Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SKIZOFRENIA PARANOID

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :

 DINI FADHILAH

 ERFIANIE ALYA BUDIANISA

 IRENE DEVIA A

 IVE HANNA R.S

 OKTAVIANI SOEKAMTI

 SINDY SINTIA DEWI

 SITI JUHRIAH

 YULIF MAULIDIA

3A Keperawatan

S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES MEDISTRA INDONESIA

TAHUN PELAJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat
rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul
“SKIZOFRENIA PARANOID”.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak sekali mendapat bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak. Dan pada kesempatan kali ini, penulis menghaturkan terima kasih
yang tulus kepada Dosen Pengampu, teman-teman dan semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karenanya penulis memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan. Tak lupa, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
demi perbaikan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat serta menambah
pengetahuan dan wawasan, baik penulis pada khususnya, serta bagi para pembaca sekalian
pada umumnya. Amin.

Bekasi, Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 3
BAB I ........................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 4
2.1 TUJUAN ................................................................................................................................. 5
BAB II ....................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 6
2.1. Konsep Dasar Skizofrenia Paranoid ............................................................................................ 6
A. Definisi Skizofrenia paranoid ................................................................................................. 6
B. Gejala Skizofrenia Paranoid.................................................................................................... 6
C. Penyebab Skizofrenia Paranoid .............................................................................................. 9
D. Diagnosis Skizofrenia Paranoid .............................................................................................. 9
E. Pengobatan Skizofrenia......................................................................................................... 10
F. Komplikasi Skizofrenia Paranoid ......................................................................................... 12
BAB III .................................................................................................................................................... 13
PENUTUP ............................................................................................................................................... 13
3.1. Kesimpulan ................................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah suatu kondisi yang bukan hanya bebas dari penyakit, cacat,
kelemahan tapi benar-benar merupakan kondisi positif dan kesejahteraan fisik, mental
dan sosial yang memungkinkan untuk hidup produtif. Manusia adalah makhluk sosial
yang membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, individu dituntut untuk lebih meningkatkan kinerjanya agar segala
kebutuhannya dapat terpenuhi tingkat sosial di masyarakat lebih tinggi. Hal ini
merupakan dambaan setiap manusia ( Dep Kes RI. 2000 ).

Gangguan jiwa adalah penyakit non fisik, seyogianya kedudukannya setara


dengan penyakit fisik lainnya. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai
gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan
tersebut dalam arti ketidak mampuan serta invalisasi baik secara individu maupun
kelompok akan menghambat pembangunan, karena tidak produktif dan tidak efisien.
Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu empat masalah kesehatan utama
di Negara-negara maju, modern dan indrustri keempat kesehatan utama tersbut adalah
penyakait degeneratif, kanker, gangguan jiwa dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa
tersebut tidak di anggap sebagai gangguan jiwa yang menyebabkan kematian secara
langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta invaliditas
baik secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena tidak
produktif dan tidak efisien (Yosep, 2007).

Skizofrenia merupakan psikosis fungsional paling berat, dan menimbulkan


disorganisasi personalitas terbesar, pasien tidak mempunyai realitas, sehingga pemikiran
dan perilakunya abnormal.

Salah satu bentuk gangguan jiwa yang terdapat di seluruh dunia adalah gangguan
jiwa skizofrenia. Skizofrenia berasal dari dua kata “Skizo” yang artinya retak atau pecah
(spilit), dan “frenia” yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita
gangguan jiwa Skizofernia adalah orang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan
kepribadian (splittingof of personality).

Istilah skizofrenia sering disalahpahami berarti bahwa orang-orang yang terkena


dampak memiliki "kepribadian ganda". Meskipun beberapa orang didiagnosis dengan
skizofrenia mungkin mendengar suara-suara dan mungkin mengalami suara sebagai
kepribadian yang berbeda, skizofrenia tidak melibatkan orang berubah antara kepribadian
ganda yang berbeda. Kebingungan muncul sebagian karena makna istilah skizofrenia
Bleuler itu (secara harfiah "split" atau "pikiran hancur"). Penyalahgunaan dikenal pertama
istilah berarti "kepribadian yang terbelah" adalah dalam sebuah artikel oleh penyair TS
Eliot pada tahun 1933.

