“ARITMIA”
Disusun Oleh:
3A KEPERAWATAN
2020
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak
lupa sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. karena
atas rahmat dan karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan.
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas keperawatan kritis Studi S1 Keperawatan
dan untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami makalah ini.
Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu, semua krtik dan saran senantiasa kami harapkan untuk
kesempurnaan makalah ini agar menjadi lebih baik.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................2
A. Latar belakang.................................................................................................3
B. Tujuan..............................................................................................................3
1. Tujuan Umum..........................................................................................................
2. Tujuan Khusus..........................................................................................................
A. Definisi aritmia.................................................................................................
B. Klasifikasi aritmia.............................................................................................
C. Etiologi aritmia..................................................................................................
D. Patofisiologi aritmia..........................................................................................
G. Penatalaksanaan aritmia....................................................................................
A. Kesimpulan.......................................................................................................
B. Saran..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aritmia merupakan kelainan sekunder akibat penyakit jantung atau ektra
kardiak, tetapi dapat juga merupakan kelainan primer. Kesemuanya mempunyai
mekanisme yang sama dan penatalaksanaan yang sama juga. Kelainan irama
jantung ini dapat terjadi pada pasien usia muda atau usia lanjut.
Aritmia dapat dibagi menjadi kelompok aritmia supraventrikular dan aritmia
ventrikular berdasarkan letak lokasi yaitu apakah di atrial termasuk AV Node dan
berkas His ataukah di ventrikel mulai dari invra his bundl. Selain itu aritmia juga
dibagi menurut denyut jantung yaitu : Bradikardi ataupun Takikardi, dengan nilai
normal berkisar antara 60-100x/menit. Tergantung dari letak fokus, selain
menyebabkan Vetricular Extra Systol(VES), dapat terjadi Supra Ventriculare
Extra Systol (SVES) atau Supra Ventriculare Tachycardy (SVT) didalam
fokusnya berasal dari berkas his diatas.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum:
2. Tujuan khusus:
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI ARITMIA
5
Aritmia Dapat digolongkan menjadi :
6
B. Etiologi Aritmia
Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat
anti aritmia lainnya
7
tebal, yang dapat mengubah jalur impuls elektrik di jantung.
Obat batuk dan flu serta obat lain yang mengandung pseudoephedrine
dapat berkontribusi pada terjadinya aritmia.
3. Obesitas
4. Diabetes
Resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi akan
meningkat akibat diabetes yang tidak terkontrol. Selain itu, gula darah rendah
(hypoglycemia) juga dapat memicu terjadinya aritmia.
6. Ketidakseimbangan Elektrolit
8
Tingkat elektrolit yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat memengaruhi
impuls elektrik pada jantung dan memberikan kontribusi terhadap terjadinya
aritmia jantung.
C. KLASIFIKASI
1) Sinus Bradikardi
Sinus Bradikardi adalah irama sinus yang lambat denan
kecepatan kurang dari 60 denyut/menit. Hal ini sering terjadi pada
olahragawan dan seringkali menunjukkan jantung yang terlatih
baik. Bradikardia sinus dapat juga disebabkan karena miksedema,
hipotermia, vagotoni, dan tekanan intrakarnial yang meninggi.
Umumya bradikardia tidak perlu di obati klau tidak menimbulkan
keluhan pada pasien. Tetapi bila bradikardi > 40/menit dan
menyebabkan keluhan pada pasien maka sebaikkan di obati dengan
pemberian sulfasatrofin yang dapat diiberikan pada intra vena.
Sampai bradikardia dapat diatasi.
9
2) Sinus Takikardi
Ialah irama sinus yang lebih cepat dari 100/menit. Biasanya
tidak melebihi 170/menit. Keadaan ini biasanya terjadi akibat
kelainan ekstrakardial seperti infeksi, febris, hipovolemia,
gangguan gastrointestinal,anemia, penyakit paru obstruktif kronik,
hipertiroidisme. Dapat terjadi pada gagal jantung.
3) Seinus Aritmia
Ialah kelainan irama jantung dimana irama sinus menjadi lebih
cepat pada watu inspirasi dan menjadi lambat pada waktu ekspirasi.
