wibowo
Merupakan seseorang yang dapat memberikan motivasi kepada
peserta dalam kegiatan untuk kesuksesan jalannya kegiatan
tersebut. Adapun tugas-tugas fasilitator dalam kegiatan TAK ini
meliputi :
a) Memfasilitasi klien yang kurang aktif
b) Berperan sebagai role play bagi klien selama kegiatan
d. Setting tempat
Pada setting tempat untuk TAK ini berdiri, dengan penjelasan sebagai
berikut

Keterangan :

Leader : Peserta :

Co leader :

Observer :

Fasilitator :

e. Program antisipasi
1) Penanganan klien yang tidak aktif saat TAK
a) Memanggil klien.
b) Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab
sapaan perawat atau klien yang lain.

2) Bila klien meninggalkan TAK


a) Panggil nama klien.
b) Tanya alasan klien meninggalkan atau tidak mengikuti TAK.
c) Berikan penjelasan tentang tujuan TAK dan berikan penjelasan
pada klien bahwa klien dapat melaksanakan keperluannya
setelah itu klien boleh kembali lagi.
d) Berikan sanksi kepada klien jika klien keluar dari TAK tanpa
seijin perawat
3) Bila ada klien yang ingin ikut
a) Beri penjelasan bahwa TAK ini ditujukan pada klien
berdasarkan pengamatan kajian status klien yang sudah mampu
mengontrol dirinya dari emosinya sehingga pada saat TAK
klien dapat bekerja sama, mampu mengontrol emosi dan tidak
mengganggu anggota kelompok yang lain, dan pasien bersedia
mengikuti TAK.

f. Langkah Kegiatan TAK


1) Persiapan (5 menit)
a) Menyiapkan klien dengan indikasi, yaitu perilaku kekerasan.
b) Membuat kontrak dengan klien.
c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2) Orientasi (10 menit)


a) Salam terapeutik : Salam dari terapis kepada klien
b) Berkenalan
Menggunakan games
c) Menjelaskan tujuan TAK
Dengan dilakukannya terapi aktivitas kelompok (TAK) klien
dengan perilaku kekerasan dapat mengontrol dirinya dan
menyalurkan emosinya secara positif.
d) Evaluasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
Menanyakan masalah yang dirasakan
e) Kontrak
Topik permainan TAK : Olahraga : senam
Waktu : 45 menit ( pukul 09.30-09.15 WIB)
Tempat : halaman depan ruang sadewa
Jumlah Anggota : 7 orang
Perilaku yang diharapkan dari anggota : Pasien kooperatif
dan senan yang dilakukan berjalan dengan lancar.
3) Menjelaskan peraturan TAK :
Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir, Jika ada
klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
Kegiatannya yaitu melakukan gerakan senam sesuai contoh.
Ketika leader selesai memberikan pengarahan, co leader
sebagai instruktur senam (memandu jalannya senam) dan
klien wajib memeragakan gerakan senam yang di contohkan.
Apabila klien ingin bertanya, dengan cara mengajukan tangan
terlebih dahulu.
Klien tidak boleh membuat kegaduhan.
4) Tahap kerja (20 menit)
a) Terapis mulai memutar musik.
b) Co Leader mencontohkan gerakan senam pada klien.
Peserta melakukan gerakan senam dibantu oleh masing-masing
fasilitator.
c) Tahap senam maumere .
d) Leader menguji atau menunjuk setiap peserta untuk melakukan
1 atau 2 gerakan senam sesuai contoh didepan semua peserta.
e) Observer mengevaluasi kegiatan TAK penyaluran energi
senam.
5) Tahap Terminasi (5 menit)
a) Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAK senam.
Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
Terapis memberikan kesempatan kepada klien untuk
bertany apabila belum mengerti.
b) Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk belajar mengendalikan
emosinya dengan melakukan hal-hal positif saat di Rumah
Sakit seperti memukul bantal, teknik napas dalam, bercakap-
cakap dan berdoa. Kemudian saat dirumah bisa dengan
mencuci pakaian, membaca, menyapu, bercakap-cakap, dan
berdoa.
c) Kontrak yang akan datang
Terapis membuat jadwal pertemuan dengan pasien untuk
pembahasan yang lain
6) Evaluasi (5 menit)
a. Evaluasi Proses
Subyektif
Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
penyaluran energi.
Objektif
a) Klien terlihat senang.
b) Klien tampak rileks.
c) Klien mengikuti TAK senam sampai selesai.
d) Leader berperan dengan baik.
e) Co leader aktif mengingatkan leader jika ada yang lupa
dan memberikan contoh gerakan senam.
f) Fasilitator berperan aktif membantu klien melakukan
kegiatan.
g) Observer menyampaikan hasil penilaiannya kepada
masing-masing klien.

b. Evaluasi hasil
1) Klien mampu mengontrol emosi dalam melakukan aktivitas.
2) Klien mampu menyalurkan emosinya secara positif
3) Klien mampu melatih konsentrasi dirinya.
4) Klien mampu melatih anggota gerak tubuh.
5) Klien mampu fokus mencontoh gerakan senam yang diajarkan
perawat dan fasilitator.
6) Klien mampu menyelaraskan dan menyeimbangkan emosi
dengan melakukan kegiatan positif.

Anda mungkin juga menyukai