Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

“ARITMIA”

Disusun Oleh:

Erfianie Alya Budianisa

3A KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKes MEDISTRA INDONESIA

2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak
lupa sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. karena
atas rahmat dan karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan.

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas keperawatan kritis Studi S1 Keperawatan
dan untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami makalah ini.

Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu, semua krtik dan saran senantiasa kami harapkan untuk
kesempurnaan makalah ini agar menjadi lebih baik.

Bekasi, 2 April 2020.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................1

DAFTAR ISI.........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................2

A. Latar belakang.................................................................................................3

B. Tujuan..............................................................................................................3
1. Tujuan Umum..........................................................................................................

2. Tujuan Khusus..........................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSAKA..............................................................................

A. Definisi aritmia.................................................................................................

B. Klasifikasi aritmia.............................................................................................

C. Etiologi aritmia..................................................................................................

D. Patofisiologi aritmia..........................................................................................

E. Manifestasi klinis aritmia..................................................................................

F. Pemeriksaan penunjang aritmia.........................................................................

G. Penatalaksanaan aritmia....................................................................................

BAB III PENUTUP..................................................................................................................

A. Kesimpulan.......................................................................................................

B. Saran..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aritmia merupakan kelainan sekunder akibat penyakit jantung atau ektra
kardiak, tetapi dapat juga merupakan kelainan primer. Kesemuanya mempunyai
mekanisme yang sama dan penatalaksanaan yang sama juga. Kelainan irama
jantung ini dapat terjadi pada pasien usia muda atau usia lanjut.
Aritmia dapat dibagi menjadi kelompok aritmia supraventrikular dan aritmia
ventrikular berdasarkan letak lokasi yaitu apakah di atrial termasuk AV Node dan
berkas His ataukah di ventrikel mulai dari invra his bundl. Selain itu aritmia juga
dibagi menurut denyut jantung yaitu : Bradikardi ataupun Takikardi, dengan nilai
normal berkisar antara 60-100x/menit. Tergantung dari letak fokus, selain
menyebabkan Vetricular Extra Systol(VES), dapat terjadi Supra Ventriculare
Extra Systol (SVES) atau Supra Ventriculare Tachycardy (SVT) didalam
fokusnya berasal dari berkas his diatas.
B. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum:

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas


terstruktur Keperawatan Gawat Darurat dan untuk memberikan wawasan
kepada mahasiswa/i tentang disritmia dan tindakan asuhan keperawatan
pada pasien dengan penyakit disritmia.

2. Tujuan khusus:

a. Untuk mengetahui definisi dari disritmia.

b. Untuk mengetahui klasifikasi disritmia.

c. Untuk mengetahui etiologi disritmia.

d. Untuk mengetahui patofisiologi disritmia.

e. Untuk mengetahui manifestasi klinis disritmia.

f. Untuk mengetahui pemeriksaan medis disritmia.

g. Untuk mengetahui penatalaksanaan disritmia.

h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan disritmia.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI ARITMIA

Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering


terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada
frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal
atau otomatis (Doenges, 1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi
sel-sel miokardium.Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai
perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel
Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi
juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi.
Beberapa tipe malfungsi jantung yang paling mengganggu tidak terjadi
sebagai akibat dari otot jantung yang abnormal tetapi karena irama jantung yang
abnormal. Sebagai contoh, kadang-kadang denyut atrium tidak terkoordinasi
dengan denyut dari ventrikel, sehingga atrium tidak lagi berfungsi sebagai
pendahulu bagi ventrikel.
Aritmia adalah kelainan elektrofisiologi jantung dan terutama kelainan
system konduksi jantung. Aritmia adalah gangguan pembentukan dan/atau
penghantaran impuls. Terminology dan pemakaian istilah untuk aritmia sangat
bervariasi dan jauh dari keseragaman di antara para ahli.

5
Aritmia Dapat digolongkan menjadi :

1. Gangguan pembentukan impuls

Pada Nodus Sinoatrial Pada Atrium


 Bradikardia Sinus  Ekstrasistolik atrial
 Takikardia Sinus  Takikardia atrial
 Aritmia Sinus  Atrial Flutter
 Henti Sinus  Fibrilasi Atrial

Pada Pengubung AV Node Pada Ventrikel


 Ekstrasistolik penghubungAV  Ekstrasistolik Ventrikular
 Takikardia penguhung AV  Takikardia Ventrikular
 Ventrikular Flutter

2. Gangguan panghantaran impuls


a. Blok sino-atrial
b. Blok sino-ventrikular
c. Blok intraventrikular

6
B. Etiologi Aritmia

Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :

 Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard


(miokarditis karena infeksi)

 Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri


koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.

 Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat
anti aritmia lainnya

 Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)

 Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja


dan irama jantung

 Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.

 Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)

 Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)

 Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung

 Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem


konduksi jantung)

Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung atau


kelainan irama jantung. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah:

1. Penyakit Arteri Koroner

Penyempitan arteri jantung, serangan jantung, katup jantung abnormal,


kardiomiopati, dan kerusakan jantung lainnya adalah faktor resiko untuk
hampir semua jenis aritmia jantung

2. Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko terkena penyakit arteri


koroner.Hal ini juga menyebabkan dinding ventrikel kiri menjadi kaku dan

7
tebal, yang dapat mengubah jalur impuls elektrik di jantung.

3. Penyakit Jantung Bawaan

Terlahir dengan kelainan jantung dapat memengaruhi irama jantung :

1. Masalah pada Tiroid

Metabolisme tubuh dipercepat ketika kelenjar tiroid melepaskan hormon


tiroid terlalu banyak.Hal ini dapat menyebabkan denyut jantung menjadi
cepat dan tidak teratur sehingga menyebabkan fibrilasi atrium (atrial
fibrillation). Sebaliknya, metabolisme melambat ketika kelenjar tiroid tidak
cukup melepaskan hormon tiroid, yang dapat menyebabkan bradikardi
(bradycardia).

2. Obat dan Suplemen

Obat batuk dan flu serta obat lain yang mengandung pseudoephedrine
dapat berkontribusi pada terjadinya aritmia.

3. Obesitas

Selain menjadi faktor resiko untuk penyakit jantung koroner, obesitas


dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung.

4. Diabetes

Resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi akan
meningkat akibat diabetes yang tidak terkontrol. Selain itu, gula darah rendah
(hypoglycemia) juga dapat memicu terjadinya aritmia.

5. Obstructive Sleep Apnea

Obstructive sleep apnea disebut juga gangguan pernapasan saat


tidur.Napas yang terganggu, misalnya mengalami henti napas saat tidur dapat
memicu aritmia jantung dan fibrilasi atrium.

6. Ketidakseimbangan Elektrolit

Zat dalam darah seperti kalium, natrium, dan magnesium (disebut


elektrolit), membantu memicu dan mengatur impuls elektrik pada jantung.

8
Tingkat elektrolit yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat memengaruhi
impuls elektrik pada jantung dan memberikan kontribusi terhadap terjadinya
aritmia jantung.

7. Terlalu Banyak Minum Alkohol

Terlalu banyak minum alkohol dapat memengaruhi impuls elektrik di


dalam jantung serta dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya fibrilasi
atrium (atrial fibrillation). Penyalahgunaan alkohol kronis dapat
menyebabkan jantung berdetak kurang efektif dan dapat menyebabkan
cardiomyopathy (kematian otot jantung).

8. Konsumsi Kafein atau Nikotin

Kafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung berdetak


lebih cepat dan dapat berkontribusi terhadap resiko aritmia jantung yang
lebih serius. Obat-obatan ilegal, seperti amfetamin dan kokain dapat
memengaruhi jantung dan mengakibatkan beberapa jenis aritmia atau
kematian mendadak akibat fibrilasi ventrikel (ventricular fibrillation).

C. KLASIFIKASI

Aritmia terbagi menjadi dua :

1. Gangguan Pembentukan Impuls

A. Aritmia Nodus Sinus

1) Sinus Bradikardi
Sinus Bradikardi adalah irama sinus yang lambat denan
kecepatan kurang dari 60 denyut/menit. Hal ini sering terjadi pada
olahragawan dan seringkali menunjukkan jantung yang terlatih
baik. Bradikardia sinus dapat juga disebabkan karena miksedema,
hipotermia, vagotoni, dan tekanan intrakarnial yang meninggi.
Umumya bradikardia tidak perlu di obati klau tidak menimbulkan
keluhan pada pasien. Tetapi bila bradikardi > 40/menit dan
menyebabkan keluhan pada pasien maka sebaikkan di obati dengan
pemberian sulfasatrofin yang dapat diiberikan pada intra vena.
Sampai bradikardia dapat diatasi.

9
2) Sinus Takikardi
Ialah irama sinus yang lebih cepat dari 100/menit. Biasanya
tidak melebihi 170/menit. Keadaan ini biasanya terjadi akibat
kelainan ekstrakardial seperti infeksi, febris, hipovolemia,
gangguan gastrointestinal,anemia, penyakit paru obstruktif kronik,
hipertiroidisme. Dapat terjadi pada gagal jantung.

