Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN


Diajukan Untuk Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Dosen Pengampu: Lailatul Fadillah, S.Kep, Ners, M.Kep

disusun oleh:

Ajeng Vildah Setyaningsih


(P279051119001)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
POLTEKKES KEMENKES BANTEN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

I. PENGERTIAN
Perilaku Kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku
kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diiarahkan pada diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat
sedang berlangsung kekerasaan atau riwayat perilaku kekerasan.
Perilaku kekerasan adalah nyata melakukan kekerasan ditujukan pada diri
sendiri/orang lain secara verbal maupun non verbal dan pada lingkungan. Perilaku
kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Marah tidak memiliki tujuan
khusus, tapi lebih merujuk pada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang
biasanya disebut dengan perasaan marah (Depkes RI, 2006, Berkowitz, 1993 dalam
Dermawan dan Rusdi, 2013)

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


a. Faktor Predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor predisposisi,
artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor
berikut dialami oleh individu:
1. Psikologis : kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frutasi yang
kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditilak, dihina, dianiaya.
2. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan,
sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan
seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima (permissive).
4. Bioneurologis banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus
temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam
terjadinya perilaku kekerasan (Prabowo, 2014).

b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari pasien, lingkungan atau interaksi dengan
orang lain. Kondisi pasien seperti ini kelemahan fisik (penyakit fisik),
keputusasaan, ketidak berdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi
penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang
ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang
dicintainya atau pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain
interaksi yang profokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan
(Prabowo, 2014)
c. Jenis
1. Kekerasan secara verbal
2. Kekerasan terhadap diri sendiri dan benda
3. Kekerasan terhadap orang lain
d. Fase-fase
Dalam setiap orang terdapat kapasitas untuk berprilaku pasif, asertif, dan agresif/
perilaku kekerasan (Stuart dan Laraia, 2005 dalam Dermawan dan Rusdi 2013).
1. Perilaku asertif
Merupakan perilaku individu yang mampu menyatakan atau mengungkapkan
rasa marah atau tidak setuju tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain
sehingga perilaku ini dapat menimbulkan kelegaan pada individu.
2. Frustasi
Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat
menemukan alternatif
3. Perilaku pasif
Merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk mengungkapakn
perasaan marah yang sedang dialami, dilakukan dengan tujuan menghindari
suatu ancaman nyata.
4. Agresif/perilaku kekerasan.
Merupakan hasil dari kemarahan yang sangat tinggi atau ketakutan (panik)
5. Kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya control

e. Rentang respon
Respon adaptif respon maladaptif

Asertif frustasi pasif agresif perilaku kekerasan

f. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego
seperti: sublimasi yaitu menerima suatu sasaran pengganti artinya saat
mengalami suatu dorongan, penyalurannya ke arah lain, proyeksi yaitu
menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak
baik, represi yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan
masuk ke alam sadar, reaksi formasi yaitu mencegah keinginan yang berbahaya
bila diekspresikan dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan
digunakannya sebagai rintangan, dan diplacement yaitu melepaskan perasaan
yang tertekan, melampiaskan pada obyek yang tidak begitu berbahaya yang
membangkitkan emosi itu.

III. POHON MASALAH


Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan (akibat)

Resiko perilaku kekerasan (core problem)

Gangguan sensori persepsi halusinasi (penyebab)

B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

No Data Masalah
1 DS: Resiko perilaku kekerasan
1. Keluarga mengatakan
klien marah-marah,
membanting barang
dan mengeluarkan
kata-kata kotor serta
mengancam akan
membakar rumah.
2. Keluarga mengatakan
sejak pulang dari
rumah sakit pasien
tidak teratur minum
obat karena tidak ada
yang mengawasinya
3. Pasien mengatakan
malas minum obat
bosen karena minum
obat teratur pun tidak
sembuh-sembuh
4. Pasien mengatakan
sudah tau cara
mengontrol marah
dengan fisik satu tarik
napas panjang dan
pukul bantal, namun
malas melakukannya.
DO:
1. Klien sudah 3 kali
dirawat di rumah sakit
jiwa
2. Saat pengkajian klien
terlihat mata melotot,
suara tinggi dan
sering berteriak serta
memaki orang yang
dilihatnya
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko perilaku kekerasan