Stigma sosial telah diidentifikasi sebagai suatu hambatan yang besar dalam
pemulihan pasien dengan skizofrenia. Dalam sampel, besar wakil dari sebuah studi tahun
1999, 12,8% orang Amerika percaya bahwa individu dengan skizofrenia adalah "sangat
mungkin" untuk melakukan sesuatu kekerasan terhadap orang lain, dan 48,1%
mengatakan bahwa mereka "agak mungkin". Lebih dari 74% mengatakan bahwa orang
dengan skizofrenia yang baik "tidak sangat mampu" atau "tidak mampu sama sekali"
untuk membuat keputusan tentang pengobatan mereka, dan 70,2% mengatakan hal yang
sama dari keputusan manajemen uang. Persepsi individu dengan psikosis sebagai
kekerasan memiliki lebih dari dua kali lipat dalam prevalensi sejak tahun 1950, menurut
salah satu meta-analisis.

2.1 TUJUAN

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui mengenai skizofrenia paranoid


2. Agar mahasiswa dapat menjelaskan mengenai pemahaman tentang skizofrenia
paranoid
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Dasar Skizofrenia Paranoid

A. Definisi Skizofrenia paranoid


Skizofrenia paranoid merupakan jenis skizofrenia yang paling umum terjadi di
masyarakat. Skizofrenia sendiri merupakan penyakit gangguan otak yang
menyebabkan penderitanya mengalami kelainan dalam berpikir, serta kelainan dalam
merasakan atau mempersepsikan lingkungan sekitarnya. Prinsip singkatnya, penderita
skizofrenia memiliki kesulitan dalam menyesuaikan pikirannya dengan realita yang
ada.
Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah adanya waham yang mencolok atau
halusinasi auditorik dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif dan efek yang relatif
masih terjaga. Wahamnya biasanya adalah waham kebesaran, atau keduanya, tetapi
waham dengan tema lain misalnya waham kecemburuan, keagamaan mungkin juga
muncul (Arif , 2006).

B. Gejala Skizofrenia Paranoid


Gejala utama skizofrenia paranoid adalah delusi (waham) dan halusinasi.
Delusi atau waham merupakan keyakinan kuat akan suatu hal yang salah, serta hal
tersebut tidak dapat dibantah oleh bukti apapun. Terdapat berbagai macam waham
yang bisa muncul pada penderita skizofrenia, yaitu:
1. Waham kendali. Yaitu kepercayaan bahwa penderita sedang dikendalikan oleh
suatu hal, seperti oleh alien ataupun pemerintah.
2. Waham kejar. Yaitu kepercayaan bahwa penderita sedang dikejar-kejar oleh
seseorang atau banyak orang.
3. Waham rujukan. Yaitu kepercayaan bahwa penderita memiliki suatu benda
penting yang ditujukan khusus untuk dirinya.
4. Waham kebesaran. Yaitu kepercayaan bahwa penderita memiliki kemampuan
luar biasa, posisi penting, atau kekayaan tidak terbatas.
Khusus bagi penderita skizofrenia paranoid, waham yang paling dominan
muncul adalah waham kejar. Waham kejar atau persekusi pada penderita skizofrenia
paranoid merupakan cerminan dari rasa takut dan kecemasan yang besar, serta
cerminan dari kehilangan kemampuan untuk membedakan hal yang nyata dan tidak
nyata. Gejala waham kejar yang dapat dialami oleh penderita skizofrenia paranoid,
antara lain adalah:

1. Merasa pemerintah sedang memata-matai aktivitas sehari-hari dirinya.


2. Merasa orang sekitar sedang bersekongkol untuk mencelakakan dirinya.
3. Merasa teman-teman atau orang terdekat mencoba membunuh dirinya,
misalnya seperti merasa ada yang memasukkan racun ke dalam makanannya.
4. Merasa pasangannya sedang berselingkuh.

