ARITMIA
DISUSUN OLEH :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Makalah
Farmakoterapi Aritmia”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2. Tujuan
1. Menjelaskan apa yang dimaksud Aritmia
2. Menjelaskan apa saja klasifikasi dari aritmia
3. Menjelaskan bagaimana terapi yang dilakukan pada aritmia
Pada jantung orang normal, setiap denyut berasal dari nodus SA (irama
sinus normal). Jantung berdenyut sekitar 70 kali dalam satu menit pada keadaan
istirahat. Frekuensi melambat (bradikardia) selama tidur dan dipercepat
(takikardia) oleh emosi, olahraga, demam, dan rangsangan lain. Pada orang muda
4
5
sehat yang bernapas dengan frekuensi normal, frekuensi jantung bervariasi sesuai
fase pernapasan meningkat selama inspirasi dan menurun selama ekspirasi,
terutama bila kedalaman napas meningkat. Aritmia sinus ini adalah fenomena
normal dan terutama disebabkan oleh fluktuasi persarafan simpatis di jantung
(Ganong, 2008).
Kasus-kasus fibrilasi serambi tidak kuncup banyak terjadi Uni Eropah dan
Amerika Serikat, terutama pada mereka yang telah berusia di atas 60 tahun,
apalagi bagi yang memiliki usia di atas 80 tahun resiko terjadinya fibrilasi serambi
jantung semakin tinggi dapat terjadi.
Kejadian fibrilasi tidak kuncup yang terjadi pada bilik jantung maka akan
mengakibatkan kefatalan karena tidak adanya darah yang dipompakan keluar
jantung, dan dengan sekejap saja orang dapat meninggal. Akibatnya Gangguan
Irama pada serambi jantung ini membahayakan karena sebagai akibat aliran darah
yang tidak lancar dalam serambi jantung dapat terbentuk bekuan darah yang
semakin besar dimana kemudian bekuan ini dapat lepas dan menyangkut di otak
serta menimbulkan stroke. Bekuan darah ini dapat juga lepas dan meyangkut di
ginjal serta menimbulkan gagal ginjal.
sesak, keleyengan bahkan sampai pingsan. Yang berbahaya, bila jumlah darah
yang menuju otak menjadi berkurang bahkan minimal sehingga terjadi pingsan
atau perasaan melayang. Pada keadaan yang lebih parah dapat menyebabkan
stroke (Smeltzer, 2002).
Sebaliknya, bila jantung berdenyut terlalu cepat maka jantung akan
mengalami kelelahan dan akan menimbulkan gejala-gejala berdebar yang
biasanya disertai perasaan takut karena debaran jantung yang begitu cepat (sampai
lebih dari 200 kali permenit). Pada keadaan yang ekstrim dimana bilik jantung
berdenyut sangat cepat dan tidak terkendali, maka terjadi kegagalan sirkulasi
darah yang bila dilakukan pertolongan cepat dengan kejut listrik (DC shock) dapat
mengakibatkan kematian (Smeltzer, 2002)..
Pada dasarnya deteksi aritmia cukup sederhana, yaitu dengan
menggunakan alat perekam irama jantung yang disebut elektrokardiografi (EKG).
Bila pasien datang pada saat ada keluhan-keluhan diatas lalu dilakukan perekaman
EKG, maka dapat diketahui ada tidaknya gangguan gangguan irama/aritmia
jantung. Kadangkala, gejala timbul di rumah dan ketika sampai di RS gejalanya
sudah hilang sehingga pada perekaman EKG-pun tidak tertangkap aritmia-nya.
Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan lain yang lebih komprehensif seperti
Holter Monitoring atau pemeriksaan yang canggih yang disebut
Electrophysiology Study (EPS). Holter monitoring adalah perekaman EKG
secara kontinue selama 24-48 jam sehingga memperbesar peluang deteksi aritmia.
Bila aritmianya hanya terjadi sangat jarang maka diperlukan rekaman yang lebih
lama. Kadang dilakukan pemasangan alat kecil dibawah kulit yang disebut
Insertable Loop Recorder (ILR). EPS adalah suatu pemeriksaan invasive dimana
dilakukan perekaman listrik jantung secara langsung pada sistem listrik
jantungnya.
