Anda di halaman 1dari 21

MANAJEMEN PASIEN

DENGAN ARITMIA

Kelas VII D
Kelompok 5:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

APRIYANTO
ANNISA PURWANINGSIH
AULIA YULIANTI
CITRA AYU SAFITRI
MAULIDA FERDIANY
NORYANTIKA
UMI KALSUM
WINARTI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah diberi
nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Manajemen Pasien
dengan Aritmia. Tidak lupa kita kirimkan shalawat beriring salam kepada junjungan kita nabi
besar Muhammad SAW karena atas berkat dari beliaulah kita dapat merasakan alam yang
penuh dengan pengetahuan dan teknologi seperti saat ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang
telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan,
oleh karena itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Banjarmasin, 19 Oktober 2015

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................
Daftar Isi...............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................
Latar Belakang.....................................................................................................................
Tujuan...................................................................................................................................
Rumusan Masalah...............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................
Pengertian Aritmia...............................................................................................................
Macam-macam Aritmia.......................................................................................................
Penyebab dan Faktor Resiko Gangguan Irama Jantung.................................................
Tanda dan Gejala Aritmia...................................................................................................
Pemeriksaan Irama Jantung...............................................................................................
Penatalaksanaan Medis.......................................................................................................
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.................................................................................
BAB III PENUTUP..............................................................................................................
Kesimpulan...........................................................................................................................
Saran.....................................................................................................................................
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terdapat penyimpangan pada heart rate normal atau irama jantung, aritmia secara langsung
berhubungan dengan gangguan dalam jaras konduksi dari jantung. Pada umumnya
diklasifikasikan berdasarkan tempatnya (ventrikel atau supraventrikel), aritmia pada anak
biasanya kongenital atau berhubungan dengan pembedahan jantung. Kemaknaan klinis
bergantung pada curah jantung, tekanan darah, dan tempatnya. Aritmia tidak sering terjadi
pada anak. Pengobatan biasanya termasuk penggunaan pengobatan antiaritmia, seperti
digitalis glycoside dan verapamil (Calan). Aritmia merupakan masalah pada jantung yang
terjadi ketika organ tersebut berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Hal
ini disebabkan oleh impuls elektrik yang berfungsi mengatur detak jantung tidak bekerja
dengan baik.
B. Tujuan
1. Bisa mengetahui apa yang dimaksud Aritmia
2. Bisa mengetahui penyebab Aritmia
3. Bisa mengetahui bagaimana manajemen pasien Aritmia
C. Rumusan masalah
1. Apakah definisi dari Aritmia?
2. Apa saja jenis Aritmia?
3. Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya Aritmia?
4. Apa saja tanda dan gejala Aritmia?
5. Apa saja yang dapat digunakan untuk pemeriksaan Aritmia?
6. Bagaimana asuhan keperawatan dan manajemen pada pasien dengan Aritmia?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aritmia
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama
jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis timbul akibat
perubahan

elektrofisiologi

sel-sel

miokardium.

Perubahan

elektrofisiologi

ini

bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas
listrik sel. Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung
tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi.

Aritmia jantung (heart arrhythmia) menyebabkan detak jantung menjadi terlalu cepat,
terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia jantung umumnya tidak berbahaya.
Kebanyakan orang sesekali mengalami detak jantung yang tidak beraturan kadang
menjadi cepat, kadang melambat. Namun beberapa jenis aritmia jantung dapat
menyebabkan gangguan kesehatan atau bahkan sampai mengancam nyawa. . Aritmia dan
HR abnormal tidak harus terjadi bersamaan. Aritmia dpt terjadi dg HR yang normal, atau
dengan HR yang lambat (disebut bradiaritmia - kurang dari 60 per menit). Aritmia bisa
juga terjadi dengan HR yang cepat (disebut tachiaritmia - lebih dari 100 per menit).

