Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ATRIAL ARITMIA

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
Husna Indriyani
Helma
Maisyarah
Seliyana Mointi
Lely Aan Sagita
Nurfadillah
Iis Paraya
Rizqa Adawiyah Kadji
Sri Damayanti Alim

DIII TEKNIK KARDIOVASKULER


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat, Karunia dan Nikmat
yang tiada hentinya sehingga penyusunan makalah dengan judul “ATRIAL
ARITMIA” ini dapat terselesaikan.
Seperti kata pepatah, tidak ada gading yang tidak retak. Oleh karena itu, dengan
rendah hati penulis berharap agar para pembaca dapat memberikan masukan, kritik
dan tanggapan yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan memberkati kita semua, Amin.
Makassar, Desember 2021

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
D. Manfaat ........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Atrial Aritmia.................................................................................................3
B. Jenis-jenis Atrial Aritmia...............................................................................3
1. Atrial Takikardi.........................................................................................3
2. Atrial Flutter..............................................................................................9
3. Premmature Atrial Contruction.................................................................12
4. Sinus Pause................................................................................................15
5. Atrial Fibrilasi............................................................................................17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................22
B. Saran ..............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................23

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aritmia atau kelainan detak jantung telah banyak diderita oleh penduduk
dunia. salah satu jenis aritmia, atrial fibrillation (afib) telah menyerang 6 juta
penduduk Eropa dan 2,3 juta penduduk Amerika (Kannel & Benjamin, 2008),
sedangkan aritmia jenis ventricular tachycardia (vtac) telah menyebabkan 300.000
kematian di Amerika (Compton, 2015).Aritmia menyebabkan jantung berdetak
lebih cepat, lebih lambat, atau menjadi tidak teratur. Kondisi menyebabkan gejala-
gejalan seperti rasa lelah dan rasa sakit di dada. Untuk mendeteksi aritmia, dokter
menggunakan rekam jantung atau elektrokardiogram (American Health
Association, 2016).Elektrokardiogram (EKG) adalah hasil rekaman aktivitas
jantung yang didapat dengan menempelkan elektrode ke kulit untuk menangkap
arus listrik yang dihasilkan jantung. Deretan aktivitas-aktivitas jantung yang
direkam oleh EKG dapat digunakan sebagai indikator adanya gangguan irama
jantung, yang dapat digunakan oleh dokter atau perawat untuk mengambil
tindakan yang tepat (Wilkins, 2011).
Aritmia adalah variasi – variasi di luar irama normal jantung berupa kelainan
pada kecepatan, keteraturan, tempat asal impuls, atau urutan aktivasi, dengan atau
tanpa adanya penyakit jantung struktural yang mendasari. (Kamus Kedokteran
Dorland). Berdasarkan definisi tersebut, maka kondisi yang tergolong sebagai
aritmia adalah laju dengan frekuensi terlalu cepat > 100x / menit atau frekuensi
terlalu lambat < 60x / menit , irama yang tidak teratur, irama yang berasal bukan
dari nodus SA ( Sinoatrial Node ), maupun adanya hambatan impuls supra atau
intraventrikular.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Laurentia Mihardja pada tahun
2007, prevalensi penyakit jantung di Indonesia pada populasi usia 15 tahun ke atas
adalah 9,2%, dimana 5,9 % diantaranya mengalami gejala aritmia. Adanya aritmia
dapat menyebabkan beberapa kondisi yang berakibat fatal, seperti cardiac arrest ,
kegagalan organ-organ lain ( otak, ginjal, paru, hati ), stroke ( terutama pada
aritmia jenis atrial fibrilasi).Timbulnya aritmia dapat disebabkan oleh beberapa
hal, seperti hipertensi, diabetes, adanya kelainan jantung bawaan, dan penggunaan
obat-obatan tertentu. Selain itu, aritmia dapat pula disebabkan oleh adanya
gangguan tiroid. Terdapat 2 tipe gangguan tiroid yaitu hipotiroidisme dan
hipertiroidisme yang dapat dibedakan melalui manifestasi klinik yang timbul dan
pemeriksaan laboratorium kadar T3 , T4 , dan TSH serum.

