Anda di halaman 1dari 34

TUGAS PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP ASMA BRONKIAL”

Dosen Pengampu : Bangun Wijanarko, S.ST,M.Kes

Disusun Oleh:

Nama: Rizki Sabani

Nim : ( P27901119044 )

Kelas : 2A DIII Keperawatan

JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
TAHUN AJARAN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Gangguan Kebutuhan Dasar

1. Definisi Asma
Asma merupakan kelainan berupa inflamasi kronik saluran nafas yang
menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang dapat
menimbulkan gejala mengi, batuk, sesak nafas, dan dada terasa berat terutama pada
malam hari yang pada umumnya bersifat reversible baik dengan atau tanpa
pengobatan (Depkes RI, 2015).
Asma merupakan penyakit jalan napas obstruktif intermiten yang bersifat reversible
dimana trakhea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu yang
di tandai dengan penyemptitan jalan napas, yang mengakibatkan dispnea, batuk dan
mengi (Smeltzer & Bare, 2013).
Asma adalah wheezing berulang dan atau batuk persisten dalam keadaan dimana
asma adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih jarang telah
disingkirkan (Mansjoer, 2013).
2. Etiologi
Adapun rangsangan atau faktor pencetus Asma yang sering adalah suatu keadaan
dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap suatu
rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat
sementara menimbulkan asma adalah:
1. Faktor ekstrinsik (alergik):
Reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen atau alergen yang dikenal seperti
debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.
2. Faktor intrinsik(non-alergik) :
Tidak berhubungan dengan alergen, seperti common cold, infeksi traktus
respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat mencetuskan
serangan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik (Smeltzer & Bare, 2013).
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma yaitu:

1. Faktor predisposisi
a. Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana
cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai
keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,
penderita sangat mudah terkena penyakit asma.
2. Faktor presipitasi
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1) Inhalan: yang masuk melalui saluran pernapasan
Contoh: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2) Ingestan: yang masuk melalui mulut
Contoh: makanan dan obat-obatan
3) Kontaktan: yang masuk melalui kontak dengan kulit
Contoh: perhiasan, logam dan jam tangan
a. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
asma. Kadangkadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan,
musim kemarau.
b. Stres
Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang
timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stres atau gangguan
emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika
stresnya belum diatasi maka gejala belum bisa diobati.
c. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industry tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti.
d. Olah raga atau aktifitas jasmani
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan
serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
selesai aktifitas tersebut.
4) Patofisiologi
Secara umum, allergen menimbulkan reaksi yang hebat pada mukosa bronkus
yang mengakibatkan kontriksi otot polos, hyperemia, serta sekresi lender putih yang
tebal. Mekanisme reaksi ini telah diketahui dengan baik, tetapi sangat rumit. Penderita
yang telah disensitisasi terhadap satu bentuk allergen yang spesifik, akan membuat
antibody terhadap allergen yang dihirup tersebut. Antibodi yang merupakan
imunoglobin jenis IgE ini kemudian melekat dipermukaan sel mast pada mukosa
bronkus. Sel mast tersebut tidak lain adalah basofil yang kita gunakan pada saat
menghitung leukosit Bila satu molekul IgE terdapat pada permukaan sel mast
menangkap satu permukaan allergen, maka sel mast tersebut akan memisahkan diri
dan melepaskan sejumlah bahan yang menyebabkan kontriksi bronkus. Salah satu
contohnya adalah histamine dan prostaglandin. Pada permukaan sel mast juga
terdapat reseptor beta-2 adrenergik, sedangkan pada jantung mempunyai reseptor
beta-1 (Naga, 2012).
Apabila reseptor beta-2 dirangsang dengan obat antiasma salbutamol, maka
pelepasan histamine akan terhalang. Tidak hanya itu, aminofilin obat antiasma yang
sudah terkenal, juga menghalangi pembebasan histamine. Pada mukosa bronkus dan
dalam darah tepi, terdapat banyak eosinofil. Adanya eosinofil dalam sputum dapat
dengan mudah terlihat. Pada mulanya fungsi eosinofil di dalam sputum tidak dikenal,
tetapi baru-baru ini diketahui bahwa dalam butir-butir granula eosinofil terdapat

