Anda di halaman 1dari 28

TOOL OKSIGENASI

A. PROSEDUR KETERAMPILAN FISIOTERAPI DADA


1. PENGERTIAN
Tindakan untuk melepaskan sekret dari saluran nafas bagian bawah dengan cara
clapping, vibrating, nafas dalam dan batuk efektif.
2. TUJUAN
a. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi sekret
b. Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi sekret
3. INDIKASI
Klien dengan akumulasi sekret pada saluran nafas bagian bawah
4. PERSIAPAN ALAT
a. Perlak /alas
b. Bengkok air minum hangat
c. Tissue
d. Sputum pot berisi desinfektan
5. PROSEDUR
a. Tahap PraInteraksi
1) Mengecek progam terapi
2) Menyiapakan alat
b. Tahap Orientasi
1) Mengucapkan salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan
4) Menjelaskan prosedur
5) Menanyakan kesiapan klien
c. Tahap Kerja
1) Mencuci tangan
2) Melakukan auskultasi paru untuk mengetahui letak sekret
3) Mengatur posisi sesuai letak secret
4) Memasang alas/perlak dan bengkok
5) Melakukan clapping dengan cara tangan perawat menepuk punggung pasien
secara bergantian
6) Menganjurkan pasien inspirasi dalam, tahan sebentar, kedua tangan perawat di
punggung pasien
7) Meminta pasien untuk melakukan ekspirasi, pada saat yang bersamaan tangan
perawat melakukan vibrasi
8) Meminta pasien untuk menarik nafas, menahan nafas, dan membatukkan
dengan kuat
9) Menampung lendir dalam sputum pot
10) Membersihkan mulut dengan tissue
11) Memberi minum hangat sesudah dilakukan prosedur
12) Melakukan auskultasi paru
13) Mencuci tangan
d. Tahap Terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan
2) Menyampaikan rencana tindak lanjut
3) Berpamitan dan berterima kasih atas kerjasamanya
AKADEMI KEPERAWATAN ”YAKPERMAS” BANYUMAS
Jl. Raya Jompo Kulon Sokaraja Banyumas
Telp./ Fax (0281)6596816
Nama Mahasiswa : Observer :
NIM : Tanda Tangan :
Tanggal :

FORMAT PENILAIAN PENILAIAN: FISIOTERAPI DADA

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI


YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1 Mengucapkan salam 2
2 Memperkenalkan diri 2
3 Menjelaskan tujuan 2
4 Menjelaskan prosedur 2
5 Menanyakan kesiapan klien 2
B FASE KERJA
1 Mencuci tangan 3
2 Melakukan auskultasi paru untuk mengetahui letak sekret 5
3 Mengatur posisi sesuai letak secret 2
4 Memasang alas/perlak dan bengkok 5
5 Melakukan clapping dengan cara tangan perawat menepuk 10
punggung pasien secara bergantian
6 Menganjurkan pasien inspirasi dalam, tahan sebentar, kedua 5
tangan perawat di punggung pasien
7 Meminta pasien untuk melakukan ekspirasi, pada saat yang 10
bersamaan tangan perawat melakukan vibrasi
8 Meminta pasien untuk menarik nafas, menahan nafas, dan 5
membatukkan dengan kuat
9 Menampung lendir dalam sputum pot 4
10 Membersihkan mulut dengan tissue 3
11 Memberi minum hangat sesudah dilakukan prosedur 5
12 Melakukan auskultasi paru 10
13 Mencuci tangan 3
C FASE TERMINASI
1 Melakukan evaluasi tindakan 4
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3 Berpamitan dan berterima kasih atas kerjasamanya 2
D PENAMPILAN
1 Ketenangan selama melakukan tindakan 2
2 Menjaga keamanan pasien dan perawat 3
3 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti 3
4 Merespon pernyataan klien 2
TOTAL 100
B. PROSEDUR KETERAMPILAN TERAPI OKSIGEN

