Anda di halaman 1dari 25

ASMA

PRESENTAN:
Titi Hardiyanti Pratiwi (1610070100104)

PRESEPTOR:
dr. Suyastri, Sp.P

SMF ILMU PENYAKIT PARU


RS ACHMAD MOUCHTAR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2021
DEFINISI

ASMA
merupakan penyakit heterogen  biasanya ditandai dengan
inflamasi jalan nafas kronik . Hal ini ditentukan oleh riwayat
gejala saluran pernapasan seperti wheezing, dispneu, dada
terasa berat, dan batuk yang bervariasi diantara waktu dan
intensitas, adanya hambatan jalan nafas .

adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan


banyak sel dan elemennya  pe hiperesponsif jalan napas 
menimbulkan gejala episodik berulang  berhubungan dengan
obstruksi jalan napas yang luas
EPIDEMIOLOGI
• Data WHO  100-157 juta penduduk dunia menderita asma.
• Prevalensi asma di seluruh dunia 8-10% pada anak
3-5% pada dewasa
• Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Indonesia,
tahun 2013
 prevalensi asma di Indonesia = 4,5%
FAKTOR RISIKO
• Faktor genetik : atopi/alergi, hiperaktivitas bronkus , jenis kelamin,
obesitas
• Faktor lingkungan : alergen
• Faktor lain : alerge makanan, alergen obat-obat tertentu, ekspresi
emosi berlebihan ,asap rokok, perubahan cuaca
PATOFISIOLOGI
Faktor Predisposisi
(alergen, stress, Reaksi antigen dan antibodi
perubahan cuaca,
dan lain-lain)

Sel mast,
makrofag, dll

Mengeluarkan berbagai macam mediator


(histamin, leukotrien, bradikinin, dll)

Asma Konstriksi Pe permeabilitas Pe sekresi


otot polos kapiler mukus

- Edema mukosa Pe produksi


Hambatan aliran udara Bronkospasme - Hipersekresi mukus

Obstruksi saluran nafas


GAMBARAN KLINIS

1. Lebih dari satu gejala berikut ini (wheezing, dispnea, batuk,


dada terasa berat), terutama pada dewasa.
2. Gejala memburuk pada malam hari atau pada awal pagi hari.
3. Gejala bervariasi dari waktu ke waktu dan intersitasnya.
4. Gejala dipicu oleh infeksi virus (flu), olahraga, paparan alergen,
perubahan musim, atau iritan seperti asap, atau bau yang
menyengat.
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
• Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau
tanpa pengobatan
• Gejala berupa batuk, sesak napas, rasa berat di dada
dan berdahak, dada seperti diikat (chest tightness)
• Gejala timbul/memburuk terutama malam/dini hari
• Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
• Respons terhadap pemberian bronkodilator.
• Gejala semakin berat pada musim tertentu
• Riwayat alergi / atopi
• Inspeksi
PEMERIKSAAN • Palpasi
FISIK • Perkusi
• Ekspirasi memanjang
• Pernapasan cepat sampai sianosis
• Auskultasi : wheezing (+)

Peningkatan VEP1 / APE


≥ 12% atau ≥ 200 ml
PEMERIKSAAN
PENUNJANG • Spirometri
• Foto rontgen
• Tes alergi
Klasifikasi Derajat Beratnya Asma dan Terapi Rawat Jalan
ACT (Asthma Control Test)

• Sebagai instrument pemantauan keluhan asma pada pasien selama 1


bulan terakhir, bukan diagnose.
• Kuesioner act hanya dapat diberikan kepada pasien berusia 12 tahun
atau lebih.
• Klasifikasi kendali asma adalah sebagai berikut:
• Asma tidak terkontrol : ≤19
• Asma terkontrol sebagian : 19-24
• Asma terkontrol : 25
Kuesioner ACT
PENATALAKSANAAN

Terapi Non-farmakologis

Terapi Farmakologis

Terapi suportif
Tujuan Penatalaksanaan Asma
1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
2. Mencegah eksaserbasi akut
3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru
seoptimal mungkin
4. Mengupayakan aktivitas normal termasuk saat olahraga
5. Menghindari efek samping obat
6. Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara(airflow
limitation) ireversibel
7. Mencegah kematian karena asma
Terapi Non-farmakologis

1. Edukasi pasien dan keluarga pasien


2. Menilai dan monitor berat asma secara berkala
3. Penghentian kebiasaan merokok dan paparan alergen
4. Pola hidup sehat
5. Penghindaran obat-obatan yang dapat memicu asma
6. Penghindaran alergen dalam ruangan
7. Diet sehat dan penurunan berat badan
8. Kontrol secara teratur
9. Penghindaran alergen dan polutan di luar ruangan
10. Penghindaran makanan alergen dan makanan berkimiawi
Terapi Farmakologis

Obat-obatan untuk terapi asma secara umum dibagi menjadi


beberapa kategori, yaitu:
1. Controller medication
2. Reliever (rescue) medication
Obat reliever asma

Yang termasuk obat pelega pada asma yaitu:


1.Agonis beta2 kerja singkat
2.Kortikosteroid sistemik :Steroid sistemik digunakan
sebagai obat pelega bila penggunaan bronkodilator yang
lain sudah optimal tetapi hasil belum tercapai,
penggunaannya dikombinasikan dengan bronkodilator
lain).
3.Antikolinergik
4.Aminofillin
5.Adrenalin
Short Acting β2 Agonis (SABA):

1 Salbutamol / Sediaan : Nebule 2.5 mg, Nama dagang: Lasal,


Albuterol MDI 100 μg /puff, Ventolin.
tablet 2mg dan 4mg, syrup
2mg/5ml

2 Fenoterol Nebule 10μg/ml, Berotec


MDI 100 μg/ml

3 Levalbuterol solution for nebulization Xavenec


0.31mg dan 0,63mg dalam
3 mL ampul
MDI 1,25mg dan 2,50mg
/puff
4 Terbutalin Injeksi Bricasma, Nairet
Tablet dan Syrup
Short Acting Anti Muscarinic Agent (SAMA):

1 Ipatroprium Sediaan: MDI 20 μg/puff Nama dagang: Atrovent


Bromide solution for nebule 0,025%
atau 5 μg/2ml
2 Oxitroprium
Bromide

Methyl Xanthine
1 Aminophylin tablet 200mg
injeksi 240mg/ampul

2 Teofilin tablet 400mg Euphyllin


retard mite tab Linidur
retard mite
Obat controller asma

Obat pengontrol
digunakan setiap hari
dalam waktu lama
untuk menjaga
kondisi asma agar
terkontrol melalui
efek anti inflamasi
yang dimiliki
Terapi suportif

• oksigen
• campuran helium dan oksigen
• cairan
KOMPLIKASI
1. Pneumotoraks
2. Aritmia
3. Atelektasis
4. Gagal napas
5. Bronkitis
6. Fraktur iga
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai