Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


PENYALURAN ENERGI

Disusun Oleh :

Della Arista Wibawati P07220117045

Dwi Rizki Fauzi P07220116089

Eva Meylinda P07220117041

Hidayatun Najah P07220117052

Kris Wahyudi P07220117057

Riska Hidayati P07220117070

Selvy Lazuarti P07220117072

Susi Indrieni P07220117075

Widya Hartati P07220117078

Yustika Larasati P07220117080

POLITEKNIK KESEHTAN KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN


TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN KELAS BALIKPAPAN

TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN
Proposal Terapi Aktivitas Kelompok
di RSJD Atma Husada Mahakam

Disetujui dan Disahkan Oleh :

Clinical Instructure

Della Damaiyanti, Amd. Kep

Pembimbing I

Ns. Siti Nuryanti, S.Kep., M.Pd


NIP.196912231998032001

Pembimbing II

Rahmawati Shoufiah, S.ST., M.Pd


NIP.197902202001122002

1
PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

I. LATAR BELAKANG MASALAH


Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu tindakan keperawatan
untuk klien gangguan jiwa. Terapi ini adalah terapi yang pelaksanaannya
merupakan tanggung jawab penuh dari seorang perawat. Oleh karena itu
seorang perawat khususnya perawat jiwa haruslah mampu melakukan terapi
aktivitas kelompok secara tepat dan benar.
Perilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak di cegah
dapat mengarah kepada kematian. Perilaku kekerasan suatu bentuk ekspresi
kemarahan yang tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan
yang dapat membahayakan atau mencederai diri sendiri, orang lain bahkan
dapat merusak lingkungan.
Seseorang yang mengalami masalah ini harus diberikan rencana dan
tindakan yang sesuai sehingga pola ekspresi kemarahannya dapat diubah
menjadi bentuk yang bisa diterima yaitu perilaku yang sesuai. Kami
mengangkat terapi aktivitas kelompok dengan penyaluran energi (senam) yang
bertujuan agar pasien dengan resiko perilaku kekerasan dapat memanfaaatkan
kegiatan yang positif.
Kasus Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Atma Husada
Mahakam ( Ruang Belibis ) pada bulan september berjumlah 13 orang.

II. TOPIK

Terapi aktivitas kelompok individu perilaku kekerasan dengan penyaluran


energi yaitu olahraga senam SKJ.

III. TUJUAN
A. Tujuan umum
Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) penyaluran energi
dengan topik senam, diharapkan pasien dapat menjalin kerjasama dengan
pasien lain dan mampu mengontrol emosi.
B. Tujuan Khusus :
1. Klien mampu melatih gerak tubuh
2. Klien mampu melatih konsentrasi dan meminimalkan penggunaan
energi serta emosional untuk aktifitas
3. Klien ammpu mengeluarkan energi untuk melakukan kegiatan positif

2
4. Klien mampu fokus mencontoh gerakan senam yang diajarkan
perawat dan fasilitator
5. Klien mampu menyelaraskan dan menyeimbangkan emosi dengan
melakukan kegiatan positif.

IV. LANDASAN TEORI


Pengertaian prilaku kekerasan Perilaku destruktif-diri yaitu setiap
aktifitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah kepada kematian.
Perilaku destruktif-diri langsung mencakup setiap bentuk aktifitas bunuh
diri Perilaku kekerasan adalah perilaku individu yang dapat
membahayakan orang, diri sendiri baik secara fisik, emosional dan
seksualitas. Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk
perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologis. (Magdalena,2015:8)
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya kekerasan merupakan
dampak dari berbagai pengalaman yang dialami tiap orang, artinya
mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan. Berikut
faktor faktor yang mempengaruhi :
1. Psikologis (kejiwaan), Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan
frustasi yang kemudian dapat timbul aggresif atau amuk. Masa
kanakkanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina,
dianiaya. Atau saksi penganiayaan.
2. Perilaku reinforcement (penguatan/dukungan), yang diterima pada saat
melakukan kekerasan sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar
rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku
kekerasan.
3. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif)
da kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan
menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima.
4. Bioneurologis, banyak pendapat bahwa kerusakan sistem persarafan
ditolak turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan
(Magdalena:2015:8)
A. Faktor Penyebab
1. Faktor predisposisi Berbagai pengalaman yang dialami, tiap orang yang
merupakan faktor predisposisi artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak
terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu:
a. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif atau amuk