1. PENGERTIAN
Terapi oksigen adalah suatu tindakan untuk meningkatkan tekanan parsial oksigen
pada inspirasi yang dapat dilakukan dengan cara:
a. Meningkatkan kadar oksigen inspirasi (FiO₂).
b. Meningkatkan tekanan oksigen (Hiperbarik)
2. TUJUAN
a. Untuk menurunkan kerja nafas dan menurunkan kerja miokard
b. Untuk mengatasi keadaan Hipoksemia sesuai dengan hasil Analisa Gas Darah
3. INDIKASI
a. Mencegah terjadinya hipoksia.
b. Merupakan terapi untuk hipoksia
4. PRINSIP ALAT TERAPI OKSIGEN
a. FiO2 dapat diatur sesuai kebutuhan.
b. Tidak terjadi rebreathing yang menyebabkan penumpukan CO2
c. Resistensi minimal.
d. Efisien dan ekonomis.
e. Nyaman untuk pasien
5. PERSIAPAN ALAT
a. Tabung oksigen lengkap dengan manometer
b. Pengukur aliran flowmeter
c. Humidifier berisi aquadest
d. Kain kasa untuk pengalas tulang pipi
e. Macam-macam alat untuk terapi oksigen.
1) Nasal kanule 1-6 liter permenit
2) Masker
(1)Masker sederhana 5-8 liter permenit
(2)Masker reservoar rebreathing 8-12 liter permenit
(3)Masker reservoar non rebreathing 8-12 liter permenit

PROSEDUR TERAPI OKSIGEN DENGAN KANUAL NASAL


a. Tahap PraInteraksi
1) Mengecek program terapi
2) Menyiapkan alat
b. Tahap Orientasi
1) Memberi salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan langkah prosedur
5) Menanyakan kesiapan pasien
c. Tahap Kerja
1) Mencuci tangan
2) Menyiapkan tabung oksigen dengan manometernya
3) Mengisi aquabidest pada tabung humidifier sesuai batas
4) Mengatur posisi semifowler
5) Menyambung selang kanul oksigen dengan humidifier
6) Membuka flowmeter dengan ukuran sesuai yang diinstruksikan
7) Memastikan aliran udara dengan punggung tangan
8) Memasang kanul pada hidung pasien dengan benar
9) Melakukan fiksasi selang kanul dengan benar
10) Menanyakan kenyamanan pasien
11) Mencuci tangan
d. Tahap Terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan
2) Menyampaikan rencana tindak lanjut
3) Berpamitan dan berterima kasih atas kerjasamanya
4) Mendokumentasikan pada catatan keparawatan

PROSEDUR TERAPI OKSIGEN DENGAN MASKER OKSIGEN


a. Tahap PraInteraksi
1) Mengecek program terapi
2) Menyiapkan alat
b. Tahap Orientasi
1) Memberi salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan langkah prosedur
5) Menanyakan kesiapan pasien
c. Tahap Kerja
1) Mencuci tangan
2) Menyiapkan tabung oksigen dengan manometernya
3) Mengisi aquabidest pada tabung humidifier sesuai batas
4) Mengatur posisi semifowler
5) Menyambung masker oksigen dengan humidifier
6) Membuka flowmeter dengan ukuran sesuai yang diinstruksikan
7) Memastikan aliran udara dengan punggung tangan
8) Memasang masker oksigen pada hidung pasien dengan benar
9) Memasang pengikat elastis ke kepala klien dengan benar
10) Memberi pengalas disamping dan diatas tulang yang menonjol
11) Menanyakan kenyamanan pasien
12) Mencuci tangan
d. Tahap Terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan
2) Menyampaikan rencana tindak lanjut
3) Berpamitan dan berterima kasih atas kerjasamanya
4) Mendokumentasikan pada catatan keparawatan

GAMBAR SIMPLE MASK


PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI MASKER OKSIGEN/SIMPLE MASK

Pengertian
Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang dialiri oksigen dengan
posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen umumnya berwarna bening dan
mempunyai tali sehingga dapat mengikat kuat mengelilingi wajah klien. Bentuk dari face
mask bermacam-macam. Perbedaan antara rebreathing dan non-rebreathing mask terletak
pada adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi terinhalasi kembali. (Aryani, 2009:54)

Macam Bentuk Masker

a. Simple face mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-60% dengan kecepatan
aliran 5-8 liter/menit.

b. Rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80% dengan kecepatan


aliran 8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus mengembang baik, saat inspirasi
maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara
sungkup dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari kamar yang masuk dalam lubang
ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi sebagian tercampur dengan udara ekspirasi
sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi daripada simple face mask. (Tarwoto&Wartonah,
2010:37)
Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2 yang rendah. (Asmadi, 2009:33)
c. Non rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen sampai 80-100% dengan
kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak bercampur dengan
udara ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup
saat pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang fungsinya mencegah udara kamar masuk pada
saat inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)

Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2 yang tinggi. (Asmadi, 2009:34)

Tujuan
Memberikan tambahan oksigen dengan kadar sedang dengan konsentrasi dan
kelembaban yang lebih tinggi dibandingkan dengan kanul. (Suparmi, 2008:68)