Pada dasarnya penderita skizofrenia tidak memiliki potensi untuk bersikap


kasar kepada lingkungan sekitarnya. Akan tetapi, adanya delusi yang sifatnya
paranoid pada penderita dapat menyebabkan dirinya merasa terancam dan marah
kepada orang-orang terdekat.

Penderita skizofrenia paranoid juga dapat menderita halusinasi, yaitu


merasakan suatu hal yang terasa nyata, namun sebenarnya tidak ada sama sekali.
Contoh halusinasi yang sangat umum terjadi pada penderita skizofrenia adalah
mendengar suara-suara yang sebenarnya tidak nyata. Suara yang terdengar oleh
penderita dapat dikaitkan dengan orang-orang terdekatnya. Selain itu, suara-suara
yang didengar oleh penderita dapat terdengar seperti menyuruh dirinya untuk
melakukan hal berbahaya. Selain mendengar suara-suara yang tidak ada, halusinasi
juga dapat menyebabkan penderita seperti melihat benda-benda yang sebenarnya
tidak nyata.

Penderita skizofrenia paranoid juga dapat mengalami perilaku kacau


(disorganized behaviour), sehingga penderita tidak dapat mengontrol perilakunya di
rumah maupun di lingkungan sekitarnya. Perilaku kacau yang dimiliki dapat
mengakibatkan penderita menjadi:
1. Berperilaku tidak pantas atau tidak normal.
2. Sulit menjaga kestabilan emosi.
3. Sulit melakukan aktivitas rutin sehari-hari.
4. Sulit mengontrol hasrat dan keinginan.

Selain perilaku, penderita skizofrenia juga dapat mengalami bicara kacau,


seperti mengulang kata-kata di tengah pembicaraan atau bahkan membuat kata-kata
sendiri.

Delusi, halusinasi, serta perilaku dan bicara kacau digolongkan menjadi gejala
positif pada penderita skizofrenia. Selain gejala positif, penderita skizofrenia juga
dapat mengalami gejala negatif (negative symptoms), di antaranya:

1. Tidak memiliki emosi.


2. Ekspresi wajah datar atau tidak berekspresi sama sekali.
3. Kehilangan ketertarikan terhadap aktivitas harian dan lingkungan sekitar.
4. Anhedonia, yaitu kehilangan ketertarikan terhadap kegiatan menyenangkan.

Gejala negatif perlu diperhatikan pada penderita skizofrenia karena dapat


menimbulkan ide untuk bunuh diri. Dorongan bunuh diri cukup sering ditemukan
pada kasus skizofrenia yang tidak ditangani dengan baik.

Semua gejala yang ditimbulkan akibat skizofrenia dapat menyebabkan


gangguan terhadap pekerjaan, hubungan dengan orang lain, atau bahkan dalam
merawat dirinya sendiri.
C. Penyebab Skizofrenia Paranoid
Hingga saat ini penyebab munculnya skizofrenia paranoid pada seseorang
belum diketahui dengan pasti. Namun diduga kelainan pada otak dan sistem transmisi
saraf, serta kelainan sistem kekebalan tubuh berperan dalam menimbulkan
skizofrenia. Beberapa faktor yang diduga dapat memicu terjadinya skizofrenia pada
seseorang, antara lain adalah:
1. Riwayat skizofrenia pada anggota keluarga lainnya.
2. Terkena infeksi virus pada waktu masih dalam kandungan.
3. Mengalami perlakuan tidak baik pada waktu masih kecil.
4. Mengalami perceraian orang tua pada waktu masih kecil.
5. Kekurangan oksigen pada waktu kelahiran.