3) Seinus Aritmia
Ialah kelainan irama jantung dimana irama sinus menjadi lebih
cepat pada watu inspirasi dan menjadi lambat pada waktu ekspirasi.
4) Henti sinus (sinus arrest)

Terjadi akibat kegagalan simpul SA, setelah jedah, simpul SA


akan aktif kembali

B. Aritmia Atrium

1) Kontraksi prematur atrium (Ekstrasistole Atrial)


Secara klinis ekstrasistol nodal hampir tidak dapat dibedakan
dengan ekstrasistol ventrikular ataupun ekstrasistol atrial. Pada
gambaran EKG ialah adanya irama jantung yag terdiri atas
gelombang T yang berasal dari AV node di ikuti kompleks QRS,
biasanya dengan kecepatan 50-60/menit. Pada trakikardia idionodal
(AV junctional tachycardia atau nodal tachycardia) terdapat dua
macam, yaitu : idiojunctional tachycardia dengan kecepatan denyut
ventrikel 100-140/menit, dan axtrasistolik AV junctional
tachycardia dengan denyut ventrikel 140-200/ menit.

10
2) Paroksimal Takikardi Atriuum
Disebut juga takikardia supra vebtrikular. Merupakan sebuah
takikardia yang berasal dari atrium atau AV node. Biasanya
disebabkan karena adanya re-entry baik di atrium, AV node atau
sinus node. Pasien yang mendapatka serangan ini merasa
jantungnya berdebar cepat sekali, gelisah, keringat dingin, dan
akan merasa lemah. Kadang timbul sesak nafas dan hipotensi. Pada
pemeriksaan EKG akan terlihat gambaran seperti ekstrasistol atrial
yag berturut-turut > 6.
Terdapat sederetan denyut atrial yg timbul cepat berturut- turut dan
teratur.
 Gelombang P sering tdk terlihat,
 Rate : 140 – 250x/mnt

3) Flutter atrium
Pelepasan impuls dari fokus ectopic di atrium cepat dan teratur
 Rate : 250 – 350x/mnt

11
4) Fibrilasi atrium

Pada fase ini di EKG akan tampak gelombang fibrilasi


(fibrillation wave) yag berupa gelombang yang sangat tidak teratur
dan sangat cepat dengan frekuensi 300/ menit. Pada pemeriksaan
klinis akan ditemukan irama jantung yang tidak teratur dengan
bunyi jantung yang intensitasnya juga tidak sama.

C. Aritmia Ventrikel

1) Kontraksi prematur ventrikel


Terjadi akibat peningkatan otomatisa sel ataupun ventrikel
PVC biasa di sebabkan oleh toksisitas digitalis, hipoksia,
hipokalemia, demam, asedosis atau peningktan sirkulkalasi
katekolamin. Pada kontraksi premature ventrikel mempunyai
karakter sebagai berikut:
 Frekuensi:60-100 x/menit
 Gelombang p: tidak akan muncul karena impuls berasal dari
ventrikel
 Gelombang QRS: biasanya lebar dan aneh, berdurasi lebih
dari 0,10 detik
 Hantaran: terkadang retrograde melalui jaringan
penyambung atrium
 Irama ireguler bila terjadi denyut premature

12
2) Bigemini ventrikel
Biasanya terjadi disebabka oleh intoksikasi digitalis, penyakit
arteri koroner, miokard,infark, akut dan chf. Istilah bigemini
mengacu pada kondisi dimana setiap denyut jantung adalah
premature. Karakter:
 frekuensi: dapat terjadi pada frekuensi jantung berapapun,
tetapi biasanya kuranga dari 90x/menit.
 Gelombang p: dapat tersembunyi dalam kompleks QRS
 Kompleks QRS: qrs lebar dan aneh dan terdapat jeda
kompensasi lengkap.
 Hantaran: denyut sinus dihantarkan dari nodus sinus secara
normal namun PVC yang ulai berselang-seling pada
ventrikel akan mengakibatkan hantaran retrograde ke
jaringan penyambung dan atrium
 Irama: ireguler

3) Takikardi ventrikel
Ialah ekstrasistole ventrikel yang timbul berturut-turut 4 atau
lebih. Ekstrasistole ventrikel dapat berkembang menjadi fibrilasi
ventrikel dan menyebabkan cardiac arrest. Penyebab takikardia
ventrikel ialah penyakit jantung koroner, infark miokard akut,
gagal jantung. Diagnosis ditegakkan apabila takikardia dengan
kecepatan antara 150-250/menit, teratur, tapi sering juga sedikit
tidak teratur. Pada gambaran EKG kompleks QRS yang lebar dari
0,12 detik dan tidak ada hubungan dengan gelombang P.