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Diagnose Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
Keperawatan
Resiko perilaku TUM: Setelah 3 x SP I Pasien
kekerasan Pasien mampu pertemuan pasien 1. Mengidentifikasi penyebab
mengatasi atau mampu PK
mengendalikan menceritakan 2. Mengidentifikasi tanda dan
resiko perilaku penyebab perilaku gejala PK
kekerasan yang kekerasan yang 3. Mengidentifikasi PK yang
pernah dilakukan dilakukan
dilakukannya 4. Mengidentifikasi akibat PK
Setelah 3 x 5. Menyebutkan cara mengontrol
pertemuan pasien PK
mampu 6. Membantu pasien
menceritakan tanda mempraktekkan latihan cara
- mengontrol fisik I (tarik napas
tanda perilaku dalam) dan fisik II (pukul
kekerasan yang bantal / kasur)
dilakukan 7. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam kegiatan
Setelah 3 x harian
pertemuan pasien SP II Pasien
mampu
menceritakan jenis 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
perilaku kekerasan harian pasien
yang dilakukan 2. Menjelaskan cara mengontrol
PK dengan minum obat
Setelah 3 x 3. Menganjurkan pasien
pertemuan pasien memasukkan dalam jadwal
mampu kegiatan harian
menceritakan
akibat SP III Pasien
perilaku kekerasan 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
yang dilakukan harian pasien
2. Melatih pasien mengontrol
Setelah 3 x PK dengan cara verbal
pertemuan pasien 3. Menganjurkan pasien
mampu memasukkan dalam jadwal
menjelaskan kegiatan harian
cara-cara sehat
dalam SP IV Pasien
mengungkapkan 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
marah harian pasien
2. Melatih pasien mengontrol
Setelah 3 x PK dengan cara spiritual
pertemuan pasien 3. Menganjurkan pasien
mampu memasukkan dalam jadwal
memperagakan kegiatan harian
cara
mengontrol
perilaku
kekerasan secara
fisik, verbal, dan
spiritual

Setelah 3 x
pertemuan pasien
mampu
menjelaskan
obat yang
konsumsi

VI. SUMBER

Yosep I. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.


Kusumawati F dan Hartono Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Yosep, I. 2011. Keperawatan Jiwa (ed). Bandung: Refika Aditama.
FORMAT PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

A. IDENTITAS
1. Nama Pasien : Ny. R
2. Umur : 28 Tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Status perkawinan : Belum menikah
5. Orang yang berarti : Keluarga
6. Pekerjaan : Tidak bekerja
7. Pendidikan : SMK
8. Tanggal masuk : 23 Agustus 2021
9. Tanggal pengkajian : 23 Agustus 2021
10. Diagnosa medik : Resiko perilaku kekerasan
11. Penampilan : Tampak tidak rapih, berbau dan
rambut acak-acakan.

B. PERSEPSI DAN HARAPAN


1. Pasien
Klien tidak mengalami gangguan sensori persepsi halusinasi, dan
pasien mengatakan ingin sembuh.
2. Keluarga
Keluarga sangat mengharapkan kesembuhan bagi klien.
Kesembuhan yang diharapkan secepatnya dikabulkan dengan
diiringi oleh doa dan usaha. Partisipan merasa iba mengingat kondisi
klien mengalami gangguan jiwa.

C. STATUS MENTAL
1. Emosi
Emosi klien tidak stabil
2. Konsep Diri
Kedua orang tua melarang melakukan pekerjaan rumah karena takut
bila cape pasien akan kambuh.
3. Pola Interaksi
Pada saat pengkajian didapatkan data mata melotot, suara tinggi
dan sering berteriak serta memaki orang yang dilihatnya.
4. Gaya Komunikasi
Suara tinggi dan sering berteriak serta memaki orang yang
dilihatnya.

D. LATAR BELAKANG STATUS SOSIAL BUDAYA


1. Pekerjaan
Klien tidak bekerja
2. Hubungan Sosial
Klien kurang mampu melakukan hubungan sosial dan sering berterik
atau memaki orang yang dilihatnya
3. Sosio-Budaya
Klien berasal dari suku jawa
4. Gaya Hidup
Penampilan pasien tampak tidak rapih, berbau dan rambut acak- acakan.