enzim yang dapat menghancurkan histamine dan prostaglandin. Jadi eosinofil ini
memberikan perlindungan terhadap serangan asma (Naga, 2012).
Patofisiologi asma juga dapat dikarakteristikkan dengan penandaaan konstriksi
oleh saluran bronkial dan bronkospasme yang diikuti dengan edema dari saluran
pernafasan dan produksi mukus yang berlebihan. Bronkospasme yang terjadi dapat
disebabkan oleh peningkatan pelepasan dari mediator inflamasi seperti histamine,
prostaglandin, dan bradikinin, yang pada fase awal lebih menyebabkan
bronkokonstriksi daripada inflamasi. Dapat terjadi beberapa jam setelah onset awal
dari gejala dan bermanifestasi sebagai respon inflamasi. Mediator utama dari
inflamasi selama respon asmatik adalah sel darah merah (eosinofil) yang
menstimulasi degradasi mast cell dan pelepasan substansi yang menyerang sel putih
lain pada area tersebut (Amelia Lorensia, 2013).
5) Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang lazim muncul pada asma adalah batuk, dispnea, dan
wheezing. Serangan seringkali terjadi pada malam hari. Asma biasanya bermula
mendadak dengan batuk dan rasa sesak dalam dada, disertai dengan pernapasan
lambat, wheezing. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang dibanding inspirasi, yang
mendorong pasien untuk duduk tegak dan menggunakan setiap otot-otot aksesori
pernapasan. Jalan napas yang tersumbat menyebabkan dispnea. Serangan asma dapat
berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam dan dapat hilang secara spontan.
Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadi reaksi kontinu yang
lebih berat, yang disebut “status asmatikus”, kondisi ini mengancam hidup (Smeltzer
& Bare, 2013)
1. Tanda-tanda asma
a. Perubahan dalam pola pernapasan
b. Bersin-bersin
c. Perubahan suasana hari (moodines)
d. Batuk
e. Gatal-gatal pada tenggorokan
f. Sulit tidur
g. Turunnya toleransi tubuh terhadap aktivitas olahraga
1. Gejala asma
a. Napas berat
b. Mengi
c. Napas pendek dan tersengal-sengal
d. Sesak dada
6) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Wijaya & Putri (2014) yaitu :
Non farmakologi, tujuan dari terapi asma :
a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
b. Mencegah kekambuhan
c. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
d. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan
exercise
e. Menghindari efek samping obat asma
f. Mencegah obstruksi jalan nafas yang ireversibel
Farmakologi, obat anti asma :
a. Bronchodilator
Adrenalin, epedrin, terbutallin, fenotirol
b. Antikolinergin
Iptropiem bromid (atrovont)
c. Kortikosteroid
Predrison, hidrokortison, orodexon.
d. Mukolitin
BPH, OBH, bisolvon, mucapoel dan banyak minum air putih.
7) Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan spirometri
Pemeriksaan spirometri dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator
aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC
sebanyak >20% menunjukkan diagnosis asma.
2. Pemeriksaan tes kulit
Untuk menunjukkan adanya antibodi IgE yang spesifik dalam tubuh.
3. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi dilakukan bila ada kecurigaan terhadap proses patologik di
paru atau komplikasi asma, seperti pneumothorak, pneumomediastinum,
atelektasis, dan lain-lain.
4. Pemeriksaan analisa gas darah
Pemeriksaan analisa gas darah hanya dilakukan pada penderita dengan serangan
Asma berat.
5. Pemeriksaan sputum
Untuk melihat adanya eosinofil, kristal Charcot Leyden, spiral Churschmann,
pemeriksaan sputum penting untuk menilai adanyamiselium Aspergilus fumigatus.
6. Pemeriksaan eosinophil
Pada penderita Asma, jumlah eosinofil total dalam darah sering meningkat. Jumlah
eosinofil total dalam darah membantu untuk membedakan Asma dari Bronchitis
kronik (Sundaru, 2006).
8) Komplikasi
Berbagai komplikasi menurut Mansjoer (2008) yang mungkin timbul adalah:
1. Pneumothoraks

Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang


dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat
menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kegagalan
napas.
2. Pneumomediastinum
Pneumomediastinum dari bahasa Yunani pneuma “udara”, juga dikenal sebagai
emfisema mediastinum adalah suatu kondisi dimana udara hadir di mediastinum.
Pertama dijelaskan pada 1819 oleh Rene Laennec, kondisi ini dapat disebabkan
oleh trauma fisik atau situasi lain yang mengarah ke udara keluar dari paru-paru,
saluran udara atau usus ke dalam rongga dada.
3. Atelektasis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan
yang sangat dangkal.
4. Aspergilosis
Aspergilosis merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh jamur dan
tersifat oleh adanya gangguan pernapasan yang berat. Penyakit ini juga dapat
menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya pada otak dan mata.
Istilah Aspergilosis dipakai untuk menunjukkan adanya infeksi Aspergillus sp.
5. Gagal napas
Gagal napas dapat tejadi bila pertukaran oksigen terhadap karbodioksida dalam
paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan
karbondioksida dalam sel-sel tubuh.
6. Bronkhitis
Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di mana lapisan bagian dalam
dari saluran pernapasan di paru-paru yang kecil (bronkhiolis) mengalami
bengkak. Selain bengkak juga terjadi peningkatan produksi lendir (dahak).
Akibatnya penderita merasa perlu batuk berulang-ulang dalam upaya
mengeluarkan lendir yangmberlebihan, atau merasa sulit bernapas karena
sebagian saluran udara menjadi sempit oleh adanya lendir.
KONSEP ASKEP ASMA

1. Pengkajian Keluarga

Menurut Donsu, Induniasih, Purwanti (2015) pengkajian yang dilakukan pada keluarga yaitu :

a. Data Umum : nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan, struktur keluarga, genogram, dll

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangan saat ini

2) Riwayat kesehatan keluarga inti

3) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

c. Pengkajian lingkungan : karakteristik lingkungan rumah, karakteristik tetangga, dan interaksi


dengan masyarakat, dll

d. Struktur dan fungsi keluarga

1) Pola komunikasi keluarga : cara berkomunikasi antar anggota keluarga

2) Struktur kekuatan : kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang


lain untuk merubah perilaku (key person)

3) Struktur peran : peran masing-masing anggota baik formal maupun nonformal

4) Nilai atau norma keluarga : nilai dan norma serta kebiasaan yang
berhubungan dengan kesehatan
5) Fungsi keluarga : dukungan keluarga terhadap anggota lain, fungsi
perawatan kesehatan (pengetahuan tentang sehat/sakit, kesanggupan
keluarga)
6) Fungsi keperawatan. Tujuan dari fungsi keperawatan :

a) Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masa


kesehatan
b) Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
mengenal tindakan kesehatan yang tepat
c) Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit
d) Mengetahui kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi
lingkungan rumah yang sehat
e) Mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan dimasyarakat
f) Stres dan koping keluarga

g) Keadaan gizi keluarga

2. Pemeriksaan fisik
Menurut Wijaya dan Putri (2014) pengkajian yang digunakan pada pasien
dengan asma yaitu :
1) Identitas klien : Meliputi nama, Usia, Jenis Kelamin, ras, dll

2) Informasi dan diagnosa medik penting

3) Data riwayat kesehatan

Pernah menderita penyakit asma sebelumnya, menderita kelelahan


yang amat sangat dengan sianosis pada ujung jari.

4) Riwayat kesehatan sekarang

a) Biasanya klien sesak nafas, batuk-batuk, lesu tidak


bergairah, pucat tidak ada nafsu makan, sakit pada dada dan
pada jalan nafas.
b) Sesak setelah melakukan aktivitas

c) Sesak nafas karena perubahan udara dan debu

d) Batuk dan susah tidur karena nyeri dada.