Prinsip
Mengalirkan oksigen tingkat sedang dari hidung ke mulut, dengan aliran 5-6 liter/menit
dengan konsentrasi 40 - 60%. (Suparmi, 2008:68)
PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI NASAL KANULA
Pengertian
Pemberian oksigen pada klien yang memerlukan oksigen secara kontinyu dengan kecepatan
aliran 1-6 liter/menit serta konsentrasi 20-40%, dengan cara memasukan selang yang
terbuat dari plastik ke dalam hidung dan mengaitkannya di belakang telinga. Panjang
selang yang dimasukan ke dalam lubang dihidung hanya berkisar 0,6 – 1,3 cm. Pemasangan
nasal kanula merupakan cara yang paling mudah, sederhana, murah, relatif nyaman, mudah
digunakan cocok untuk segala umur, cocok untuk pemasangan jangka pendek dan jangka
panjang, dan efektif dalam mengirimkan oksigen. Pemakaian nasal kanul juga tidak
mengganggu klien untuk melakukan aktivitas, seperti berbicara atau makan. (Aryani,
2009:54)

Tujuan
a. Memberikan oksigen dengan konsentrasi relatif rendah saat kebutuhan oksigen minimal.
b. Memberikan oksigen yang tidak terputus saat klien makan atau minum.
(Aryani, 2009:54)

Indikasi
Klien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal kanula untuk memenuhi
kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak). (Suparmi, 2008:67)
Prinsip
a. Nasal kanula untuk mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau rendah, biasanya
hanya 2-3 L/menit.
b. Membutuhkan pernapasan hidung
c. Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi >40 %.
(Suparmi, 2008:67)
AKADEMI KEPERAWATAN ”YAKPERMAS” BANYUMAS
Jl. Raya Jompo Kulon Sokaraja Banyumas
Telp./ Fax (0281)6596816
Nama Mahasiswa : Observer :
NIM : Tanda Tangan :
Tanggal :

INSTRUMEN PENILAIAN: PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN KANUL OKSIGEN

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI


YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1 Memberi salam 2
2 Memperkenalkan diri 2
3 Menjelaskan tujuan tindakan 2
4 Menjelaskan langkah prosedur 2
5 Menanyakan kesiapan pasien 2
B FASE KERJA
1 Mencuci tangan 5
2 Menyiapkan tabung oksigen dengan manometernya 5
3 Mengisi aquabidest pada tabung humidifier sesuai batas 10
4 Mengatur posisi semifowler 5
5 Menyambung selang kanul oksigen dengan humidifier 5
6 Membuka flowmeter dengan ukuran sesuai yang 10
diinstruksikan
7 Memastikan aliran udara dengan punggung tangan 10
8 Memasang kanul pada hidung pasien dengan benar 5
9 Melakukan fiksasi selang kanul dengan benar 5
10 Menanyakan kenyamanan pasien 5
11 Mencuci tangan 5
C FASE TERMINASI
1 Melakukan evaluasi tindakan 4
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3 Berpamitan dan berterima kasih atas kerjasamanya 2
D PENAMPILAN
1 Ketenangan selama melakukan tindakan 3
2 Menjaga keamanan pasien 2
3 Melakukan komunikasi terapeutik 5
TOTAL 100
AKADEMI KEPERAWATAN ”YAKPERMAS” BANYUMAS
Jl. Raya Jompo Kulon Sokaraja Banyumas
Telp./ Fax (0281)6596816
Nama Mahasiswa : Observer :
NIM : Tanda Tangan :
Tanggal :

FORMAT PENILAIAN PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN MASKER OKSIGEN

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI


YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1 Mengucap salam 2
2 Memperkenalkan diri 2
3 Menjelaskan tujuan 2
4 Menjelaskan prosedur 2
5 Menanyakan kesiapan klien 2
B FASE KERJA
1 Mencuci tangan 5
2 Menyiapkan tabung oksigen dengan manometernya 5
3 Mengisi aquabidest pada tabung humidifier sesuai batas 5
4 Mengatur posisi semifowler 5
5 Menyambung selang masker oksigen dengan humidifier 5
6 Membuka flowmeter dengan ukuran sesuai yang diinstruksikan 10
7 Memastikan aliran udara dengan punggung tangan 5
8 Memasang masker oksigen pada hidung pasien dengan benar 10
9 Memasang pengikat elastis ke kepala klien dengan benar 5
10 Memberi pengalas disamping dan diatas tulang yang menonjol 5
11 Menanyakan kenyamanan pasien 5
12 Mencuci tangan 5
C FASE TERMINASI
1 Melakukan evaluasi tindakan 4
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3 Berpamitan dan berterima kasih atas kerjasamanya 2
D PENAMPILAN
1 Ketenangan selama melakukan tindakan 3
2 Menjaga keamanan pasien 2
3 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti 5
TOTAL 100
POSISI FOWLER DAN SEMI FOWLER

POSISI FOWLER

Pengertian

Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat tidur
lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan
memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.