E. RIWAYAT KELUARGA
1. Genogram

Keterangan:
= laki-laki = tinggal serumah

= perempuan

= klien

Penjelasan: Pasien tinggal dengan orang tuanya, pasien anak ke 3 dari 5


bersaudara. Saudara pasien sudah menikah dan tidak tinggal serumah

2. Masalah Keluarga Dan Krisis


Pasien sering lakukan adalah melakukan aktivitas seperti beres- beres
rumah dan membersihkan kamar mandi. Tapi bila di rumah kedua orang
tua melarang melakukannya karena takut bila cape pasien akan kambuh.
3. Interaksi Dalam Keluarga
Menurut keluarga di rumah pasien marah-marah, membanting barang dan
mengeluarkan kata-kata kotor serta mengancam akan membakar rumah.
Sejak pulang dari rumah sakit pasien tidak teratur minum obat karena tidak
ada yang mengawasinya.
F. PENGKAJIAN FISIK
1. Riwayat Penyakit
Pasien telah 3 kali dirawat di rumah sakit jiwa. Terakhir dirawat 3 bulan yang. lalu.
2. Kebiasaan Yang Berhubungan Dengan Status Kesehatan
Pasien sering marah-marah dan membanting barang
3. Merokok
Klien tidak merokok
4. Alcohol/Obat-Obatan
Klien tidak mengonsumsi alkohol
5. Istirahat Dan Tidur
Klien mengatakan tidur siang kuarang lebih 1 jam dari jam 14.00-15.00 dan tidur
malam kurang lebih 8 jam dari jam 20.00-04.00 wib
6. Nutrisi
Klien mengatakan makan 3x sehari dan selalu habis. Dilakukan secara mandiri.
7. Eliminasi
Klien mengatakan BAB 1x sehari dengan tekstur lembek. BAK 3-4x sehari dan
dilakukan secara mandiri
8. Orientasi
Informasi yang diberikan oleh pasien dan keluarga sesuai dengan yang disampaikan
9. Tingkat Aktifitas
Klien mengatakan dapat mengerjakan kegiatan rumah
10. Tingkat Energi
Klien mempunyai energi yang baik
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
I RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien:
Menurut keluarga di rumah pasien marah-marah, membanting barang dan
mengeluarkan kata-kata kotor serta mengancam akan membakar rumah. Sejak
pulang dari rumah sakit pasien tidak teratur minum obat karena tidak ada yang
mengawasinya.

2. Diagnosa Keperawatan:
Resiko Perilaku Kekerasan

3. Tujuan Khusus:
a. Setelah 3 x pertemuan pasien mampu menceritakan penyebab
perilaku kekerasan yang dilakukan
b. Setelah 3 x pertemuan pasien mampu menceritakan tanda-tanda
perilaku kekerasan yang dilakukan
c. Setelah 3 x pertemuan pasien mampu menceritakan jenis perilaku
kekerasan yang dilakukan
d. Setelah 3 x pertemuan pasien mampu menceritakan akibat perilaku
kekerasan yang dilakukan

4. Tindakan keperawatan:
a. Mengidentifikasi penyebab PK
b. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK
c. Mengidentifikasi PK yang dilakukan
d. Mengidentifikasi akibat PK
e. Menyebutkan cara mengontrol PK
f. Membantu pasien mempraktekkan latihan cara mengontrol fisik I (tarik
napas dalam) dan fisik II (pukul bantal / kasur)
g. Menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan harian

Proses Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan


ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“Selamat pagi ibu, perkenalkan saya perawat Sarah. Hari ini saya yang akan
merawat ibu. Nama ibu siapa? Senangnya dipanggil apaa?”

2. Evaluasi / Validasi
”Bagaimana perasaan ibu saat ini? Masih ada perasaan kesal atau marah?”

3. Kontrak:

a. Topik
“Baiklah bu, kita akan berbincang-bincang sekarang tentang
perasaan marah ibu..”
b. Waktu
c. “Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalua 10
menit saja?”
d. Tempat
”Dimana enaknya kita duduk ngobrol ya bu? Bagaimana kalua di ruang
tamu?”
e. Tujuan interaksi
“kita berbincang-bincang agar ibu mengetahui apa yang menjadi penyebab
ibu marah dan bagaimana mengatasainya.”

KERJA

“Apa yang menyebabkan ibu marah? apakah sama dengan yang sekarang?”

“oh iya.. jadi ada 2 penyebab ibu marah ya..”