1
Gangguan tiroid diketahui dapat mengakibatkan perubahan pada kontraktilitas
jantung, fungsi diastolik, konsumsi oksigen miokard, curah jantung dan tekanan
darah, tahanan vaskular sistemik, dan gangguan irama jantung.
Penelitian yang dilakukan oleh Faizel Osman mengatakan bahwa hormon
tiroid memiliki hubungan secara langsung dan tidak langsung terhadap
miokardium dan mempengaruhi sistem saraf otonom pada jantungyang
menyebabkan terjadinya gangguan irama jantung. Dua jenis aritmia yang paling
sering ditimbulkan oleh keadaan hipertiroid adalah atrial fibrilasi (10-15%) dan
gangguan irama supraventrikular.Penelitian yang dilakukan oleh Christian Selmer
menyatakan bahwa atrial fibrilasi dapat pula disebabkan oleh hipotiroid, namun
memiliki resiko yang lebih rendah dibanding atrial fibrilasi akibat hipertiroid.
Penelitian-penelitian tersebut belum menelitijenis gangguan irama jantung
selain atrial fibrilasi. Selain itu, penelitian-penelitian tersebut dilakukan di luar
negeri sehingga memungkinkan adanya perbedaan ketika penelitian dilakukan di
Indonesia.

A. Rumusan Masalah
1. Jelaskan apa itu Atrial Takikardi !
2. Jelaskan apa itu Atrial Flutter !
3. Jelaskan apa itu Premature Atrial Contraction !
4. Jelaskan apa itu Sinus Pouse !
5. Jelaskan apa itu Atrial Fibrilasi !
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Atrial Takikardi
2. Untuk mengetahui apa itu Atrial Flutter
3. Untuk mengetahui apa itu Premature Atrial Contraction
4. Untuk mengetahui apa itu Sinus Pouse
5. Untuk mengetahui apa itu Atrial Fibrilasi
C. Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah diharapkan dapat memberi pengetahuan lebih
dalam mengenai beberapa jenis atrial aritmia yaitu atrial takikardi, atrial flutter,
atrial fibrilasi, sinus pause, premature atrial contraction dan atrial fibrilasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Atrial Aritmia
Aritmia adalah variasi – variasi di luar irama normal jantung berupa kelainan
pada kecepatan, keteraturan, tempat asal impuls, atau urutan aktivasi, dengan atau
tanpa adanya penyakit jantung struktural yang mendasari. (Widjaja, Danielle
Karen, 2017).
Atrial aritmia adalah aritmia yang terjadi bila sinyal yang berasal dari sel pacu
jantung di atrium mengalami gangguan sehingga menimbulkan denyut jantung
yang cepat dan tidak beraturan.

B. Jenis – Jenis Atrial Aritmia


1. Atrial Takikardi
a) Definisi
Atrial Takikardi atau Takikardia supraventrikular (SVT) adalah disritmia
yang berasal dari atau di atas nodus atrioventrikular (AV) dan ditentukan
oleh kompleks sempit (QRS < 120 milidetik) dengan kecepatan > 100
denyut per menit (bpm). (Larissa Patti, 2018)
Takikardia reentrant nodal atrioventrikular (AVNRT), juga dikenal
sebagai SVT paroksismal, didefinisikan sebagai SVT intermiten tanpa faktor
pemicu, dan biasanya muncul dengan irama ventrikel 160 bpm

3
b) Patofiologi Atrial Takikardi
Konduksi listrik melalui jantung dimulai di sinoatrial (SA), yang
kemudian berjalan ke jaringan atrium di sekitarnya ke nodus atrioventrikular
(AV). Pada AV node, sinyal listrik tertunda selama kurang lebih 100
milidetik. Setelah melalui nodus AV, sinyal listrik berjalan melalui sistem
His-Purkinje, yang mendistribusikan sinyal listrik ke berkas kiri dan kanan,
dan akhirnya ke miokardium ventrikel. Jeda di nodus AV memungkinkan
atrium berkontraksi dan kosong sebelum kontraksi ventrikel. Penyebab
paling umum dari atrial takikardi adalah fenomena reentry ortodromik, yang
terjadi ketika takikardia sekunder dari konduksi listrik anterograde normal
dari atrium ke AV node ke ventrikel, dengan konduksi retrograde melalui
jalur aksesori dari ventrikel kembali ke atrium. Kompleks QRS yang sempit
(<120 milidetik) menunjukkan ventrikel sedang diaktifkan di atas berkas His
melalui jalur biasa melalui sistem His-Purkinje. Ini menyiratkan bahwa
aritmia berasal dari nodus sinoatrial (SA), miometrium atrium, nodus AV,
atau di dalam berkas His. Pada konduksi antidromik yang lebih jarang,
konduksi berpindah dari atrium ke ventrikel melalui jalur aksesori, kemudian
kembali secara retrograde melalui nodus AV ke atrium.

