Disusun Oleh:
Nim : ( P27901119044 )
1. Definisi Asma
Asma merupakan kelainan berupa inflamasi kronik saluran nafas yang
menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang dapat
menimbulkan gejala mengi, batuk, sesak nafas, dan dada terasa berat terutama pada
malam hari yang pada umumnya bersifat reversible baik dengan atau tanpa
pengobatan (Depkes RI, 2015).
Asma merupakan penyakit jalan napas obstruktif intermiten yang bersifat reversible
dimana trakhea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu yang
di tandai dengan penyemptitan jalan napas, yang mengakibatkan dispnea, batuk dan
mengi (Smeltzer & Bare, 2013).
Asma adalah wheezing berulang dan atau batuk persisten dalam keadaan dimana
asma adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih jarang telah
disingkirkan (Mansjoer, 2013).
2. Etiologi
Adapun rangsangan atau faktor pencetus Asma yang sering adalah suatu keadaan
dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap suatu
rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat
sementara menimbulkan asma adalah:
1. Faktor ekstrinsik (alergik):
Reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen atau alergen yang dikenal seperti
debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.
2. Faktor intrinsik(non-alergik) :
Tidak berhubungan dengan alergen, seperti common cold, infeksi traktus
respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat mencetuskan
serangan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik (Smeltzer & Bare, 2013).
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma yaitu:
1. Faktor predisposisi
a. Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana
cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai
keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,
penderita sangat mudah terkena penyakit asma.
2. Faktor presipitasi
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1) Inhalan: yang masuk melalui saluran pernapasan
Contoh: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2) Ingestan: yang masuk melalui mulut
Contoh: makanan dan obat-obatan
3) Kontaktan: yang masuk melalui kontak dengan kulit
Contoh: perhiasan, logam dan jam tangan
a. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
asma. Kadangkadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan,
musim kemarau.
b. Stres
Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang
timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stres atau gangguan
emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika
stresnya belum diatasi maka gejala belum bisa diobati.
c. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industry tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti.
d. Olah raga atau aktifitas jasmani
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan
serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
selesai aktifitas tersebut.
4) Patofisiologi
Secara umum, allergen menimbulkan reaksi yang hebat pada mukosa bronkus
yang mengakibatkan kontriksi otot polos, hyperemia, serta sekresi lender putih yang
tebal. Mekanisme reaksi ini telah diketahui dengan baik, tetapi sangat rumit. Penderita
yang telah disensitisasi terhadap satu bentuk allergen yang spesifik, akan membuat
antibody terhadap allergen yang dihirup tersebut. Antibodi yang merupakan
imunoglobin jenis IgE ini kemudian melekat dipermukaan sel mast pada mukosa
bronkus. Sel mast tersebut tidak lain adalah basofil yang kita gunakan pada saat
menghitung leukosit Bila satu molekul IgE terdapat pada permukaan sel mast
menangkap satu permukaan allergen, maka sel mast tersebut akan memisahkan diri
dan melepaskan sejumlah bahan yang menyebabkan kontriksi bronkus. Salah satu
contohnya adalah histamine dan prostaglandin. Pada permukaan sel mast juga
terdapat reseptor beta-2 adrenergik, sedangkan pada jantung mempunyai reseptor
beta-1 (Naga, 2012).
Apabila reseptor beta-2 dirangsang dengan obat antiasma salbutamol, maka
pelepasan histamine akan terhalang. Tidak hanya itu, aminofilin obat antiasma yang
sudah terkenal, juga menghalangi pembebasan histamine. Pada mukosa bronkus dan
dalam darah tepi, terdapat banyak eosinofil. Adanya eosinofil dalam sputum dapat
dengan mudah terlihat. Pada mulanya fungsi eosinofil di dalam sputum tidak dikenal,
tetapi baru-baru ini diketahui bahwa dalam butir-butir granula eosinofil terdapat
enzim yang dapat menghancurkan histamine dan prostaglandin. Jadi eosinofil ini
memberikan perlindungan terhadap serangan asma (Naga, 2012).