Tujuan

1. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.


2. Meningkatkan rasa nyaman
3. Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi dada dan
ventilasi paru.
4. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap.

Indikasi

1. Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan


2. Pada pasien yang mengalami imobilisasi

Alat dan bahan :

1. Tempat tidur khusus


2. Selimut

Cara kerja :

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.


2. Dudukkan pasien
3. Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau aturr tempat tidur.
4. Untuk posisi semifowler (30-45˚) dan untuk fowler (90˚).
5. Anjurkan pasien untuk tetam berbaring setengah duduk.
POSISI SEMI FOWLER

Pengertian

Semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk 15-60 derajat

Tujuan

1. Mobilisasi
2. Memerikan perasaan lega pada klien sesak nafas
3. Memudahkan perawatan misalnya memberikan makan

Cara / prosedur

1. Mengangkat kepala dari tempat tidur ke permukaan yang tepat ( 45-90 derajat)
2. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan kepala klien jika tubuh bagian atas
klien lumpuh
3. Letakan bantal di bawah kepala klien sesuai dengan keinginan klien, menaikan lutut
dari tempat tidur yang rendah menghindari adanya teknan di bawah jarak poplital (
di bawah lutut )
EKG
Cara membaca EKG ini akan kami bagi menjadi beberapa bagian, mulai dari dasar

pembacaan EKG (rekam jantung), mengenal gelombang jantung (EKG) yang

normal hingga cara membaca EKG yang tidak normal. Hal ini kami lakukan agar

Anda memahami secara benar tentang pembacaan rekam jantung ini.

Cara membaca atau menghitung kotak kertas EKG (Rekam Jantung).

Sebelum membaca hasil rekam jantung, Anda terlebih dahulu harus tahu

bagaimana cara menghitung kotak (baik kotak kecil maupun kotak besar) di kertas

EKG. Cara membaca kotak dikertas EKG adalah dengan mengetahui garis

horizontal (garis datar) dan garis vertikal (garis ke atas).

Mengapa Anda harus mengetahui garis horizontal dan vertical ini? Karena dengan

mengetahui ini Anda akan mengetahui gambaran EKG normal atau tidak. Dimana

garis horizontal merupakan garis yang menggambarkan waktu sedangkan garis

vertical adalah garis yang menggambarkan voltase.


Dimana garis horizontal, satu kotak kecil bernilai 0,04 detik, maka satu kotak besar

bernilai 0,2 detik ( hasil perkalian antara 0,04 x 5 kotak kecil). Sedangkan garis

vertikal, satu kotak kecil bernilai 0,1 mV dan satu kotak besar 0,5 mV (hasil

perkalian 0,1 mV x 5 kotak kecil). NB: perhitungan ini memakai kaibrasi 10 mm

(Yang biasa digunakan di lapangan).

Mungkin Anda bingung, apa itu kotak kecil apa itu kotak besar? Anda bisa melihat

penjelasan dari gambar berikut ini:

NB: Ingat! Pembacaan kotak ini berlaku untuk kalibrasi 1 miliVolt (umumnya

perekam jantung menggunakan kalibrasi ini) yang akan menimbulkan defleksi 10

mm, pada keadaan tertentu kalibrasi dapat diperbesar yang akan menimbulkan

defleksi 20 mm atau bisa juga diperkecil yang akan menimbulkan defleksi 5 mm.
CARA MEMBACA GELOMBANG EKG
pada kesempatan kali ini kita akan belajar bagaimana cara membaca gelombang

rekam jantung (EKG), mulai dari pembacaan gelombang P, gelombang Q,

gelombang R, gelombang S, gelombang T sampai dengan gelombang U.

Sebelum ke materi ini, bagi Anda yang belum mengetahui Cara Membaca Kotak

ECG , disarankan untuk membaca dan memahami materi tersebut, karena jika

Anda belum memahaminya, maka akan sulit menerima materi pembacaan

gelombang EKG ini.

