Anda di halaman 1dari 23

Makalah Aritmia

Diajukan untuk memenuhi tugas semester 3


Mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I
Dosen Pengumpu Ns. Asep Solihat S.Kep.,M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 3


Fajrin A
Selvina W
Sofie
Sylva A

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)


Jln.Harapan No.50 Lenteng Agung Jakarta Selatan 1261
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah
diberi nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
Manajemen Pasien dengan Aritmia. Tidak lupa kita kirimkan shalawat beriring
salam kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW karena atas berkat dari
beliaulah kita dapat merasakan alam yang penuh dengan pengetahuan dan teknologi
seperti saat ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas
bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

Cianjur, 05 Desember 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

BAB I ................................................................................................................2

PENDAHULUAN ............................................................................................2

BAB II...............................................................................................................3

PEMBAHASAN ...............................................................................................3

2. Diagnosa keperawatan .......................................................................................14

a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan


konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia. ......................................14

b.Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan


dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi. ........14

3. Intervensi ............................................................................................................14

a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan


konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia. ......................................14

Kriteria hasil : .........................................................................................................14

b. Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan


dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi. ........15

c. Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia berpartisipasi dalam


aktifitas yang menurunkan kerja miokardia. ..........................................................16

BAB III ...........................................................................................................20

PENUTUP ......................................................................................................20

DAFTAR ISI
http://kumpulanmaterikeperawatanrimanurmala.blogspot.co.id/2014/10/
makalah-aritmia.html ..............................................................................21

http://neutronboyszone.blogspot.co.id/2012/12/askep-kegawatdaruratan-
aritmia.html .............................................................................................21

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terdapat penyimpangan pada heart rate normal atau irama jantung, aritmia
secara langsung berhubungan dengan gangguan dalam jaras konduksi dari
jantung. Pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan tempatnya (ventrikel atau
supraventrikel), aritmia pada anak biasanya kongenital atau berhubungan dengan
pembedahan jantung. Kemaknaan klinis bergantung pada curah jantung, tekanan
darah, dan tempatnya. Aritmia tidak sering terjadi pada anak. Pengobatan
biasanya termasuk penggunaan pengobatan antiaritmia, seperti digitalis
glycoside dan verapamil (Calan). Aritmia merupakan masalah pada jantung yang
terjadi ketika organ tersebut berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak
teratur. Hal ini disebabkan oleh impuls elektrik yang berfungsi mengatur detak
jantung tidak bekerja dengan baik.

B. Tujuan
1. Bisa mengetahui apa yang dimaksud Aritmia
2. Bisa mengetahui penyebab Aritmia
3. Bisa mengetahui bagaimana manajemen pasien Aritmia

C. Rumusan masalah
1. Apakah definisi dari Aritmia?
2. Apa saja jenis Aritmia?
3. Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya Aritmia?
4. Apa saja tanda dan gejala Aritmia?
5. Apa saja yang dapat digunakan untuk pemeriksaan Aritmia?
6. Bagaimana asuhan keperawatan dan manajemen pada pasien dengan Aritmia.

2
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aritmia
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi
pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada
frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal
atau otomatis timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium.
Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk
potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel. Gangguan irama jantung
tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk
gangguan kecepatan denyut dan konduksi.

Aritmia jantung (heart arrhythmia) menyebabkan detak jantung menjadi terlalu


cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia jantung umumnya tidak
berbahaya. Kebanyakan orang sesekali mengalami detak jantung yang tidak
beraturan kadang menjadi cepat, kadang melambat. Namun beberapa jenis
aritmia jantung dapat menyebabkan gangguan kesehatan atau bahkan sampai
mengancam nyawa. . Aritmia dan HR abnormal tidak harus terjadi bersamaan.
Aritmia dpt terjadi dg HR yang normal, atau dengan HR yang
4

lambat (disebut bradiaritmia - kurang dari 60 per menit). Aritmia bisa juga
terjadi dengan HR yang cepat (disebut tachiaritmia - lebih dari 100 per menit).

