Anda di halaman 1dari 7

Definisi PersalinanPersalinan adalah proses fisiologik dimana uterus mengeluarkan atau berupaya

mengeluarkan janin dan plasenta setelah masa kehamilan 20 minggu atau lebih dapat hidup diluar
kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan.23
Pembagian PersalinanMenurut cara persalinan dibagi menjadi :
+.Persalinan biasa atau normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada kehamilan cukup bulan
(aterm, 37-42 minggu), pada janin letak memanjang, presentasi belakang kepala yang disusul dengan
pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa
tindakan/pertolongan buatan dan tanpa komplikasi.24
+ .Persalinan abnormal adalah persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat maupun melalui dinding
perut dengan operasi caesarea

1. Identitas pasien
1. Nama , alamat dan usia pasien dan suami pasien.
2. Pendidikan dan pekerjaan pasien dan suami pasien.
3. Agama, suku bangsa pasien dan suami pasien.
2. Anamnesa obstetri :
1. Kehamilan yang ke …..
2. Hari pertama haid terakhir-HPHT ( “last menstrual periode”-LMP )
3. Riwayat obstetri:
1. Usia kehamilan : ( abortus, preterm, aterm, postterm ).
2. Proses persalinan ( spontan, tindakan, penolong persalinan ).
3. Keadaan pasca persalinan, masa nifas dan laktasi.
4. Keadaan bayi ( jenis kelamin, berat badan lahir, usia anak saat ini ).
5. Pada primigravida :
1. Lama kawin, pernikahan yang ke ….
2. Perkawinan terakhir ini sudah berlangsung …. Tahun.
3. Anamnesa tambahan : Anamnesa mengenai keluhan utama yang dikembangkan sesuai dengan
hal-hal yang berkaitan dengan kehamilan (kebiasaan buang air kecil / buang air besar,
kebiasaan merokok, hewan piaraan, konsumsi obat-obat tertentu sebelum dan selama
kehamilan).

PEMERIKSAAN FISIK

1. Pemeriksaan fisik umum


1. Kesan umum (nampak sakit berat, sedang), anemia konjungtiva, ikterus,
kesadaran, komunikasi personal.
2. Tinggi dan berat badan.
3. Tekanan darah, nadi, frekuensi pernafasan, suhu tubuh.
4. Pemeriksaan fisik lain yang dipandang perlu.
2. Pemeriksaan khusus obstetri
1. Inspeksi :

1. (1). Chloasma gravidarum.


2. (2). Keadaan kelenjar thyroid.
3. (3). Dinding abdomen ( varises, jaringan parut, gerakan janin).
4. (4). Keadaan vulva dan perineum.

2. Palpasi

Maksud untuk melakukan palpasi adalah untuk :

1. Memperkirakan adanya kehamilan.


2. Memperkirakan usia kehamilan.
3. Presentasi - posisi dan taksiran berat badan janin.
4. Mengikuti proses penurunan kepala pada persalinan.
5. Mencari penyulit kehamilan atau persalinan.

PALPASI ABDOMEN PADA KEHAMILAN

Tehnik :

1. Jelaskan maksud dan tujuan serta cara pemeriksaan palpasi yang akan saudara lakukan pada
ibu.
2. Ibu dipersilahkan berbaring telentang dengan sendi lutut semi fleksi untuk mengurangi
kontraksi otot dinding abdomen.
3. Leopold I s/d III, pemeriksa melakukan pemeriksaan dengan berdiri disamping kanan ibu
dengan menghadap kearah muka ibu ; pada pemeriksaan Leopold IV, pemeriksa berbalik arah
sehingga menghadap kearah kaki ibu.

Tehnik :

1. Jelaskan maksud dan tujuan serta cara pemeriksaan palpasi yang akan saudara lakukan pada
ibu.
2. Ibu dipersilahkan berbaring telentang dengan sendi lutut semi fleksi untuk mengurangi
kontraksi otot dinding abdomen.
3. Leopold I s/d III, pemeriksa melakukan pemeriksaan dengan berdiri disamping kanan ibu
dengan menghadap kearah muka ibu ; pada pemeriksaan Leopold IV, pemeriksa berbalik arah
sehingga menghadap kearah kaki ibu.

Leopold I :

1. Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak fundus uteri.


2. Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan.
3. Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus (bokong atau kepala atau
kosong).
Leopold II :

1. Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah sampai disamping kiri dan
kanan umbilikus.
2. Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi denyut jantung
janin nantinya.
3. Tentukan bagian-bagian kecil janin.