Untuk membaca hasil gelombang EKG, Anda terlebih dahulu harus paham, apa itu

gelombang P, gelombang, Q, gelombang R, gelombang S, gelombang T dan

gelombang U.

Apa itu gelombang P pada EKG? Gelombang P adalah gambaran proses

depolarisasi ( perubahan muatan ion di dalam sel dari negatif menjadi positif)

atrium. Dimana gelombang P yang normal adalah: lebar kurang dari 0,12

detik (3 kotak kecil pada garis horizontal: garis datar), tinggi kurang dari 0,3

miliVolt (3 kotak kecil pada garis vertikal: garis ke atas), dimana gelombang

P selalu postif di Lead II dan selalu negatif di lead AVR.

Apa itu gelombang QRS pada EKG? Gelombang Q, R, S adalah gambaran

proses depolarisasi ventrikel. Dimana gelombang QRS yang normal adalah:

Lebar direntang 0,06 sampai dengan 0,12 detik (1 ½ kotak – 3 kotak kecil

pada garis horizontal) dan tinggi tergantung lead. Yang mana akan di bagi

jadi 3 gelombang: Q, R dan S:

Apa itu gelombang Q pada EKG? Gelombang Q adalah defleksi negatif

pertama pada gelombang QRS. Gelombang Q yang normal: lebar kurang

dari: 0,04 detik (1 kotak kecil pada garis horizontal: garis datar) dan

tinggi/dalamnya kurang dari 1/3 R. Dimana gelombang Q yang tidak normal

(lebih dari 1/3 R) disebut Q Patologis yang menandakan adanya OMI (Old

Miokard Infark: serangan jantung yang lama).

Apa itu gelombang R pada EKG? Gelombang R adalah: defleksi positif

pertama pada gelombang QRS. Dimana gelombang R ini umumnya positif di


lead I, II, V5 dan V6. Sedangkan dilead AVR, V1 dan V2 biasanya hanya kecil

atau tidak ada sama sekali.

Apa itu gelombang S pada EKG? Gelombang S adalah: defleksi sesudah

gelombang R. Dimana gelombang S ini akan akan terlihat dalam mulai dari

lead AVR dan V1 tapi dari V2 ke V6 akan terlihat makin lama makin

menghilang atau berkurang dalamnya.

Apa itu gelombang T pada EKG? Gelombang T adalah: proses repolarisasi

(perubahan muatan ion di dalam sel dari positif menjadi negatif) ventrikel.

Umumnya gelombang T positif di lead I, II, V3 – V5 dan terbalik AVR.

Apa itu gelombang U pada EKG? Gelombang U adalah gelombang yang timbul

setela gelombang T dan sebelum gelombang P berikutnya. Penyebab

gelombang U masih belum diketahui namum diduga akibat repolarisasi

lambat sistem konduksi interventrikel.

Selain gelombang yang disebutkan di atas, ada beberapa gelombang yang perlu

diketahui, seperti:

Interval PR: mengukur waktu mulai dari awal depolarisasi atrium hingga awal

depolarisasi ventrikel.

Interval QT: mengukur waktu mulai dari awal depolarisasi ventrikel hingga

akhir repolarisasi ventrikel.


Segmen ST: merekam waktu dari mulai dari akhir depolarisasi ventrikel

hingga awal repolarisasi atrium.


CARA MENGHITUNG HEART RATE (HR)
Pada kesempatan ini kita akan mempelajari cara menilai EKG, dimana penilaian ini

berupa: bagaimana cara menentukan frekwensi (heart rate)?, menentukan irama

jantung (rhythm)?, sumbu jantung (axis)?, menentukan ada atau tidaknya tanda

hipertropi? menentukan ada tidaknya tanda iskemia dan infark miokard? Dan

menentukan ada tidaknya tanda akibat gangguan lain seperti efek obat-obatan

atau gangguan keseimbangan elektrolit?

Sebaiknya, bagi Anda yang ingin mempelajari cara menilai EKG dibagian ini, Anda

harus memahami pokok bahasan kita terdahulu ( Cara Menghitung Kotak Kertas

EKG ), karena kalau langsung melangkah ke bab cara penilaian EKG ini, maka

bisa dipastikan Anda akan mengalami kesukaran. Karena pada bagian ini, Anda

harus tahu dasar-dasar mengenai EKG.

Hal yang pertama kita pelajari pada kesempatan ini adalah cara menentukan

frekuensi (Heart Rate) pada kertas EKG.