8
b. Sinus bradikardi
Penurunan laju depolarisasi atrium. Gambaran yang terpenting pada ECG
adalah laju kurang dari 60 permenit, irama teratur, gelombang p tegak
disandapan I,II dan aVF.
c. Blok Sinoatrial
9
d. Ventricular fibrilasi
Letupan impuls yang tidak teratur dan tidak terorganisir yang berasal dari
ventrikel. Ventrikel gemetar dan tidak mampu berkontraksi atau
memompa darah ke tubuh. Ini merupakan kondisi emergensi yang harus
diterapi dg CPR dan defibrilasi sesegera mungkin.
e. Fluter atrium.
Kelainan ini karena reentri pada tingkat atrium. Depolarisasi atrium cepat
dan teratur, dan gambarannya terlihat terbalik disandapan II,III dan atau
aVF seperti gambaran gigi gergaji.
f. Fibrilasi atrium
Fibrilasi atrium bisa tibul dari fokus ektopik ganda dan atau daerah reentri
multipel. Aktifitas atrium sangat cepat sindrom sinus sakit.
10
g. Irama jungsional
i. Takikardia Supraventrikular
11
j. Aritmia Sinus
k. Sinus Arest
2.4. Epidemiologi
Epidemiologi Aritmia Sejak 40 hingga 50 tahun lalu, penyakit
kardiovaskuler masih tetap merupakan penyebab kematian yang cukup banyak
pada negara-negara berkembang. Gangguan irama jantung dapat mengenai siapa
saja di dunia tanpa membedakan suku atau ras. Kematian mendadak yangberasal
dari gangguan irama jantung diperkirakan mencapai angka 50 % dari seluruh
kematian karena penyakit jantung. Gangguan irama jantung dapat berupa atrial
fibrilasi, atrial flutter, blok jantung, ventrikel fibrilasi, ventrikel takikardi serta
gangguanirama lainnya. Gangguan irama jantung yang paling sering ditemukan
adalah atrial fibrilasi.Atrial fluttersendiri lebih jarang ditemukan dibandingkan
dengan atrial fibrilasi. Sejumlah pasien yang datang ke rumah sakit dengan
diagnosa takikardi supraventrikuler menunjukkan atrial fibrilasi sebanyak 77%
dan 10 % atrial flutter.
Studi epidemiologik jangka panjang menunjukkan bahwa pria
mempunyairesiko gangguan irama ventrikel 2 – 4 kali lipat dibandingkan dengan
wanita.8 Data epidemiologi dari New England Medical Journal(2001)
menyebutkan bahwa kelainan struktur arteri koroner merupakan penyebab 80%
gangguan irama jantung yangdapat berakhir dengan kematian mendadak.Data
Framingham (2002) menunjukkan angka kejadian gangguan irama jantung akan
meningkat dengan pertambahan usia. Diperkirakan, populasi geriatri (lansia) akan
mencapai 11,39 % di Indonesia atau 28 juta orang di Indonesia pada tahun 2020.
Makin bertambah usia, persentase kejadian akan meningkat yaitu 70 % pada usia
65-85 tahun dan 84% diatas 85 tahun.
13
2.5. Etiologi
Obat batuk dan flu serta obat lain yang mengandung pseudoephedrine
dapat berkontribusi pada terjadinya aritmia.
6. Obesitas
7. Diabetes
9. Ketidakseimbangan Elektrolit
Tingkat elektrolit yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat memengaruhi
impuls elektrik pada jantung dan memberikan kontribusi terhadap terjadinya
aritmia jantung.
A. Farmakologi
1. Obat-Obat Antiaritmia
Pengelompokan kerja obat anti aritmia yang paling banyak di gunakan secara luas
dibagi menjadi empat kelompok :
mempunyai efek inimal pada APD dan berpisa dengan kanal melalui kinetik
lambat.
Contoh obat :
1) Golongan 1A
a) Prokainamid
Efek samping
b) Kuinidin
Farmakokinetik
Kuinidin segera diserap dalam pemebrian oral, beriakatan dengan albumin dan
α1-asam glikorotein, dan dieliminasi dengan metabolisme melalui hati, kwaktu
paruh eliminasi 6-8 jam, diberikan dan formulasi lepas lambat, misal garam
glukonat.