c) Faktor Risiko Atrial Takikardia


Walau dapat dialami oleh siapa saja, takikardia lebih berisiko terjadi pada
orang yang anggota keluarganya menderita aritmia. Selain itu, takikardia
atau aritmia lebih sering terjadi pada orang dengan faktor berikut:
1) Berusia lanjut

4
2) Memiliki penyakit endokrin, seperti diabetes atau penyakit tiroid, yang
tidak terkontrol
3) Memiliki hipertensi yang tidak terkontrol
4) Mengalami infeksi bakteri atau virus yang berat
5) Mengalami atau memiliki riwayat hipertensi pulmonal
6) Mengonsumsi alkohol secara berlebihan
7) Menggunakan NAPZA

d) Gejala Atrial Takikardia


Detak jantung yang terlalu cepat dapat menyebabkan aliran darah yang
masuk ke jantung berkurang. Kondisi ini membuat jantung tidak memiliki
cukup darah untuk dialirkan ke seluruh tubuh. Akibatnya, organ dan jaringan
yang tidak dialiri darah kekurangan oksigen.
Beberapa gejala takikardia adalah:
a. Jantung berdebar
b. Nyeri dada (angina)
c. Lelah atau lemah
d. Cemas
e. Keringat dingin
f. Sesak napas
g. Pusing
h. Pingsan

e) Diagnosis Atrial Takikardia


Dokter akan menanyakan gejala yang dialami, riwayat penyakit,
pengobatan yang pernah atau sedang dijalani, dan gaya hidup pasien. Dokter
juga akan bertanya terkait riwayat penyakit pada keluarga pasien, terutama
riwayat penyakit jantung. Pada pemeriksaan fisik, dokter akan
mendengarkan detak dan irama jantung untuk menilai kecepatan dan
keteraturannya. Dokter juga akan mencari tanda dan gejala lain, seperti
bunyi jantung abnormal, bunyi paru-paru yang tidak normal, pembengkakan
di tungkai, atau gejala penyakit tiroid. Untuk memastikan diagnosis
takikardia dan mencari tahu penyebabnya, dokter akan melakukan beberapa
pemeriksaan penunjang, yaitu:

5
1) Elektrokardiografi (EKG)
Pemeriksaan rekam jantung atau EKG bertujuan untuk merekam
aktivitas listrik jantung, dengan menempelkan beberapa sensor kecil di
dada, serta pergelangan tangan dan kaki pasien. Pemeriksaan ini dapat
memberi tahu dokter jenis takikardia yang dialami pasien. Untuk
mendapat data detak jantung secara lebih cermat, dokter dapat meminta
pasien untuk memakai alat perekam aktivitas jantung selama 24 jam
(Holter monitor).
2) Stress test
Pada stress test, pasien akan diminta untuk berjalan atau berlari pada
alat treadmill, sambil menjalani rekam jantung dengan EKG.
3) Tes darah
Tes darah bertujuan untuk menilai kadar protein jantung yang sering
meningkat saat serangan jantung. Tes darah juga dilakukan untuk
mengukur kadar hormon tiroid.
4) Pemindaian jantung
Tes ini dilakukan untuk memeriksa struktur jantung yang dapat
menyebabkan takikardia. Pemindaian jantung dapat dilakukan dengan
foto Rontgen dada, ekokardiografi (USG jantung), CT scan, MRI, hingga
angiografi jantung.
5) Tes elektrofisiologi
Dokter akan memasukkan selang kecil dengan elektroda di ujungnya
ke pembuluh darah di lengan, leher, atau pangkal paha pasien. Selang ini
kemudian diarahkan ke beberapa titik di jantung.Tes ini berfungsi untuk
memastikan lokasi gangguan pada sel pacu jantung, dengan memetakan
penyebaran sinyal listrik yang terjadi setiap kali jantung berdetak.
6) Tilt table test
Pada tes ini, pasien akan diminta untuk mengonsumsi obat yang
membuat detak jantung meningkat. Setelah itu, pasien akan diminta tidur
di meja khusus, yang kemudian ditegakkan sehingga posisi pasien seperti
sedang berdiri. Dokter akan mengamati respons sistem saraf dan jantung
pasien terhadap perubahan posisi ini.