Patofisiologi asma juga dapat dikarakteristikkan dengan penandaaan konstriksi
oleh saluran bronkial dan bronkospasme yang diikuti dengan edema dari saluran
pernafasan dan produksi mukus yang berlebihan. Bronkospasme yang terjadi dapat
disebabkan oleh peningkatan pelepasan dari mediator inflamasi seperti histamine,
prostaglandin, dan bradikinin, yang pada fase awal lebih menyebabkan
bronkokonstriksi daripada inflamasi. Dapat terjadi beberapa jam setelah onset awal
dari gejala dan bermanifestasi sebagai respon inflamasi. Mediator utama dari
inflamasi selama respon asmatik adalah sel darah merah (eosinofil) yang
menstimulasi degradasi mast cell dan pelepasan substansi yang menyerang sel putih
lain pada area tersebut (Amelia Lorensia, 2013).
5) Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang lazim muncul pada asma adalah batuk, dispnea, dan
wheezing. Serangan seringkali terjadi pada malam hari. Asma biasanya bermula
mendadak dengan batuk dan rasa sesak dalam dada, disertai dengan pernapasan
lambat, wheezing. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang dibanding inspirasi, yang
mendorong pasien untuk duduk tegak dan menggunakan setiap otot-otot aksesori
pernapasan. Jalan napas yang tersumbat menyebabkan dispnea. Serangan asma dapat
berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam dan dapat hilang secara spontan.
Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadi reaksi kontinu yang
lebih berat, yang disebut “status asmatikus”, kondisi ini mengancam hidup (Smeltzer
& Bare, 2013)
1. Tanda-tanda asma
a. Perubahan dalam pola pernapasan
b. Bersin-bersin
c. Perubahan suasana hari (moodines)
d. Batuk
e. Gatal-gatal pada tenggorokan
f. Sulit tidur
g. Turunnya toleransi tubuh terhadap aktivitas olahraga
1. Gejala asma
a. Napas berat
b. Mengi
c. Napas pendek dan tersengal-sengal
d. Sesak dada
6) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Wijaya & Putri (2014) yaitu :
Non farmakologi, tujuan dari terapi asma :
a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
b. Mencegah kekambuhan
c. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
d. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan
exercise
e. Menghindari efek samping obat asma
f. Mencegah obstruksi jalan nafas yang ireversibel
Farmakologi, obat anti asma :
a. Bronchodilator
Adrenalin, epedrin, terbutallin, fenotirol
b. Antikolinergin
Iptropiem bromid (atrovont)
c. Kortikosteroid
Predrison, hidrokortison, orodexon.
d. Mukolitin
BPH, OBH, bisolvon, mucapoel dan banyak minum air putih.
7) Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan spirometri
Pemeriksaan spirometri dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator
aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC
sebanyak >20% menunjukkan diagnosis asma.
2. Pemeriksaan tes kulit
Untuk menunjukkan adanya antibodi IgE yang spesifik dalam tubuh.
3. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi dilakukan bila ada kecurigaan terhadap proses patologik di
paru atau komplikasi asma, seperti pneumothorak, pneumomediastinum,
atelektasis, dan lain-lain.
4. Pemeriksaan analisa gas darah
Pemeriksaan analisa gas darah hanya dilakukan pada penderita dengan serangan
Asma berat.
5. Pemeriksaan sputum
Untuk melihat adanya eosinofil, kristal Charcot Leyden, spiral Churschmann,
pemeriksaan sputum penting untuk menilai adanyamiselium Aspergilus fumigatus.
6. Pemeriksaan eosinophil
Pada penderita Asma, jumlah eosinofil total dalam darah sering meningkat. Jumlah
eosinofil total dalam darah membantu untuk membedakan Asma dari Bronchitis
kronik (Sundaru, 2006).