Efek Samping
Pada saluran cerna : diare, mual dan muntah. Sakit kepala, limbung dan tinitus
(cinchonism).
18
c) Disopiramid
Farmakokinetik
Biasanya terdapat dalam bentuk oral, dosis 150 mg 3 kali sehari adapula yang
diberikan sebanyak 1 gram/hari pada pasien yang memiliki kelainan gijal dosis ini
harus dikurangin karena berbahaya dapat menimbulkan gagal jantung
Efek Samping
Luar Jantung : retensi urien, mulut kering, penglihatan kabur, sembelit dan
bertambanya beratnya glukoma yang telah ada efek-efek ini mungkin
mengharuskan penghentian obat.
2) Golongan 1B
a) Lidokain
Farmakokinetik
Hanya 3% diberikan per oral jadi lidokein harus diberikan secara parenteral.
Dewasa ; 150 -200 mg di berikan lebih dari 15 menit (sebagai infus tunggal atau
rangkaian bolus yang lambat) sebaiknya di ikuti infus dosis pemeliharaan 2- 4
mg/menit untuk mencapai kadar terapi dalam plasma sebesar 2-6 mcg/ml.
Efek Samping
19
Luar Jantung : parestesia, tremor, mual karena pengaruh sentral, kepala terasa
ringan, kelainan pendengaran, berbicara seperti menelan, dan kejang.
2) Meksiletin
Digunakan pada pengobatan aritmia ventrikel eleminasi waktu paruh adalah 8-20
jam dan memper bolehkan pemberian 2/3 kali sehari dosis harian 600- 1200 mg
perhari.
Efek Samping
Neurologi meliputi tremor, penglihatan kabur dan lesu, mual merupakan efek
yang sering terjadi, nyeri kronik, terutam nyeri akibat neuropati diabetik dan
terauma syaraf dosis oral 450-750 mg per hari
3) Golongan 1 C
a) Flekainid
Menyekat kuat kanal natrium dan kalium yang blokadenya lambat dilepaskan. Di
gunakan untuk pasien yang memiliki aritmia supraventrikel tetapi jantungnya
normal , obat ini dapat menyebabkan eksaserbasi aritmia yang hebat bahkan jika
dosis normal diberiakn pada pasien dengan takikardiakardia ventrikel yang sudah
ada sebelumnya dan pasein yang menderita infark miokard serta ektopi ventrikel.
Flekainid di absobsi dengan baik dan memiliki waktu paruh sekitar 20 jam
eleminasi melalui metaboisme di hati dan ginjal. Dosis 100 – 200 mg 2 kali
sehari.
20
b) Propafenon
Untuk meblokade kanal natrium. Di metabolime dalam hati dengan waktu paruh
rata-rata 5- 7 jam dosis harian 450-900 mg dalam 3 dosis digunakan untuk
artitmia supra ventrikel
Efek Samping
c) Morisizin
1) Propanolol
2) Esmolol
3) Sotalol
1) Amiodaron
Sebagai obat untuk mengobatkan aritmia ventrikel yang serius obat ini sangat
efektif untuk pengobatan aritmia subraventrikel seperti vibrilasiatrium.
Farmakokinetik
Dosis awal total 10 gram biasanya dapat di capai dengan dosis harian 0,8-1,2
gram dosis pemeliharaan 200-400 mg/ hari, efek farmakologi dapat di capai
dengan pemberia intara vena. Amiodaron menghambat enzim lain yang
memetabolisme sitokrom hati dan dapat menyebabkan tingginya kadar obat yang
merupakan subtrat untuk enzim tersebut, misalnya : digoksin dan wafarin.
Efek Samping
2) Bretilium
Sebagai obat anti hipertensi obat ini mempengaruhi pelpasan katekolamin saraf
tetapi jika mempunya sifat sebgai antiaritmia secara langsung.