3
b. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan
sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua
aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Sosial budaya, budaya tertutup dan membahas secara diam (pasif
agresif) dankontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan
akan menciptakanseolah-olah perilaku kekerasan diterima
d. Bioneorologis, banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik, lobus
prontal,lobus temporal, dan ketidak seimbangan neurotransmiter turut
berperan dalamterjadinya kekerasan
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitas dapat bersumber dari klien, lingkungan atau
interaksi denganorang lain, kondisi klien dengan kelemahan fisik,
keputus asaan, ketidak berdayaan, percaya diri kurang jadi penyebab
perilaku kekerasan. Demikian juga dengan situasi lingkungan yang ribut,
padat, kritikan yang berakhir pada hinaan,kehilangan orang yang dicintai,
atau pekerjaan, dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain.
Perilaku destruktif-diri tidak langsung meliputi: Merokok, Menyabu,
Berjudi,Tindakan kriminal, terlibat dalam aktivitas rekreasi beresiko
tinggi,Penyalagunaan zat, Perilaku yang menyimpang secara sosial.
Prilaku yangmenimbulkan stress, Gangguan makan, Ketidak patuhan
terhadap pengobatan medis. (Magdalena,2015:8-9).
B. Tanda dan gejala
Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat.
Sering pula klien memksakan kehendak, merampas makanan, memukul bila
tidak senang. Wawancara diarahakan pada penyebab marah,perasaan marah,
tanda-tanda marahyang dirasakan oleh sesorang. (Magdalena,2015:9)
C. Rentang Respon Perilaku Kekerasan.
1. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
terhadapkecemasan, kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan
sebagai ancaman.Kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau
diungkapkan tampamenyakiti orang lain akan memberikan kelegaan dan
tidak menimbulkanmasalah. Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat
menimbulkan respon pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan
menentang.
2. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan.
3. Pasif adalah suatu keadaan dimana individu tidak mampu untuk
mengungkapkan perasaan yang sedang dialami untuk menghindari, suatu
tuntutan nyata.

4
4. Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan
untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol.
5. Amuk atau kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat
disertaikehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang
lain dan lingkungan.
6. Bunuh diri.(Magdalena:2015:9)
D. Tanda Ancaman Kekerasan
1. Tindakan kekerasan belum lama, termasuk kekerasan terhadap barang
milik.
2. Ancaman verbal atau fisik.
3. Membawa benda atau senjata lain yang dapat digunakan sebagai senjata.
4. Agitasi psikomotor progresif
5. Intoksikasi alkohol atau zat lain
6. Ciri paranoid pada pasien psikotik
7. Halusinasi pendengaran dengan prilakukekerasan tetapi tidak semua
pasien berada pada resiko tinggi
8. Penyakit otak
9. Kata tonik
10. Episode masih tertentu
11. Episod depresif
12. Gangguan kepribadian.
E. Perilaku bunuh diri Dalam pengkajian bunuh diri, lebih ditekankan pada
letalitas dari metode yangmengancam atau digunakan. Orang yang siap
bunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak
kekerasan, mempunyai rencana spesifik danmempunyai alat untuk
melakukan bunuh diri. Perilaku bunuh diri biasanya dibagi tiga:
1. Ancaman bunuh diri: Pernyataan verbal dan non verbal bila seseorang
mempertimbangkan untuk bunuh diri.
2. Upaya bunuh diri: semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan
olehindividu yang dapat memyebabkan kematian, jika tidak di cegah.
3. Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan .
Seperlima dari percobaan bunuh diri tidak dapat di antisipasi sekalipun
dengankemajuan pengetahuan saat ini, presiksi yang akurat masih sulit
diperoleh,kemungkinan bunuh diri dapat terjadi apabila:
1. Pasien pernah mencobah bunuh diri (terlihat di ruang gawat darurat,
bangsal perawatan.