D. Diagnosis Skizofrenia Paranoid


Untuk mendiagnosis skizofrenia, dokter akan menanyakan riwayat timbulnya
gejala yang dialami. Gejala yang dialami bertahan selama 1 bulan atau kurang bila
sudah diobati. Gejala tersebut juga berulang dalam periode 6 bulan.
Untuk melihat kemungkinan kondisi medis atau gangguan kesehatan jiwa lain
yang mungkin menjadi penyebab atau menyertai gejala-gejala di atas, dokter atau
psikiater akan melakukan beberapa pemeriksaan tambahan, seperti:
1. Wawancara psikiatrik untuk menyingkirkan kemungkinan gangguan jiwa lain,
seperti gangguan skizoafektif, bipolar, depresi, atau ketergantungan obat serta
zat tertentu.
2. Tes pencitraan otak untuk melihat kemungkinan kelainan pada otak dan
pembuluh darah.
3. Tes urine untuk melihat kemungkinan kecanduan terhadap zat tertentu.
4. Pemeriksaan hitung sel darah lengkap.
5. Tes fungsi tiroid, liver, dan ginjal.
6. Tes kadar elektrolit, gula darah, vitamin B12, asam folat, dan kalsium dalam
darah.
7. Tes kultur urine untuk melihat kemungkinan penderita mengalami infeksi
saluran kemih.
8. Tes kehamilan, khususnya pada wanita dengan usia kehamilan aktif.
9. Bila diagnosis skizofrenia telah ditetapkan, diperlukan tes fungsi luhur untuk
melihat kemampuan kognitif pasien serta rencana terapi.
Pada penderita skizofrenia, biasanya pada tes fungsi luhur akan ditemukan:

1. Gangguan kemampuan mengingat.


2. Gangguan kemampuan melaksanakan kegiatan, seperti gangguan dalam
merencanakan, mengatur dan memulainya.
3. Mudah terganggu atau teralihkan pada saat melakukan aktivitas. Mengalami
kesulitan menangkap konsep abstrak dan mengenali kondisi sosial.

E. Pengobatan Skizofrenia
Pengobatan skizofrenia paranoid memerlukan kombinasi dari berbagai bidang,
seperti dokter, terutama psikiater, perawat, pekerja sosial, dan konselor atau terapis.
Integrasi pengobatan pasien skizofrenia paranoid ini bertujuan agar pengobatan
jangka panjang pasien dapat berjalan dengan baik dan sukses. Pengobatan dan
perawatan pasien skizofrenia dapat dilakukan di rumah. Akan tetapi, jika gejala
skizofrenia yang muncul tidak terkontrol dengan obat-obatan yang rutin dikonsumsi
dan dianggap membahayakan, pasien dapat dirawat di rumah sakit.
Pasien umumnya diberikan obat-obatan antispikotik untuk meredakan gejala-
gejala skizofrenia seperti delusi dan halusinasi. Dokter akan memantau efektivitas
obat-obatan antipsikotik beserta dosisnya dalam meredakan gejala skizofrenia pada
pasien. Perlu diketahui, obat antipsikotik yang diberikan tidak langsung bekerja,
membutuhkan waktu sekitar 3-6 minggu untuk melihat efeknya. Terkadang, bahkan
dapat mencapai 12 minggu.
Belum ada penelitian yang mengatakan pilihan obat antipsikotik yang paling
tepat untuk skizofrenia. Selain efektivitas, perlu dipertimbangkan efek samping yang
mungkin timbul akibat konsumsi antipsikotik. Obat antipsikotik yang saat ini
digunakan dibedakan menjadi obat antipsikotik generasi pertama (tipikal) dan
antipsikotik generasi kedua (atipikal). Obat antipsikotik generasi pertama yang dapat
diberikan kepada pasien skizofrenia paranoid, antara lain adalah:

1. Chlorpromazine.
2. Haloperidol.
3. Fluphenazine.
4. Perphenazine.
5. Trifluoperazine.
Efek samping yang dapat timbul dari obat-obatan antipsikotik generasi
pertama yang sering terjadi adalah:

1. Mulut kering.
2. Kaku.
3. Pergerakan menjadi lambat.
4. Otot lemas.
5. Tremor.
6. Gerakan berulang.
7. Gerakan tidak terkontrol.