“Pada saat penyebab marah itu ada, apa yang ibu rasakan?”

“oh.. jadi Ketika ibu marah, ibu merasakan kesal dan dada berdebar dan mata
melotot ya bu?”

“setelah itu apa yang ibu lakukan?” “oh begitu, jadi ibu membanting barang dan
mengeluarkan kata-kata yang kasar jika marah”

“Menurut ibu adakah cara lain yang lebih baik?” “baik ibu sudah mengetahui cara
mengontrol marah dengan fisik satu Tarik napas panjang dan pukul bantal
namun ibu malas melakukannya yak arena ibu merasa tidak ada
pengaruhnya?”

“Baik ibu.. sekarang kita latih Kembali yuk cara mengontrol marah” “begini bu,
jika tanda-tanda marah sudah ibu rasakan maka ibu berdiri, lalu Tarik napas
Panjang dari hidung, tahan sebentar. Lalu keluarkan perlahan melalui mulut”

“Betul sekali seperti itu bu”

“nah, mari lakukan 5x lagi.” “Bagus sekali, ibu sudah bisa melakukannya.”

“Nah, sebaiknya Latihan ini ibu lakukan secara rutin, sehingga bila rasa marah itu
muncul, ibu sudah terbiasa melakukannya.”

TERMINASI

1. Evaluasi
a. Evaluasi klien (subjektif)
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?”

b. Evaluasi perawat (objektif dan reinforcement)


“Baik, tadi ibu mengatakan ada 2 penyebab ibu marah, bisa disebutkan?”
“Dan tadi kita sudah melatih cara mengontrol marah bisa ibu lakukan Kembali?”
2. Rencana Tindak Lanjut
Melatih minum obat secara teratur

3. Kontrak Topik Yang Akan Datang


a. Topik
“baik. Besok kita akan melatih ibu untuk minum obat ya bu..”
b. Waktu
“Jam berapa ibu mau berlatih? Baik. Jam 8 pagi ya bu”
c. Tempat
“dimana ibu ingin kita Latihan minum obat? Baik disini saj aya bu.” “sampai
jumpa esok hari”
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN JIWA

Di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Tangerang

Nama : Ny. R Ruangan : Psikiatri RM : 000123


Tanggal / Jam : 23 Agustus 2021/ 09.00 WIB
IMPLEMENTASI EVALUASI
DS: S:
1. Keluarga mengatakan klien marah- Klien mengatakan jauh lebih baik setelah
marah, membanting barang dan Latihan mengontrol marah
mengeluarkan kata- kata kotor
serta mengancam akan membakar O:
rumah. - Klien terlihat lebih tenang
2. Keluarga mengatakan sejak pulang - Klien dapat menyebutkan penyebab
dari rumah sakit pasien tidak dan cara mengontrol marah
teratur minum obat karena tidak
ada yang mengawasinya A : masalah teratasi
3. Pasien mengatakan malas minum
obat bosen karena minum obat P : Latihan minum obat
teratur pun tidak sembuh- sembuh
4. Pasien mengatakan sudah tau cara
mengontrol marah dengan fisik satu
tarik napas panjang dan pukul
bantal, namun malas melakukannya
DO:
1. Klien sudah 3 kali dirawat di rumah
sakit jiwa
2. Saat pengkajian klien terlihat mata
melotot, suara tinggi dan sering
berteriak serta memaki orang yang
dilihatnya

Diagnosa Kep :
Resiko Perilaku Kekerasan

Tindakan Kep :
1. Mengidentifikasi penyebab PK
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala
PK
3. Mengidentifikasi PK yang
dilakukan
4. Mengidentifikasi akibat PK
5. Menyebutkan cara mengontrol
PK
Membantu pasien mempraktekkan
latihan cara mengontrol fisik I
(tarik napas dalam) dan fisik II
(pukul bantal / kasur)
7. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam kegiatan
harian

