Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ILMU KEPERAWATAN ANAK I

KONSEP IMUNISASI ANAK DAN KONSEP MTBS

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6

1. DAHLIA SRI LESTARI


2. ERFIANIE ALYA BUDIANISA
3. ERISKA INDAH TAWAKALNI
4. SITI JUHRIAH
5. YULIF MAULIDIA

2A KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MEDISTRA INDONESIA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan Rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat mengerjakan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul
“konsep imunisasi anak dan konsep MTBS “

Makalah ini berisikan tentang informasi dan penjelasan tentang konsep imunisasi anak dan
MTBS

Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari harapan ,oleh karena itu saran dan
kritik yang konstruktif dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk menghasilkan makalah
yang lebih baik untuk masa mendatang

Akhir kata , kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini . Semoga makalah ini bermanfaat untuk semua

Bekasi ,12 september 2018

Penyusun
BAB I

PEMBAHASAN
1.1 PENGERTIAN IMUNISASI

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti diberikan
kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi
belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain.

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara


aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saar terpajan dengan penyakit tersebut tidak
akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.

Di pertengahan abad dua puluh, konsep tentang imunisasi massal terdengar seperti ide yang
sangat bagus. Kita menghadapi penyakitb anak-anak yang mematikan,kita telah mengembangkan
vaksin-vaksin yang bisa mencegah-nya,oleh karena itu marilah kita menimunisasi semua anak
sehingga mereka tidak akan terkena penyakit tersebut.

Orang tua masa kini terutama mengkhawatirkan sepuluh vaksin yang sejarang masih
dianjurkan oleh pemerintah pusat dan diwajibkan oleh pemerintah lokal. Ini bukan mengatakan
bahwa tidak ada kontroversi pada vaksin-vaksin lain,misalnya vaksin untuk influenza,penyakit
lyme,dam hepatitis A.

Vaksin adalah suatu bahan yang berusaha melindungi orang terhadap penyakit. Untuk
melakukan hal ini,vaksi dibuat dari virus atau bakteri pathogen yang menyebabkan penyakit yang
ingin dilawan oleh vaksin. Sedikit bahan pathogen yang disiapkan secara khusus dan biasanya
disuntikan kedalam tubuh sehingga bisa membantu memerangi versi penyakit yang lebih ganas
atau didapatkan secara alami. Berikut ini adalah sepuluh vaksin yang diwajibkan di kebanyakan
negara :

1. Hepatitis B : vaksin pertama yang diberikan kepada anak


2. DTaP (difteri,tetanus,pertussis (batuk rejan )) : bentuk baru dari vaksin DTP
3. Hib : hemovfilus influenza jenis B
4. polio : vaksin polio yang tidak aktif atau disingkat IPV yaitu bentuk suntikan dari
vaksin polio,yang sejak 1 januari 2000 dianjurkan untuk menggantikan vaksin polio
yang ditelan.
5. MMR : kombinasi dari vaksin untuk measles (campak),mumps (gondong) dan rubella
(campak jerman).
6. Varicella : cacar air
7. BCG( Bacillus Calmette Guerin )
8. Tetanus
9. DT ( difteria tetanus )
A. VAKSIN HEPATITIS B
Hepatitis B adalah penyakit menular dimana virus hepatitis B atau HBV
menginfeksi dan meradangkan hati, menimbulkan kerusakan yang menetap pada kurang
dari 5% dari mereka yang terinfeksi. Virus ini bisa memasuki tubuh melalui sayatan pada
kulit, melalui pertukaran jarum yang digunakan oleh para pengguna obat terlarang, atau
melalui lubang tubuh missal-nya vagina, anus, atau mulut. Pemberian vaksin ini
menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B. imunisasi ini diberikan sedini
mungkin segera setelah bayi lahir. Imunisasi dasar diberikan 3 kali dengan jarak waktu 1
bulan antara suntikan 1 dan 2, dan5 bulan antara suntikan 2 dan 3. Imunisasi ulangan
diberikan 5 tahun setelah imunisasi dasar.
Pada anak vaksin diberikan secara intramuscular didaerah pangka lengan atas,
sedangkan pada bayi di daerah paha. Pada bayi lahir dari ibu dengan HBsAg negetif
diberikan 5mcg vaksin rekombinan atau 10mcg vaksin plasma devided dosis kedua
diberikan saat berumur 1 – 2 bulan dan ketiga umur 6 bulan. Pada bayi lahir dari ibu dengan
HBsAg positif diberikan 0,5ml hepatitis B immune globulin (HBIG) dalam waktu 12 Jam
setelah lahir dan 5mcg vaksin rekombinan atau 10mcg vaksin plasma devided yang
disuntikan pada sisi yang berlainan. Dosis kedua diberikan saat berumur 1 – 2 bulan dan
ketiga umur 6 bulan.
B. VAKSIN DTaP
Difteri, Tetanus, dan pertussis merupakan penyakit yang sepertinya asing bagi
orang muda masa kini, tetapi penyakit ini masih bisa memicu rasa takut dihati para
nenek kakek.
a. Difteri
Difteri disebabkan oleh corynebacterium diphtberiae, bakteri yang
ditemukan didalam mulut, hidung, dan tenggorokan orang-orang
terinfeksi. Orang-orang sehat bisa membawa mpenyakit dan
menyebarkan-nya pada orang lain melalui bersin, berbicara dan batuk.
b. Tetanus
Tetanus adalah penyakit yang menyakitkan sering kali mematikan, yang
disebabkan oleh bakteri (clostridium tetani) yang hidup di tanah,
kotoran sapi, dan disaluran pencernaan hewan dan manusia.
c. Pertussis ( batuk rejan )
Pertussis ( batuk rejan ) yang juga dikenal sebagai batuk 100 hari adalah
penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh bakteri bordetella
pertussis.

Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit difteria,


tetanus, dan pertussis dalam waktu yang bersamaan. Imunisasi dasar vaksin DTaP
diberikan setelah berusia 2 bulan sebanyak 3 kali (DTap I, II, dan III) dengan interval tidak
kuarng dari 4 minggu. Imunisasi DTaP ulangan diberikan 1 tahun sejak imunisasi DTaP
III, kemudian saat masuk sekolah (5 – 6 tahun ) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12
tahun) vaksin disuntikan intramuscular dibagian anterorateral paha sebanyak 0,5ml

1.2 JENIS IMUNISASI

Setelah mempelajari tentang penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi, sekarang anda akan
mempelajari jenis imunisasi berdasarkan sifat penyelenggara di Indonesia.
1. Imunisasi wajib

Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah untuk seseorang
sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat
sekitarnya dari penyakit menular tertentu. Imunisasi wajib terdiri atas imunisasi rutin, imunisasi
tambahan, dan imunisasi khusus.

a. Imunisasi rutin
Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara terus-
menurus sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasarbdan imunisasi
lanjutan.
b. Imunisasi tambahan
Diberikan kepada kelompok umur tertentu yang paling beresiko terkena penyakit
sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu.yang termasuk imunisasi
lanjutan adalah backlog fighting, crash program, PIN (pecan imunisasi nasional).
c. Imunisasi khusus
Imunisasi khusus merupakan keggiatan imunisasi yang dilaksanakan untuk
melindungi masyarakat terhadap penyakit teretntu pada situasi tertentu. Situasi
tertentu antara lain persiapan keberangkatan Jemaah haji/umrah, jenis imunisasi
khusus, antara lain terdiri atas imunisasi Meningitis meningokokus, imunisasi
demam kuning, dan imunisasi anti-rabies.
2. Imunisasi pilihan
Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang
sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari penyakit
menular teretntu, yaitu vaksin MMR, Hib, Tifoid, Varisela, Hepatitis A, Influenza,
Pneumokokus, Ratavirus, Japanese Ensephalitis, dan HPV.

1.3 PERENCANAAN PELAYANAN IMUNISASI WAJIB

Perencanaan imunisasi merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan oleh petugas yang
profesional. Perencanaan disusun secara mulai dari puskesmas, kabupaten/kota, provinsi, dan
pusat (bottom up). Perencanaan imunisasi wajib meliputi :