6
f) Pengobatan Atrial Takikardia
Pengobatan takikardia bertujuan untuk menurunkan detak jantung yang
cepat, mencegah kekambuhan dan komplikasi, serta mengatasi penyebab
takikardia. Bagi penderita yang mengalami takikardia sinus, dokter akan
menangani penyebabnya. Jika penyebabnya adalah stress, maka pasien perlu
melakukan perubahan gaya hidup untuk meredakan stres. Sedangkan jika
penyebabnya adalah kondisi medis, dokter akan memberikan pengobatan
sesuai kondisi pasien. Pada pasien takikardia supaventrikuler, dokter akan
menganjurkan untuk beristirahat yang cukup, mengurangi konsumsi
minuman beralkohol atau berkafein, dan berhenti merokok.Sementara bagi
penderita takikardia yang disertai dengan gangguan irama jantung (aritmia),
ada beberapa penanganan yang dapat dilakukan, yaitu:
1) Manuver vagal
Dokter akan melakukan manuver vagal dengan memberikan tekanan
ke area leher, misalnya dengan meminta pasien untuk batuk atau
mengejan. Penekanan ini akan memengaruhi saraf vagus, yang dapat
membantu memperlambat detak jantung.
2) Pemberian obat
Dokter akan memberikan obat antiaritmia, seperti antagonis kalsium
atau penghambat beta, untuk menormalkan detak jantung. Dokter juga
dapat meresepkan obat pengencer darah, untuk menurunkan risiko
penggumpalan darah.
3) Kardioversi
Dalam prosedur ini, sengatan listrik dikirimkan ke jantung dengan
menggunakan alat khusus. Aliran listrik tersebut akan memengaruhi
impuls listrik jantung dan menormalkan kembali irama jantung.
4) Ablasi
Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan kateter melalui pangkal
paha, lengan, atau leher, untuk diarahkan ke jantung. Elektroda di ujung
kateter tersebut akan mengeluarkan energi panas atau dingin, untuk
menghentikan jalur listrik jantung yang tidak normal.
5) Pemasangan alat pacu jantung

7
Alat pacu jantung berukuran kecil akan ditanam di bawah kulit.
Fungsinya adalah untuk memancarkan gelombang listrik yang membantu
menormalkan detak jantung.
6) Implantable cardioverter (ICD)
Alat ini dapat dipasang di bagian dada ketika takikardia berisiko
menyebabkan henti jantung dan mengancam nyawa. ICD bertugas
memonitor detak jantung dan mengirimkan gelombang listrik untuk
mengembalikan irama jantung ke kondisi normal.
7) Pembedahan
Bedah jantung dilakukan untuk menghilangkan jalur listrik tidak
normal yang memicu takikardia.
g) Komplikasi Atrial Takikardia
Komplikasi baik terkait dengan obat-obatan atau ablasi frekuensi radio.
Karena yang terakhir adalah prosedur invasif, komplikasi berikut dapat
terjadi:
1) hematom
2) Pseudoaneurisma arteri
3) Berdarah
4) Infark miokard
5) Blok jantung dan kebutuhan akan alat pacu jantung
6) Stroke
7) Kematian

h) Pencegahan Atrial Takikardi


Pada dasarnya, takikardia dapat dicegah dengan menjaga kesehatan
jantung dan menghindari risiko terjadinya penyakit jantung. Beberapa upaya
yang dapat dilakukan adalah:
1) Berhenti merokok
2) Menghindari konsumsi minuman beralkohol atau berkafein secara
berlebihan
3) Mempertahankan berat badan ideal
4) Menjaga tekanan darah dan kadar kolesterol agar tetap normal
5) Berolahraga secara rutin
6) Mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi seimbang

8
7) Menghindari penyalahgunaan NAPZA
8) Berhati-hati dalam mengonsumsi obat-obat bebas dan pastikan untuk
selalu mematuhi petunjuk pemakaian
9) Menghindari stres
10) Beristirahat yang cukup
11) Melakukan pemeriksaan kesehatan ke dokter secara berkala.