5
2. Keinginan bunuh diri dinyatakan secara terang-terangan. Maupun tidak
atau berupa ancaman” kamu tidak saya ganggu lebih lama lagi” terhadap
keluarga.
3. Secara objektif terlihat adanya mood yang depresi atau cemas.
4. Baru mengalami kehilangan yang bermakna
5. Perubahan Perilaku yang tidak terduga: menyampaikan pesan-pesan,
berbicara serius dan mendalam.
6. Perubahan sikap yang mendadak: tiba-tiba gembira, marah atau menarik
diri
Terapi aktivitas kelompok (TAK) : penyaluran energy (perilaku
kekerasan) adalahupaya untuk memfasilitasi klien dengan gangguan perilaku
kekerasan dapat tertolongdalam hal mengontrol emosinya dan menyalurkan
energinya untuk kegiatan positif.Dalam hal ini penyaluran energinya adalah
senam. (Magdalena:10).

V. KRITERIA KLIEN
1. Klien perilaku kekerasan yang telah dapat mengekspresikan marahnya
secara konstruktif
2. Klien menarik diri yang telah dapat berhubungan dengan orang lain
secara bertahap
3. Klien sehat secara fisik.

VI. PROSES SELEKSI


Berdasarkan pengamatan kajian status klien yang sudah mampu
mengontrol dirinya dari emosinya sehingga pada saat TAK klien dapat
bekerja sama, mampu mengontrol emosi dan tidak mengganggu anggota
kelompok yang lain maka sasaran klien yang dilibatkan dalam terapi
aktivitas kelompok ini adalah klien dengan masalah prilaku kekerasan di
rumah sakit jiwa.

VII. URAIAN STRUKTUR KELOMPOK


A. Tempat : Ruang Belibis RSJD ATMA HUSADA
MAHAKAM ( Ruang Terapi Aktifitas Kelompok)
B. Hari/tanggal : Jumat, 13 September 2019
C. Waktu : 10.00 – 10.30 Wita ( 30 menit)
D. Pengorganisasian :
1. Jumlah dan nama pasien
Pasien yang akan diikutsertakan berjumlah 6 orang yaitu :

6
Tn. FJ
Tn. W
Tn. S
Tn. H
Tn. I
Tn. A
2. Leader : Kris Wahyudi
Tugas :
a. Memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok
b. Menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien
termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya
c. Mengarahkan proses terapi aktivitas kelompok ke arah
pencapaian tujuan dengan cara memberi moitivasi kepada
anggota untuk terlibat dalam kegiatan
d. Auxillary ego sebagai penopang bagi anggota yang terlalu
lemah atau mendominasi
3. Co Leader : Hidayatun Najah
Tugas :
a. Membantu leader menjalankan tugasnya
b. Mengambil alih tugas leader bila leader pasif dan menyerahkan
kembali pada posisi leader
4. Fasilitator : Della Arista, Dwi Rizky, Eva Meylinda,
Riska Hidayati, Selvy Lazuarti, Widya Hartati, Yustika
Larasati
Tugas :
a. Mempertahankan keiikutsertaan klien dan kegiatan
b. Memotivasi klien untuk mengungkapkan perasaannya
c. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap jalannya kegiatan
5. Observer : Susi Indrieni
Tugas :
a. Mengamati dan mencatat : jumlah anggota yang hadir, topik
diskusi, anggota yang aktif dan kurang aktif, respon verbal dan
non verbal peserta dan kejadian penting selama proses terapi
aktivitas kelompok
b. Mengidentifikasi isu penting selama kegiatan
c. Mengidentifikasi strategi teoritis yang digunakan leader
d. Memberikan umpan balik terhadap proses kegiatan mulai dari
persiapan hingga selesai.