Pengobatan aritmia jantung seringkali dapat mengendalikan atau menghilangkan denyut


jantung tidak teratur. Selain itu, aritmia juga dapat diatasi dengan menjalankan gaya
hidup sehat. Tanda dan gejala aritmia jantung tidak selalu mudah dikenali. Pemeriksaan
kesehatan rutin bisa membantu untuk mendeteksi aritmia lebih dini. Irama jantung yang
tidak teratur dapat juga terjadi pada jantung yang normal dan sehat.
Gangguan irama jantung dapat di bagi dua:
1. Gangguan irama fibrilasi(tidak kuncup)pada serambi beresiko stroke
2. Gangguan irama fibrilasi (tidak kuncup) pada bilik jantung berakibat langsung fatal.
Gangguan irama jantung yang paling sering terjadi adalah "serambi jantung tidak
menguncup" atau fibrilasi-bergetar kecil saja dan hanya sekali-sekali saja kuncup secara
normal dimana yang seharusnya pacu jantung SA di serambi kiri memberikan pacu untuk
serambi jantung agar menguncup secara teratur tetapi tidak berhasil dan seluruh dinding
serambi hanya bergetar saja tanpa memompa jantung alias ngadat, hal akan sangat
berbahaya dan beresiko untuk terjadinya stroke. Walaupun serambi tidak menguncup
sempurna karena adanya gangguan irama tetapi darah masih dapat mengalir lambat ke
bilik jantung dan selanjutnya dipompakan keseluruh tubuh.
Kasus-kasus fibrilasi serambi tidak kuncup banyak terjadi Uni Eropah dan Amerika
Serikat, terutama pada mereka yang telah berusia di atas 60 tahun, apalagi bagi yang
memiliki usia di atas 80 tahun resiko terjadinya fibrilasi serambi jantung semakin tinggi
dapat terjadi.
Kejadian fibrilasi tidak kuncup yang terjadi pada bilik jantung maka akan mengakibatkan
kefatalan karena tidak adanya darah yang dipompakan keluar jantung, dan dengan sekejap
saja orang dapat meninggal. Akibatnya Gangguan Irama pada serambi jantung ini
membahayakan karena sebagai akibat aliran darah yang tidak lancar dalam serambi
jantung dapat terbentuk bekuan darah yang semakin besar dimana kemudian bekuan ini
dapat lepas dan menyangkut di otak serta menimbulkan stroke. Bekuan darah ini dapat
juga lepas dan meyangkut di ginjal serta menimbulkan gagal ginjal.

Bradiaritmia dan Takiaritmia

Berbagai keadaan dapat menimbulkan kelainan pada sistem listrik jantung. Pada
umumnya gangguan sistem listrik jantung akan menimbulkan perubahan irama jantung
menjadi terlalu lambat (Bradiaritmia, jantung berdenyut kurang dari 60 kali permenit)
atau terlalu cepat (Takiaritmia, jantung berdenyut lebih dari 100 kali permenit). Kedua
keadaan tersebut akan berpengaruh terhadap kerja jantung memompa darah ke seluruh
tubuh.
Bila jantung berdenyut terlalu lambat, maka jumlah darah yang mengalir di dalam
sirkulasi menjadi berkurang, sehingga kebutuhan tubuh tidak terpenuhi. Hal ini akan
menimbulkan gejala seperti mudah capek, kelelahan yang kronis, sesak, keleyengan
bahkan sampai pingsan. Yang berbahaya, bila jumlah darah yang menuju otak menjadi
berkurang bahkan minimal sehingga terjadi pingsan atau perasaan melayang. Pada
keadaan yang lebih parah dapat menyebabkan stroke.
Sebaliknya, bila jantung berdenyut terlalu cepat maka jantung akan mengalami kelelahan
dan akan menimbulkan gejala-gejala berdebar yang biasanya disertai perasaan takut
karena debaran jantung yang begitu cepat (sampai lebih dari 200 kali permenit). Pada
keadaan yang ekstrim dimana bilik jantung berdenyut sangat cepat dan tidak terkendali,
maka terjadi kegagalan sirkulasi darah yang bila dilakukan pertolongan cepat dengan
kejut listrik (DC shock) dapat mengakibatkan kematian. Takiaritmia tidak menimbulkan
kematian mendadak. Akan tetapi tentu harus dipastikan jenis aritmia apa yang terdapat
pada seorang pasien.
Bradiaritmia yang terjadi akibat hambatan transmisi listrik jantung, umumnya menetap
sehingga diperlukan alat bantu yang dapat menjamin kecukupan frekuensi denyut
jantung. Alat tersebut adalah alat pacu jantung tetap (Permanent Pace Maker, PPM).
PPM ditanam dibawah kulit dada lalu dihubungkan ke jantung melalui sejenis kabel.
Hanya diperlukan operasi kecil dengan bius lokal saja untuk pemasangan PPM.
Takiaritmia, pada umumnya dapat disembuhkan total melalui tindakan ablasi. Setelah
dilakukan tindakan ablasi, pasien terbebas dari penyakit takiaritmia dan tidak
memerlukan obat-obatan lagi. Ablasi adalah tindakan invasif yang merupakan kelanjutan
dari EPS. Pada ablasi dilakukan pemutusan/eliminasi sumber takiaritmia dengan
menggunakan panas yang dihasilkan oleh gelombang frekuensi radio. Tingkat

