Anda di halaman 1dari 41

ANTIMIKOTIKA

Ika Kurnia Sukmawati M.Si.,Apt


INFEKSI JAMUR
• Mycosis Kulit oleh Dermatofit

• Infeksi Mukosa mulut, Bronchia, usus, vagina


dll oleh Candida albicans
PENYEBAB INFEKSI JAMUR
• Meningkatnya penggunaan antibiotik
berspektrum luas .
• Banyak digunakan kortikosteroid
• Penggunaan hormon kelamin (pil anti hamil)
• Faktor hygeinis (kolam renang, sauna, kamar
ganti pakaian, ruang olah raga dll)
• Meningkatnya hubungan di bidang wisata dan
perdagangan.
Fungi(jamur/ragi) adalah
organisme yang bersel tunggal
atau banyak dengan tidak
memiliki klorofil sehingga tidak
mampu melakukan fotosintesisi.
Hidup sebagai Parasit dan
Saprofit.

Jamur
CIRI-CIRI DAN STRUKTUR JAMUR

• Jamur terdiri dari benang-benang halus (Hypa)


terdiri dari rangkaian sel.
• Sekelompok Hypa membentuk jaringan
(myselium).
• Reproduksinya : Spora=benih, yang resisten
pada cuaca buruk, dan tumbuh lagi
membentuk mycellium bila kondusif.
Ciri-ciri & Struktur Jamur
 Bersifat eukariotik, bukan termasuk tumbuhan.
 dinding sel umumnya kaku terdiri atas selulosa/zat kitin
dan glukan serta kitosan dan ergosterol pada membran
selnya.
 Lebih besar dibandingkan bakteri, dapat dilihat dengan
mikroskop tanpa pewarnaan.(Penambahan KOH 10%
untuk menghancurkan sel non fungi/resisten KOH).
 Tidak berklorofil bersifat heteroturof
 Jamur bersel banyak (multi seluler) tubuhnya terdiri
aras benang-benang yang yang disebut hifa.
 Hidup pada tempat yang lembab mengandung zat
organik, bersifat asam dan kurang cahaya matahari.
Struktur jamur
KLASIFIKASI JAMUR
• Hifa tidak bersekat dan bersifat
koenositik (mempunyai beberapa inti).
Zygomycota • Dinding sel tersusun dari kitin.
• Reproduksi aseksual dan seksual.
• Hifa berfungsi untuk menyerap
makanan, yang disebut rhizoid.

• Hifa bersekat-sekat dan di tiap sel


biasanya berinti satu.
Ascomycota • Ada yang brsifat parasit, saprofit, dan ada
yang bersimbiosis dengan ganggang hijau
dan ganggang biru membentuk lumut
kerak.
• Mempunyai alat pembentuk spora yang
disebut askus, Dinding sel dari zat kitin.
• Reproduksi seksual dan aseksual.
 Hifanya bersekat, mengandung inti haploid.
 Mempunyai tubuh buah yang bentuknya
seperti payung yang terdiri dari bagian
Basidiomycota batang dan tudung.
 Ada yang brsifat parasit, saprofit, dan ada
yang bersimbiosis dengan ganggang hijau
dan ganggang biru membentuk lumut kerak.
 Reproduksi secara seksual (dengan
askospora) dan aseksual (konidia).

 Hifa bersekat, tubuh berukuran mikroskopis


Deuteromycota  Bersifat parasit pada ternak dan ada yang
hidup saprofit pada sampah
 Reproduksi aseksual dengan konidium dan
seksual belum diketahui.
 Banyak yang bersifat merusak atau
menyebabkan penyakit pada hewan-hewan
ternak, manusia, dan tanaman budidaya
CARA PENULARAN
• Sumber utama penularan: spora dan
Dermatomycosis/ serpihan kulit yang terinfeksi.
• Setelah terinfeksi spora tumbuh dan berbentuk
mycelium dengan menggunakan serpih kulit
untuk bahan makanan nya.
• Enzim yang dihasilkan jamur dapat menembus
kulit dan menimbulkan inflamasi.
• Tes KOH 10-20% untuk memastikan infeksi jamur
• Pembiakan di media SDA untuk penentuan jenis
fungi.
Penyebab kasus jamur
• Penurunan sistem imun pasien yang
melakukan transplantasi organ.
• Menjalani kemoterafi penyakit kanker
• Terinveksi HIV

• MIKOSIS= penyakit yang disebabkan oleh


jamur
Mikosis berdasarkan lokasi infeksinya

Mikosis sistemik dan subkutan, terjadi pada organ dalam.