RTL (Planning Perawat) : Latihan


minum obat
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
II RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien:
Sejak pulang dari rumah sakit pasien tidak teratur minum obat karena tidak
ada yang mengawasinya. Pasien mengatakan malas minum obat bosen karena
minum obat teratur pun tidak sembuh-sembuh.
2. Diagnosa Keperawatan:
Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Khusus:
Setelah 3 x pertemuan pasien mampu menjelaskan obat yang konsumsi
4. Tindakan keperawatan:
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Menjelaskan cara mengontrol PK dengan minum obat
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Proses Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan
ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“Selamat pagi ibu.. masih ingat dengan saya tidak?”
2. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini?”
“Apa ibu sudah mencoba cara yang saya berikan kemarin? Apakah ibu masih
ingat?”
“Oh iya, ibu sudah makan dan sudah minum obat belum?”
3. Kontrak:
a. Topik
“Seperti yang kita rencanakan kemarin, hari ini kita akan berbincang-
bincang dan Latihan tentang cara minum obat yang benar ya bu”
b. Waktu
“Berapa lama ibu mau kita berbincang? Bagaimana kalua 10 menit?”
c. Tempat
“Seperti yang sudah kita rencanakan, kita ngobrol di tempat kemarin ya
bu..”
d. Tujuan interaksi
“Tujuan kita Latihan cara minum obat yang benar adalah untuk mengontrol rasa
marah ibu”

KERJA
“ ibu sudah dapat obat dari dokter?”

“Berapa macam obat yang ibu minum? Warnanya apa saja? Bagus..”
“Jam berapa ibu harus minum obat? Obatnya ada 3 macam ya bu, ada yang warnanya
orange Namanya CPZ ini gunanya agar pikiran ibu tenang. Yang putih ini Namanya
THP gunanya agar ibu lebih rileks dan tidak tegang. Dan yang pink ini Namanya HLP
gunanya agar rasa marah ibu berkurang.”
“Semua obat ini harus ibu minum 3x sehari, dari am 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7
malam.”
“Bila nanti setelah minum obat ibu merasa berkunang-kunang, ibu sebaiknya istirahat
dan jangan beraktivitas dulu ya..”
“Nanti di rumah sebelum minum obat, ibu lihat dulu label kotak obat apakah benar
nama ibu, berapa dosisnya yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum, dan
apakah nama obatnya sudah benar?”
“Sekarang kita masukkan waktu minum obat ke dalam jawal ya agar ibu minum obat
secara teratur”

TERMINASI

1. Evaluasi
a. Evaluasi klien (subjektif)
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang tentang cara minum obat
yang benar?”
b. Evaluasi perawat (objektif dan reinforcement)
“Coba ibu sebutkan lagi jenis obat yang ibu minum. Bagaimana cara mnum
obat yang benar?”
2. Rencana Tindak Lanjut
“Sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan minum obat ya. Jangan
lupa laksanakan semua dengan teratur.”
3. Kontrak Topik Yang Akan Datang
a. Topik
“Baik. Besok kita ketemu lagi untuk Latihan cara yang ketiga ya buy yaitu
mengungkapka marah secara baik atau asertif”
b. Waktu
“Besok jam berapa ibu mau berlatih? Baik jam 9 ya bu”
c. Tempat
“Baik bu, bagaimana kalo besok kita berbincang-bincang lagi disini?”
“Baik ibu, sampai jumpa besok”

\
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN JIWA

Di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Tangerang

Nama : Ny. R Ruangan : Psikiatri RM : 000123


Tanggal / Jam : 24 Agustus 2021/ Jam 08.00 WIB
IMPLEMENTASI EVALUASI
DS: S:
- Keluarga mengatakan sejak pulang Klien mengatakan paham cara minum
dari rumah sakit pasien tidak obat yang benar
teratur minum obat karena tidak
ada yang mengawasinya. O:
- Pasien mengatakan malas minum Klien dapat menyebutkan jens obat dan
obat bosen karena minum obat cara minum obat yang benar
teratur pun tidak sembuh- sembuh.
- Pasien mengatakan sudah tau cara A : masalah teratasi
mengontrol marah dengan fisik satu
tarik napas panjang dan pukul P : Mengungkapkan rasa marah secara
bantal. Tapi pasien mengatakan asertif
malas melakukannya karena tidak
ada pengaruhnya

DO:
- Klien sudah 3 kali dirawat di rumah
sakit jiwa
- Saat pengkajian klien terlihat mata
melotot, suara tinggi dan sering
berteriak serta memaki orang yang
dilihatnya

Diagnosa Kep :
Resiko Perilaku Kekerasan

Tindakan Kep :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Menjelaskan cara mengontrol PK
dengan minum obat
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