13
4) Fibrilasi ventrikel

Ialah irama ventrikel yang khas dan sama sekali tidak teratur.
Hal ini menyebabkan ventrikel tidak dapat berkontraksi dengan
cukup sehingga curah jantung menurun atau tidak ada, tekanan
darah dan nadi tidak terukur, penderita tidak sadar dan bila tidak
segera ditolong akan menyebabkan mati. Biasanya disebabkan oleh
penyakit jantung kooner, terutama infark miokard akut. Pengobatan
harus dilakukan secepatnya, yaitu dengan directed current
countershock dengan dosis 400 watt second.

1. Gangguan Penghantaran Impuls

a. Blok :
1) Blok SA,
Impuls yg dibentuk SA node diblok pada batas simpul SA
dengan jaringan atrium di sekitarnya, shg tdk terjadi aktivitas baik
di atrium maupun ventricel
2) Blok AV
Blok AV terjadi jika hambatan konduksi terjadi di jalur antara
nodus SA sampai berkaskis
3) Blok intraventrikular/B.B.B

Menunjukkan adanya gangguan konduksi di cabang kanan atau


kiri sistem konduksi, atau divisi anterior atau posterior cabang kiri.
14
Diagnosis ditegakkan atas dasar pemeriksaan EKG dengan adanya
kopleks QRS yang memanjang lebih dari 0,11 detik dan perubahan
bentuk kompleks QRS serta adanya perubahan axis QRS. Bila
cabang kiri terganggu di sebut left bundle branch blok mempunyai
gamaran EKG berupa bentuk rsR atau R yang lebar I, aVL, V5, V6.

b. Hantaran yang dipercepat :

Syndrome Wolf Parkinson White. Ditandai dengan adanya


depolarisasi ventrikel yang premature termasuk golongan ini. Syndrom
Wolff Pakison white (WPW), gambaran EKG menunjukkan gambaran
gelombang P normal, interval PR memendek (0,11 detik atau kurang),
kompleks QRS melebar karena adanya gelombang delta. Perubahan
gelombang T yang sekunder. Dan syndrom lown ganong levine (LGL),
pada gelombang EKG memperlihatkan adanya gelombang P normal,
interval PR memendek (0,11)

D. PATOFISIOLOGI

Aritmia ventrikel umumnya disebabkan oleh iskemia atau infark


myokard. Lokasi terjadinya infark turut mempengaruhi proses terjadinya
aritmia. Sebagai contoh, jika terjadi infark di anterior, maka stenosis
biasanya barada di right coronary artery yang juga berperan dalam
memperdarahi SA node sehingga impuls alami jantung mengalami
gangguan.

Akibat dari kematian sel otot jantung ini, dapat menimbulkan


gangguan pada depolarisasi dan repolarisasi jantung, sehingga
mempengaruhi irama jantung. Dengan dilepaskannya berbagai enzim
intrasel dan ion kalium serta penimbunan asam laktat , maka jalur-jalur
hantaran listrik jantung terganggu. Hal ini dapat menyebabkan hambatan
depolarisasi atrium atau ventrikel serta timbulnya aritmia. Penurunan
kontraktilitas myokard akibat kematian sel juga dapat menstimulus
pangaktifan katekolamin yang meningkatkan rangsang system saraf
simpatis, akibatnya akan terjadi peningkatan frekuensi jantung,
peningkatan kebutuhan oksigen dan vasokonstriksi. Selain itu iritabilitas
myokard ventrikel juga menjadi penyebab munculnya aritmia ventrikel,
baik VES< VT maupun VF.

15
Pathway

16
E. MANIFESTASI KLINIS

Manisfestasi klinis yang timbul secara umum pada gangguan irama


jantung sebagai berikt.

1. Perubahan TD (hipertensi atau hipotensi), nadi mungkin tidak teratur,


defisit nadi, bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun,
kulit pucat, sianosis, berkeringat, edema; keluaran urine menurun bila
curah jantung menurun berat.
2. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
3. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat anti
angina, gelisah.
4. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan, bunyi
nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan
komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau
fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
5. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema
(trombosis siferfisial); kehilangan tonus otot/ kekuatan.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. EKG : Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.


Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidak-seimbangan elektrolit
dan obat jantung.
2. Monitor halter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien
aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi
pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup.
4. Skan pencitraan miokardia : Dapat menunjukkan area iskemik/kerusakan
miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu
gerakan dinding dan kemampuan pompa.
5. Tes stres latihan : Dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium
dapat menyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat
jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, guinidin.
8. Pemeriksaan tyroid : Peningkatan atau penurunan kadar tyroid serum dapat
menyebabkan meningkatkan disritmia.

17
9. Laju sedimentasi : Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut
contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.

10. GDA/nadi oksimatri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi


disritmia.

G. PENATALAKSANAAN

Pada prinsipnya tujuan terapi aritmia adalah :

1. Mengembalikan irama jantung yang normal (rhythm control),


2. Menurunkan frekuensi denyut jantung (rate control),

3. Mencegah terbentuknya bekuan darah.

Terapi sangat tergantung pada jenis aritmia. Sebagian gangguan ini


tidak perlu diterapi. Sebagian lagi dapat diterapi dengan obat-obatan. Jika
kausa aritmia berhasil dideteksi, maka tak ada yang lebih baik daripada
menyembuhkan atau memperbaiki penyebabnya secara spesifik. Aritmia
sendiri, dapat diterapi dengan beberapa hal yaitu disritmia umumnya ditangani
dengan terapi medis. Pada situasi dimana obat saja tidak memcukupi,
disediakan berbagai terapi mekanis tambahan. Terapi yang paling sering
adalah kardioversi elektif, defibrilasi dan pacemaker. Penatalaksanaan bedah,
meskipun jarang, juga dapat dilakukan.

a. Terapi Medis
Obat-obatan. Ada beberapa jenis obat yang tersedia untuk
mengendalikan aritmia. Pemilihan obat harus dilakukan dengan hati-
hati karena mereka pun memiliki efek samping. Beberapa di antaranya
justru menyebabkan aritimia bertambah parah. Evaluasi terhadap
efektivitas obat dapat dikerjkan melalui pemeriksaan EKG
(pemeriksaan listrik jantung).
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
1) Antiaritmia Kelas 1 : Sodium Channel Blocker
— Kelas 1 A
 Quinidin : adalah obat yang digunakan dalam terapi
pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial
fibrilasi atau flukter.
 Procainamide : untuk ventrikel ekstra sistol atrial
fibrilasi dan aritmia yang menyertai anestesi.
 Dyspiramide : untuk SVT akut dan berulang.
— Kelas 1 B
 Lignocain : untuk aritmia ventrikel akibat iskemia
miokard, ventrikel takikardia.
 Mexiletine : untuk aritmia ventrikel dan VT.
— Kelas 1 C

18
 Flecainide : untuk ventrikel ektopik dan takikardi.
2) Antiaritmia Kelas 2 (Beta Adrenergik Blokade)
 Atenol, Metroprolol, Propanolol : indikasi aritmia jantung,
angina pektoris dan hipertensi.
3) Antiaritmia Kelas 3 (Prolong Repolarisation)
 Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang.
4) Antiaritmia Kelas 4 (Calsium Channel Blocker)
 Verapamil, indikasi Supraventrikular aritmia.
b. Terapi Mekanis
1) Kardioversi : Mencakup pemakaian arus listrik untuk
menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya
merupakan prosedur elektif. Kardioversi mencakup pemakaian
arus listrik untuk menghentikan disritmia yang memiliki kompleks
QRS, biasanya merupakan prosedur elektif. Pasien dalam keadaan
sadar dan diminta persetujuannya.
2) Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pda keadaan
gawat darurat. Defibrilasi adalah kardioversi asinkronis yang
digunakan pada keadaan gawat darurat. Biasanya terbatas
penatalaksanaan fibrilasi ventrikel apabila tidak ada irama jantung
yang terorganisasi. Defibrilasi akan mendepolarisasi secara
lengkap semua sel miokard sekaligus, sehingga memungkinkan
nodus sinus memperoleh kembali fungsinya sebagai pacemaker.
3) Defibrilator Kardioverter Implantabel : suatu alat untuk mendeteksi
dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa
atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
4) Terapi Pacemaker : Alat listrik yang mampu menghasilkan
stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol
frekuensi jantung.
5) Pembedahan Hantaran Jantung

Takikardian atrium dan ventrikel yang tidak berespons terhadap


pengobatan dan tidak sesuai untuk cetusan anti takikardia dapat ditangani
dengan metode selain obat dan pacemaker. Metode tersebut mencakup isolasi
endokardial, reseksi endokardial, krioablasi, ablasi listrik dan ablasi frekwensi
radio.