1. Penentuan sasaran imunisasi rutin wajib


a. Bayi pada imunisasi dasar
Jumlah bayi baru lahir dihitung / ditentukan berdasarkan angka yang dikeluarkan oleh
badan pusat statistic ( bps ) atau sumber resmi lainnya.dapat juga dihitung dengan
rumus : Bayi = CBR x jumlah penduduk. Sasaran ini digunakan untuk menghitung
imunisasi HB 0,BCG,dan folio 1.
Jumlah bayi yang bertahan hidup (surviping infant) dihitung / ditentukan dengan rumus
surviping infant (SI) = jumlah bayi – (IMR x jumlah bayi). Sasaran ini digunakan untuk
menghitung imunisasi yang diberikan pada bayi usia 2 sampai 11 bulan. Jumlah batita
dihitung berdasarkan jumlah survipimg infant (SI).
b. Anak sekolah dasar pada imunisasi lanjut
Jumlah sasaran anak sekolah didapatkan dari data yang dikeluarkan oleh kementrian
pendidikan atau kementrian agama ( untuk siswa MI ) atau pendataan langsung pada
sekolah.
c. Wanita subur ( WUS ) pada imunisasi kelanjutan
Batas wanisa usia subur ( WUS ) adalah antara 15 sampai 49 tahun. Rumus untuk
menghitung jumlah sasaran WUS = 21,9% x jumlah penduduk. Wanita usia subur
terdiri dari WUS hamil dan tidak hamil.
2. Sasaran Imunisasi Tambahan
Sasaran imunisasi tambahan adalah kelompok resiko ( golongan umur ) yang paling
beresiko terkenanya kasus. Jumlah sasaran didapatkan berdasarkan pendataan langsung.
3. Sasaran Imunisasi Khusus
Sasaran imunisasi khusus ditetapkan dengan keputusan sendiri ( misalnya : jamaah haji,
masyarakat yang akan pergi ke negara tertentu ).
4. Perencanaan Kebutuhan Logistik
Logistic imunisasi terdiri dari vaksin, Auto Disable Syringe dan safety box. Ketiga
kebutuhan tersebut direncanakan secara bersamaan dalam jumlah yang berimbang ( system
bundling ).
a. Perencanaan Vaksin
1) Menentukan Target Cakupan
Menentukan target cakupan adalah menetapkan berapa besar cakupan yang akan
dicapai pada tahun yang direncanakan untuk mengetahui kebutuhan vaksin yang
akan dibutuhkan.
2) Menghitung Indeks Pemakaian Vaksin
Indeks Pemakaian (IP) vaksin adalah dosis rill setiap kemasan vaksin. Cara
menghitung IP adalah dengan membagi jumlah cakupan dengan jumlah vaksin
yang dipakai.
Rumus :
IP Vaksin = Jumlah Cakupan / jumlah vaksin yang dipakai

Tabel 3.1 Dosis Kemasan Vaksin dan IP


No Jenis Vaksin Jumlah dosis / vial IP
1 Hepatitis B 1 1
2 Polio 10 6
3 Campak 10 4
4 BCG 20 4
5 DPT/HB 5 3,5
6 DPT/HB/Hib 5 3,5
7 IPV 10 8
8 DT 10 8
9 Td 10 8
10 TT 10 8

PENYIMPANAN VAKSIN

Untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima sampai didistribusikan ketingkat
berikutnya, vaksin harus selalu disimpan pada suhu yang telah ditetapkan.

1. Keterpaparan Vaksin terhadap panas


2. Masa Kadaluwarsa Vaksin
3. Waktu Penerimaan Vaksin
4. Pemakaian Vaksin Sisa
5. Monitoring Vaksin dan Logistik

SARANA PENYIMPANAN

a. Kamar Dingin dan Kamar Beku


b. Lemari Es dan Freezer
c. Alat Pembawa Vaksin
d. Alat untuk Mempertahankan Suhu
e. Penempatan Lemari Es