RTL (Planning Perawat) : Mengungkapkan


rasa marah secara
asertif
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
III RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien:
Keluarga mengatakan pasien marah-marah, membanting barang dan
mengeluarkan kata-kata kotor serta mengancam akan membakar rumah. Pasien
mengatakan sudah tau cara mengontrol marah dengan fisik satu tarik napas
panjang dan pukul bantal. Tapi pasien mengatakan malas melakukannya
karena tidak ada pengaruhnya. Yang pasien sering lakukan adalah melakukan
aktivitas seperti beres-beres rumah dan membersihkan kamar mandi. Tapi bila
di rumah kedua orang tua melarang melakukannya karena takut bila capek
pasien akan kambuh.

2. Diagnosa Keperawatan:
Resiko Perilaku Kekerasan

3. Tujuan Khusus:
Setelah 3x pertemuan pasien mampu menjelaskan cara-cara sehat dalam
mengungkapkan marah

4. Tindakan keperawatan:
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara verbal
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Proses Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan


ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“Selamat pagi ibu. Sesuai dengan janji kita kemarin sekarang kita ketemu lagi.
Masih ingat dengan nama saya bu?”
2. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini? Sudah melakukan Latihan Tarik napas
dalam dan pukul Kasur bantal? Apa yang dirasakan setelah melakukan Latihan
secara teratur? Apakah ibu masih ingat cara minum obat yang benar?”
3. Kontrak:
a. Topik
“Bagaimana kalau sekarang kita Latihan cara berbicara untuk mencegah
marah?”
b. Waktu
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10
menit?”
c. Tempat

Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau


ditempat yang sama seperti kemarin?”
d. Tujuan interaksi
“tujuan latihan hari ini adalah agar ibu bisa mengungkapan kemarahan
secara baik dan tidak menyakiti orang lain”

KERJA

“Sekarang kita Latihan cara bicara baik untuk mencegah marah ibu. Kalau marah
sudah disalurkan melalui Tarik napas dalam atau pukul Kasur atau bantal, dan
sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah.”
“pertama kita meminta dengan baik tanpa marah dengan suara yang rendah serta
tidak menggunakan kata-kata yang kasar.”
“Yang kedua, ibu bisa menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh ibu dan ibu
tidak mau melakukannya, katakana: maaf saya tidak bisa melakukannya karena
sedang ada kerjaan.” Bagus, seperti itu bu..”
“lalu yang ketiga adalah mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang
lain yang membuat kesal, ibu dapat mengatakan: saya merasa kesal karena
perkataanmu itu”
“coba ibu praktekan”
“bagus seperti itu ibu”

TERMINASI

1. Evaluasi
a. Evaluasi klien (subjektif)
“Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap tentang marah dengan
bicara yang baik?”
b. Evaluasi perawat (objektif dan reinforcement)
“coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik Ketika marah seperti yang
kita pelajari tadi. Bagus sekali, sekarang mari kita masukkan ke dalam
jadwal ya bu”

2. Rencana Tindak Lanjut


“Berapa kali sehari ibu mau Latihan bicara yang baik? Bisa kita buat
jadwalnya? Coba masukan ke dalam jadwal sehari-hari, misalnya meminta
obat, atau makanan, dll. Baguss.. nanti dicoba ya bu”

3. Kontrak Topik Yang Akan Datang


a. Topik
“Bagaimana kalau besok kita Latihan cara mengontrol marah dengan cara
beribadah?”
b. Waktu
“jam berapa ibu mau kita Latihan? Baik jam 9 ya bu”
c. Tempat
“bagaimana kalau kita Latihan disini lagi?” baik ibu sampai jumpa
besok..
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN JIWA

Di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Tangerang

Nama : Ny. R Ruangan : Psikiatri RM : 000123


Tanggal / Jam : 25 Agustus 2021/ Jam 09.00 WIB
IMPLEMENTASI EVALUASI
DS: S:
- Keluarga mengatakan pasien Klien mengatakan akan melakukan
marah-marah, membanting barang latihan tersebut di rumah
dan mengeluarkan kata- kata kotor
serta mengancam akan membakar O:
rumah. Klien dapat menyebutkan cara berbicara
- Pasien mengatakan sudah tau cara yang baik saat marah
mengontrol marah dengan fisik satu
tarik napas panjang dan pukul A : masalah teratasi
bantal. Tapi pasien mengatakan
malas melakukannya karena tidak P : Mengatasi marah dengan beribadah
ada pengaruhnya

