Preseptor :
dr. Yola Fadilla, Sp.DV
Oleh :
Pajanan Ulang
Faktor kemotaktik, PGE2 dan
OGD2, dan leukotrien B4
Sel T memori (LTB4) dan eiksanoid menarik
→ neutrofil, monosit ke dermis
• Faktor genetik
• Karakteristik bahan • Jenis kelamin
kimia • Usia
• Karakteristik paparan • Ras
• Faktor lingkungan • Lokasi kulit
• Riwayat atopi
• Faktor lain dapat berupa
perilaku individu
GEJALA KLINIS
Akut bercak eritematosa
Gatal
berbatas tegas diikuti edema,
papulovesikel, vesikel / bula
pecah erosi & eksudasi (basah)
Paha dan tungkai bawah Tekstil, kaus kaki nilon, obat topikal,
sepatu/sandal.
ANAMNESIS
Demografi dan riwayat pekerjaan Usia, jenis kelamin, ras/etnis, agama, status
perkawinan, pekerjaan dan deskripsi pekerjaan,
lokasi pekerjaan, kegiatan di luar pekerjaan
tetap, pekerjaan sebelumnya
Dermatitis
Dermatitis Numularis
Seboroik
Psoriasis
Penatalaksanaan
Non-Medikamentosa
Gunakan
Gunakan perlengkapan/pakaian
perlengkapan/pakaian pelindung
pelindung saat
saat melakukan aktivitas
aktivitas
yang
yang bersentuhan
bersentuhan dengan
dengan alergen.
alergen.
Memberi
Memberi edukasi
edukasi kepada
kepada pasien
pasien untuk
untuk tidak
tidak mengenakan
mengenakan perhiasan,
perhiasan,
aksesoris,
aksesoris, pakaian
pakaian atau
atau sandal
sandal yang
yang merupakan
merupakan penyebab
penyebab alergi
alergi
Medikamentosa
• Sistemik
Antihistamin hidroksisin 2 x 25 mg per hari selama maksimal 2 minggu, atau
Loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal 2 minggu
• Topikal
Kompres dengan larutan garam faal atau larutan asam salisilat
Pelembab krim hidrofilik urea 10%.
Kortikosteroid: Desonide krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia dapat
digunakan Fluosinolon asetonid krim 0,025%).
Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan hiperpigmentasi, dapat
diberikan golongan Betametason valerat krim 0,1% atau Mometason furoat
krim 0,1%).
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah infeksi kulit sekunder oleh
bakteri terutama staphylococcus aureus, jamur, atau oleh virus
misalnya herpes simpleks. Rasa gatal yang berkepanjangan serta
perilaku menggaruk dapat mendorong kelembaban pada kulit
sehingga menciptakan lingkungan yang ramah bagi bakteri dan
jamur.
Prognosis
Prognosis DKA umumnya baik, sejauh dapat
menghindari bahan penyebabnya. Prognosis kurang baik dan
menjadi khronis bila terjadi bersamaan dengan dermatitis oleh
faktor endogen (dermatitis atopik, dermatitis nurmularis, atau
psoriasis), atau sulit menghindari alergen penyebab, misalnya
berhubungan dengan pekerjaan tertentu atau yang terdapat
dilingkungan pasien.
KESIMPULAN
Dermatitis kontak alergi merupakan reaksi hipersensitifitas tipe lambat,
atau reaksi imunologi tipe IV, dimediasi terutama oleh limfosit yang
sebelumnya tersensitisasi, yang menyebabkan peradangan dan edema kulit.
Perubahan kulit akibat reaksi imunologi berupa gatal, eritema, kemudian
timbul papul, vesikel, erosi, dan krustosa. Apabila proses berlangsung kronik,
maka akan timbul plak dan terjadi likenifikasi.
Letak lesi biasanya ditangan, lengan, wajah, telinga, badan, paha dan
tungkai bawah. Letak lesi tergantung pada pajanan allergen,tapi terkadang
lesi dapat timbul pada tempat yang tidak tepajan allergen.
Dermatitis kontak alergi dapat didiagnosis banding dengan
dermatitis kontak iritan, dermatitis seboroik, dermatitis numularis,
dermatitis atopic dan psoriasis. Penatalaksaan yang diberikan berupa
penatalaksanaan umum dan penatalaksanaan khusus. Penatalaksanaan
umum berupa edukasi untuk menghindari kontak ulang dengan bahan
alergen. Penatalaksaan khusus berupa pengobatan lesi dan lokal dengan
tujuan mengatasi inflamasi dan menyembuhkan lesi.
TERIMA KASIH