PELAKSANAAN PELAYANAN IMUNISASI WAJIB

1. Pelayanan imunisasi didalam gedung (komponen statis) seperti puskesmas-puskesmas


pembantu, rumah sakit, bidan praktik, dan dokter praktik.
a. Kebutuhan logistic untuk unit pelayanan kesehatan swasta/UPKS (vaksin dan
pelarutnya, alat suntik/ADS, safety box) diperoleh dari Dinas Kesehatan kabupaten /
kota melalui puskesmas di wilayahnya.
b. Pemakaian logistic harus dilaporkan setiap bulan kepada puskesmas setempat
bersamaan dengan laporan cakupan pelayanan imunisasi.
c. Laporan imunisasi dibuat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (dalam buku
KIA, rekam medis, dana tau kohort).
2. Pelayanan imunisasi di luar gedung (komponen dinamis), seperti posyandu, disekolah, atau
melalui kunjungan rumah.
Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan kualitas dan keamanan
vaksin :
a. Vaksin belum kadaluwarsa
b. Vaksin sensitive beku belum pernah mengalami pembekuan.
c. Vaksin belum terpapar suhu panas yang berlebihan
d. Vaksin belum melampaui batas waktu ketentuan pemakaian vaksin yang telah dibuka
e. Pencampuran vaksin dengan pelarut harus berasal dari pabrik yang sama.
1.4 MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT USIA 1 HARI – 2 BULAN
A. Penilaian Tanda dan Gejala
Penilaian tanda dan gejala yang pertama kali dilakukan pada balita usia 1 hari-2 bulan
adalah sebagai berikut:
1. Menilai adanya kejang seperti riwayat kejang
tanda kejang : tremor yang disertai adanya penurunan kesadaran,terjadi gerakan
yang tidak terkendali pada mulut,mata,atau anggota gerak lain,mulut mecucu,terjadi
kelakuan pada seluruh tubuh tanpa adanya rangsangan,serta adanya tangis melengking
secara tiba-tiba.
2. Adanya tanda atau gejala gangguan napas
seperti adanya henti napas (apnea) lebih dari dari 20 detik,napas cepat >60 kali per
menit,napas lambat < 30 kali per menit,tampak kebiruan (sianosis),adanya tarikan dada
sangat kuat,pernapasan cuping hidung,serta selalu merintih.
3. Adanya tanda atau gejala hipotermia
seperti penurunan suhu tubuh (<36,5 derajat celcius),kulit teraba dingin,mengantuk
atau letargis,adanya gerakan tidak normal,serta kadang-kadang tubuh tampak
kemerahan dan mengeras (sklerema).
4. Adanya tanda atau gejala kemungkinan infeksi bakteri
seperti mengantuk atau letargi (tidak sadar),adanya tanda kejang,gangguan
napas,malas atau tidak bisa minum,adanya kemerahan atau mengeras pada bagian
tubuh (sklerema),ubun-ubun tampak cembung,suhu lebih dari 37,5 derajat celcius dan
teraba panas atau suhu kurang dari 36 derajat celcius dan teraba dingin yang disertai
tanda infeksi lainnya,adanya nanah yang keluar dari telinga,pysar tampak kemerahan
dan meluas sampai ke kulit perut juga berbau busuk.
5. Adanya tanda atau gejala icterus
seperti adanya kuning pada hari ke-2 setelah lahir atau di temukan kuning pada usia
14 hari atau lebih,adanya kuning pada bayi yang kurang bulan,tinja berwarna
pucat,serta kekuningan sampai ke lutut atau siku.
6. Adanya tanda atau gejala gangguan saluran cerna
seperti adanya muntah segera setelah minum,muntah berulang,berwarna
hijau,gelisah atua rewel dan peryt bayi tegang atau kembung teraba benjolan di
perut,keluar air liur secara berlebihan,adnya darah dalam tinja tanpa diwertai dengan
diare.Khusus pada bayi,dalam 48 jam pertama setelah lahir di temukan belum buang
air besar lebih dari 24 jam terakhir,maka dicurigai tidak terdapat lubang anus.
7. Adanya tanda atau gejala diare
seperti letargi atau tidak sadar,mata cekung,turgor buruk,gelsisah,rewel,serta diare
lebih dari 14 hari disertai adanya darah dalam tinja dan tidak ada gangguan saluran
cerna.
8. Adanya tanda atau gejala kemungkinan berat badan rendah dan masalah pemberian
ASI
seperti berat badan menurut usia dibawah garis merah,tidak bisa minum,atau tidak
dapat melekat sama sekali,tidak menghisap sama sekali,ada celah bibir atau langit-
langit,minim ASI kurang 8 kali per hari,mendapat minuman selain ASI,posisi bayi
tidak benar,adanya bercak atau luka putih (thrush) di mulut.Khusus usia 28 hari bayi
lahir sangat kecil atau berat badan kurang dari 2.000 gram (Depkes RI,1999).

B. Penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan


Penetuan klasifikasi dan tingkat ini digunakan untuk menentukan sejauh mana
tingkat kegawatan dari keadaan bayi yang dapat dari masin-masing tanda dan gejala yang
ada di atas.Berikut iniadalah cara penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan
Penentuan tindakan dan pengobatan
1. Kejang
1) Untuk mengatasi kejang,maka tindakandan pengobatan yang dapat dilakukan
adalah sebagai berikut
 Atur posisi bayi dengan kepala setengah tengadah (ekstensi) dan beri topangan
pada daerah bawah bahu bila perlu.
 Lakukan pembersihan jalan napas dengan melakukan suction atau penghisapan
lender.
 Lakukan pemberian oksigen melalui kateter nasal atau nasal prong dengan
kecepatan 2 liter per menit.
 Apabila terjadi henti napas (apnea) lakukan resusitasi neonates.
2) Atasi masalah kejang dengan pemberian obat anti kejang dengan ketentuan sebagai
berikut.
 Pilihan pertama,yaitu pemberian fenobarbital dengan dosis 30 mg 0.6 ml secara
intramuscular dengan catatan 1 ampul 2 ml berisi 100 mg.
 Pilihan kedua,yaitu pemberian diazepam dengan dosis apabila bayi berat badan
kurang 2.500 gram diberikan 0,25 ml secara rectal dan apabila bayiberat lebih
dari 2.500 gram diberikan 0,5 ml dengan ketentuan 1 ampul 1ml berisi 5
mg,atau 1 ampul 2 ml berisi 10 mg.
3) Jika terjadi kejang berulang lakukan pemberian fenobarbital 1 kali dengan dosis 30
mg,0,6 ml secara intramuscular.Jika terjadi tetanus neonaturum,berikan obat
antikejang kedua,yaitu diazepam dan dosis pertama antibiotik penisilin prokain
secara intramuscular,dengan ketentuan dosis sebagai berikut.
 Pilhan pertama,yaitu pemberian ampisisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/24 jam
tambah kan 1,5 ml akuades steril ke botol 0,5 g (200 mg/ml) untuk pemberian
pada bayi dengan berat badan 1.000-<2.000 gram sebanyak 0.5 ml,berat badan
2.000-<3.000 gram sebanyak 0,6 ml,berat badan 3.000-<4.000 gram sebanyak
0,8 ml,dan berat badan 4.000-<5.000 gram sebanyak 1 ml.
 Pilihan kedua,yaitu pemberian penisilin prokain dengan dosis 50.000
unit/kgBB/24 jam,tambahkan akuades steril sebanyak 9 ml ke dalam vial yang
berisi 3.000.000 unit,yang akan menjdi 10 ml dengan 300.000 unit/ml untuk
pemberian pada bayi dengan berat badan 1.000-<2.000 gram sebanyak 0,3
ml,berat badan 2.000-<3.000 g sebanyak 0,4 ml,berat badan 3.000-<4.000 gram
sebanyak 0,5 ml,dan berat badan 4.000-<5.000 gram sebanyak 0,7 ml.
4) Apabila hanya ada riwayat kejang tanpa disertai dengan penurunan kesadaran,maka
tidak perlu dilakukan pemberian obat anti kejang.
5) Pertahankan kadar guia darah agar tidak turun dengan cara berikut.
 Apabila bayi dapat menetek,anjurkan ibu untuk tetap meneteki bayinya
 Apabila bayi tidak bisa menetek tetapi dapat menelan,maka berikan ASI peras
dengan sendok atau diteteskan melalui pipet dan berikan rata-rata 50 ml
sebelum di rujuk,apabila tidak memungkinkan,berikan pengganti susu atau air
gula dengan cara melarutkan air gula sebanyak 2 sendok the atau 10 gram ke
dalam 1 gelas berisi air matang sebanyak 200 ml dan aduk sampai rata.
 Apabila ditemukan bayi tidak bisa menelan,maka berikan 50 ml ASI peras atau
susu pengganti atau air gula melalui pipa lambung,kecuali pada bayi dengan
gangguan saluran cerna
 Apabila bayi ada gangguan saluran cerna,maka berikan infuse dekstrosa 5%
sesuai dengan berat usia kemudian rujuk segera.Ketentuan pemberian dekstrosa
5% adalah usia sampai dengan 7 hari pada hari pada hari pertama 80 ml
kemudian ditingkatkanmenjadi 20 mg/kg/hari,untuk usia 8-14 hari diberikan
150 ml/kgBB/hari,dan usia lebih dari 15 hari diberikan 200 ml/kgBB/hari.
6) Anjurkan pada ibu agar mempertahankan bayi tetap hangat dengan cara
mengeringkan bayi setiap kali basah,membungkus bayi dengan kain kering da
hangat,memberikan tututp kepla atau dengan menggendong metode kangguru.
7) Lakukan rujukan segera
2. Gangguan pernafasan
Tindakan yang dapat dilakukan adalah:
1) bebaskan jalan nafas dan berikan oksigen
2) apabila terdapat apnea lakukan resusitasi.
3) pertahankan kadar gula agar tidak turun.
4) berikan antibiotic dosis pertama.
5) pertahankan agar bayi tetap hangat.
6) lakukan rujukan segera.
3. Hipotermi
Untuk tindakan yang dapat dilakukan:
1) hangatkan tubuh bayi apabila penghangatan tetap tidak naik dalam 1jam maka lakukan
rujukan segera.
2) pertahankan kadar gula darah.
3) lakukan rujukan segera.
4) anjurkan ibu untuk menjaga bayi agar tetap hangat selama perjalan rujukan.
Untuk tindak lanjut masalah Hipotermi
1) Rencana tindak lanjut pada masalah ini dilakukan setelah 2 hari atau kunjungan ulang
dengan menilai atau mengevaluasi masalah hipotermia melalui pengecekan masalah
tersebut.Apabila dijumpai kalsifikasi hipotermi berat,maka lakukan sesuai dengan
pedoman tindakan.Apabila hipotermia sedang,tanyakan kembali kepada ibu tentang
cara menghangatkan,memandikan bayi dan memberikan ASI.Apabila ibu sudah
melakukan semua pedoman tindakan tersebut secara benar,beritahu kemungkinan
memiliki masalah lain dan atasi sesuai dengan pedoman tindakan .
2) Jika yang ibu lakukan belum seperti sebagaimana mestinya,anjurkan untuk mengulangi
pemberian ASI,cara memandikan dan menghangatkan bayi sampai suhunya sudah
stabil (>36,5 derajat celcius) atau tidak teraba dingin.Pujilah ibu dan anjurkan untuk
meneruskan perawatan bayi.