8) Komplikasi
Berbagai komplikasi menurut Mansjoer (2008) yang mungkin timbul adalah:
1. Pneumothoraks
1. Pengkajian Keluarga
Menurut Donsu, Induniasih, Purwanti (2015) pengkajian yang dilakukan pada keluarga yaitu :
a. Data Umum : nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan, struktur keluarga, genogram, dll
4) Nilai atau norma keluarga : nilai dan norma serta kebiasaan yang
berhubungan dengan kesehatan
5) Fungsi keluarga : dukungan keluarga terhadap anggota lain, fungsi
perawatan kesehatan (pengetahuan tentang sehat/sakit, kesanggupan
keluarga)
6) Fungsi keperawatan. Tujuan dari fungsi keperawatan :
2. Pemeriksaan fisik
Menurut Wijaya dan Putri (2014) pengkajian yang digunakan pada pasien
dengan asma yaitu :
1) Identitas klien : Meliputi nama, Usia, Jenis Kelamin, ras, dll
6. Evaluasi Keperawatan
Menurut Dion dan Betan (2013) evaluasi keperawatan adalah tahap akhir
antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada
keluarga dalam mencapai tujuan. Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu:
A. Evaluasi Formatif
formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP,
KASUS
Nn. G 23 tahun suku minang datang dengan keluhan napasnya sesak sewaktu
bangun pagi dan semakin meningkat ketika beraktivitas, klien juga batuk
berdahak. Dari hasil pengkajian klien mengeluh sesak, batuk berdahak dengan
dahak berwarna putih, dan klien merasa sesaknya berkurang setelah dilakukan
pengasapan (nebulizer). Klien juga mengatakan mempunyai riwayat asma sejak
kelas 6 SD dan klien mengatakan bahwa ada salah satu anggota keluarganya yang
memiliki riwayat asma, yaitu ibunya. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan
hasil: rongga dada simetris, retraksi dinding dada (+), taktil fremitus simetris
antara kiri dan kanan, suara napas klien terdengar wheezing, resonan pada perkusi
dinding dada, dan sputum berwarna putih kental. Dari hasil observasi didapatkan
hasil: tingkat kesadaran: kompos mentis, dan hasil TTV:
TD = 130/70 mmHg
RR = 36x/menit
Nadi = 76x/menit
suhu = 37o C.
A. PENGKAJIAN
I. DATA UMUM
1. Identitas klien
Nama : Nn.G
Tempat /tanggal lahir : Bandung, 02-09-1979
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan terkahir : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : jl. Kasih tulus no 21 Bandung
Umur : 23 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Sunda
Ruangan : Perawatan
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan napasnya sesak sewaktu bangun pagi
dan semakin meningkat ketika beraktivitas, serta batuk berdahak.
Klien mengeluh sesak, disertai batuk berdahak dengan dahak berwarna putih.
- Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan bahwa ada salah satu anggota keluarganya yang memiliki
riwayat asma, yaitu ayahnya.
Keterangan :
: Klien
Menurut klien riwayat penyakit yang sama yang dideritanya saat ini
adalah ayahnya.
RIWAYAT PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
1. Makan
Sebelum MRS : klien mengatakan makan 2-3 kali/hari
Saat di RS : klien mengatakan makan 1kali/hari porsi tidak dihabiskan
dan nafsu makan berkurang
2. Minum
Sebelum MRS : klien mengatakan minum 7-8 gelas/hari
Saat di RS : klien mengatakan minum 2-4 gelas/hari
3. Tidur
Sebelum MRS : klien mengatakan tidur 8 jam
Saat di RS : klien mengatakan tidur 4-5 jam dan waktunya tidak tentu.
- TTV:
- TD : 130/70 mmHg
- RR: 36 x/menit
- N : 76 x/menit
- S : 37oC
1. Head to toe
o Kulit dan rambut
I : Bentuk simetris
P : Tidak terdapat benjolan
o Kepala
I: Bentuk simetris antara kanan kiri, bentuk kepala lonjong tidak ada lesi
P : Tidak ada nyeri tekan
o Mata /penglihatan
I : Bentuk bola mata lonjong,sclera ikhterik
o Hidung
I : Simetris dan terdapat secret
P : Tidak ada benjolan
o Telinga/pendengaran
I : Bentuk simetris antara kanan dan kiri
P :Tidak teraba adanya benjolan
o Mulut&gigi
I : Bentuk mulut simetris, lidah bersih, gigi bersih, bibir kering
o Leher
I : Bentuk leher simetris
P: Tidak teraba adanya benjolan
o Dada
I : Simetris antara kiri dan kanan, retraksi dinding dada (+), dan sputum
berwarna putih kental.