keberhasilan ablasi pada takiartmia yang umum terjadi, sangat tinggi yaitu sekitar 95%.
Dengan resiko yang sangat kecil.
B. Macam-Macam Aritmia
a. Sinus Takikardi

Meningkatnya aktifitas nodus sinus, gambaran yang penting pada ECG adalah : laju
gelombang lebih dari 100 X per menit, irama teratur dan ada gelombang P tegak
disandapan I,II dan aVF, inerval PR normal (0,12-0,20 detik), gelombang QRS
normal (durasi 0,06-0,12 detik).
b. Sinus bradikardi

Penurunan laju depolarisasi atrium. Gambaran yang terpenting pada ECG adalah laju
kurang dari 60 permenit, irama teratur, gelombang P tegak disandapan I,II dan aVF,
inerval PR normal (0,12-0,20 detik), gelombang QRS normal (durasi 0,06-0,12 detik).
c. Sinus aritmia

Irama tidak teratur, gelombang P normal dan selalu diikuti gelombang QRS, interval
PR normal (0,12-0,20 detik), gelombang QRS normal (durasi 0,06-0,12 detik).
d. Sinus Arrest

Irama teratur, kecuali pada siklus yang hilang, frekuensi laju jantung biasanya kurang
dari 60 kali/menit, gelombang P normal dan selalu diikuti gelombang QRS, interval

PR normal (0,12 020 detik), gelombang QRS normal (durasi 0,06 0,12 detik).
Hilangnya satu atau lebih gelombang P, QRS dan T, tapi tidak merupakan kelipatan
dari R R interval.
e. Takikardi Atrium

Suatu episode takikardi atrium biasanya diawali oleh suatu komplek atrium premature
sehingga terjadi re-entri pada tingkat nodus AV.
f. Fluter Atrium

Kelainan ini karena reentri pada tingkat atrium. Depolarisasi atrium cepat dan teratur,
dan gambarannya terlihat terbalik disandapan II, III dan atau aVF seperti gambaran
gigi gergaji.
C. Penyebab dan faktor resiko gangguan irama jantung
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis
karena infeksi)
2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner),
misalnya iskemia miokard, infark miokard.
3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti aritmia
lainnya
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan
irama jantung
6. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
7. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
9. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
10. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi
jantung)

Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung atau kelainan
irama jantung. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah:
1. Penyakit Arteri Koroner
Penyempitan arteri jantung, serangan jantung, katup jantung abnormal, kardiomiopati,
dan kerusakan jantung lainnya adalah faktor resiko untuk hampir semua jenis aritmia
jantung.
2. Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko terkena penyakit arteri koroner. Hal
ini juga menyebabkan dinding ventrikel kiri menjadi kaku dan tebal, yang dapat
mengubah jalur impuls elektrik di jantung.
3. Penyakit Jantung Bawaan
Terlahir dengan kelainan jantung dapat memengaruhi irama jantung.
Metabolisme tubuh dipercepat ketika kelenjar tiroid melepaskan hormon tiroid terlalu
banyak. Hal ini dapat menyebabkan denyut jantung menjadi cepat dan tidak
teratur sehingga menyebabkan fibrilasi atrium (atrial fibrillation).
Sebaliknya, metabolisme melambat ketika kelenjar tiroid tidak cukup melepaskan
hormon tiroid, yang dapat menyebabkan bradikardi (bradycardia).
4. Obat dan Suplemen
Obat batuk dan flu serta obat lain yang mengandung pseudoephedrine dapat
berkontribusi pada terjadinya aritmia.
5. Obesitas
Selain menjadi faktor resiko untuk penyakit jantung koroner, obesitas dapat
meningkatkan resiko terkena aritmia jantung.
6. Diabetes
Resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi akan meningkat
akibat diabetes yang tidak terkontrol. Selain itu, gula darah rendah (hypoglycemia)
juga dapat memicu terjadinya aritmia.
7. Obstructive Sleep Apnea
Obstructive sleep apnea disebut juga gangguan pernapasan saat tidur. Napas yang
terganggu, misalnya mengalami henti napas saat tidur dapat memicu aritmia jantung
dan fibrilasi atrium.
8. Ketidakseimbangan Elektrolit
Zat dalam darah seperti kalium, natrium, dan magnesium (disebut elektrolit),
membantu memicu dan mengatur impuls elektrik pada jantung.

Tingkat elektrolit yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat memengaruhi impuls
elektrik pada jantung dan memberikan kontribusi terhadap terjadinya aritmia jantung.
9. Terlalu Banyak Minum Alkohol
Terlalu banyak minum alkohol dapat memengaruhi impuls elektrik di dalam jantung
serta dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya fibrilasi atrium (atrial fibrillation).
Penyalahgunaan alkohol kronis dapat menyebabkan jantung berdetak kurang efektif
dan dapat menyebabkan cardiomyopathy (kematian otot jantung).
10. Konsumsi Kafein atau Nikotin
Kafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung berdetak lebih cepat dan
dapat berkontribusi terhadap resiko aritmia jantung yang lebih serius.
Obat-obatan ilegal, seperti amfetamin dan kokain dapat memengaruhi jantung dan
mengakibatkan beberapa jenis aritmia atau kematian mendadak akibat fibrilasi
ventrikel (ventricular fibrillation).
D. Tanda Dan Gejala Aritmia
Ada beberapa tanda dan gejala Aritmia, yaitu
a. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi;
bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis,
berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.
b. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
c. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina,
gelisah
d. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas
tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan
seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik
pulmonal; hemoptisis.
e. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis
f.
g.
h.
i.
j.
k.

siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan


Palpitasi
Pingsan
Rasa tidak nyaman di dada
Lemah atau keletihan
Detak jantung cepat (tachycardia)
Detak jantung lambat (bradycardia)

E. Pemeriksaan Gangguan Irama Jantung


1. EKG : Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan
tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.

2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan
dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga
dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel atau katup
4. Skan pencitraan miokardia : Dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard yang
dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan
kemampuan pompa.
5. Tes stress latihan : Dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
menyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau
dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8. Pemeriksaan tiroid : Peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.
F. Penatalaksanaan Medis
Pada prinsipnya tujuan terapi aritmia adalah :
1. Mengembalikan irama jantung yang normal (rhythm control),
2. Menurunkan frekuensi denyut jantung (rate control),
3. Mencegah terbentuknya bekuan darah. Terapi sangat tergantung pada jenis aritmia.
Sebagian gangguan ini tidak perlu diterapi.