2. Atrial Flutter
a) Definisi
Atrial flutter adalah irama atrium biasa yang ditandai dengan gelombang
atrial flutter. (Green, Jacqueline M . 2010) . Lead II sering menunjukkan
tampilan gigi gergaji klasik dari fluttergelombang, beberapa di antaranya
tersembunyi di segmen ST. Flutter atrium biasanya adalahritme teratur
dengan kecepatan 240 hingga 340 dengan gelombang flutter, tetapi tidak
setiap fluttergelombang menghasilkan QRS. Atrium laju (230) dan laju
ventrikel (88 hingga 115) harus dijelaskan secara terpisah. Atrial flutter
sering dikaitkan dengan penyakit jantung atau paru-paru yang mendasarinya.

Atrial flutter adalah aritmia kardiak yang ditandai dengan frekuensi


atrium 240-400 detak/menit disertai tanda-tanda blokade konduksi nodus
atrioventrikular. Atrial flutter terbentuk karena adanya macroreentrant atrial
tachycardia (MAT) yang berjalan di sekitar anulus trikuspid, lalu ke arah
superior di sepanjang septum atrium, ke inferior dinding atrium, melewati
isthmus kavotrikuspid. Berdasarkan arah propagasi sirkuit re-entry yang

9
dimilikinya, atrial flutter tipikal terbagi menjadi atrial flutter tipikal murni
dan atrial flutter tipikal terbalik.
Atrial flutter dapat terjadi pada berbagai penyakit medis yang mendasari
seperti penyakit paru obstruktif kronik, penyakit katup mitral dan trikuspid,
serta akibat pembentukan jaringan parut pada dinding atrium pasca operasi
penyakit jantung bawaan.

b) Patofisiologi
Mekanisme re-entry pada atrial flutter didasarkan pada pengamatan
hewan coba yang menunjukkan bahwa atrial flutter dapat diinduksi dan
bertahan apabila ada suatu lesi linier pada atrium, terutama di antara kedua
vena kava atau pada dinding atrium kanan. Apabila terdapat garis
penghambat pada lokasi ini, gelombang konduksi tidak dapat diteruskan dan
dipaksa memutar ke sekitarnya.
Cavotricuspid isthmus (CTI) memiliki peran dalam menyediakan zona
protektif konduksi lambat yang penting pada pembentukan sirkuit re-entry
atrial flutter. Kecepatan konduksi listrik melewati CTI lebih lambat pada
pasien dengan atrial flutter dibandingkan individu tanpa atrial flutter. Hal ini
diduga berkaitan dengan fibrosis interseluler akibat penuaan atau dilatasi
atrium sehingga mengubah sambungan celah antarsel dan menyebabkan
konduksi anisotropik yang tak merata di seluruh jaringan trabekular di CTI.
Struktur lain yang turut mempengaruhi perkembangan barier fungsional
pada kejadian atrial flutter adalah krista terminalis. Secara normal,
perlambatan konduksi dan hambatan impuls ke arah transversal dapat terjadi
pada krista terminalis ketika irama. Pada atrial flutter, hambatan konduksi
transversal di sepanjang krista terminalis tersebut menjadi pembatas lateral
dari lokasi atrial flutter. Atrial flutter tipikal lebih sering muncul pada
individu dengan krista terminalis yang tebal dan kontinu, serta menunjukkan
hambatan konduksi transversal pada panjang siklus pacu jantung yang lebih
lama.