Isolasi endokardial dilakukan dengan membuat irisan ke dalam


endokardium, memisahkannya dari area endokardium tempat dimana terjadi
disritmia. Batas irisan kemudian dijahit kembali. Irisan dan jaringan parut
yang ditimbulkan akan mencegah disritmia mempengaruhi seluruh jantung.

Pada reseksi endokardial, sumber disritmia diidentifikasi dan daerah


endokardium tersebut dikelupas. Tidak perlu dilakukan rekonstruksi atau
perbaikan.

19
Krioablasi dilakukan dengan meletakkkan alat khusus, yang
didinginkan sampai suhu -60ºC (-76ºF), pada endokardium di tempat asal
disritmia selama 2 menit. Daerah yang membeku akan menjadi jaringan parut
kecil dan sumber disritmia dapat dihilangkan.

Pada ablasi listrik sebuah kateter dimasukkan pada atau dekat sumber
disritmia dan satu sampai lima syok sebesar 100 sampai 300 joule diberikan
melalui kateter langsung ke endokardium dan jaringan sekitarnya. Jaringan
jantung menjadi terbakar dan menjadi parut, sehingga menghilangkan sumber
disritmia.

Ablasi frekwensi radio dilakukan dengan memasang kateter khusus


pada atau dekat asal disritmia. Gelombang suara frekwensi tinggi kemudian
disalurkan melalui kateter tersebut, untuk menghancurkan jaringan disritmik.
Kerusakan jaringan yang ditimbulkan lebih spesifik yaitu hanya pada jaringan
disritmik saja disertai trauma kecil pada jaringan sekitarnya dan bukan trauma
luas seperti pada krioablasi atau ablasi listrik.

20
H. DEFINIS ALAT PACU JANTUNG

Pacemaker adalah alat pacu detak jantung dan langsung mengontrol detak


jantung. Kontraksi jantung (cardiac) otot pada manusia , alat mekanis yang
disebut alat pacu jantung buatan (atau hanya "alat pacu jantung") dapat
digunakan setelah kerusakan pada sistem konduksi intrinsik tubuh untuk
menghasilkan impuls sintetis (Shadily, 2014)

Pacu jantung (pacemaker) adalah sebuah alat tenaga baterai yang


ditanamkan dengan pembedahan ke dada dan mengirimkan sinyal untuk
mengatur detak jantung. Ini direkomendasikan bagi pasien yang
memiliki masalah jantung yang menyebabkan jantungnya berdetak terlalu
cepat atau terlalu lambat sehingga menimbulkan beragam gejala, seperti
pingsan, pusing ringan, napas pendek, dan mudah lelah. Pemasangan alat
pacu jantung sangat membantu bagi mereka yang menderita atau
mengalami:

 Bradikardia – detak jantung pelan yang tidak normal disebabkan


kerusakan sa node
 Takikardia Supraventrikular – detak jantung cepat yang tidak
normal disebabkan oleh kerusakan sa node.
 Penyumbatan Jantung – saat ada sinyal listrik salah di jantung dapat
menyebabkan detak jantung tidak teratur
 Gagal jantung- saat terjadi masalah kelistrikan di dalam jantung yang
menyebabkan jantung berhenti berdetak, membahayakan nyawa
seseorang.

Pemasangan alat pacu jantung dilakukan dengan prosedur


sederhana dan langsung. Alat ini dirancang untuk mengirimnkan sinyal
elektrik ke jantung untuk memastikan detaknya stabil, yang disebut
discharge rate. Detak ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
pasien. Alat ini hanya akan dipasangkan sekali dan memiliki baterai yang
dapat bertahan enam sampai sepuluh tahun, tergantung jenis pacu jantung
yang digunakan. Semakin modern alatnya, makin banyak energi yang
digunakan sehingga hanya bertahan dalam waktu yang lebihsedikit.
Sebuah alat pacu jantung bekerja dengan bantuan dari generator detak
jantung dan sirkuit komputer yang merubah energi dari baterai menjadi
detak elektrik yang secara efektik merangsang kontraksi jantung sesuai
permintaan; ini berarti jika ala ttersebut mendeteksi gangguan atau merasa
jantung tidak berdetak dengan normal, pacu jantung akan mengirimkan
sinyal elektrik, namun berhenti saat jantung berdetak normal kembali.

Alat pacu jantung dapat mengimbangi dengan tingkat aktivitas tubuh,


berkat sensor khusus yang dapat mengenali apakah tubuh lebih aktif
sehingga membutuhkan discharge rate lebih cepat.