1. Cara menentukan frekwensi (heart rate) pada EKG:

Cara menentukan frekwensi (heart rate) pada gelombang EKG ini dapat dilakukan

melalui tiga cara:

Cara pertama menilai frekwensi jantung adalah: menggunakan kotak besar

sebagai dasar perhitungan, dimana biasanya cara ini digunakan bagi gelombang

EKG reguler (teratur) dan bagi Anda yang ingin mengetahui frekwensi jantung

secara cepat.

Adapun rumusnya sebagai berikut: 300/jumlah kotak besar antar R ke R.


berapa heart rate pada gelombang EKG di atas:

untuk mengetahuinya: ketahui terlebih dahulu berapa jumlah kotak besar R ke R.

jika kita lihat diatas jarak antar R ke R adalah: 3 kotak besar. Jadi 300/3 = 100

x/menit. Jadi heart rate gelombang EKG diatas adalah: 100 x/menit.

Cara kedua menilai frekwensi jantung adalah: menggunakan kotak kecil sebagai

dasar perhitungan, dimana biasanya cara ini digunakan bagi gelombang EKG

reguler (teratur) dan bagi Anda yang ingin mendapatkan hasil yang akurat.

Adapun rumusnya sebagai berikut: 1500/jumlah kotak kecil antara R ke R

Berapa heart rate EKG di atas? Jika dilihat jumlah kotak kecilnya ada 16. jadi:

1500/16: 93. Jadi heart rate gambaran EKG di atas adalah: 93 x/menit.

Cara ketiga menghitung frekwensi jantung adalah: dengan menggunakan

gelombang EKG selama 6 detik, kemudian hitung jumlah QRS dan kalikan 10.
Berapa heart rate di atas? Karena iramanya tidak teratur, maka kita hitung dengan

mengambil gelombang selama 6 detik. Karena jumlah R ada 7 dalam 6 detik

tersebut, maka 7 x 10 = 70. Jadi Heart Rate EKG di atas adalah 70 x/menit.

Bagaimana cara mengetahui irama itu teratur (reguler) dan tidak teratur

(irreguler)? Caranya gampang, Anda hanya membandingkan antara R satu

dengan R lain, kalau sama jumlah kotaknya maka iramanya reguler, kalau tidak

sama berarti ireguler.

Atau bisa juga ambil EKG selama 12 detik, kemudian hitung jumlah QRS dan

kalikan dengan 5.
CARA MEMBACA IRAMA JANTUNG

Dalam membaca hasil EKG, ada tujuh kriteria untuk menilai hasil gelombang

rekam jantung tersebut. Apakah hasil gelombang EKG tersebut normal? Atau

justru ada kelainan. Dimana tujuh kriteria dalam menginterprestasi hasil EKG

tersebut adalah: Frekwensi (heart Rate), Irama (Rhytm), Gelombang P (P

Wave), Jarak P – QRS (PR Interval), Kompleks QRS, Segmen S-T dan

gelombang T (T Wave).

1. Membaca atau menentukan irama jantung pada hasil EKG

Dalam menentukan irama jantung, urutan yang harus ditentukan adalah sebagai

berikut:

a. Tentukan apakah denyut jantung berirama teratur atau tidak: caranya Anda

cukup mencari pembuluh darah penderita, lalu rasakan denyut nadinya.

Apakah denyutan teratur? Atau tidak?

b. Tentukan berapa frekwensi jantung (Heart Rate): bagi Anda yang masih

bingung cara menentukan frekwensi jantung dapat membaca pembahasan

sebelumnya. Tapi secara garis besar rumusnya: 300/ jumlah kotak besar

antar R ke R atau bisa menggunakan rumus: 1500/jumlah kotak kecil antar

R ke R

c. Tentukan gelombang P normal atau tidak: bagi Anda yang sudah membaca

pelajaran sebelumnya akan tahu cara membedakan P normal atau tidak.

d. Tentukan interval PR normal atau tidak: bisa dilihat dipembahasan

sebelumnya.

e. Tentukan gelombang QRS normal atau tidak


2. Cara praktis menentukan irama jantung teratur atau tidak

Sebenarnya, dalam menentukan irama jantung itu tidak susah. Anda tinggal

membandingkan gelombang R dimasing-masing kotak. Jika jumlah kotak yang

dilewati R sama, bisa dipastikan irama jantung itu reguler atau teratur. Tapi, jika

tidak sama antara jarak R dengan R yang lain bisa dipastikan juga irama

jantung penderita tidak teratur.