c) Diagnosis atrial flutter


Ditegakkan dengan menelusuri berbagai gejala klasik terkait aritmia
seperti episode sinkope, penurunan toleransi aktivitas, berdebar-debar, sesak
napas, dan nyeri dada. Didukung berbagai pemeriksaan fisik dan penunjang
termasuk EKG, ekokardiografi, dan uji elektrofisiologi. Gambaran EKG
yang khas untuk atrial flutter antara lain pola gigi gergaji dengan defleksi

10
negatif di sandapan inferior. Namun, pada beberapa kasus, tampilan EKG
menjadi tidak khas sehingga atrial flutter perlu dibedakan dari sejumlah
aritmia lain seperti atrioventricular nodal reentrant tachycardia (AVNRT),
atrioventricular reciprocating tachycardia (AVRT), maupun junctional
tachycardia (JT).

d) Penyebab
Berbagai hal yang bisa meningkatan faktor risiko untuk atriall flutter
adalah:
1) Penggunaan alkohol (terutama minum terlalu banyak dalam waktu
singkat)
2) Penyakit jantung koroner
3) Riwayat serangan jantung
4) Pernah melakukan operasi bypass jantung
5) Gagal jantung atau jantung yang membesar
6) Penyakit katup jantung (paling sering katup mitral)
7) Hipertensi
8) Mengonsumsi obat tertentu
9) Kelenjar tiroid terlalu aktif (hipertiroidisme)
10) Perikarditis

e) Faktor-faktor risiko
Faktor-faktor tertentu yang meningkatkan risiko Anda mengalami atrial
flutter adalah:
1) Usia.
Semakin tua usia Anda, semakin besar risiko Anda mengalami atrial
flutter
2) Penyakit jantung.
Siapapun dengan penyakit jantung – seperti masalah katup jantung,
penyakit jantung bawaan, gagal jantung kongestif, penyakit arteri
koroner, atau riwayat serangan jantung dan operasi jantung – memiliki
peningkatan risiko atrial flutter
3) Tekanan darah tinggi.
Memiliki tekanan darah tinggi, terutama jika tidak dirawat dengan
perubahan gaya hidup atau penggunaan obat, dapat meningkatkan risiko
atriall flutter
4) Mengonsumsi alkohol.

11
Bagi sebagian orang, minum alkohol dapat memicu adamya atrial
flutter. Minum dalam jumlah banyak di waktu singkat dapat
meningkatkan risiko Anda menjadi lebih tinggi.
5) Riwayat keluarga
Peningkatan risiko atrial flutter dapat terjadi pada beberapa keluarga.

f) Gejala
Beberapa tanda dan gejala khas dari atrial flutter adalah:
1) Palpitasi (perasaan bahwa jantung berdebar atau berpacu)
2) Pusing
3) Hilang keseimbangan
4) Merasa lesu
5) Gejala lain mungkin terjadi yaitu angina atau gagal jantung. Angina
adalah nyeri jantung yang disebabkan oleh suplai darah cukup rendah.
Masalah pernapasan, nyeri dada, dan pingsan bisa terjadi bersamaan
dengan gagal jantung.

3. Prematur Atrial Contraction

a) Pengertian
Kontraksi atrium prematur (PACs) adalah kontraksi atrium yang dipicu
oleh miokardium atrium tetapi belum berasal dari nodus sinoatrial (nodus
SA). (Heaton, Joseph). PAC juga sering disebut sebagai kompleks prematur