21
Fungsi pacemaker yaitu :

1 Mempercepat irama jantung yang lambat.


2 Membantu mengendalikan irama jantung abnormal atau cepat.
3 Pastikan kontrak ventrikel normal jika atrium yang bergetar bukan
pemukulan dengan irama normal (kondisi yang disebut atrial fibrilasi ).
4 Mengkoordinasikan sinyal listrik antara bilik atas dan bawah dari
jantung.
5 Mengkoordinasikan sinyal listrik antara ventrikel. Alat pacu jantung
yang melakukan ini disebut terapi sinkronisasi jantung (CRT)
perangkat. perangkat CRT digunakan untuk mengobati gagal jantung .
6 Mencegah aritmia berbahaya yang disebabkan oleh kelainan yang
disebut sindrom QT panjang .
7 Alat pacu jantung juga dapat memonitor dan merekam aktivitas listrik
jantung Anda dan irama jantung. 
8 Alat pacu jantung baru dapat memonitor suhu darah, kecepatan napas,
dan faktor lain dan menyesuaikan detak jantung Anda untuk perubahan
dalam aktivitas Anda.

    KLASIFIKASI

Alat pacemaker terdiri dari :

1 Transvenous pacing (temporary pacemaker)

temporary pacemaker adalah suatu alat pacu jantung sementara dimana


kawat atau elektrode pacu jantung dimasukan melalui vena (pembuluh
darah balik) biasanya melalui vena femoralis/ vena jugularis/ vena
subclavia menuju atrium atau ventrikel kanan. Sedangkan generatornya
ditempatkan diluar dan bersifat sementara.

2 Permanent pacemaker

Pacujantung menetap adalah suatu alat medis yang ditanam dalam tubuh
pasien beruapa kawat pacing yang ditanam dalam satu ruang atau beberapa
ruang jantung melalui vena yang tepat dan dihubungkan generator dari
pacu jantung tersebut yang ditanam dibawah kulit atau otot dada kanan
atau kiri. Ada beberapa tipe dari pacu jantung permanen, yaitu :

 Single-chamber pacemaker. Pada tipe ini kawat pacing hanya ada


satu yang akan ditempatkan disalah satu ruang jantung yaitu
atrium(serambi) atau ventrikel(bilik).
 Dual-chamber pacemaker. Disini kawat pacing yang akan

22
ditempatkan ada 2, satu ditempatkan di atrium dan satu di
ventrikel. Tipe ini lebih fisiologis atau lebih mirip dengan cara
kerja pacu jantung orang yang sehat dengan adanya koordinasi
pemacuan antara atrium dan ventrikel.
 Rate-responsive pacemaker.  Pacemaker tipe ini mempunyai sensor
yang bisa mendeteksi aktifitas fisik pasien dan secara otomatis
akan mengatur frekwensi kecepatan pemacuan sesuai dengan
kebutuhan metabolisme pasien.

  Biventricular pacing atau Cardiac resyncronization therapy


(BVP/CRT). Adalah suatu pacemaker generasi baru dengan 3
kawat pacu yang akan dipasang yaitu ditempatkan di atrium kanan,
ventrikel kanan dan ventrikel kiri melalui sinus coronarius.

MANIFESTASI KLINIS
1 Perubahan tekanan darah ( hipertensi atau hipotensi ), nadi tidak
teratur, irama jantung tidak teratur, kulit pucat, sianosis, berkeringat,
edema, haluan urin menurun bila curah jantung menurut berat.
2 Syncape, pusing, disorientasi, letargi perubahan pupil.
3 Nyeri dada ringan sampai berat, gelisah.
4 Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan atau kedalaman pernafasan,
bunyi nafas tambahan ( krekels, ronki, mengi ) menunjukkan adanya
komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri ( edema paru )
atau fenomena tromboembolitik pulmonal, hemoptisis.
5 Demam, kemerahan kulit ( reaksi obat ), inflamasi, eritema, edema,
kehilngan fonus otot/kekuatan

INDIKASI

Kemungkinan alat pacu jantung Anda berhenti berfungsi sebagaimana


mestinya akibat gangguan elektrik sangatlah kecil. Akan tetapi,
sebaiknya Anda tetap mengambil beberapa tindakan pencegahan yaitu:

 Telepon genggam. Berbicara melalui telepon genggam cukup aman,


akan tetapi hindari menaruh telepon genggam Anda secara langsung
dekat dengan tempat pemasangan alat pacu jantung Anda ketika
telepon dinyalakan. Meskipun jarang terjadi, alat pacu jantung Anda
dapat salah menginterpretasi sinyal telepon genggam sebagai suatu
denyut jantung dan menahan pacu, yang menimbulkan gejala seperti
kelelahan mendadak.