5) Riwayat kesehatan keluarga
a) Riwayat keluarga yang memiliki asma
b) Riwayat keluarga yang menderita penyakit alergi
seperti rinitis alergi, sinustis, dermatitis, dan lain-lain.
6) Ativitas / istirahat
a) Keletihan, kelelahan, malaise
b) Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-
hari karena sulit bernafas.
c) Ketidakmampuan untuk tidur perlu tidur dalam posisi
duduk tinggi.
d) Dispnea pada saat istirahat, aktivitas dan hiburan.
7) Sirkulasi : Pembengkakan pada ekstremitas bawah
8) Integritas ego terdiri dari peningkatan faktor resiko dan perubahan
pola hidup
9) Makanan dan cairan : mual/muntah, nafsu makan
menurun, ketidakmampuan untuk makan
10) Pernafasan
a) Nafas pendek, dada rasa tertekan dan
ketidakmampuan untuk bernafas
b) Batuk dengan produksi sputum berwarna keputihan
c) Pernafasan biasanya cepat, fase ekspirasi
biasanya memanjang
d) Penggunaan otot bantu pernafasan
e) Bunyi nafas mengi sepanjang area paru pada ekspirasi dan
kemungkinanselama inspirasi berlanjut sampai penurunan/
tidak adanya bunyi nafas.
11) Keamanan : riwayat reaksi alergi / sensitif terhadap zat
b. Harapan keluarga
Perlu dikaji harapan keluarga terhadap perawat (petugas kesehatan) untuk
membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi.
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien asma menurut SDKI
(2017) dan Donsu, Induniasih, dan Purwanti (2015) yaitu :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memberikan perawatan bagi anggotanya
yang sakit
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit
d. Ansietas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengambil keputusan dalam merawat anggota yang sakit
e. Manajement kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam
merawat anggota yang sakit
f. Ansietas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengambil keputusan dalam merawat anggota yang sakit
g. Manajement kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam
merawat anggota yang sakit
h. Ansietas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengambil keputusan dalam merawat anggota yang sakit
i. Manajement kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam
merawat anggota yang sakit
j. Ansietas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengambil keputusan dalam merawat anggota yang sakit
k. Manajement kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam
merawat anggota yang sakit
l. Ansietas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengambil keputusan dalam merawat anggota yang sakit
m. Manajement kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam
merawat anggota yang sakit.
4. Rencanaan Keperawatan
Rencanaan keperawatan merupakan rencana tindakan yang akan diberikan
kepada klien sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa keperawatan yang
muncul.
Tabel 1. Rencanaan Keperawatan
No Diagnosis Tujuan dan Intervensi Rasional
kriteria hasil
1 Bersihan jalan Setalah - Observasi TTV - Agar mengetahui
nafas tidak dilakukan - Monitor pola keadaan umum klien
efektif tindakan nafas (frekuensi, - Dengan memonitor
berhubungan keperawatan kedalaman, pernafasan, kita dapat
dengan 1x24 jam maka usaha napas) tahu sejauh mana
spasme jalan bersihan jalan - Monitor bunyi perubahan kondisi
nafas ditandai nafas meningkat nafas tambahan pasien
dengan sesak dengan kriteria - Posisikan semi - Dengan memonitor
dan bunyi hasil : fowler atau bunyi nafas kita dapat
tambahan - Sesak fowler mengetahui suara nafas
berkurang - Monitor saturasi pasien
- Ttv dalam oksigen - Memudahkan
batas - Kolaborasi pertukaran gas agar
normal dengan tim tidak mengalami
TD : 120/80 medis lain untuk kesusahan pada pola
mmHg pemberian O2 nafas.
N: dan obat-obatan - Dapat menunjukkan
80x/menit serta frothorax keadekuatan oksigenasi
RR : atau perfusi jaringan
24x/menit pasien
S : 36,5°C - Pemberian oksigen
- Tidak ada dapat menurunkan
bunyi beban pernafasan dan
tambahan di mencegah terjadinya
bronkhiolus sianosis akibat hiponia
dengan photo toraks
dapat di monitor
kemajuan dari
berkurangnya cairan
dan kembalinya daya
kembang paru.
5. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan adalah pemberian asuhan keperawatan yang

dilakukan secara langsung kepada pasien. Kemampuan yang harus dimiliki

perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif,

kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling membantu,

kemampuan tekhnik psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistematis,

kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi dan

evaluasi. Tahap pelaksanaan keperawatan meliputi: fase persiapan (preparation),

tindakan dan dokumentasi.