• Aspergilosis
• Blastomikosis
• Kriptokokosis
• Hsitoplasmosis
• Koksidioidomikosis
• Mukormikosis
• Kandidiasis
• Kromomikosis, misetoma dan sporotrikosis (subkutan)

Mikosis dermatofit. Menyerang kulit, rambut dan kuku disebabkan oleh


epidermofiton dan mikrosporum.
• Mikosos kutan adalah infeksi pada mukosa dan lipatan kulit yang lembab karena Candida.
INFEKSI FUNGI
1.Candida
• Penyebab infeksi mulut (thrush) dan vagina
(gangguan imunitas)
• Infeksi mulut umumnya dengan nistatin
• Infeksi vagina biasanya dengan mikonazol.
• Dapat sistemik pada pasien dengan imunitas
tertekan dan membutuhkan ampoterisin B
intravena.
INFEKSI FUNGI
2. Infeksi Histoplasma capsulatum, Blastomyces
dermatiditis, Coccidiodes immitis dan
aspergillus penyebab pneumonia (fungosis
sistemik)
• Obat terpilih: Ampoterisin B. (iV)
• Flukonazol dan Itrakonazol (oral) aktivitasnya
lebih baik untuk beberapa jamur.
INFEKSI FUNGI
3. Cryptococcus neoformans
Penyebab Pneumonia dan meningitis pada
pasien dengan penekanan sistim imun.
Flukonazol dan flusitosin kadar teurafeutiknya
mencapai otak.
Flukonazol lebih efektif pada Cryptococcus.
ANTI FUNGI
• Fungi endemik disuatu negara, perhatikan
riwayat perjalanan.
• Terafi antifungi ditargetkan pada penghancuran
dinding sel, untuk melihat selekttifitas yang jelas
antara sel manusia dan fungi. (Sel manusia tidak
mempunyai dinding sel).
• Umumnya zat antifungi sangat toksik untuk sel
manusia, sehingga harus digunakan secara hati-
hati.
Obat anti jamur merupakan obat
yang digunakan untuk
menghilangkan organisme
mikroskopis tanaman yang terdiri
dari sel, seperti cendawan dan
ragi, atau obat yang digunakan
untuk menghilangkan jamur.

OBAT ANTI JAMUR


Mekanisme Kerja
• Dengan mempengaruhi sterol membran
plasma sel jamur, sintesis asam nukleat jamur,
dan dinding sel jamur yaitu KITIN, Beta glukan
dan mannooprotein.
• Sterol membran plasma : ergosterol dan
sintesis nya
KELOMPOK POLYENE

KELOMPOK AZOL
GOLONGAN
OBAT KELOMPOK ALLILAMIN
ANTIJAMUR
KELOMPOK GRISEOFULVIN

KELOMPOK FLUSITOSIN
Golongan polien
• Ampoterisin B
• Nistatin
• Natamysin
Golongan azol
• Ketokonazol
• Flukonazol
• Itrakonazol
• Klotrimazol
• Mikonazol
• Kotrimoksazol.
MEKANISME KERJA
• Golongan Polyen dan Griseopulvin:
Fungistatik. Dengan mengikatkan diri pada
ergosterol sehingga permeabilitas membran
sel meningkat.
• Golongan Azol: Pengikatan pada enzim
sitokrom p450 sehingga sintesis ergosterol
dirintangi dan terjadi kerusakan mambran sel.
INFEKSI JAMUR

Infeksi sistemik Infeksi superfisial


(infeksi jaringan dan organ
(infeksi dermatofit dan
yang lebih dalam)
infeksi mukokutan)
Infeksi sistemik lebih sulit
Infeksi superfisial
diobati, memerlukan
umumnya diterapi dengan
terapi jangka panjang dan
preparat lokal
obat yang tersedia sering
(dermatologi), kadang
menyebabkan efek
dengan obat sistemik.
samping yang berat
INFEKSI JAMUR