Sebagian lagi dapat diterapi dengan obat-obatan. Jika kausa aritmia berhasil dideteksi,
maka tak ada yang lebih baik daripada menyembuhkan atau memperbaiki penyebabnya
secara spesifik. Aritmia sendiri, dapat diterapi dengan beberapa hal di bawah ini;
Disritmia umumnya ditangani dengan terapi medis. Pada situasi dimana obat saja tidak
memcukupi, disediakan berbagai terapi mekanis tambahan. Terapi yang paling sering
adalah kardioversi elektif, defibrilasi dan pacemaker. Penatalaksanaan bedah, meskipun
jarang, juga dapat dilakukan.
1.. Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
2. Kelas 1 A
a. Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk mencegah
berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
b. Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang menyertai
anestesi.
c. Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
3. Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
4. Kelas 1 C
a. Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
b. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
c. Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan
hipertensi
d. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
e. Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
f. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
g. Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia
5. Terapi mekanis

a. Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang


memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.
b. Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.
c. Defibrilator kardioverter implantable : suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri
episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko
mengalami fibrilasi ventrikel.
d. Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang
ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.
G. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian primer :
1.

Airway
- Apakah ada peningkatan sekret ?
- Adakah suara nafas : krekels ?
2. Breathing
- Adakah distress pernafasan ?
- Adakah hipoksemia berat ?
- Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ?
- Apakah ada bunyi whezing ?
3. Circulation
- Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?
- Apakah ada takikardi ?
- Apakah ada takipnoe ?
- Apakah haluaran urin menurun ?
- Apakah terjadi penurunan TD ?
- Bagaimana kapilery refill ?
- Apakah ada sianosis ?
b. Pengkajian sekunder
1) Riwayat penyakit
2) Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi

3) Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup


jantung, hipertensi
4) Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya kemungkinan
untuk terjadinya intoksikasi
5) Kondisi psikososial
c. Pengkajian fisik
1) Aktivitas : kelelahan umum
2) Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak
teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut
menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis,
berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila curah jantung menurun berat.
3) Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak,
marah, gelisah, menangis.
4) Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap
makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit
5) Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
6) Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau
tidak dengan obat antiangina, gelisah
7) Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan
/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin
ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema
paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
8) Keamanan : demam, kemerahan kulit (reaksi obat), inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan

2. Diagnosa keperawatan
a.

Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi


elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.

b. Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan


dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.
c. Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia berpartisipasi dalam
aktifitas yang menurunnya kerja miokardia.

3. Intervensi
a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi
elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
Kriteria hasil :
1) Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat yang dibuktikan oleh
TD/nadi dalam rentang normal, haluaran urin adekuat, nadi teraba sama, status
mental biasa
2) Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia
Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardi
Intervensi :
- Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitudo
dan simetris.
- Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut jantung
ekstra, penurunan nadi.
- Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.
- Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi; disritmia atrial;
disritmia ventrikel; blok jantung
- Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase
akut.
- Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal relaksasi
nafas dalam, bimbingan imajinasi
- Selidiki

laporan

nyeri,

catat

lokasi,

lamanya,

intensitas

dan

faktor

penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh wajah mengkerut,


menangis, perubahan TD
- Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi
- Kolaborasi :
o Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit
o Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
o Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmi
o Siapkan untuk bantu kardioversi elektif

o Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung


o Masukkan/pertahankan masukan IV
o Siapkan untuk prosedur diagnostik invasif
o Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrillator
b. Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan
dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.

Kriteria hasil

1) Menyatakan pemahaman tentang kondisi, program pengobatan


2) Menyatakan tindakan yang diperlukan dan kemungkinan efek samping obat
Intervensi :
- Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal
- Jelakan/tekankan masalah aritmia khusus dan tindakan terapeutik pada
pasien/keluarga
- Identifikasi efek merugikan/komplikasiaritmia khusus contoh kelemahan,
perubahan mental, vertigo.
- Anjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat diperlukan;
bagaimana dan kapan minum obat; apa yang dilakukan bila dosis terlupakan
- Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan
- Kaji ulang kebutuhan diet contoh kalium dan kafein
- Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk dibawa pulang
- Anjurkan psien melakukan pengukuran nadi dengan tepat
- Kaji ulang kewaspadaan keamanan, teknik mengevaluasi pacu jantung dan gejala
yang memerlukan intervensi medis
- Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan karotis/sinus,
manuver Valsava bila perlu
c. Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia berpartisipasi dalam aktifitas
yang menurunkan kerja miokardia.
Intervensi :