6. Evaluasi Keperawatan

Menurut Dion dan Betan (2013) evaluasi keperawatan adalah tahap akhir

dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan sistematis dan terencana

antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada

tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan

melibatkan klien dan keluarga. Evaluasi bertujuan untuk melihat kemampuan

keluarga dalam mencapai tujuan. Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu:

A. Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan

hasil tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera setelah perawat

mengimplementasikan rencanan keperawatan guna menilai keefektifan

tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi

formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP,

yakni Subjektif (data berupa keluhan klien), Objektif (data hasil

pemeriksaan), Analisa data (perbandingan data dengan teori),

dan Planning (perencanaan).


B. Evaluasi Sumatif

Evaluasi Sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktifitas


proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan
menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan.
Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan
wawancara pada akhir layanan, menanyakan respon pasien dan keluarga
terkait layanan keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir pelayanan.
ASUHAN KEPERAWATAN Nn. G
DENGAN DIAGNOSA ASMA BRONKHIAL
DI RUMAH SAKIT UMUM RANGKASBITUNG

KASUS

Nn. G 23 tahun suku minang datang dengan keluhan napasnya sesak sewaktu
bangun pagi dan semakin meningkat ketika beraktivitas, klien juga batuk
berdahak. Dari hasil pengkajian klien mengeluh sesak, batuk berdahak dengan
dahak berwarna putih, dan klien merasa sesaknya berkurang setelah dilakukan
pengasapan (nebulizer). Klien juga mengatakan mempunyai riwayat asma sejak
kelas 6 SD dan klien mengatakan bahwa ada salah satu anggota keluarganya yang
memiliki riwayat asma, yaitu ibunya. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan
hasil: rongga dada simetris, retraksi dinding dada (+), taktil fremitus simetris
antara kiri dan kanan, suara napas klien terdengar wheezing, resonan pada perkusi
dinding dada, dan sputum berwarna putih kental. Dari hasil observasi didapatkan
hasil: tingkat kesadaran: kompos mentis, dan hasil TTV:

TD = 130/70 mmHg

RR = 36x/menit

Nadi = 76x/menit

suhu = 37o C.

Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil: Hb = 15,5 gr%, leukosit =


17.000/mm3, trombosit 260.000/mm3, Ht = 47vol%. Klien saat ini mendapatkan
terapi: IVFD RL 20 tts/i, Pulmicort, Ventolin, Bisolvon dan O 2 dengan nasal
kanul 2 L.  Pada pemeriksaan penunjang X-ray dada/thorax, didapatkan hasil paru
dalam batas normal.
NO RM : 502607

Tempat : Ruang Perawatan

Tanggal : 22 Februari 2021

A. PENGKAJIAN
I. DATA UMUM
1. Identitas klien
Nama : Nn.G
Tempat /tanggal lahir : Bandung, 02-09-1979
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan terkahir : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : jl. Kasih tulus no 21 Bandung
Umur : 23 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Sunda
Ruangan : Perawatan

2. Penanggung jawab / pengantar


Nama : Tn.S
Pendidikan terakhir : SMA
Hubungan dengan klien : suami
Alamat : jl. Cendrawasih no 30 bandung
Umur : 25
Pekerjaan : Wiraswasta

RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI

- Alasan Masuk RS (Keluhan Utama)

Klien masuk rumah sakit dengan keluhan napasnya sesak sewaktu bangun pagi
dan semakin meningkat ketika beraktivitas, serta batuk berdahak.

- Riwayat penyakit Sekarang

Klien mengeluh sesak, disertai batuk berdahak dengan dahak berwarna putih.
- Riwayat Penyakit Dahulu

Klien mengatakan mempunyai riwayat asma sejak kelas 6 SD

- Riwayat Penyakit Keluarga

Klien mengatakan bahwa ada salah satu anggota keluarganya yang memiliki
riwayat asma, yaitu ayahnya.