Faramakokinetik
Hanya tersedia untuk pemberian intra vena pada orang dewasa bolus bretilium
tosilat intravena 5 mg / kilogram di berikan dalam waktu lebih dari 10 menit,
dosis ini dapat di ulangi setelah 30 menit. Terapi pemeliharaan tercapai dengan
bolus serupa tiap 4-6 jam atau melalui infus konstan 0,5-2 mg/ menit.
Efek Samping
22
d. Kerja golongan 4 adalah memblokade arus kalsium jantung. Krerja obat ini
memperlambat hantaran pada tempat yang upstroke potensial aksinya bergantung
kalsium, misalnya nodus sinoatrial dan atrioventrikular.
1) Verapamil
Memblokade kanal kalsium tipe L baik yang aktif maupun tidak aktif biasanya
Verapamil memperlambat nodus sinoatrial melalui kerja langsungnya tetapi kerja
hipotensinya kadang-kadang dapat menyebabkan refleks kecil yang meningkatkan
kecepatan nodus sinoatrial. Verakamil dapat menekan afterdipolarization baik
yang awal atau yang tertunda serta dapat mengantagonisasi respon lambat yang
muncul pada berbagai jaringan yang mengalami depolarisasi berat.
Farmakokinetik
Efek Samping :
B. Non Farmakologi
Tes ini mencatat aktivitas listrik jantung. Anda akan memakai patch
elektroda kecil di dada, lengan, dan kaki. Tes ini tidak menyakitkan dan cepat
diaplikasikan, yang dapat dilakukan di tempat praktik dokter.
2. Monitor Holter
Ini adalah EKG portabel yang akan Anda gunakan selama 1 sampai 2 hari.
Anda akan menggunakan elektroda yang ditempelkan di kulit. Hal ini
menyakitkan dan Anda dapat melakukan segala sesuatu meski mengenakan
elektroda.
3. Tes Stres
Ada berbagai jenis tes stres. Tujuannya adalah untuk memeriksa berapa
banyak stres jantung yang dapat terjadi sebelum memiliki masalah pada irama
jantung atau ketika tidak mendapatkan aliran darah ke jantung. Jenis dari tes stres
yang paling sering adalah Anda akan berjalan di atas treadmill atau mengayuh
24
4. Echocardiogram
5. Kateterisasi Jantung
Dokter Anda akan memasukkan kateter atau tabung panjang yang tipis ke
dalam pembuluh darah di lengan atau kaki. Ini akan memandunya ke jantung
Anda dengan bantuan dari mesin X-ray khusus. Kemudian akan menyuntikkan
pewarna melalui kateter untuk membantu membuat video X-ray dari katup
jantung Anda, arteri koroner, dan ruang-ruang jantung.
6. Studi Elektrofisiologi
Tes aritmia jantung ini mencatat aktivitas listrik dan jalur kelistrikan
jantung. Ini dapat membantu mencari tahu apa yang menyebabkan masalah irama
jantung dan menemukan pengobatan terbaik. Selama tes, dokter akan mencatat
irama jantung yang abnormal kemudian mungkin memberikan obat yang berbeda
untuk mencatat obat terbaik, atau untuk melihat prosedur atau perangkat terbaik
yang dibutuhkan pasien.
Dokter menggunakan tes ini untuk mencari tahu apa yang menyebabkan
pasien pingsan. Mengukur perbedaan dalam denyut jantung dan tekanan darah
ketika pasien berdiri dan berbaring. Pasien akan berbaring di tempat tidur dengan
posisi miring pada sudut yang berbeda saat diperiksa EKG dan tekanan darah,
serta tingkat oksigen
25
Indikasi
Terapi Farmakologis
Terapi Mekanis
• Irama : Teratur
• Frekuensi : 60-100x/menit
Dari hasil pemeriksaan EKG ditemui adanya abnormalitas pada kompleks QRS.
HDL 36 mg/dl, kolesterol total 300mg/dl. Diketahui bapaknya meninggal karena
stroke. Obat yang diberikan dokter : Amiodaron, Rovastatin, dan Aspirin.