Pengobatan aritmia jantung seringkali dapat mengendalikan atau


menghilangkan denyut jantung tidak teratur. Selain itu, aritmia juga dapat
diatasi dengan menjalankan gaya hidup sehat. Tanda dan gejala aritmia jantung
tidak selalu mudah dikenali. Pemeriksaan kesehatan rutin bisa membantu untuk
mendeteksi aritmia lebih dini. Irama jantung yang tidak teratur dapat juga
terjadi pada jantung yang ‘normal dan sehat.

Gangguan irama jantung dapat di bagi dua:


1. Gangguan irama fibrilasi(tidak kuncup)pada serambi beresiko stroke
2. Gangguan irama fibrilasi (tidak kuncup) pada bilik jantung berakibat
langsung fatal.
Gangguan irama jantung yang paling sering terjadi adalah "serambi jantung
tidak menguncup" atau fibrilasi-bergetar kecil saja dan hanya sekali-sekali saja
kuncup secara normal dimana yang seharusnya pacu jantung SA di serambi kiri
memberikan pacu untuk serambi jantung agar menguncup secara teratur tetapi
tidak berhasil dan seluruh dinding serambi hanya bergetar saja tanpa memompa
jantung alias ngadat, hal akan sangat berbahaya dan beresiko untuk terjadinya
stroke. Walaupun serambi tidak menguncup sempurna karena adanya gangguan
irama tetapi darah masih dapat mengalir lambat ke bilik jantung dan selanjutnya
dipompakan keseluruh tubuh.

Kasus-kasus fibrilasi serambi tidak kuncup banyak terjadi Uni Eropah dan
Amerika Serikat, terutama pada mereka yang telah berusia di atas 60 tahun,
apalagi bagi yang memiliki usia di atas 80 tahun resiko terjadinya fibrilasi
serambi jantung semakin tinggi dapat terjadi.

Kejadian fibrilasi tidak kuncup yang terjadi pada bilik jantung maka akan
mengakibatkan kefatalan karena tidak adanya darah yang dipompakan keluar
jantung, dan dengan sekejap saja orang dapat meninggal.
5

Akibatnya Gangguan Irama pada serambi jantung ini membahayakan karena


sebagai akibat aliran darah yang tidak lancar dalam serambi jantung dapat
terbentuk bekuan darah yang semakin besar dimana kemudian bekuan ini dapat
lepas dan menyangkut di otak serta menimbulkan stroke. Bekuan darah ini
dapat juga lepas dan meyangkut di ginjal serta menimbulkan gagal ginjal.

Bradiaritmia dan Takiaritmia

Berbagai keadaan dapat menimbulkan kelainan pada sistem listrik jantung.


Pada umumnya gangguan sistem listrik jantung akan menimbulkan perubahan
irama jantung menjadi terlalu lambat (Bradiaritmia, jantung berdenyut kurang
dari 60 kali permenit) atau terlalu cepat (Takiaritmia, jantung berdenyut lebih
dari 100 kali permenit). Kedua keadaan tersebut akan berpengaruh terhadap
kerja jantung memompa darah ke seluruh tubuh.

Bila jantung berdenyut terlalu lambat, maka jumlah darah yang mengalir di
dalam sirkulasi menjadi berkurang, sehingga kebutuhan tubuh tidak terpenuhi.
Hal ini akan menimbulkan gejala seperti mudah capek, kelelahan yang kronis,
sesak, keleyengan bahkan sampai pingsan. Yang berbahaya, bila jumlah darah
yang menuju otak menjadi berkurang bahkan minimal sehingga terjadi pingsan
atau perasaan melayang. Pada keadaan yang lebih parah dapat menyebabkan
stroke.