(Genogram dan keterangan)

Keterangan :

: Laki-laki : Yang tinggal dalam satu


rumah

: Perempuan : Yang ada hubungan

: Klien

: Penyakit yang sama dalam keluarga

Menurut klien riwayat penyakit yang sama yang dideritanya saat ini
adalah ayahnya.
RIWAYAT PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL

1. Pola koping : klien mengatakan jika ada masalah ia selalu bercerita


kepada suami dan orang tuanya
2. Harapan klien terhadap keadaannya : klien mengatakan ia berharap
penyakitnya agar cepat sembuh dan beraktivitas seperti biasa
3. Factor stress : klien mengatakan stress dengan penyakitnya
4. Konsep diri : klien mengatakan memandang dirinya sebagai manusia
yang serba kekurangan
5. Pengetahun klien tentang penyakitnya : klien mengatakan tahu tentang
mengetahui penyakitnya
6. Adaptasi : klien mengatakan mampu beradaptasi dengan lingkungan RS
7. Hubungan dengan anggota keluarganya: klien mengatakan hubungan
dengan keluarganya sangat baik
8. Hubungan dengan masyarakat : klien mengatakan hubungan dengan
masyarakat baik
9. Perhatian terhadap orang lain& lawan bicara : klien mengatakan dapat
mempertahankan kontak mata dengan lawan bicara
10. Aktivitas sosial : klien mengatakan selama sakit ia susah beraktivitas
11. Bahasa yg sering digunakan : klien mengatakan sehari-harinya
menggunakan bahasa Makassar
12. Keadaan lingkungan : Lingkungan rumah klien sangat padat, ukuran
rumah yang sempit untuk kapasitas keluarga, pembuangan sampah yang
sembarangan dan ventilasi rumah kurang sehingga pencahyaan di rumah
kurang.
13. Kegiatan keagamaan/pola ibadah : klien mengatakan ibadanya jarang
14. Keyakinan tentang kesehatan : klien mengatakan ia yakin bahwa
penyakitnya akan sembuh
KEBUTUHAN DASAR /POlA KEBIASAAN SEHARI-HARI

1. Makan
Sebelum MRS : klien mengatakan makan 2-3 kali/hari
Saat di RS : klien mengatakan makan 1kali/hari porsi tidak dihabiskan
dan nafsu makan berkurang
2. Minum
Sebelum MRS : klien mengatakan minum 7-8 gelas/hari
Saat di RS : klien mengatakan minum 2-4 gelas/hari
3. Tidur
Sebelum MRS : klien mengatakan tidur 8 jam

Saat di RS : klien mengatakan tidur 4-5 jam dan waktunya tidak tentu.

4. Eliminasi fekal / BAB


Sebelum MRS : klien mengatakan BAB 2 kali/hari dengan
konsistensi padat, warna kuning
Saat MRS : klien mengatakan BAB 2 kali/hari
5. Eliminasi urine / BAK
Sebelum MRS : klien mengatkan BAK 3-4 kali/hari
Saat di RS : klien mengatakan BAB 3-4 kali/hari
6. Aktifitas dan latihan
Sebelum MRS : klien mengatakan sebagai ibu rumah tangga
Saat di RS : klien mengatakan selama sakit tidak pernah
melakukan kegiatan
7. Personal hygiene
Sebelum MRS : klien mengatakan mandi 2-3 kali/hari, gosok gigi saat
mandi dan setelah makan

Saat di RS : klien mengatakan selama sakit hanya di lap basah


2. Pemeriksaan Fisik

- Tingkat Kesadaran: Compos mentis

-  TTV:

- TD : 130/70  mmHg

- RR: 36 x/menit

- N : 76 x/menit

- S : 37oC
1. Head to toe
o Kulit dan rambut
 I : Bentuk simetris
 P : Tidak terdapat benjolan
o Kepala
 I: Bentuk simetris antara kanan kiri, bentuk kepala lonjong tidak ada lesi
 P : Tidak ada nyeri tekan
o Mata /penglihatan
 I : Bentuk bola mata lonjong,sclera ikhterik
o Hidung
 I : Simetris dan terdapat secret
 P : Tidak ada benjolan
o Telinga/pendengaran
 I : Bentuk simetris antara kanan dan kiri
 P :Tidak teraba adanya benjolan
o Mulut&gigi
 I : Bentuk mulut simetris, lidah bersih, gigi bersih, bibir kering
o Leher
 I : Bentuk leher simetris
 P: Tidak teraba adanya benjolan
o Dada