Pembahasan :
Subyektif
Nama : Ny. R
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : wanita
Keluhan : jantung sering berdebar-debar, nyeri di dada,
kelihatan sangat pucat
Riwayat penyakit : hasil pemeriksaan EKG ditemui adanya
abnormalitas pada kompleks QRS
Riwayat pengobatan : amiodaron, rovastatin, dan aspirin
Riwayat keluarga : bapaknya meninggal karena stroke
28
1. Obyektif
No. Data Hasil Nilai normal Keterangan
pemeriksaan
1. RR 40x/menit 16-20x/menit cepat
2. HR 140x/menit 60- cepat
100x/menit
3. TD 130/90 120/80 mmHg prehipertensi
mmHg
4. BB 80 Kg
35,56 Obesitas
5. TB 150 cm
6. HDL 36mg/dL ≥ 60 mg/dL rendah
7. Kolesterol 300 mg/dL < 200 mg/dL Tinggi
total
2. Assesment
Berdasarkan data pemeriksaan laboratorium dan EKG Ny. R menderita
serangan aritmia supraventrikular disertai kadar kolesterol total yang
tinggi (hiperlipidemia)
3. Plan
Tujuan terapi :
a. Penurunan kolesterol total untuk mengurangi resiko penyakit
kardiovaskuler
b. Mengembalikan ritme irama jantung dan mencegah kejadian
serangan berulang.
Sasaran terapi :
a. mengembalikan ritme jantung hingga 60-100x/menit
b. menurunkan kadar kolesterol total hingga < 200 mg/dL
Analisa pengobatan yang rasional
Terapi farmakologi
1. Tepat indikasi
yang menghasilakan
pemendekan lama aksi
potensial, hiperpolarisasi, dan
perlambatan automatisitas
normal.
2. Rovastatin Antihiperlipidemik Inhibitor kompetitif enzim HMG
KoA reductse yang merupakan
suatu enzim yang mengontrol
biosintesis
3. Aspirin Antiplatelet Menghambat sintesa
tromboksan A-2 (TXA-2) di
dalarn trombosit, sehingga
akhirnya menghambat agregasi
trombosit.
Menginaktivasi enzim-enzim
pada trombosit tersebut secara
permanen. Penghambatan inilah
yang mempakan cara kerja
aspirin dalam pencegahan stroke
dan TIA (Transient Ischemic
Attack).
4. Isosorbide Profilaksis dan Vasodilatasi berdasar
dinitrat pengobatan terbentuknya nitrogenoksida
angina (NO) dari nitrat di sel-sel dinding
pembuluh
2. Tepat obat
3. Tepat pasien
4. Tepat dosis
4. Isosorbide - -
dinitrat
Monitoring
Monitoring terhadap keadaan pasien, antara lain :
1. Monitoring terhadap tekanan darah
2. Monitoring terhadap kadar kolesterol dalam darah.
Monitoring terhadap penggunaan obat :
1. Monitoring terhadap efek samping obat
2. Evaluasi keberhasilan terapi aritmia
3. Evaluasi keberhasilan terapi hiperlipidemia.
KIE
1. Diinformasikan kepada pasien untuk menjalankan terapi farmakologi dan terapi
non farmakologi untuk keberhasilan pengobatan.
2. Pasien diedukasi tentang penyakitnya, tujuan terapi yang dilakukan.
3. Pasien diberitahu tentang aturan pakai obat, efek samping, dosis obat yang
digunakan.
4. Informasi kepada keluarga pasien untuk menjalankan terapi farmakologi bersama
denganterapi non farmakologi untuk mencapai keberhasilan terapi.
Kesimpulan
1. Ny. R mengalami artmia dan hiperlipidemia
2. Terapi yang diberikan yaitu terapi farmakologi dengan pemberian isosorbide
dinitrat secara intravena ketika datang ke rumah sakit, adenosine, rovastatin
dan aspirin
3. Terapi non farmakologi yaitu menjaga tekanan darah agar tetap stabil,
penurunan asupan kolesterol dalam makanan, olahraga yang teratur dengan
ritme tetap, diet garam, 2.4 g Na atau 6 g NaCl/hari, mengelola stress, menjaga
berat badan
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
35
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, W.I. Chayatin, Nurul dan Susanto, Joko. (2015). Standar Asuhan
Keperawatan dan Prosedur Tetap dalam Praktik Keperawatan. Jakarta:
Salema Medika
Santoso Karo karo. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 1996
36