DO:
- Klien sudah 3 kali dirawat di rumah
sakit jiwa
- Saat pengkajian klien terlihat mata
melotot, suara tinggi dan sering
berteriak serta memaki orang yang
dilihatnya

Diagnosa Kep :
Resiko Perilaku Kekerasan

Tindakan Kep :
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
b. Melatih pasien mengontrol PK
dengan cara verbal
c. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian

RTL (Planning Perawat) : Mengatasi


marah dengan beribadah
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
IV RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien :
Klien mengatakan sudah melakukan cara napas dalam dan sudah bisa
mengontrol emosi. Klien tampak tenang memperagakan cara mengontrol
amarahnya.

2. Diagnosa Keperawatan:
Resiko perilaku kekerasan

3. Tujuan Khusus:
Setelah 3 x pertemuan pasien mampu memperagakan cara mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik, verbal, dan spiritual

4. Tindakan keperawatan:
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara spiritual
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Proses Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan
ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“Selamat pagi ibu. Sesuai dengan janji kita kemarin sekarang kita ketemu lagi.
Masih ingat dengan nama saya bu?”

2. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana bu, apa latihannya sudah dilakukan? Apa yang dirasakan setelah
melakukan Latihan secara teratur? Bagus sekali.. bagaimana rasa amarahnya?”

3. Kontrak:
a. Topik
“Sesuai janji kita kemarin, bagaimana kalau sekarang kita Latihan cara
lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan ibadah?”

b. Waktu
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10
menit?”

c. Tempat
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang ya? Bagaimana kalau di tempat
kemarin?”
d. Tujuan interaksi
“tujuan latihan hari ini adalah agar ibu bisa mencegah kemarahan secara
baik melalui ibadah”

KERJA

“Baik, coba ibu ceritakan kegiatan ibadah apa yang biasa ibu lakukan! Bagus..
menurut ibu kegiatan apa yang mau ibu lakukan?”
“nah kalau ibu sedang marah coba langsung duduk dan langsung Tarik napas
dalam. Jika tidak reda juga marahnya, rebahkan badan agar rileks. Jika tidak
reda juga, ibu bisa ambil wudhu kemudian sholat.”
“Ibu bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan
kemarahan.”
“Coba ibu sebutkan sholat 5 waktu”
“bagus, mau coba yang mana?
“coba ibu sebutkan cara melakukannya!”
“bagus sekali ibu..”

TERMINASI

1. Evaluasi
a. Evaluasi klien (subjektif)
“bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang
keempat ini?”

b. Evaluasi perawat (objektif dan reinforcement)


“Coba ibu sebutkan Kembali apa yang kita pelajari tadi”
“jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari?” “bagus.
Diingat terus ya bu..”

2. Rencana Tindak Lanjut


“mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan ibu. Mau berapa
kali ibu sholat? Baik.. kita maasukkan disini ya bu..”

3. Kontrak Topik Yang Akan Datang


a. Topik
b. Waktu
c. Tempat
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN JIWA

Di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Tangerang

Nama : Ny. R Ruangan : Psikiatri RM : 000123


Tanggal / Jam : 26 Agustus 2021/ Jam 09.00 WIB
IMPLEMENTASI EVALUASI
DS: S:
- Klien mengatakan sudah melakukan Klien mengatakan akan melakukan Latihan
cara mengontrol marah di rumah cara mengontrol rasa marah di rumah
- Klien mengatakan sudah bisa
mengontrol emosi O:
DO: - Klien dapat menyebutkan cara
- Klien tampak tenang saat mengontrol rasa marah yang sudah
memperagakan cara mengontrol rasa dipelajari
marah - Klien dapat menyebutkan kegiatan
ibadah yang biasa ia lakukan
Diagnosa Kep :
Resiko perilaku kekerasan A : Masalah teratasi

Tindakan Kep : P : Intervensi dihentikan


a. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
b. Melatih pasien mengontrol PK
dengan cara spiritual
c. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian

RTL (Planning Perawat) :


Memasukkan Latihan cara mengontrol rasa
marah ke dalam jadwal kegiatan pasien.

Anda mungkin juga menyukai