4) Henti sinus (sinus arrest)
B. Aritmia Atrium
10
2) Paroksimal Takikardi Atriuum
Disebut juga takikardia supra vebtrikular. Merupakan sebuah
takikardia yang berasal dari atrium atau AV node. Biasanya
disebabkan karena adanya re-entry baik di atrium, AV node atau
sinus node. Pasien yang mendapatka serangan ini merasa
jantungnya berdebar cepat sekali, gelisah, keringat dingin, dan
akan merasa lemah. Kadang timbul sesak nafas dan hipotensi. Pada
pemeriksaan EKG akan terlihat gambaran seperti ekstrasistol atrial
yag berturut-turut > 6.
Terdapat sederetan denyut atrial yg timbul cepat berturut- turut dan
teratur.
Gelombang P sering tdk terlihat,
Rate : 140 – 250x/mnt
3) Flutter atrium
Pelepasan impuls dari fokus ectopic di atrium cepat dan teratur
Rate : 250 – 350x/mnt
11
4) Fibrilasi atrium
C. Aritmia Ventrikel
12
2) Bigemini ventrikel
Biasanya terjadi disebabka oleh intoksikasi digitalis, penyakit
arteri koroner, miokard,infark, akut dan chf. Istilah bigemini
mengacu pada kondisi dimana setiap denyut jantung adalah
premature. Karakter:
frekuensi: dapat terjadi pada frekuensi jantung berapapun,
tetapi biasanya kuranga dari 90x/menit.
Gelombang p: dapat tersembunyi dalam kompleks QRS
Kompleks QRS: qrs lebar dan aneh dan terdapat jeda
kompensasi lengkap.
Hantaran: denyut sinus dihantarkan dari nodus sinus secara
normal namun PVC yang ulai berselang-seling pada
ventrikel akan mengakibatkan hantaran retrograde ke
jaringan penyambung dan atrium
Irama: ireguler
3) Takikardi ventrikel
Ialah ekstrasistole ventrikel yang timbul berturut-turut 4 atau
lebih. Ekstrasistole ventrikel dapat berkembang menjadi fibrilasi
ventrikel dan menyebabkan cardiac arrest. Penyebab takikardia
ventrikel ialah penyakit jantung koroner, infark miokard akut,
gagal jantung. Diagnosis ditegakkan apabila takikardia dengan
kecepatan antara 150-250/menit, teratur, tapi sering juga sedikit
tidak teratur. Pada gambaran EKG kompleks QRS yang lebar dari
0,12 detik dan tidak ada hubungan dengan gelombang P.
13
4) Fibrilasi ventrikel
Ialah irama ventrikel yang khas dan sama sekali tidak teratur.
Hal ini menyebabkan ventrikel tidak dapat berkontraksi dengan
cukup sehingga curah jantung menurun atau tidak ada, tekanan
darah dan nadi tidak terukur, penderita tidak sadar dan bila tidak
segera ditolong akan menyebabkan mati. Biasanya disebabkan oleh
penyakit jantung kooner, terutama infark miokard akut. Pengobatan
harus dilakukan secepatnya, yaitu dengan directed current
countershock dengan dosis 400 watt second.
a. Blok :
1) Blok SA,
Impuls yg dibentuk SA node diblok pada batas simpul SA
dengan jaringan atrium di sekitarnya, shg tdk terjadi aktivitas baik
di atrium maupun ventricel
2) Blok AV
Blok AV terjadi jika hambatan konduksi terjadi di jalur antara
nodus SA sampai berkaskis
3) Blok intraventrikular/B.B.B
D. PATOFISIOLOGI
15
Pathway
16
E. MANIFESTASI KLINIS
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
17
9. Laju sedimentasi : Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut
contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
G. PENATALAKSANAAN
a. Terapi Medis
Obat-obatan. Ada beberapa jenis obat yang tersedia untuk
mengendalikan aritmia. Pemilihan obat harus dilakukan dengan hati-
hati karena mereka pun memiliki efek samping. Beberapa di antaranya
justru menyebabkan aritimia bertambah parah. Evaluasi terhadap
efektivitas obat dapat dikerjkan melalui pemeriksaan EKG
(pemeriksaan listrik jantung).