Obat-obatan antipsikotik generasi kedua memiliki efek samping seperti di atas


yang lebih ringan, namun seringkali menimbulkan kenaikan berat badan. Contoh obat
antipsikotik generasi kedua, antara lain adalah:

1. Clozapine.
2. Asenapine.
3. Paliperidone.
4. Olanazapine.
5. Risperidone.
6. Quetiapine.

Penderita skizofrenia paranoid juga dapat mengikuti terapi kelompok dan


terapi psikososial. Terapi kelompok bermanfaat bagi penderita skizofrenia. Dengan
dirinya duduk bersama dengan orang-orang yang juga menderita skizofrenia, dapat
menghindarkan penderita dari perasaan terisolasi. Sedangkan terapi psikososial
bertujuan agar pasien dapat tetap beraktivitas sehari-hari seperti biasa, meskipun
menderita skizofrenia.

Beberapa hal lain yang dianjurkan untuk dilakukan oleh penderita skizofrenia
adalah:

1. Tidur dengan cukup. Kurang tidur dapat memperparah gejala paranoid, delusi,
dan halusinasi pada penderita skizofrenia.
2. Olahraga teratur. Olahraga juga dapat meningkatkan serotonin dalam tubuh
yang memicu perasaan senang pada penderita.
3. Mengatur tingkat stres. Sebaiknya hindari situasi yang meningkatkan stres dan
kecemasan. Luangkan waktu untuk berelaksasi, seperti membaca buku,
berjalan-jalan, dan meditasi.
4. Menjaga interaksi sosial dan mengikuti aktivitas yang melibatkan banyak
orang. Aktivitas yang melibatkan banyak orang dapat menghindarkan
perasaan terisolasi pada penderita skizofrenia dan mencegah gejala makin
memburuk.
5. Menghindari merokok, minum alkohol, atau mengonsumsi obat-obatan
terlarang.

Skizofrenia paranaoid merupakan gangguan yang biasanya terjadi seumur


hidup dan tidak dapat pulih sempurna. Namun dengan mendeteksi gejala secara dini
dan segera melakukan pengobatan, serta dukungan dari lingkungan sekitar dapat
membantu pasien skizofrenia paranoid untuk beradaptasi dengan keadaannya.

F. Komplikasi Skizofrenia Paranoid


Jika tidak ditangani dengan baik, skizofrenia paranoid dapat menimbulkan
komplikasi, seperti:
1. Kecanduan alkohol.
2. Kecanduan narkoba.
3. Depresi.
4. Gangguan cemas.
5. Menyakiti diri sendiri.
6. Bunuh diri.

Selain itu, penderita skizofrenia paranoid yang tidak ditangani dengan baik
memiliki risiko tinggi untuk menjadi pengangguran atau bahkan gelandangan.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan gangguan proses berpikir
dan tanggapan emosi yang lemah. Keadaan ini pada umumnya diejawantahkan dalam
bentuk halusinasi pendengaran, paranoia atau waham yang ganjil, atau cara berbicara dan
berpikir yang kacau, dan disertai dengan disfungsi sosial dan pekerjaan yang signifikan.

Skizofrenia paranoid merupakan skizofrenia tipe adanya waham yang mencolok


atau halusinasi auditorik dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif dan efek yang relatif
masih terjaga. Wahamnya biasanya adalah waham kebesaran, atau keduanya, tetapi
waham dengan tema lain misalnya waham kecemburuan, keagamaan mungkin juga
muncul.
DAFTAR PUSTAKA

Maslim, Rudi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa ( Rujukan Ringkas dari PPDGJ-
III). Jakarta : PT. Nuh Jaya.

Chandra, Andi. 2011. Psikologi Abnormal. Medan : Universitas Medan Area.

http://www.tumblr.com/tagged/katarsis

http://id.wikipedia.org/wiki/Paranoid

http://id.wikipedia.org/wiki/Skizofrenia

http://ilmugreen.blogspot.com/2012/06/skizofrenia-paranoid.html

http://pus2007.blogspot.com/2012/03/terapi-efektif-untuk-skizofrenia.html

Anda mungkin juga menyukai