Infeksi subkutan
dan sistemik
Ampoterisin B Infeksi superfisial
Kaspofungin Botokonazol
Flukonazol Klotrimazol
Flusitosin Ekonazol
Itrakonazol Griseofulvin
Ketokonazol Mikonazol
Mikafungin Nistatin
Posakozanol Terbinafin
Vorikozanol Terkonazol
Anidulafungin
CONTOH OBAT INFEKSI
ANTI JAMUR SISTEMIK
Golongan Sistemik
• Golongan Azol
• Golongan Alilamin
• Golongan Polien
• Golongan Ekinokandin
• Gol antijamur lain : flusitosin, griseopulvin
Flucytosine
Flucytosine (5-fluorocytosine) adalah primidin sintetis
yang telah mengalami fluorinasi
 Mekanisme kerja
Flusitosin masuk ke dalam sel jamur dengan bantuan sitosin deaminase
dan dalam sitoplasma akan bergabung dengan RNA setelah mengalami
deaminasi menjadi 5-Fluorourasil. Sintesis protein sel jamur terganggu
akibat penghambatan langsung sintesis DNA oleh metabolit
fluorourasil

 Farmakokinetik
diserap dengan cepat dan baik melalui saluran cerna. Pemberian
bersama makanan memperlambat penyerapan tapi jumlah yang
diserap tidak berkurang. Penyerapan juga diperlambat pada
pemberian bersama suspensi alumunium hidroksida/magnesium
hidroksida dan dengan neomisin
Flucytosine
• Bersifat fungistatik
• Sinergis dengan ampoterisin B
• Digunakan untuk mikosis sistemik dan
meningitis yang disebabkan oleh Cryptococus
neoformans dan candida albicans.
• Efek Samping: neutropenia, trombositopenia,
dan kadang-kadang supresi sumsum tulang.
Amfoterisin B
Amfoterisin A dan B merupakan hasil fermentasi
Streptomyces nodosus thn 1955 .
 Mekanisme kerja
Amfoterisin B berikatan kuat dengan ergosterol pada bagian
hidrofobik yang terdapat pada membran sel jamur membentuk pori
sehingga membran sel bocor dan kehilangan beberapa bahan
intraselseperti ion Kalium dan molekul lain yang menyebabkan
kerusakan yang tetap pada sel.

 Farmakokinetik
sedikit sekali diserap melalui saluran cerna. Waktu paruh kira-kira 24-
48 jam pada dosis awal yang diikuti oleh eliminasi fase kedua dengan
waktu paruh kira-kira 15 hari, sehingga kadar mantapnya akan
tercapai setelah beberapa bulan setelah pemberian.
AMPOTERISIN B
• Ampoterisin A kurang aktif
• Termasuk golongan polyen, karena rumus
bangunnya banyak ikatan tak jenuh.
• Bisa untuk sistemik dengan sediaan intravena.
• Sering dikombinasi dengan Flucytosine untuk
mengurangi efek samping ampoterisin B
• Dosis; 2-4 kali 100 mg.
Ampoterisin B
• Optimal pada pH 6,0-7,5, berkurang pada pH
yang lebih rendah.
• Fungistatik dan Fungisidal tergantung pada dosis
dan sensitifitas jamur.
• Efektif untuk jamur Candida albicans,
Histoplasma capsulatum, Cryptococus
neoformans, Coccidiodes immitis, Microsporum
audiouini, spesies trichopyton dan jenis
Aspergillus.
• Dapat digunakan untuk protozoa dan
leismaniasis.
Ampoterisin B
• Efek samping:
• Dosis total harian tidak boleh lebih dari 1,5
mg/Kg
• Dosis rendah diberikan untuk mencegah
anafilaksis atau kejang.
• Efek samping yang lain: Demam dan
menggigil, kerusakan ginjal, hipotensi, anemia,
efek neurologis, tromboflebitis.
Ketokonazol
• Untuk mikosis sistemik
• Sediaan oral pertama
• Bersifat fungistatik.
• MK: Menghambat C-14 alfha demetilase (sebuah
enzim sitokrom P450) sehingga menghalangi
demetilasi lanosterol menjadi ergosterol yang
merupakan sterol utama pada membran sel jamur,
sehingga pertumbuhan sel jamur terhambat.
• Target tidak setepat golongan Azol lain karena dapat
menurunkan sintesis sel gonad manusiadan steroid
adrenal. So menurunkan produksi testosteron dan
enzim kortisol.
NISTATIN
• Berasal dari Streptomyces noursei.
• Digunakan untuk Candidiasis usus, mulut,
vagina.
• Digunakan bersamaan terafi antibiotik
spektrum luas, terafi kortikosteroid.
• Dapat digunakan oleh wanita hamil.
• Dosis: Oral 3 x sehari 0,5 -1 MU (1 juta unit.
Itakonazol
 Mekanisme kerja
Seperti halnya azole yang lain, itraconazole berinterferensi dengan
enzim yang dipengaruhi oleh cytochrome P-450, 14(-demethylase.
Interferensi ini menyebabkan akumulasi 14-methylsterol dan
menguraikan ergosterol di dalam sel-sel jamur dan kemudian
mengganti sejumlah fungsi sel yang berhubungan dengan
membrane