Leopold III :

1. Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena dapat menyebabkan perasaan
tak nyaman bagi pasien.
2. Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan kanan.
3. Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan ditentukan apakah sudah
mengalami engagemen atau belum.
Leopold IV :

1. Pemeriksa merubah posisinya sehingga menghadap ke arah kaki pasien.


2. Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan bagian terendah janin.
3. Digunakan untuk menentukan sampai berapa jauh derajat desensus janin.

VAGINAL TOUCHER PADA KASUS OBSTETRI

Indikasi vaginal toucher pada kasus kehamilan atau persalinan:

1. Sebagai bagian didalam menegakkan diagnosa kehamilan muda.


2. Pada primigravida dengan usia kehamilan lebih dari 37 minggu digunakan untuk melakukan
evaluasi kapasitas panggul (pelvimetri klinik ) dan menentukan apakah ada kelainan pada jalan
lahir yang diperkirakan akan dapat mengganggu jalannya proses persalinan pervaginam.
3. Pada saat masuk kamar bersalin dilakukan untuk menentukan fase persalinan dan diagnosa
letak janin.
4. Pada saat inpartu digunakan untuk menilai apakah kemajuan proses persalinan sesuai dengan
yang diharapkan.
5. Pada saat ketuban pecah digunakan untuk menentukan ada tidaknya prolapsus bagian kecil
janin atau talipusat.
6. Pada saat inpartu, ibu nampak ingin meneran dan digunakan untuk memastikan apakah fase
persalinan sudah masuk pada persalinan kala II.

Tehnik

Vaginal toucher pada pemeriksaan kehamilan dan persalinan:

1. Didahului dengan melakukan inspeksi pada organ genitalia eksterna.


2. Tahap berikutnya pemeriksaan inspekulo untuk melihat keadaan jalan lahir.
3. Labia minora disisihkan kekiri dan kanan dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri dari sisi
kranial untuk memaparkan vestibulum. ( Gambar 6 )
4. Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dalam posisi lurus dan rapat dimasukkan kearah
belakang - atas vagina dan melakukan palpasi pada servik. (Gambar 7)
Gambar 6 Sisihkan kedua labia major dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri

Gambar 7. Memasukkan jari telunjuk dan tengah tangan kanan dalam keadaan lurus kedalam vagina

 Menentukan dilatasi (cm) dan pendataran servik (prosentase).


 Menentukan keadaan selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah, bila sudah pecah
tentukan :

1. Warna
2. Bau
3. Jumlah air ketuban yang mengalir keluar

 Menentukan presentasi (bagian terendah) dan posisi (berdasarkan denominator) serta derajat
penurunan janin berdasarkan stasion. (gambar 8 )
Gambar 8. Derajat desensus kepala melalui pemeriksaan vaginal dengan titik 0 (zero point) setinggi
spina ischiadica

 Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada disamping bagian
terendah janin.
 Pada primigravida digunakan lebih lanjut untuk melakukan pelvimetri klinik:

 Pemeriksaan bentuk sacrum


 Menentukan apakah coccygeus menonjol atau tidak.
 Menentukan apakah spina ischiadica menonjol atau tidak.
 Mengukur distansia interspinarum.
 Memeriksa lengkungan dinding lateral panggul.
 Meraba promontorium, bila teraba maka dapat diduga adanya kesempitan
panggul (mengukur conjugata diagonalis).
 Menentukan jarak antara kedua tuber ischiadica.

Auskultasi

 Auskultasi detik jantung janin dengan menggunakan fetoskop de Lee.


 Detik jantung janin terdengar paling keras didaerah punggung janin.
 Detik jantung janin dihitung selama 5 detik dilakukan 3 kali berurutan selang 5 detik sebanyak
3 kali.
 Hasil pemeriksaan detik jantung janin 10 – 12 – 10 berarti frekuensi detik jantung janin 32 x 4
= 128 kali per menit.
 Frekuensi detik jantung janin normal 120 – 160 kali per menit.

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK

 Pemeriksaan laboratorium rutin (Hb dan urinalisis serta protein urine).


 Pemeriksaan laboratorium khusus.
 Pemeriksaan ultrasonografi.
 Pemantauan janin dengan kardiotokografi.
 Amniosentesis dan Kariotiping.