3. Pembacaan irama (Rhythm) jantung:

a. Bila irama jantung teratur (reguler) dan gelombang P selalu diikuti gel. QRS-

T yang normal itu disebut sebagai sinus Ritme (irama sinus).

b. Bila irama cepat lebih dari 100 kali/menit disebut sinus tachikardi. Jika

kurang dari 60 kali/menit disebut bradikardi.

c. Selain dari yang disebut diatas adalah aritmia.


CARA MEMBACA REKAMAN EKG

Gambaran Irama Jantung:

1. Gambaran Sinus Takikardia (ST):

Irama: Teratur

Frekwensi: 100-150 x/menit

Gelombang P: Normal, setiap gelombang P selalu diikuti gelombang QRS dan

T.

Interval PR: Normal (0,12 – 0,20 detik)

Gelombang QRS: Normal (0,06 – 0,12 detik).

2. Gambaran Sinus Bradikardi (SB):

Irama: Teratur

Frekwensi: Kurang dari 60 x/menit

Gelombang P: Normal, setiap gel P selalu di ikuti gelombang QRS dan T

Interval PR: Normal (0,12 – 0,20 detik)

Gelombang QRS: Normal (0,06 – 0,12 detik)

3. Gambaran Sinus Arrest:

Irama: Teratur, kecuali pada yang hilang

Frekwensi: Biasanya kurang dari 60x/menit

Gelombang P: Normal, kecuali pada yang hilang

Interval PR: Normal, kecuali pada yang hilang

Gelombang QRS: Normal (0,06 – 0,12 detik)

4. Gambaran Ekstrasistol Atrial (AES/PAB/PAC):

Irama: Tidak teratur, karena ada irama yang timbul lebih awal

Frekwensi: Tergantung irama dasarnya

Gelombang P: bentuk berbeda dari irama dasarnya

Interval PR: Normal atay memendek


5. Gambaran Takikardia Atrial (PAT):

Irama: Teratur

Frekwensi: 150 – 250 x/menit

Gelombang P: Sukar dilihat, kadang terlihat, tetapi kecil

Interval PR: Tidak dapat dihitung atau memendek

Gelombang QRS: Normal (0,06 – 0,12 detik)

6. Gambaran Flutter Atrial (AFI):

Irama: Biasanya teratur, bisa juga tidak

Frekwensi: Bervariasi (Bisa normal, lambat atau cepat)

Gelombang P: Tidak normal, seperti gigi gergaji, teratur dan dapat dihitung

Interval: Tidak dapat dihitung

Gelombang QRS: Normal, tetapi tidak semua gel QRS mengikuti gelombang P,

sehingga pada flutter atrial sering disertai blok 2: 1, 3:1 atau 4:1.

7. Gambaran Atrial Fibrasi (AF):

Irama: Tidak Teratur

Frekwensi: Bervariasi (bisa normal, lambat atau cepat)

Gelombang P: Tidak dapat diidentifikasikan, sering terlihat keriting

Interval PR: Tidak dapat dihitung

Gelombang QRS: Normal (0,06 – 0,12 detik)


8. Gambaran Irama Junctional (JR):

Irama: Teratur

Frekuensi: 40-60 x/menit

Gelombang P: Terbalik didepan, di belakang atau menghilang

Interval PR: Kurang dari 0,12 detik atau tidak dapat dihitung

Gelombang QRS: Normal (0,06 – 0,12 detik)

9. Gambaran Ekstrasistol Junctional (JES/PJB/PJC)

Irama: Tak teratur karena ada irama yang timbul lebih awal

Frekwensi: Tergantung irama dasarnya

Gelombang P: Tidak ada atau tidak normal, sesuai dengan letak impuls

Interval PR: Tidak dapat dihitung atau memendek

Gelombang QRS: Normal (0,06 – 0,12 detik)

10. Gambaran Takikardi Junctional (JT)

Irama: teratur

Frekwensi: Lebih dari 100 x/menit

Gelombang P: Tidak ada/ada terbalik di depan atau di belakang gel QRS

Interval PR: Tidak dapat dihitung atau memendek

Gelombang QRS: Normal (0,06 – 0,12 detik)

11. Gambaran Ekstrasistol Supraventrikel (SVES)

Irama: Tidak teratur karena ekstrasistol yang timbul lebih awal

Frekwensi: Tergantung irama dasar

Gelombang P: Tidak ada atau kecil (timbul lebih awal)

Interval PR: Tidak ada atau memendek

Gelombang QRS: Normal (0,06 – 0,12 detik)


12. Gambaran Takikardi Supraventrikel (SVT)

Irama: Teratur

Frekwensi: 150 – 250 x/menit

Gelombang P: Tidak ada atau kecil

Interval PR: Tidak ada atau memendek

Gelombang QRS: Normal (0,06 – 0,12 detik)

13. Gambaran Irama Idioventrikuler (IVR)

Irama: Teratur

Frekwensi: 20-40 x/menit

Gelombang P: Tidak ada

Interval PR: Tidak ada

Gelombang QRS: Lebar, lebih dari 0,12 detik

14. Gambaran Ventrikel Fibrilasi (VF):

Irama: Tidak teratur

Frekwensi: Lebih dari 350 x/menit sehingga tidak dapat dihitung

Gelombang P: Tidak ada

Interval PR: Tidak ada

Gelombang QRS: Lebar dan tidak teratur

15. Gambaran Blok Sinoatrial (SA BLOCK):

Irama: Teratur, kecuali pada gelombang yang hilang

Frekwensi: Umumnya kurang dari 60 x/menit

Gelombang P: Normal, dan hilang pada saat terjadi blok

Interval PR: Normal dan hilang pada saat terjadi blok

Gelombang QRS: Normal (0,06 – 0,12 detik)


16. Ekstrasistol Ventrikel (VES/PVB/PVC)

Irama: Tidak teratur karena ada irama yang timbul lebih awal

Frekwensi: Tergantung irama dasar

Gelombang P: Tidak ada

Interval PR: Tidak ada

Gelombang QRS: Lebar, lebih dari 0,12 detik

17. Gambaran Ventrikel Takikardi (VT):

Irama: Teratur

Frekwensi: Lebih dari 100-250 x/menit

Gelombang P: Tidak ada

Interval PR: Tidak ada

Gelombang QRS: Lebar, lebih dari 0,12 detik


18. Gambaran Blok Atrioventrikuler (AV Block) Derajat 1:

Irama: Teratur

Frekwensi: umumnya normal antar 60-100x/menit

Gelombang P: Normal

Interval PR: memanjang, lebih dari 0,20 detik

Gelombang QRS: Normal (0,06-0,12 detik)

19. Gambaran Blok Atrioventrikuler (AV Block) derajat 2 tipe mobitz 1

Irama: Tidak teratur

Frekwensi: Normal atau kurang dari 60x/menit

Gelombang P: Normal, tetapi ada satu gel P yang tidak diikuti gel QRS

Interval PR: Makin lama makin panjang sampai ada gel P yang tidak diikuti gel

QRS, kemudian siklus makin panjang

Gelombang QRS: Normal (0,06-0,12 detik)

20. Gambaran Blok Atrioventrikuler (AV Block) derajat 2 tipe mobitz 2

Irama: Umumnya tidak teratur, kadang bisa teratur

Frekwensi: Umumnya lambat kurang dariu 60x/menit

Gelombang P: Normal, tetapi ada satu atau lebih gel P yang tidak diikuti gel

QRS

Interval PR: Normal/memanjang secara konstan

Gelombang QRS: Normal (0,06-0,12 detik)

21. Gambaran Blok Atrioventrikuler derajat 3 (Total AV Blok)

Irama: Teratur

Frekwensi: Kurang dari 60x/menit

Gelombang P: Normal, tetapi gel P dan gel QRS berdiri sendiri-sendiri

sehingga gelombang P kadang diikuti gel QRS kadang tidak

Interval PR: Berubah-ubah

Gelombang QRS: Normal atau memanjang lebih dari 0,12 detik


22. Gambaran Right Bundle Branch Block (RBBB):

Irama: Teratur

Frekwensi: umumnya normal antara 60-100x/menit

Gelombang P: Normal, setiap gel P selalu diikuti gel QRS dan T

Interval PR: Normal

Gelombang QRS: Lebar ( lebih dari 0,12 detik)

Ada bentuk rSR (M Shape) di V1 dan V2

Gelombang S lebar dan dalam lead I, II dan AVL, V5 dan V6

Perubahan ST segmen dan gelombang T di V1 dan V2

23. Gambaran Left Bundle Branch Block (LBBB):

Irama: Teratur

Frekwensi: umumnya normal antara 60-100x/menit

Gelombang P: Normal, setiap gel P selalu diikuti gel QRS

Interval PR: Normal

Gelombang QRS: Lebar ( lebih dari 0,12 detik)

Ada bentuk rSR (M Shape) di V5 dan V6

Gelombang Q lebar dan dalam lead V1 dan V2

Perubahan ST segmen dan gelombang T di V5 dan V6

Anda mungkin juga menyukai