12
atrium (APC), kompleks supraventrikular prematur, detak supraventrikular
prematur, dan detak atrium prematur. Fenomena ini dapat disebabkan oleh
berbagai macam penyakit medis, kelainan struktural, obat-obatan, dan
senyawa yang tidak diatur.
b) Patofisiologi
Patofisiologi Supraventricular Extrasystole (SVES) masih belum
diketahui pasti. Fungsi normal nodus sinoatrial dan nodus atrioventrikular
yang dipengaruhi faktor stimulan dari luar atrium diduga mempengaruhi
timbulnya SVES. Faktor stimulan yang berasal dari luar atrium dapat
menyebabkan remodelling nodus yang bersifat reversibel, sehingga
menimbulkan Premature Atrial Contraction (PAC). Hipotesis lain menduga
mekanisme reentry dan automatisasi abnormal berperan dalam terjadinya
SVES.
Stres mekanik pada atrium, misalnya pada keadaan peningkatan volume
(volume overload) atau peningkatan tekanan (pressure overload) dinding
atrium dapat meningkatkan akumulasi fibroblast dan endapan matriks
ekstraseluler, sehingga terbentuk jaringan fibrosis pada atrium. Jaringan
fibrosis ini dapat menyebabkan gangguan atau blok pada konduksi impuls
listrik, yang selanjutnya akan menstimulasi reentry.
Premature Atrial Contraction (PAC), Normalnya, impuls listrik berawal
dari nodus sinoatrial, yang selanjutnya menyebar ke seluruh atrium melalui
jalur Bachmann’s Bundle. Gelombang P pada EKG menujukkan aktivitas
listrik atrium, dan sandapan terbaik untuk menilai gelombang P adalah pada
lead II dan V1. Premature Atrial Contraction (PAC) akan tampak sebagai
gelombang P abnormal yang diikuti oleh kompleks QRS yang normal.
Secara morfologi, gelombang P pada kompleks PAC dapat tampak sebagai
defleksi negatif (inverted) ataupun defleksi positif.
Setelah terjadi PAC, impuls listrik dari atrium akan menyebar ke
ventrikel melalui berkas His dan serabut Purkinje sebagaimana jalur
konduksi yang normal. Hal ini menjelaskan mengapa kompleks QRS
biasanya memiliki morfologi identik dengan gelombang sinus.
Premature Atrial Complex dapat diikuti oleh kompleks QRS yang lebar,
yang disebut PAC dengan konduksi aberans. Hal ini disebabkan impuls
listrik terjadi hanya beberapa saat setelah fase diastolik, sehingga konduksi
listrik yang melewati nodus AV akan bertemu dengan cabang berkas His
kanan atau kiri yang masih dalam masa refrakter. Akibatnya, impuls listrik
akan sampai ke ventrikel lebih lambat daripada biasanya.

13
Premature Atrial Complex dapat juga tidak diikuti oleh kompleks QRS,
yang disebut Blocked PAC. Blocked PAC ini disebabkan oleh impuls atrium
yang timbul sangat prematur, yaitu pada fase awal diastolik, dimana impuls
akan menghadapi nodus AV yang masih refrakter terhadap eksitasi, sehingga
konduksi impuls listrik akan terhambat dan tidak sampai ke ventrikel.
Premature Atrial Complex dapat terjadi hanya satu kali, disebut PAC
occasional. PAC yang terjadi secara teratur setiap 1 denyut yang normal
disebut PAC bigemini. PAC yang terjadi dua kali secara berurutan disebut
PAC couplet.

c) Penyebab
Penyebabnya dapat akibat kelebihan kafein, cemas, alkohol, pengobatan
yang merangsang saraf simpatis (yang mencantumkan efek samping "deg-
degan"), hingga penyakit jantung seperti aritmia, iskemia miokardium dan
lain sebagainya.
Kontraksi atrium prematur biasanya terjadi pada orang-orang dengan
gangguan paru dan lebih sering terjadi pada orang-orang usia tua
dibandingkan dengan orang-orang yang lebih muda. Kondisi ini bisa
disebabkan atau diperberat oleh berbagai hal, seperti :
1) Konsumsi teh, kopi, atau alkohol
2) Pemakaian obat-obat yang bisa menyebabkan gangguan irama jantung
sebagai efek sampingnya
3) Stress
4) Kurang tidur atau kelelahan
5) Pada kasus tertentu, kontraksi atrium prematur juga bisa disebabkan
oleh cedera atau penyakit jantung yang mendasari.

d) Gejala
Kontraksi prematur atrium terjadi pada banyak orang-orang yang sehat,
tetapi jarang menimbulkan gejala. Jika denyut prematur bisa dirasakan, maka
mungkin terasa seperti :
1) adanya denyut jantung yang hilang atau terlompati
2) denyut jantung bisa terasa lebih kuat sesaat
3) rasa debaran di daerah jantung

14
e) Diagnosis
Kontraksi prematur atrium bisa dideteksi saat melakukan pemeriksaan
fisik dan dipastikan dengan elektrokardiografi (EKG).