 I : Simetris antara kiri dan kanan, retraksi dinding dada (+), dan sputum
berwarna putih kental.
 P : Tidak ada benjolan, Taktil fremitus simetris antara kiri dan kanan.
 P : Resonan dikedua lapang paru.
 A : Suara napas klien terdengar wheezing
o Abdomen
 I : Perut datar semetris antara kanan dan kiri
 A: Bising usus
 :bunyi
 P : Bising usus
 A : Terdapat suara tambahan
o Extremitas atas
 I : Tangan kanan dan kiri normal, terpasang infus

3.  Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium

 Pemeriksaan penunjang

 X-ray dada/thorax, didapatkan hasil paru dalam batas normal.

Pemeriksaan laboratorium

-    Hb = 15,5 gr%

-    Leukosit = 17.000/mm3

-    Trombosit 260.000/mm3

-    Ht = 47vol%.

4. Terapi Pengobatan Saat Ini

IVFD RL 20 tts/i, Pulmicort, Ventolin, Bisolvon dan O2 dengan nasal kanul 2 L.


A. Analisa Data
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan

1 DS: Pencetus serangan Bersihan jalan


nafas tidak
- klien (alergen)
efektif
mengatakan

sesak
Reaksi antigen & antibodi
1.  - Klien
mengatakan ↓
sesak di sertai
Dikeluarkannya substansi
batuk
vasoaktif (histamin,
berdahak dengan
bradikinin, & anafilaksin)
dahak berwarna
putih. ↓

2. ↑ permeabilitas kapiler

DO: Kontraksi otot polos

1.  Tanda-tanda vital: Edema mukosa

TD=130/70 Hipersekresi
mmHg

RR=36 x/menit
Obstruksi jalan nafas
N =76x/menit

S =37oC
Sesak
2.     -  Klien tampak

sesak nafas
disertai batuk Batuk campur dahak
berdahak,

berwarna putih
agak kental. Bersihan jalan nafas tidak
efektif
3.      - Suara napas
klien terdengar
wheezing.
4.      Terapi yang
diberikan:
oksigen 2L,

IVFD RL 20 tts/i,
Pulmicort,
Ventolin,
Bisolvon.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas
ditandai dengan sesak dan bunyi tambahan
B. PERENCANAAN/ INTERVENSI

No/Hari/ Diagnosa PERENCANAAN

Tanggal Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1 Selasa, 23 Bersihan jalan Setelah dilakukan asuhan - Monitor pola nafas (frekuensi, - Dengan memonitor pernafasan, kita dapat
Februari nafas tidak keperawatan selama 3 x 24 jam kedalaman, usaha napas) tahu sejauh mana perubahan kondisi pasien
2021 efektif diharapkan bersihan jalan nafas - Monitor bunyi napas - Dengan memonitor bunyi nafas kita dapat
berhubungan tidak efektif dapat teratasi tambahan mengetahui suara nafas pasien
dengan spasme dengan kriteria hasil: - Monitor sputum - Dengan memonitor sputum kita dapat
jalan nafas - Posisikan semi fowler atau mengetahui jumlah,warna dan aroma
- Dispnea menurun
ditandai fowler - Memudahkan pertukaran gas agar tidak
- Penggunaan otot bantu nafas
dengan sesak - Berikan minum hangat mengalami kesusahan pada pola nafas.
menurun
dan bunyi - Auskultasi bunyi nafas - Memudahkan untuk mendengarkan bunyi
- Mengi/Wheezing menurun
tambahan - Monitor saturasi oksigen nafas normal dan abnormal
- Frekuensi nafas membaik
- Kolaborasi dengan tim medis - Dapat menunjukkan keadekuatan oksigenasi
- Pola nafas membaik
lain untuk pemberian O2 dan atau perfusi jaringan pasien
- Produksi sputum menurun
obat-obatan serta frothorax - Dengan memberikan minum hangat
diharapkan pasien dapat dengan mudah
mengeluarkan sputum
- Pemberian oksigen dapat menurunkan beban
pernafasan dan mencegah terjadinya sianosis
akibat hiponia dengan photo toraks dapat di
monitor kemajuan dari berkurangnya cairan
dan kembalinya daya kembang paru.
C. IMPLEMENTASI