Sebaliknya, bila jantung berdenyut terlalu cepat maka jantung akan mengalami
kelelahan dan akan menimbulkan gejala-gejala berdebar yang biasanya disertai
perasaan takut karena debaran jantung yang begitu cepat (sampai lebih dari 200
6

kali permenit). Pada keadaan yang ekstrim dimana bilik jantung berdenyut
sangat cepat dan tidak terkendali, maka terjadi kegagalan sirkulasi darah yang
bila dilakukan pertolongan cepat dengan kejut listrik (DC shock) dapat
mengakibatkan kematian. Takiaritmia tidak menimbulkan kematian
mendadak. Akan tetapi tentu harus dipastikan jenis aritmia apa yang terdapat
pada seorang pasien.

Bradiaritmia yang terjadi akibat hambatan transmisi listrik jantung, umumnya


menetap sehingga diperlukan alat bantu yang dapat menjamin kecukupan
frekuensi denyut jantung. Alat tersebut adalah alat pacu jantung tetap
(Permanent Pace Maker, PPM). PPM ditanam dibawah kulit dada lalu
dihubungkan ke jantung melalui sejenis kabel. Hanya diperlukan operasi kecil
dengan bius lokal saja untuk pemasangan PPM.

Takiaritmia, pada umumnya dapat disembuhkan total melalui tindakan ablasi.


Setelah dilakukan tindakan ablasi, pasien terbebas dari penyakit takiaritmia dan
tidak memerlukan obat-obatan lagi. Ablasi adalah tindakan invasif yang
merupakan kelanjutan dari EPS. Pada ablasi dilakukan pemutusan/eliminasi
sumber takiaritmia dengan menggunakan panas yang dihasilkan oleh
gelombang frekuensi radio. Tingkat keberhasilan ablasi pada takiartmia yang
umum terjadi, sangat tinggi yaitu sekitar 95%. Dengan resiko yang sangat
kecil.

B. Etiologi dan faktor resiko gangguan irama jantung


Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditis karena infeksi)
2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri
koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat
anti aritmia lainnya
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
7

5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi


kerja dan irama jantung
6. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
7. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
9. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
10. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem
konduksi jantung)

Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung atau


kelainan irama jantung. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah:

1. Penyakit Arteri Koroner


Penyempitan arteri jantung, serangan jantung, katup jantung abnormal,
kardiomiopati, dan kerusakan jantung lainnya adalah faktor resiko untuk
hampir semua jenis aritmia jantung.

2. Tekanan Darah Tinggi


Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko terkena penyakit arteri
koroner. Hal ini juga menyebabkan dinding ventrikel kiri menjadi kaku dan
tebal, yang dapat mengubah jalur impuls elektrik di jantung.

3. Penyakit Jantung Bawaan


Terlahir dengan kelainan jantung dapat memengaruhi irama jantung.
Metabolisme tubuh dipercepat ketika kelenjar tiroid melepaskan hormon
tiroid terlalu banyak. Hal ini dapat menyebabkan denyut jantung menjadi
cepat dan tidak teratur sehingga menyebabkan fibrilasi atrium (atrial
fibrillation).
Sebaliknya, metabolisme melambat ketika kelenjar tiroid tidak cukup
melepaskan hormon tiroid, yang dapat menyebabkan bradikardi
(bradycardia).
8

4. Obat dan Suplemen


Obat batuk dan flu serta obat lain yang mengandung pseudoephedrine dapat
berkontribusi pada terjadinya aritmia.

5. Obesitas
Selain menjadi faktor resiko untuk penyakit jantung koroner, obesitas dapat
meningkatkan resiko terkena aritmia jantung.

6. Diabetes
Resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi akan
meningkat akibat diabetes yang tidak terkontrol. Selain itu, gula darah rendah
(hypoglycemia) juga dapat memicu terjadinya aritmia.

7. Obstructive Sleep Apnea


Obstructive sleep apnea disebut juga gangguan pernapasan saat tidur. Napas
yang terganggu, misalnya mengalami henti napas saat tidur dapat memicu
aritmia jantung dan fibrilasi atrium.