- Raba nadi (radial,temoral,dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan,amplituto dan


simetris.
- Auskultasi

bunyi

jantung,catat

frekuensi,irama.catat

adanya

deyut

jantung

ektra,menurunan nadi .
- Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.
- Tentukan tipe distritmia dan catat irama: takikardi;bradikardi;distritmia
atrial;distritmia ventrikel;blok jatung
- Berikan lingkungan tenang, kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase akut.
- Demonstrasikan/dorong penggunaan prilaku pengaturan stress missal relaxsasi nafas
dalam,bimbingan imajinasi.
- Selidiki laporan nyeri,catat lokasi,lamanya, intensitas dan factorpengilang/pemberat.
Catat petunjuk nyeri non verbal contoh wajah mengkerut,menangis,perubahan TD .
- Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi.
Kolaborasi :
1. Pantau pemeriksaan laboratorium contoh elektrolit.
2. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
3. Berikan obat sesuai indikasi ;kalium,antidistrimi.
4. Siapkan untuk bantu kardioversi elektif.
5. Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung
6. Masukan pertahankan masukan IV
7. Siapkan untuk prosedur diagnotik invasive
8. Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrillator.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama
jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis. Aritmia timbul
akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan aksi yaitu rekaman grafik
aktivitas listrik sel. Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut
jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi.
Aritmia adalah suatu tanda atau gejala dari gangguan detak jantung atau irama jantung.
Hal ini bisa dirasakan ketika misalnya, jantung berdetak lebih cepat dari normal yang
selanjutnya disebut takikardia atau ketika jantung berdetak lebih lambat dari normal, yang
disebut sebagai bradikardia.Jantung yang berdenyut melambat tentu akan mengganggu
aliran

darah

sampai

ke

otak

sehingga

penderitanya

sewaktu-waktu

dapat

pingsan.Sebaliknya, jika jantung berdenyut terlalu cepat dalam jangka yang lama maka
dapat mengarah pada gagal jantung kongestif yang tentunya sangat berbahaya. Aritmia
timbul bilamana penghantaran listrik pada jantung yang mengontrol detak jantung
mengalami gangguan, ini dapat terjadi bila sel saraf khusus yang ada pada jantung yang
bertugas menghantarkan listrik tersebut tidak bekerja dengan baik. Aritmia juga dapat
terjadi bila bagian lain dari jantung menghantarkan sinyal listrik yang abnormal.

B. Saran

Dengan terselesaikannya Makalah Manajemen Pasien dengan Aritmia ini diharapkan bagi
mahasiswa keperawatan agar lebih bisa mengidentifikasi dan membedakan gejala Aritmia
dengan gejala penyakit yang ada pada jantung.

DAFTAR PUSTAKA
Naydach, D. (2014). Nurse to Nurse: Trauma Care. Jakarta: Slemba Medika
Mubarak, W.I. Chayatin, Nurul dan Susanto, Joko. (2015). Standar Asuhan Keperawatan
dan Prosedur Tetap dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: Salema Medika
Sumiarty, C. (2013). Cara Praktis Membaca Elektrokardiogram EKG. Jakarta: Surya
Gemilang
Wijayaningsih, K.S .(2013). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media
http://kumpulanmaterikeperawatanrimanurmala.blogspot.co.id/2014/10/makalaharitmia.html
http://neutronboyszone.blogspot.co.id/2012/12/askep-kegawatdaruratan-aritmia.html
http://sianipareva24.blogspot.co.id/2012/01/kasus-aritmia.html
http://www.alodokter.com/aritmia

Anda mungkin juga menyukai