Hari, Diagnosa Tindakan keperawatan dan hasil Paraf dan


Tanggal, Keperawatan nama jelas
waktu
Selasa, 23 Bersihan jalan nafas 1. Monitor pola nafas
Februari
tidak efektif Respon/hasil:
2021
berhubungan dengan - Frekuensi nafas belum membaik
08:00
spasme jalan nafas - Pasien tidak dapat mengatur nafasnya
ditandai dengan 2. Melakukan auskultasi bunyi nafas
sesak dan bunyi tambahan
tambahan Respon/hasil:
- Wheezing +
3. Monitor jumlah sputum
Respon/hasil:
- sputum masih ada
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian O2 dan therapy serta
foto thorax
Respon/Hasil :
- IVFD RL 20 tts/i, Pulmicort, Ventolin,
Bisolvon dan O2 dengan nasal kanul 2
L
- Paru dalam batas normal

Selasa, 24 Bersihan jalan nafas - Memberikan minum air hangat


Februari
tidak efektif Respon/Hasil :
2021
berhubungan dengan Klien minum ½ gelas
08. 00
spasme jalan nafas - Monitor adanya produksi sputum
ditandai dengan Respon/hasil:
sesak dan bunyi - Klien mengatakan sputumnya sudah
tambahan. berkurang
- Mengajarkan dan menganjurkan klien
untuk batuk efektif dan melakukan
nafas dalam
Respon/Hasil :
- Klien dapat melakukan batuk efektif
dengan baik, sekret keluar berwarna
putih kental
- Memberikan inhalasi
Respon/Hasil :
- Inhalasi dengan combivent 1 amp dan
PFR
- PFR preinhalasi 120 dan post inhalasi
160 ml
- Klien mengatakan sesak berkurang

D. EVALUASI
Tanggal/ Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan Tanda
Jam Tangan
23 Februari 2021 Bersihan jalan nafas tidak S:
efektif berhubungan dengan - Pasien mengatakan
08 : 00 spasme jalan nafas ditandai sesaknya masih ada,
dengan sesak dan bunyi batuk, disertai dahak
tambahan O:
- TD:120/90 mmHg,
- nadi: 89x/mnt,
- S:36,6
- RR: 14x/mnt
- Terpasang nasal kanal
- Melakukan observasi RR
2x 24 jam
- Memberikan Nebulizer
- Menetapkan pasien dalam
posisi semi fowler.
- Whezzeing +
A : Masalah belum Teratasi
P : Intervensi dihentikan
- Monitor TTV
- Monitor bunyi napas
tambahan
- Monitor sputum
- Posisikan semi fowler
atau fowler

24 Februari 2021 Bersihan jalan nafas tidak S :


efektif berhubungan dengan - klien mengatakan sesak dan
08.00 spasme jalan nafas ditandai batuk sudah mulai berkurang
dengan sesak dan bunyi
tambahan. O:
- Wheezing tidak ada
- Dahak tidak ada
- Pola tidur kembali normal
- Dada simetris.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

DAFTAR PUSTAKA
Asih, Niluh Gede Yasmin. (2003). Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Bull, Eleanor & David Price. (2007). Simple Guide Asma. Jakarta: Penerbit Erlangga

Hadibroto, Iwan & Syamsir Alam. (2006). Asma. Jakarta: Penerbit PT Gramedia


Pustaka Utama
Hartanti, Vien. (2003). Jadi Dokter di Rumah Sendiri dengan Terapi Herbal dan Pijat.
Jakarta: Pustaka Anggrek
Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action.

Anda mungkin juga menyukai