8. Ketidakseimbangan Elektrolit
Zat dalam darah seperti kalium, natrium, dan magnesium (disebut elektrolit),
membantu memicu dan mengatur impuls elektrik pada jantung.
Tingkat elektrolit yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat memengaruhi
impuls elektrik pada jantung dan memberikan kontribusi terhadap terjadinya
aritmia jantung.

9. Terlalu Banyak Minum Alkohol


Terlalu banyak minum alkohol dapat memengaruhi impuls elektrik di dalam
jantung serta dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya fibrilasi atrium
(atrial fibrillation).
Penyalahgunaan alkohol kronis dapat menyebabkan jantung berdetak kurang
efektif dan dapat menyebabkan cardiomyopathy (kematian otot jantung).
10. Konsumsi Kafein atau Nikotin
9

Kafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung berdetak lebih
cepat dan dapat berkontribusi terhadap resiko aritmia jantung yang lebih
serius.
Obat-obatan ilegal, seperti amfetamin dan kokain dapat memengaruhi
jantung dan mengakibatkan beberapa jenis aritmia atau kematian mendadak
akibat fibrilasi ventrikel (ventricular fibrillation).

C. Patofisiologi Aritmia
Ada beberapa tanda dan gejala Aritmia, yaitu
a. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit
nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit
pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah
jantung menurun berat.
b. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
c. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah
d. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi
nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan
komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau
fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
e. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
f. Palpitasi
g. Pingsan
h. Rasa tidak nyaman di dada
i. Lemah atau keletihan
j. Detak jantung cepat (tachycardia)
k. Detak jantung lambat (bradycardia)
10

D. Pemeriksaan Gangguan Irama Jantung


1. EKG : Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit
dan obat jantung.
2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif
(di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu
jantung/efek obat antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan
dengan disfungsi ventrikel atau katup
4. Skan pencitraan miokardia : Dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan
miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu
gerakan dinding dan kemampuan pompa.
5. Tes stress latihan : Dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium
dapat menyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat
jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8. Pemeriksaan tiroid : Peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut
contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi
disritmia.

E. Penatalaksanaan Medis
11

Pada prinsipnya tujuan terapi aritmia adalah :


1. Mengembalikan irama jantung yang normal (rhythm control),
2. Menurunkan frekuensi denyut jantung (rate control),
3. Mencegah terbentuknya bekuan darah.
Terapi sangat tergantung pada jenis aritmia. Sebagian gangguan ini tidak
perlu diterapi.
Sebagian lagi dapat diterapi dengan obat-obatan. Jika kausa aritmia berhasil
dideteksi, maka tak ada yang lebih baik daripada menyembuhkan atau
memperbaiki penyebabnya secara spesifik. Aritmia sendiri, dapat diterapi
dengan beberapa hal di bawah ini;
Disritmia umumnya ditangani dengan terapi medis. Pada situasi dimana obat
saja tidak memcukupi, disediakan berbagai terapi mekanis tambahan. Terapi
yang paling sering adalah kardioversi elektif, defibrilasi dan pacemaker.
Penatalaksanaan bedah, meskipun jarang, juga dapat dilakukan.

1.. Terapi medis


Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :

Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker

2. Kelas 1 A
a. Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk
mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.

b. Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang
menyertai anestesi.

c. Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang

3. Kelas 1 B

Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel


takikardia. Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
12

4. Kelas 1 C
a. Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
b. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
c. Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina
pektoris dan hipertensi
d. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
e. Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
f. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)

g. Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia

5. Terapi mekanis
a. Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan
disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur
elektif.
b. Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat
darurat.
c. Defibrilator kardioverter implantable : suatu alat untuk mendeteksi dan
mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada
pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
d. Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik
berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.

F. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Pengkajian primer :

1. Airway
- Apakah ada peningkatan sekret ?
- Adakah suara nafas : krekels ?

2. Breathing
- Adakah distress pernafasan ?
- Adakah hipoksemia berat ?
13

- Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ?