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
1) Antiaritmia Kelas 1 : Sodium Channel Blocker
— Kelas 1 A
Quinidin : adalah obat yang digunakan dalam terapi
pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial
fibrilasi atau flukter.
Procainamide : untuk ventrikel ekstra sistol atrial
fibrilasi dan aritmia yang menyertai anestesi.
Dyspiramide : untuk SVT akut dan berulang.
— Kelas 1 B
Lignocain : untuk aritmia ventrikel akibat iskemia
miokard, ventrikel takikardia.
Mexiletine : untuk aritmia ventrikel dan VT.
— Kelas 1 C
18
Flecainide : untuk ventrikel ektopik dan takikardi.
2) Antiaritmia Kelas 2 (Beta Adrenergik Blokade)
Atenol, Metroprolol, Propanolol : indikasi aritmia jantung,
angina pektoris dan hipertensi.
3) Antiaritmia Kelas 3 (Prolong Repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang.
4) Antiaritmia Kelas 4 (Calsium Channel Blocker)
Verapamil, indikasi Supraventrikular aritmia.
b. Terapi Mekanis
1) Kardioversi : Mencakup pemakaian arus listrik untuk
menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya
merupakan prosedur elektif. Kardioversi mencakup pemakaian
arus listrik untuk menghentikan disritmia yang memiliki kompleks
QRS, biasanya merupakan prosedur elektif. Pasien dalam keadaan
sadar dan diminta persetujuannya.
2) Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pda keadaan
gawat darurat. Defibrilasi adalah kardioversi asinkronis yang
digunakan pada keadaan gawat darurat. Biasanya terbatas
penatalaksanaan fibrilasi ventrikel apabila tidak ada irama jantung
yang terorganisasi. Defibrilasi akan mendepolarisasi secara
lengkap semua sel miokard sekaligus, sehingga memungkinkan
nodus sinus memperoleh kembali fungsinya sebagai pacemaker.
3) Defibrilator Kardioverter Implantabel : suatu alat untuk mendeteksi
dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa
atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
4) Terapi Pacemaker : Alat listrik yang mampu menghasilkan
stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol
frekuensi jantung.
5) Pembedahan Hantaran Jantung
19
Krioablasi dilakukan dengan meletakkkan alat khusus, yang
didinginkan sampai suhu -60ºC (-76ºF), pada endokardium di tempat asal
disritmia selama 2 menit. Daerah yang membeku akan menjadi jaringan parut
kecil dan sumber disritmia dapat dihilangkan.
Pada ablasi listrik sebuah kateter dimasukkan pada atau dekat sumber
disritmia dan satu sampai lima syok sebesar 100 sampai 300 joule diberikan
melalui kateter langsung ke endokardium dan jaringan sekitarnya. Jaringan
jantung menjadi terbakar dan menjadi parut, sehingga menghilangkan sumber
disritmia.
20
H. DEFINIS ALAT PACU JANTUNG
21
Fungsi pacemaker yaitu :
KLASIFIKASI
2 Permanent pacemaker
Pacujantung menetap adalah suatu alat medis yang ditanam dalam tubuh
pasien beruapa kawat pacing yang ditanam dalam satu ruang atau beberapa
ruang jantung melalui vena yang tepat dan dihubungkan generator dari
pacu jantung tersebut yang ditanam dibawah kulit atau otot dada kanan
atau kiri. Ada beberapa tipe dari pacu jantung permanen, yaitu :
22
ditempatkan ada 2, satu ditempatkan di atrium dan satu di
ventrikel. Tipe ini lebih fisiologis atau lebih mirip dengan cara
kerja pacu jantung orang yang sehat dengan adanya koordinasi
pemacuan antara atrium dan ventrikel.
Rate-responsive pacemaker. Pacemaker tipe ini mempunyai sensor
yang bisa mendeteksi aktifitas fisik pasien dan secara otomatis
akan mengatur frekwensi kecepatan pemacuan sesuai dengan
kebutuhan metabolisme pasien.