4. Ikterus
Tindak Lanjut Masalah Ikterus Fisiologis
Apabila didapatkan klasifikasi ikterus patologis,maka lakukan tindakan dan pengobatan
sesuai dengan rencana semula.Jika didapatkan ikterus fisiologis yang disertai kencing lebih
dari 6 kali sehari semalam atau buang air besar yang lebih sering,maka ajari ibu cara menyinari
bayi dengan cahaya matahari dan anjurkan untuk kunjungan ulang pada hari ke-14.Apabila
disertai kencing kurang dari 6 kali sehari semalam atau buang air besar kurang,maka lakukan
penilaian terhadap pemberian ASI dan lakukan tindakan sesuai dengan pedoman pengobatan
atau tindakan.
5. Masalah pemberian ASI
Tindak Lanjut Masalah Pemberian ASI
Rencana tindak lanjut dalam masalah pemberian ASI dapat dilakukan sesudah 2 hari
dengan mengadakan penilaian secara lengkap terhadap cara pemberian ASI serta menanyakan
gangguan pemberian ASI yang ditemukan pada kunjungan pertama kali.Apabila bayi amapu
menetek dengan baik,maka berikan motivasi pada ibu untuk meneruskan pemberian
ASI.Aapabila terdapat gangguan ASI,maka lakukan rujukan segera.
1.5 MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT USIA 2 BULAN – 5 BULAN
1. Penilaian Tanda & Gejala
Pada penilaian tanda & gejala pada bayi umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun ini yang
dinilai adalah tindakannya tanda bahaya umum (tidak bisa minum atau muntah,kejang, letargis
atau tidak sadar dan keluhan seperti batuk atau kesukaran bernafas, adanya diare, lemah,
masalah telinga, mall nutrisi, anemia dan lain-lain.
1) Penilaian pertama keluhan batuk atau sukar bernafas, tanda bahaya umum,
tarikan dinding wajah ke dalam, stridor, nafas cepat. Penentuan frekuensi
pernapasan adalah pada anak usia 2 bulan sampai 12 bulan normal pernapasan
50 atau lebih permenit sedangkan frekuensi pernapasan anak usia 12 bulan
sampai 5 tahun adalah 40 kali permenit.
2) Penilaian kedua keluhan dan tanda adanya diare seperti letargis atau tidak sadar,
atau cenderung tidak bisa minum atau malas makan maka turgor kulit jelek,
gelisah, rewel, haus atau banyak minum adanya darah dalam tinja (berak
campur darah).
3) Penilain ketiga tanda demam, disertai dengan adanya tanda bahaya umu, kaku
kuduk, dan adanya infeksi lokal seperti kekeruhan pada kornea mata,luka pada
mulut,mata bernanah adanya tanda presyok seperti nadi lemah,ektremitas
dingin,muntah darah,berak hitam,perdarahan hidung,perdarahan bawah
kulit,nyeri ulu hati dan lain-lain.
4) Penilaian keempat tanda masalah telinga seperti nyeri pada telinga,adanya
pembengkakan,adanya cairan keluar dari telinga yang kurang dari 14 hari,dan
lain-lain
5) Penilaian kelima tanda status gizi seperti badan kelihatan bertambah
kurus,bengkak pada kedua kaki,telapak tangan pucat,status gizi dibawa garis
merah pada pemeriksaan berat badan menurut umur.

2. Penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan


Pada penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan ini dilakukan setelah penilaian tanda dan
gejala yang diklasifikasikan berdasarkan dari kelompok keluhan atau tingkat
kegawatan,adapun klasifikasinya dapat sebagai berikut.
1) Klasifikasi pneumonia
Pada klasifikasi pneumonia ini dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
 Diklasifikasi pneumonia berat apabilah adanya tanda bahaya umum,tarikan dinding
dada kedalam,adanya stridor
 Adanya pneumonia apabila ditemukan tanda frekuensi napas yang sangat cepat
 Klasifikasi batuk bukan pneumonia apabilah tidak ada pneumonia ada hanya
keluhan batuk
2) Klasifikasi dehidrasi
Pada klasifikasi ini termasuk klasifikasi diare dengan dihindari yang terbagi menjadi 3
kelompok yaitu:
 Dehidrasi berat apabila ada tanda dan gejala seperti letargis atau tidak sadar,mata
cekung,turgor kulit jelek sekali
 Klasifikasi dehidrasi ringan sedang dengan tanda seperti gelisah,rewet,mata
cekung,haus,turgor jelek
 Klasifikasi diare tanpa dehidrasi apabila tidak cukup tanda adanya dehidrasi
3) Klasifikasi diare persisten
Untuk klasifikasi diare ini ditemukan apabila diarenya sudah lebih dari 14 hari dengan
dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu diare persisten berat ditemukan adanya tanda
dehidrasi dan diare persisten apabila tidak ditemukan adanya tanda dehidrasi.
4) Klasifikasi disentri
Pada klasifikasi disentri ini juga termasuk klasifikasi diare secara umum akan tetapi
apabilah diarenya disertai dengan darah dalam tinja atau diarenya bercampur dengan darah
5) Klasifikasi resiko malaria
Pada klasifikasi resiko malaria ini dikelompokkan menjadi resiko tinggi rendah atau
tampak resiko malaria dengan mengidentifikasi apabila darahnya merupakan resiko
terhadap malaria ataukah pernah kedaerah yang beresiko,maka apabila terdapat hasil
klasifikasi maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
 Klasifikasi dengan resiko tinggi terhadap malaria yang dikelompokkan lagi
menjadi dua bagian yaitu klasifikasi penyakit berat dengan demam apabila
ditemukan tanda bahaya umum disertai dengan kaku kuduk dan klasifikasi
malaria apabila hanya demam ditemukan suhu 37,5 derajat celcius atau lebih.
 Klasifikasi rendah terhadap malaria yang dikelompokkan lagi menjadi 3 yaitu
penyakit berat dengan demam apabila ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk
dan kalsifikasi malaria apabila tidak ditemukan tanda demam atau campak dan
klasifikasi demam mungkin bukan malaria apabila hanya ditemukan flek atau
adanya campak atau juga adanya penyebab lain dari demam. Klasifikasi tanpa
resiko malaria diklasifikasikan menjadi 2 yaitu penyakit berat dengan demam
apabila ditemukan tanda bahaya umum dan kaku kuduk serta klasifikasi demam
bukan malaria apabila tidak ditemukan tanda bahaya umum dan tidak ada kaku
kuduk.
6) Klasifikasi Campak
Pada klasifikasi campak ini dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
 Campak dengan komplikasi berat apabila ditemukan adanya tanda bahaya umum
terjadi kekeruhan pada kornea mata, adanya luka pad daerah mulut yang dalam &
luas serta adanya tanda umum campak seperti adanya ruang kemerahan dikulit yang
menyeluruh, adanya batuk, pilek, atau mata merah.
 Campak dengan komplikasi pada mata atau mulut apabila ditemukan tanda mata
bernanah serta luka dimulut dan ketiga klasifikasi campak apabila hanya khas
campak yang tidak disertai tanda klasifikasi diatas
7) Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
Pada klasifikasi ini apabila terdapat demam yang kurang dri 7 hari, yaitu :
 DBD apabila ditemukan tanda seperti adanya tanda bintik perdarahan dikulit (ptkie)
adanya tanda syok seperti extermitas peraba dingin, nadi lemah, atau tidak teraba,
muntah bercampur darah, perdarahan hidung atau gusi, adanya tourniquet positif.
 Kalsifikasi mungkin DBD apabila adanya tanda nyeri ulu hati atau gelisah, bintik
perdarahan bawah kulit dan uji tourniquet negatif jika ada sedikit ptkie
 Klasifikasi terakhir adalah klasifikasi demam mungkin bukan DBD apabila tidak
ada tanda seperti diatas hanya ada demam.
8) Klasifikasi Masalah Telinga
Pada klasifikasi masalah telinga ini dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu :
 Klasifikasi mastoiditis apabila ditemukan adanya pembengkakan & nyeri di
belakang telinga,
 Klasifikasi infeksi telinga akut apabila adanya cairan atau nanah yang keluar dari
telinga dan telah terjadi kurang dari 14 hari serta adanya nyeri telinga
 Klasifikasi infeksi telinga kronis apabila ditemukan adanya cairan atau nanah yang
keluar dari telinga dan terjadi 14 hari lebih
 Klasifikasi tidak ada infeksi telinga apabila tidak ditemukan gejala seperti di atas
9) Klasifikasi Status Gizi
Klasifikasi status gizi pada penentuan klasifikasi ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
 Klasifikasi gizi buruk dan atau anemia berat apabila adanya bengkak pada kedua
kaki serta pada telapak tangan ditemukan adanya kepucatan.
 Klasifikasi bawah garis merah dan atau anemia apabila ditemukan tanda sebagai
berikut: apabila lapak tangan agak pucat, berat badan menurut umur di bawah garis
merah
 Klasifikasi tidak bawah garis merah dan tidak anemia apabila tidak ada tanda
seperti di atas
3. Penentuan Tindakan & Pengobatan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menentukan tindakan dan pengobatan
setelah diklasifikasikan berdasarkan kelompok gejala yang ada.
1) Pneumonia
Tindakan yang dpat dilakukan pada maslah pneumonia dalam manajemen terpadu
balita sakit sebagai berikut.Apabila didapatkan pneumonia berat atau penyakit sangat berat
maka tindakan yang pertama adalah :
 Berikan dosis petama antibiotika
Pilihan pertama kontrimoksazol (Trimetoprim + sulfametoksazol) dan pilihan
kedua adalah amoksilin
 Lakukan rujukan segera
2) Dehidrasi
Pada klasifikasi dehidrasi tindakan dapat dikelompokkan berdasarkan derjat dari
dehidrasi, apabila klasfikasinya dehidrasi berat maka tindakannya adalah sbb:
 Berikan cairan intravena secepatnya, apabila anak dapat minum berikan oralit
melalui mulut sambil infus dipersiapkan, berikan 100 ml/kg ringer laktat atau
NaCl
 Lakukan monitoring setiap 1-2 jam tentang status dehidrasi, apabila belum
membaik berikan tetesan intravena
 Berikan oralit (kurang dari 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum
 Lakukan monitoring kembali sesudah 6 jam pada bayi atau pada anak sesudah
3 jam dan tentukan kembali status dehidrasi kemudian ditentukan status
dehidrasi dan lakukan sesuai dengan derjat dehidrasi
 Anjurkan untuk tetap memberikan ASI
3) Klasifikasi diare pesisten
Pada klasifikasi ini tindakan ditentukan oleh derajat dehidrasi, kemudian apabila
ditemukan adanya klorea maka pengobatan yang adapat dianjurkan adalah : pilihan
pertama antibiotika kotrimokzasol dan pilihan kedua adalah tetrasiklin.
4) Klasifikasi Resiko Malaria
Penanganan tindakan dan pengobatan pada klasifikasi resiko malaria dapat ditentukan
dari tingkat klasifikasi, adapun tindakannya adalah sbb :
 Pemberian kinin (untuk malaria dengan penyakit berat) secara intra muscular
 Pemberian obat anti malaria oral (untuk malaria saja) dengan pilihan pertama
adalah klorokuin + primakuin dan pilihan kedua adalah sulfadoksin primetamin
+ primakuin (untuk anak ≥ 12 bulan) dan tablet kina (untuk anak ≤ 12 bulan)
 Setelah pemberian maka lakukan pengamatan selama 30 menit sesudah
pemberian klorokuin dan apabila dalam waktu tersebut terdapat muntah maka
ulangi pemberian klorokuin