- Apakah ada bunyi whezing ?

3. Circulation
- Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?
- Apakah ada takikardi ?
- Apakah ada takipnoe ?
- Apakah haluaran urin menurun ?
- Apakah terjadi penurunan TD ?
- Bagaimana kapilery refill ?
- Apakah ada sianosis ?

b. Pengkajian sekunder
1) Riwayat penyakit
2) Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
3) Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit
katup jantung, hipertensi
4) Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya
kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi
5) Kondisi psikososial

c. Pengkajian fisik
1) Aktivitas : kelelahan umum
2) Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin
tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi
ekstra, denyut menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal
pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila curah
jantung menurun berat.
3) Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut,
menolak, marah, gelisah, menangis.
4) Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran
terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan
kelembaban kulit
14

5) Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung,


letargi, perubahan pupil.
6) Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat
hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
7) Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan /kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels,
ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan
seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
8) Keamanan : demam, kemerahan kulit (reaksi obat), inflamasi,
eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus
otot/kekuatan

2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan
konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
b. Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan
berhubungan dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi
medis/kebutuhan terapi.
c. Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia berpartisipasi
dalam aktifitas yang menurunnya kerja miokardia.

3. Intervensi
a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan
konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
Kriteria hasil :
1) Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat yang
dibuktikan oleh TD/nadi dalam rentang normal, haluaran urin adekuat,
nadi teraba sama, status mental biasa

2) Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia


15

Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardi

Intervensi :

- Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan,


amplitudo dan simetris.
- Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut
jantung ekstra, penurunan nadi.
- Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.
- Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi; disritmia
atrial; disritmia ventrikel; blok jantung
- Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas
selama fase akut.
- Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal
relaksasi nafas dalam, bimbingan imajinasi
- Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor
penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh wajah
mengkerut, menangis, perubahan TD
- Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi
- Kolaborasi :
o Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit
o Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
o Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmi
o Siapkan untuk bantu kardioversi elektif
o Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung
o Masukkan/pertahankan masukan IV
o Siapkan untuk prosedur diagnostik invasif
o Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrillator

b. Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan


berhubungan dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi
medis/kebutuhan terapi.
16

Kriteria hasil:

1) Menyatakan pemahaman tentang kondisi, program pengobatan

2) Menyatakan tindakan yang diperlukan dan kemungkinan efek samping


obat

Intervensi :

- Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal


- Jelakan/tekankan masalah aritmia khusus dan tindakan terapeutik pada
pasien/keluarga
- Identifikasi efek merugikan/komplikasiaritmia khusus contoh
kelemahan, perubahan mental, vertigo.
- Anjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat
diperlukan; bagaimana dan kapan minum obat; apa yang dilakukan bila
dosis terlupakan
- Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan
- Kaji ulang kebutuhan diet contoh kalium dan kafein
- Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk dibawa
pulang
- Anjurkan psien melakukan pengukuran nadi dengan tepat
- Kaji ulang kewaspadaan keamanan, teknik mengevaluasi pacu jantung
dan gejala yang memerlukan intervensi medis
- Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan
karotis/sinus, manuver Valsava bila perlu

c. Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia berpartisipasi dalam


aktifitas yang menurunkan kerja miokardia.
Intervensi :

- Raba nadi (radial,temoral,dorsalis pedis) catat frekuensi,


keteraturan,amplituto dan simetris.
- Auskultasi bunyi jantung,catat frekuensi,irama.catat adanya deyut jantung
ektra,menurunan nadi .
17

- Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.


- Tentukan tipe distritmia dan catat irama: takikardi;bradikardi;distritmia
atrial;distritmia ventrikel;blok jatung
- Berikan lingkungan tenang, kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama
fase akut.
- Demonstrasikan/dorong penggunaan prilaku pengaturan stress missal
relaxsasi nafas dalam,bimbingan imajinasi.
- Selidiki laporan nyeri,catat lokasi,lamanya, intensitas dan
factorpengilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non verbal contoh wajah
mengkerut,menangis,perubahan TD .
- Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi.