7
E. Langkah-langkah
1. Fase orientasi : (5 menit)
a. Fasilitator mempersiapkan tempat dan selanjutnya mengatur
barisan peserta
b. Leader memperkenalkan diri dan memperkenalkan seluruh
peserta yang hadir
c. Leader berdiri di depan, memberikan salam, menjelaskan
tujuan kegiatan, menjelaskan kontrak waktu, dan menjelaskan
permainan serta tata tertib terapi aktivitas kelompok
2. Fase Kerja (15 menit)
Kegiatan berjalan dalam satu sesi
a. Leader mengevaluasi keadaan hari ini
b. Leader menjelaskan aturan main
c. Atur posisi pasien dalam barisan
d. Hidupakan kaset
e. Terapis mulai memutar musik
f. Motivasi pasien untuk mengikuti gerakan senam seperti yang
di contohkan instruktur senam
g. Leader mencontohkan gerakan senam pada klien
h. Membenahi gerakan klien untuk mengikuti senam seperti
yang dicontohkan instruktur senam
i. Menekankan setiap gerakan yang sulit dengan kata misal “ee
aa” supaya klien terlihat bersemangat
j. Gunakan gerakan yang mudah ditiru klien
k. Observer mengevaluasi kegiatan TAK penyaluran energy
3. Fase Terminasi (10 menit)
a. Leader mengeksplorasi perasaan klien dengan menanyakan
bagaimana perasaan klien setelah mengikuti TAK (Terapi
Aktivitas Kelompok)
b. Leader memberikan umpan balik positif pada klien
c. Leader meminta umpan balik dari observer
d. Leader menyimpulkan hasil kegiatan
e. Leader menutup kegiatan dengan mengucapkan salam.
F. Perilaku yang diharapkan
1. Persiapan :
a. Fasilitator :
a. Mengidentifikasi masalah klien sebelum pelaksanaan
b. Menentukan tempat dan waktu kegiatan

8
c. Mempersiapkan lingkungan, peralatan ( Name Tag Klien &
Petugas) dan bahan yang dibutuhkan
b. Klien :
d. Siap mengikuti kegiatan TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)
e. Mengetahui bagaimana cara melakukannya
f. Hadir 5 menit sebelum kegiatan
2. Proses
a. Perawat :
g. Melaksanakan TAK sesuai perencanaan
h. Dapat mengantisipasi hal-hal yang mungkin terjadi ketika
TAK berlangsung
b. Klien :
i. Mampu mengikuti TAK sampai selesai
c. Hasil :
j. Perawat dapat menjalankan tugas dengan baik
k. Klien mampu melakukan kegiatan sesuai dengan yang
diarahkan
l. Klien mampu memngungkapkan perasaannya.

VIII. ATURAN MAIN


1. Alat dan tempat dipersiapkan
2. Mengatur barisan klien di lahan yang sudah disiapkan
3. Bagi klien yang ingin bertanya bagaimana cara melakukannya harus
mengacungkan tangan terlebih dahulu, berbicara setelah dipersilahkan
leader
4. Tata tertib :
a. Peserta hadier 5 menit sebelum acara dimulai, diperbolehkan BAB
atau BAK lebih dahulu, tidak makan selama kegiatan berlangsung
b. Peserta yang mau ijin karena diperiksa oleh dokter atau ada hal
lain yang mendesak mengacungkan tangan, keluar setelah
diijinkan oleh leader dan peserta

IX. PORGRAM ANTISIPASI


Beberapa langkah-langkah yang dapat meliputi :
1. Bila ada peserta yang direncanakan tidak dapat hadir maka diganti
oleh cadangan yang telah dipersiapkan, dengan cara ditawarkan
terlebih dahulu.

9
2. Bila ada peserta yang tidak mentaati tata tertib, diperingatkan dan jika
tidak bisa diperingatkan dikeluarkan dari kegiatan setelah dilakukan
penawaran
3. Bila peserta ingin keluar, dibicarakan dan dimintakan persetujuan dari
leader
4. Bila ada peserta yang melakukan kegiatan yang tidak sesuai leader
memperingatkan dan mengarahkan kembali, bila tidak bisa
dikeluarkan dari tempat kegiatan
5. Bila peserta pasif atau tidak mau melakukannya, leader memotivasi
dibantu oleh fasilitator

X. ALAT BANTU
Sound System

XI. SETTING TEMPAT


1. Atur posisi pasien dalam barisan
2. Hidupkan kaset
3. Motivasi klien untuk mengikuti gerakan senam seperti yang
dicontohkan instruktur senam.

O L CO

F P F P

F P F P F P

F P
O O

10
Keterangan:
1. L : Leader
2. CO : Co Leader
3. F : Fasilitator
4. O : Observer
5. I : Instruktur
6. P : Pasien

XII. PENUTUP
Demikian proposal ini kami buat atas perhatian dan kerja sama yang baik kami
ucapkan terimakasih.

11
12

Anda mungkin juga menyukai