MANIFESTASI KLINIS
1 Perubahan tekanan darah ( hipertensi atau hipotensi ), nadi tidak
teratur, irama jantung tidak teratur, kulit pucat, sianosis, berkeringat,
edema, haluan urin menurun bila curah jantung menurut berat.
2 Syncape, pusing, disorientasi, letargi perubahan pupil.
3 Nyeri dada ringan sampai berat, gelisah.
4 Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan atau kedalaman pernafasan,
bunyi nafas tambahan ( krekels, ronki, mengi ) menunjukkan adanya
komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri ( edema paru )
atau fenomena tromboembolitik pulmonal, hemoptisis.
5 Demam, kemerahan kulit ( reaksi obat ), inflamasi, eritema, edema,
kehilngan fonus otot/kekuatan
INDIKASI
23
Sistem keamanan. Melewati detektor metal di airport tidak akan
mengganggu alat pacu jantung Anda, meskipun metal di dalamnya
dapat membunyikan alarm. Namun hindari berada di dekat atau
bersandar pada sistem deteksi metal. Apabila petugas keamanan
bersikeras menggunakan detektor metal, beritahukan kepada mereka
untuk tidak meletakkan alat tersebut di dekat alat pacu jantung Anda
lebih lama dari yang diperlukan atau tanyakan bentuk alternatif dari
pencarian pribadi. Untuk menghindari masalah yang dapat
mengganggu, bawalah identitas yang menyatakan bahwa Anda
menggunakan alat pacu jantung.
Peralatan medis. Apabila dokter lain mempertimbangkan tindakan
medis apapun yang melibatkan paparan intensif terhadap energi
elektromagnetik, beritahukan kepadanya bahwa Anda memakai alat
pacu jantung. Tindakan seperti magnetic resonance imaging (MRI),
radioterapi untuk pengobatan kanker, dan shock wave lithotripsy, yang
menggunakan gelombang shock untuk menghancurkan batu ginjal atau
batu empedu yang besar.Apabila Anda akan menjalani operasi,
tindakan untuk mengontrol perdarahan (elektrokauter) juga dapat
mengganggu fungsi alat pacu jantung.
Peralatan yang membutuhkan energi (power-generating
equipment). Berdiri sedikitnya 60 cm dari peralatan las, sistem
bertegangan tinggi, atau sistem generator. Apabila Anda bekerja di
sekitar peralatan tersebut, Dokter Kami akan mengatur suatu tes di
tempat kerja Anda untuk menentukan apakah tempat kerja Anda akan
mempengaruhi alat pacu jantung Anda.
KOMPLIKASI PACEMAKER
Komplikasi yang mungkin terjadi dari operasi pemasangan alat pacu jantung
Anda sangat jarang, namun dapat juga terjadi:
a. Infeksi pada tempat dimana alat pacu jantung dipasang.
b. Reaksi alergi terhadap kontras atau obat bius selama tindakan.
c. Bengkak, memar, atau perdarahan pada lokasi generator, terutama
apabila Anda sedang mengkonsumsi pengencer darah.
d. Kerusakan pada pembuluh darah atau saraf Anda yang berada di dekat
alat pacu jantung.
e. Kolaps paru.
24
f. Tusukan pada otot jantung Anda, yang dapat menjadi sumber
perdarahan dalam selaput jantung Anda dan mungkin dapat
membutuhkan penanganan segera.
g. Komplikasi yang mengancam nyawa sangat jarang terjadi.
.
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Doengoes, Marylin E. 2000. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan.
Edisi 3. Jakarta:EGC.
2. Carpenito J.L. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
3. Smeltzer, Suzanne & Brenda G. Bare, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah
4. http://ekoandriantoro.blogspot.com/2015/11/makalah-pacemaker.html
5. https://www.docdoc.com/id/info/procedure/tanam-alat-pacu-jantung/ \
6. https://www.alodokter.com/mengenal-alat-pacu-jantung-dan-cara-kerjanya
27