Kolaborasi :
1. Pantau pemeriksaan laboratorium contoh elektrolit.
2. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
3. Berikan obat sesuai indikasi ;kalium,antidistrimi.
4. Siapkan untuk bantu kardioversi elektif.
5. Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung
6. Masukan pertahankan masukan IV
7. Siapkan untuk prosedur diagnotik invasive
8. Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrillator.

G. Penatalaksanaan Aritmia
• Untuk pemantauan dan tindak lanjut pasien dengan alat implan kardiak,
pemantauan dari jarak jauh harus sering dilakukan;
• Ablasi elektif dan prosedur pemasangan alat implan kardiak harus
ditunda dan prosedur mendesak hanya dilakukan pada kasus yang
khusus setelah pertimbangan yang sangat hati-hati dari pilihan obat
farmakologis lainnya;
• Pada pasien perawatan dengan atrial fibrilasi/atrial flutter dengan
hemodinamik stabil, hentikan obat antiaritmia dan mulai obat untuk
kontrol laju nadi agar pemberian hidroksiklorokuin dan/atau azitromisin
18

aman diberikan sebagai obat antivirus sebagai terapi pilihan yang


diberikan;
• Interaksi obat-obatan termasuk obat antivirus, antiaritmia, dan
antikoagulasi harus dipertimbangkan sebelum pemberian obat
• Pada pasien kritis dengan hemodinamik tidak stabil karena terjadinya
ventrikel takikardi atau atrial fibrilasi/atrial flutter, amiodaron intravena
merupakan pilihan obat antiaritmia. Akan tetapi, kombinasi dengan
hidroksiklorokuin dan azitromisin sebaiknya dihindari;
• Perhatian khusus harus diberikan untuk menghindari ventrikel takikardi
Torsades de Pointes (TdP) pada keadaan COVID-19 dan pemberian obat
antivirus yang menyebabkan pemanjangan interval QT
(hidroksiklorokuin dan azitromisin) dengan kombinasi obat antiaritmia,
gangguan elektrolit, gangguan fungsi ginjal, dan/atau bradikardi;
• Terapi TdP adalah menghentikan semua obat-obatan yang
menyebabkan pemanjangan interval QT, target K+ >4.5 mEq/L,
suplementasi magnesium intravena, dan peningkatan laju nadi
(menghentikan agen bradikardi dan jika perlu isoproterenol intravena
atau pacu jantung sementara)
• Ekokardiografi harus dipertimbangkan pada pasien dengan aritmia
ventrikel malignan yang baru yang tidak terkait pemanjangan QT, untuk
menilai fungsi ventrikel dan keterlibatan miokardium;
• Setelah pemulihan dari infeksi COVID-19, pilihan terapi pada AF/atrial
flutter untuk kontrol irama dan laju jantung harus dinilai kembali, dan
obat antikoagulan jangka panjang harus dilanjutkan berdasarkan skor
CHA2DS2-VASc. Kebutuhan untuk pacu jantung permanen pada
bradikardi dan untuk ablasi kateter, pemasangan defibrilator kardiak
implan (DKI) atau defibrilasi sebagai profilaksis sekunder yang dapat
digunakan untuk takiaritmia ventrikel perlu dievaluasi kembali.