23
  Sistem keamanan. Melewati detektor metal di airport tidak akan
mengganggu alat pacu jantung Anda, meskipun metal di dalamnya
dapat membunyikan alarm. Namun hindari berada di dekat atau
bersandar pada sistem deteksi metal. Apabila petugas keamanan
bersikeras menggunakan detektor metal, beritahukan kepada mereka
untuk tidak meletakkan alat tersebut di dekat alat pacu jantung Anda
lebih lama dari yang diperlukan atau tanyakan bentuk alternatif dari
pencarian pribadi. Untuk menghindari masalah yang dapat
mengganggu, bawalah identitas yang menyatakan bahwa Anda
menggunakan alat pacu jantung.
 Peralatan medis. Apabila dokter lain mempertimbangkan tindakan
medis apapun yang melibatkan paparan intensif terhadap energi
elektromagnetik, beritahukan kepadanya bahwa Anda memakai alat
pacu jantung. Tindakan seperti magnetic resonance imaging (MRI),
radioterapi untuk pengobatan kanker, dan shock wave lithotripsy, yang
menggunakan gelombang shock untuk menghancurkan batu ginjal atau
batu empedu yang besar.Apabila Anda akan menjalani operasi,
tindakan untuk mengontrol perdarahan (elektrokauter) juga dapat
mengganggu fungsi alat pacu jantung.
  Peralatan yang membutuhkan energi (power-generating
equipment). Berdiri sedikitnya 60 cm dari peralatan las, sistem
bertegangan tinggi, atau sistem generator. Apabila Anda bekerja di
sekitar peralatan tersebut, Dokter Kami akan mengatur suatu tes di
tempat kerja Anda untuk menentukan apakah tempat kerja Anda akan
mempengaruhi alat pacu jantung Anda.

Alat-alat yang tidak terlalu mempengaruhi alat pacu jantung Anda


antara lain oven microwave, televisi,  remote control, radio, pemanggang
roti, selimut elektrik, alat cukur listrikdan bor listrik.

 KOMPLIKASI PACEMAKER
Komplikasi yang mungkin terjadi dari operasi pemasangan alat pacu jantung
Anda sangat jarang, namun dapat juga terjadi:
a. Infeksi pada tempat dimana alat pacu jantung dipasang.
b. Reaksi alergi terhadap kontras atau obat bius selama tindakan.
c. Bengkak, memar, atau perdarahan pada lokasi generator, terutama
apabila Anda sedang mengkonsumsi pengencer darah.
d. Kerusakan pada pembuluh darah atau saraf Anda yang berada di dekat
alat pacu jantung.
e. Kolaps paru.

24
f. Tusukan pada otot jantung Anda, yang dapat menjadi sumber
perdarahan dalam selaput jantung Anda dan mungkin dapat
membutuhkan penanganan segera.
g. Komplikasi yang mengancam nyawa sangat jarang terjadi.
.

25
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang


sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah
perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi
elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999).

Beberapa tipe malfungsi jantung yang paling mengganggu tidak terjadi


sebagai akibat dari otot jantung yang abnormal tetapi karena irama jantung
yang abnormal. Sebagai contoh, kadang-kadang denyut atrium tidak
terkoordinasi dengan denyut dari ventrikel, sehingga atrium tidak lagi
berfungsi sebagai pendahulu bagi ventrikel.

Aritmia adalah kelainan elektrofisiologi jantung dan terutama kelainan


system konduksi jantung. Aritmia adalah gangguan pembentukan dan/atau
penghantaran impuls. Terminology dan pemakaian istilah untuk aritmia sangat
bervariasi dan jauh dari keseragaman di antara para ahli.

B. Saran

1. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan


pelayanan kesehatan terutama pada disritmia untuk pencapaian kualitas
keperawatan secara optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu
dilaksanakan secara berkesinambungan.

2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan


pengobatan karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan
yang sempurna maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh
sebab itu perlu adanya penjelasan pada klien dan keluarga mengenai
manfaat serta pentingnya kesehatan.

3. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan


menerapkan asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan disritmia.

26
DAFTAR PUSTAKA
1. Doengoes, Marylin E. 2000. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan.
Edisi 3. Jakarta:EGC.
2. Carpenito J.L. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
3. Smeltzer, Suzanne & Brenda G. Bare, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah
4. http://ekoandriantoro.blogspot.com/2015/11/makalah-pacemaker.html
5. https://www.docdoc.com/id/info/procedure/tanam-alat-pacu-jantung/ \
6. https://www.alodokter.com/mengenal-alat-pacu-jantung-dan-cara-kerjanya

27

Anda mungkin juga menyukai