 Farmakokinetik
Itrakonazol akan diserap lebih sempurna melalui saluran cerna, bila
diberikan bersama dengan makanan. Dosis 100 mg/hari selama 15
hari akan menghasilkan kadar puncak sebesar 0,5 µg/ml.
CONTOH OBAT INFEKSI
ANTI JAMUR
SUPERFISIAL
ANTI JAMUR TOPIKAL
• Golongan Azol –imidazol
• Golongan alilamin
• Gol. Polien
• Golongan lain: asam undesilenat, salep
whitefield, amorolfin, haliprogin, timol,
castellanis paint, alumunium Chloride,
Gentian violet, Potassium permanganat,
selenium sulphida, zinc Pyrithione, sodium
Thiosulfate, salicylic acid dan prophylen Glycol
Griseofulvin
Griseofulvin adalah antibiotik anti jamur yang dihasilkan oleh sejumlah spesies
Penicillium dan pertama kali diperkenalkan adalah berbentuk obat oral yang
diperuntukkan bagi pengobatan penyakit dermatophytosis

 Mekanisme Kerja
Griseofulvin kelompok obat fungistatis yang mengikat protein-potein
mikrotubular dan berperan untuk menghambat mitosis sel jamur.Selain itu,
griseofulvin juga inhibitor (penghambat) bagi sintensis asam nukleat RNA)

 Farmakokinetik
• Griseofulvin kurang baik penyerapannya pada saluran cerna bagian atas
karena obat ini tidak larut dalam air.
• Dosis oral 0.5 hanya akan menghasilkan kadar puncak dalam plasma
kira-kira 1 µg/ml setelah 4 jam.
• Waktu paruh obat ini kira-kira 24 jam, 50% dari dosis oral yang
diberikan dikeluarkan bersama urin dalam bentuk metabolit selama 5
hari.
Griseopulvin
• Obat ini kurang aktif untuk Candida, Pityriasis versicolor,
ragi dan bakteri.
• Griseopulvin diminum dengan makanan berlemak., dan
sediaannya dibuat sangan halus (microfine).
• Efektif untuk infeksi kulit dan kuku kronis
• Pengobatannya 2-3 bulan.
• Efek samping ringan, sakit kepala, gatal, fotosensitasi dan
gangguan hati.
• Kehamilan: teratogenik, dan keguguran karena dapat
mengganggu pembentukkan kromosom pada waktu
pembelahan sel.
• Dosis :4x 125 mg atau 500 mg.
MIKONAZOL
Mikonazol merupakan turunan imidazol sintetik yang relatif stabil,
mempunyai spektrum ani jamur yang lebar baik terhadap jamur sistemik
maupun jamur dermatofit.

 Mekanisme Kerja
Mikonazol menghambat sintesis ergosterol yang menyebabkan permeabilitas
membran sel jamur meningkat

 Farmakokinetik
• Daya absorbsi Miconazole melalui pengobatan oral kurang baik.
• Miconazole sangat terikat oleh protein di dalam serum. Konsentrasi di
dalam CSF tidak begitu banyak, tetapi mampu melakukan penetrasi yang
baik ke dalam peritoneal dan cairan persendian.
• Kurang dari 1% dosis parenteral diekskresi di dalam urin dengan
komposisi yang tidak berubah, namun 40% dari total dosis oral
dieliminasi melalui kotoran dengan komposisi yang tidak berubah pula.

Anda mungkin juga menyukai