P : Tidak ada benjolan, Taktil fremitus simetris antara kiri dan kanan.
P : Resonan dikedua lapang paru.
A : Suara napas klien terdengar wheezing
o Abdomen
I : Perut datar semetris antara kanan dan kiri
A: Bising usus
:bunyi
P : Bising usus
A : Terdapat suara tambahan
o Extremitas atas
I : Tangan kanan dan kiri normal, terpasang infus
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
- Leukosit = 17.000/mm3
- Trombosit 260.000/mm3
- Ht = 47vol%.
2. ↑ permeabilitas kapiler
TD=130/70 Hipersekresi
mmHg
↓
RR=36 x/menit
Obstruksi jalan nafas
N =76x/menit
↓
S =37oC
Sesak
2. - Klien tampak
↓
sesak nafas
disertai batuk Batuk campur dahak
berdahak,
↓
berwarna putih
agak kental. Bersihan jalan nafas tidak
efektif
3. - Suara napas
klien terdengar
wheezing.
4. Terapi yang
diberikan:
oksigen 2L,
IVFD RL 20 tts/i,
Pulmicort,
Ventolin,
Bisolvon.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas
ditandai dengan sesak dan bunyi tambahan
B. PERENCANAAN/ INTERVENSI
1 Selasa, 23 Bersihan jalan Setelah dilakukan asuhan - Monitor pola nafas (frekuensi, - Dengan memonitor pernafasan, kita dapat
Februari nafas tidak keperawatan selama 3 x 24 jam kedalaman, usaha napas) tahu sejauh mana perubahan kondisi pasien
2021 efektif diharapkan bersihan jalan nafas - Monitor bunyi napas - Dengan memonitor bunyi nafas kita dapat
berhubungan tidak efektif dapat teratasi tambahan mengetahui suara nafas pasien
dengan spasme dengan kriteria hasil: - Monitor sputum - Dengan memonitor sputum kita dapat
jalan nafas - Posisikan semi fowler atau mengetahui jumlah,warna dan aroma
- Dispnea menurun
ditandai fowler - Memudahkan pertukaran gas agar tidak
- Penggunaan otot bantu nafas
dengan sesak - Berikan minum hangat mengalami kesusahan pada pola nafas.
menurun
dan bunyi - Auskultasi bunyi nafas - Memudahkan untuk mendengarkan bunyi
- Mengi/Wheezing menurun
tambahan - Monitor saturasi oksigen nafas normal dan abnormal
- Frekuensi nafas membaik
- Kolaborasi dengan tim medis - Dapat menunjukkan keadekuatan oksigenasi
- Pola nafas membaik
lain untuk pemberian O2 dan atau perfusi jaringan pasien
- Produksi sputum menurun
obat-obatan serta frothorax - Dengan memberikan minum hangat
diharapkan pasien dapat dengan mudah
mengeluarkan sputum
- Pemberian oksigen dapat menurunkan beban
pernafasan dan mencegah terjadinya sianosis
akibat hiponia dengan photo toraks dapat di
monitor kemajuan dari berkurangnya cairan
dan kembalinya daya kembang paru.
C. IMPLEMENTASI
D. EVALUASI
Tanggal/ Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan Tanda
Jam Tangan
23 Februari 2021 Bersihan jalan nafas tidak S:
efektif berhubungan dengan - Pasien mengatakan
08 : 00 spasme jalan nafas ditandai sesaknya masih ada,
dengan sesak dan bunyi batuk, disertai dahak
tambahan O:
- TD:120/90 mmHg,
- nadi: 89x/mnt,
- S:36,6
- RR: 14x/mnt
- Terpasang nasal kanal
- Melakukan observasi RR
2x 24 jam
- Memberikan Nebulizer
- Menetapkan pasien dalam
posisi semi fowler.
- Whezzeing +
A : Masalah belum Teratasi
P : Intervensi dihentikan
- Monitor TTV
- Monitor bunyi napas
tambahan
- Monitor sputum
- Posisikan semi fowler
atau fowler
DAFTAR PUSTAKA
Asih, Niluh Gede Yasmin. (2003). Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Bull, Eleanor & David Price. (2007). Simple Guide Asma. Jakarta: Penerbit Erlangga