5) Klasifikasi Campak
Pada klasifikasi campak dapat dilakukan tindakan sebagai berikut :
Apabila campak dijumpai dengan komplikasi berat maka tindakannya adalah
pemberian vitamin A, antibiotik yang sesuai, saleo mata tetrasiklin atau kloramefnikol
apabila dijumpai kekeruhan pada kornea, pemberian paracetamol apabila disertai demam
tinggi (38,5 derajat celcius), kemudian apabila campak disertai komplikasi mata dan mulut
ditambahkan dengan gentian violet dan apabila hanya campak saja tidak ditemukan
penyakit atau komplikasi lain maka tindakannya hanya diberikan vitamin A.
6) Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
Pada klasifikasi demam berdarah dengue tindakan yang dapat dilakukan antara lain
apabila ditemukan maka segera berikan cairan intra vena, pertahankan kadar gula darah,
apabila dijumpai demam tinggi maka berikan paracetamol dan berikan cairan atau oralit
apabila dilakukan rujukan selama perjalanan.Ketentuan pemberian cairan pra rujukan pada
demam berdarah
 Berikan cairan ringer laktak apabila memungkinkan beri glukosa 5% kedalam
ringer laktak melalui intra vena apabila tidak diberikan cairan oralit atau cairan
peroaral selama perjalan.
 Apabila tidak ada berikan cairan NaCL 10-20 ml/kgbb dalam 30 menit
 Monitor selama setelah 30 menit dan apabila nadi teraba berikan cairan intra
vena dengan tetesan 10 ml/kgbb dalam 1 jam dan apabila nadi tidak teraba
berikan cairan 15-20 ml/kgbb dalam /1 jam
10) Klaifikasi masalah telinga
Tindakan dan pengobatan pada klasifikasi masalah telingah dapat dilakukan antara lain
berikan dosis pertam untuk antkbiotika yang sesuai pemberian parasetamol apabila kronis
ditambah dengan mengeringkan telingh dengan kain penyerap.
11) Klasifikasi status gizi
Pada kalsifikasi statu gizi dapat dilakukan tindakan pemberian vitamin A apabilaa anak
kelihatan sangat kurus dan bengkak pada kedua kaki dan apabila dijumpai aadanya anemia
maka dapat dilakukan pemberian zat besi dan pabila daerah resiko tinggi malaria dapat
diberikan anti malaria oral piratel pamoat hanya diberikan anak berumur 4 bulan atau lebih
dan belum pernah diberikan dalam 6 bulan terakhir serta hasil pemeriksaan

Anda mungkin juga menyukai