. Tanda in-partua
.a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
.b.Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks
.c.Dapat disertai ketuban pecah dini.
d.Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan terjadi pembukaan serviks

Tahap persalinan meliputi 4 fase/kala :


2.5.1.Kala I : Dinamakan kala pembukaan, pada kala ini serviks membuka sampai terjadi pembukaan
10 cm. Proses membukanya serviks dibagi atas 2 fase :a.Fase laten berlangsung selama 7-8 jam
pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.b.Fase aktif dibagi dalam 3
fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm dan fase dilatasi
maximal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi 9 cm dan fase
deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi
lengkap 10 cm. Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida
kala I berlangsung kira-kira 12 jam sedang pada mult igravida 8 jam. Pembukaan primigravida 1 cm
tiap jam dan multigravida 2 cm t iap jam. Universitas Sumatera Utara2.5.2.Kala II : Kala pengeluaran
karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini
berlangsung 1,5 jam pada primigravida dan 0,5 jam pada multipara.2.5.3.Kala III : Kala uri/plasenta
terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Prosesnya 6-15 menit setelah bayi lahir.272.5.4.Kala IV :
Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1 jam, hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya perdarahan postpartum. Observasi yang dilakukan melihat tingkat kesadaran penderita,
pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi dan pernapasan), kontraksi uterus dan terjadinya
pendarahan
Perawatan Masa Nifas
1) Ambulasiawal Keuntungan ambulasi awalyang terbukti mencakup komplikasi kandung kemih yang
jarang terjadi dan yang lebih jarang lagi, konstipasi. Ambulasi awal telah menurunkan frekuensi
thrombosis vena puerperal dan embolisme paru (Cunningham, 2012).
2) 2)Gizi Menurut Saifuddin (2009), ibu menyusui harus mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari,
makan dengan diet berimbanguntuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup
.3)Kebersihan DiriMenurut Saifuddin (2009), beberapa langkah dalam perawatan kebersihan diri ibu
nifasmeliputi :a)Menganjurkan kebersihan seluruh tubuh ibu.b)Mengajarkan ibu caramembersihkan
daerahkelamin dengan sabun dan air dari sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke
belakang.Menganjurkan ibu untuk membersihkan diri setiap selesai buang air kecil atau besar serta
mencuci tangan setiap kali selesai membersihkannya.c)Menyarankan ibu menggantipembalut
setidaknyadua kali sehariserta menghindari menyentuh daerah luka episiotomi.9
3) IstirahatIbu nifasdianjurkan agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan serta
disarankan untuk kembali ke kegiatan sehari-hari secara perlahan (Saifuddin, 2009).e

.Kunjungan Masa NifasMenurut Saifuddin (2009), kunjungan masa nifas setidaknyadilakukan 4 kali
untuk mencegah, mendeteksidan menangani masalah-masalah yang terjadi
.1)6-8 jam setelah persalinan a)Mencegah perdarahan masa nifas karena atoniauteri.b)Mendeteksi
penyebab lain dan rujuk bila perdarahanberlanjut.c)Memberikan konseling pada ibu ataukeluarga cara
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.d)Pemberian ASI awal.e)Melakukan hubungan
antara ibu dan bayi baru lahir.f)Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia
.2)6 hari setelah persalinanMenurut Manuaba (2007) yang dilakukan bidan saat kunjungan 6 hari
setelah persalinan :a)Memastikan nasehat telah diikutib)Memastikan bahwa tali pusat telah lepas dan
memberikan nasihat bagaimana merawatnya.c)Memastikan involusi berjalan lancar.103)2 minggu
setelah persalinanSama seperti di atas (6 hari setelah persalinan)4)6 minggu setelah
persalinanMenanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibuatau bayinya
alami(Prawirohardjo,2014).Melakukan pemeriksaan kadar Hb untuk mengetahui apakah anemia
defisiensi besi masih tetap terjadi atau tidak (Fraser, 2009).

f.Lama rawat inapIbu yang melahirkan spontan meninggalkan Rumah Sakit sehari setelah
melahirkan, namun ibu yang menggunakan instrumen atau mengalami komplikasi saat melahirkan
cenderung menjalani rawat inap selama 2 hari atau lebih (Baston, 2011).Jika ada penyulit, pasien Nifas
rawat inap untuk Primipara 3 hari atau lebih untuk Multipara 2 hari atau lebih (Cunningham, 2010)

Anda mungkin juga menyukai