Hanya sedikit data yang tersedia untuk tata laksana antiaritmia, terutama pada
pasien COVID-19. Oleh karena itu, dokumen ini menggambarkan suatu konsensus
berdasarkan bukti yang terbatas.. Prinsip umum dari tata laksana pasien dengan
aritmia kardiak dan alat implan kardiak selama pandemik adalah sebagai berikut:
19

• Melindungi tenaga kerja kesehatan untuk memberikan tata laksana yang


tepat pada semua pasien dengan infeksi COVID-19;
• Meminimalkan risiko infeksi nosokomial pada pasien yang tidak terinfeksi
dan tenaga kesehatan;
• Menyediakan kualitas baik pada keadaan gawat darurat untuk semua
keadaan aritmia dan alat implan yang mengancam nyawa.
a. Tata laksana Aritmia Jantung pada Pasien dengan Infeksi COVID-19

Insidensi dan tipe aritmia jantung sebagai konsekuensi langsung infeksi COVID-
19 masih belum diketahui. Pada studi retrospektif satu pusat kesehatan dengan 138
pasien perawatan dengan infeksi pulmonal COVID-19 di Wuhan, Cina, aritmia
jantung terjadi pada 23 pasien (16,7%) dan injuri kardiak akut pada 10 pasien
(7,2%, yang diartikan peningkatan troponin, atau perubahan EKG baru dan
abnormalitas ekokardiografi). Aritmia jantung dipikirkan sebagai komplikasi utama
dan terjadi paling sering pada pasien yang dikirim ke ruang intensif (ICU)
dibanding pasien pada perawatan biasa (16 pasien dari 36 pasien [44%] vs 7 pasien
dari 102 pasien [6.9%], p<0,001.

Secara umum, tatalaksana akut pada aritmia seharusnya tidak berbeda signifikan
dari tata laksana pasien non-COVID dan harus sesuai dengan panduan ESC,
European Heart Rhythm Association dan panduan lainnya yang terkait.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering


terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada
frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal
atau otomatis. Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel
miokardium. Perubahan aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel.
Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung
tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi.

Aritmia adalah suatu tanda atau gejala dari gangguan detak jantung atau irama
jantung. Hal ini bisa dirasakan ketika misalnya, jantung berdetak lebih cepat dari
normal yang selanjutnya disebut takikardia atau ketika jantung berdetak lebih
lambat dari normal, yang disebut sebagai bradikardia.Jantung yang berdenyut
melambat tentu akan mengganggu aliran darah sampai ke otak sehingga
penderitanya sewaktu-waktu dapat pingsan.Sebaliknya, jika jantung berdenyut
terlalu cepat dalam jangka yang lama maka dapat mengarah pada gagal jantung
kongestif yang tentunya sangat berbahaya. Aritmia timbul bilamana
penghantaran listrik pada jantung yang mengontrol detak jantung mengalami
gangguan, ini dapat terjadi bila sel saraf khusus yang ada pada jantung yang
bertugas menghantarkan listrik tersebut tidak bekerja dengan baik. Aritmia juga
dapat terjadi bila bagian lain dari jantung menghantarkan sinyal listrik yang
abnormal.

B. Saran

Dengan terselesaikannya Makalah Manajemen Pasien dengan Aritmia ini


diharapkan bagi mahasiswa keperawatan agar lebih bisa mengidentifikasi dan
membedakan gejala Aritmia dengan gejala penyakit yang ada pada jantung.

20
DAFTAR PUSTAKA

Naydach, D. (2014). Nurse to Nurse: Trauma Care. Jakarta: Slemba Medika

Mubarak, W.I. Chayatin, Nurul dan Susanto, Joko. (2015). Standar Asuhan
Keperawatan dan Prosedur Tetap dalam Praktik Keperawatan. Jakarta:
Salema Medika

Sumiarty, C. (2013). Cara Praktis Membaca Elektrokardiogram EKG. Jakarta:


Surya Gemilang

Wijayaningsih, K.S .(2013). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta: Trans Info


Media

http://kumpulanmaterikeperawatanrimanurmala.blogspot.co.id/2014/10/makal
ah-aritmia.html

http://neutronboyszone.blogspot.co.id/2012/12/askep-kegawatdaruratan-
aritmia.html

http://sianipareva24.blogspot.co.id/2012/01/kasus-aritmia.html

http://www.alodokter.com/aritmia

21

Anda mungkin juga menyukai