f) Pengobatan
Penanganan perlu diberikan jika kontraksi prematur atrium sering terjadi
dan menimbulkan rasa berdebar-debar (palpitasi) yang tidak mengenakan.
Jika kontraksi prematur atrium didiagnosis sebagai kondisi yang berbahaya,
maka penanganan biasanya ditujukan pada gangguan yang mendasari, yang
memicu terjadinya kontraksi prematur.

g) Pencegahan
Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membantu mencegah terjadinya
kontraksi prematur atrium, antara lain :
a. Hindari konsumsi alkohol dan kafein
b. Tidak menggunakan obat-obat terlarang
c. Tidak merokok
d. Belajar untuk mengatasi stress
e. Melakukan olahraga secara teratur untuk kesehatan jantung

4. Sinus Pouse

a) Pengertian
Sinus pause (jeda /henti sinus) . Henti sinoatrial terjadi ketika nodus
sinoatrial tidak melepaskan implus selama 2 detik. Kegagalan untuk
melepaskan implus dalam > 2 detik didefinisikan sebagai jeda sinoatrial. Jika
nodus sinoatrial gagal melepaskan implus, ada 3 struktur alat pacu jantung

15
laten yang dapat ( dan akan) melepaskan implus yang akan menyelamatkan
situasi. Alat pacu jantung laten dapat terus mengeluarkan implus sampai
nodus sinoatrial pulih dan mulai mengeluarkan. Kurang dari 3 denyut
berturut-turut atau dari alat pacu jantung laten atau (fokus ektopik lainnya)
disebut sebagai escape beats. 3 atau lebih denyut berturut-turut dari alat pacu
jantung laten (atau fokus ektopik lainnya) disebut sebagai ritme pelarian.

b) Penyebab
Kemudian penyebab henti atau jeda sinoatrial Tonus vagal yang tinggi
tidak berbahaya dan merupakan penyebab paling umum dari henti atau jeda
sinus. Ini biasanya mempengaruhi individu yang lebih mudah yang
mengalami stres emosional yang intens, nyeri akut atau rangsangan lainnya
yang meningkatkan nada vagal. Dalam situasi lainnya, henti atau jeda sinus
harus dianggap abnormal, dan diagnosis banding berikut sudah tersedia :
1) disfungsi nodus sinus.
2) efek samping obat ( diltiasem, verapamil, beta bloker, digitalis.)
3) hipoksia.
4) iskemia atau infark miokard
5) hiperkalemia

c) Tanda dan Gejala


1) Tanda : Bunyi dan suara jantung tidak dapat terdeteksi ketika henti
jantung terjadi. Biasanya, pasien tidak merasakan gejala apapun
(asymptomatic). Kekambuhan (pengulangan) henti jantung
menyebabkan tanda penurunan curah jantung (cardiac output), seperti
tekanan darah rendah, perubahan status mental, kedinginan, dan kulit
pucat. Pasien juga mengeluhkan pusing dan penglihatan kabur.
2) Manifestasi klinis sinus arrest yang terlihat pada EKG yaitu EKG akan
tetap normal keculai untuk komplek yang hilang atau berhenti.
Gelombang P memiliki ukuran dan bentuk normal, mengawali setiap
kemunculan QRS komplek kecuali hilang pada saat henti sinus. PR
interval normal dan konstan ketika gelombang P muncul dan dapat
diukur.
3) Irama atrium dan ventrikel normal kecuali pada komplek yang hilang
pada saat serangan atrial standstill. Kecepatan atrium dan ventrikel sama
dan biasanya dalambatas nomal. Kecepatan dapat bervariasi akibat
adanya henti jantung.

16
e) Pengobatan henti atau jeda sinoatrial
Henti atau jeda sinus karena peningkatan tonus vagal tidak memerlukan
pengobatan tetapi mungkin bijaksana untuk mengamati pasien selama 24
jam ( termasuk pemantauan ekg). Dalam semua situasi lain, kondisi yang
mendasari nya harus ditargetkan dan jika perlu bradikardi harus diobati.
.
5. Atrial Fibrilasi
a) Pengertian
Fibrilasi atrium atau atrial fibrilasi (AF) adalah takiaritmia
supraventrikuler yang khas, dengan aktiviasi atrium yang tidak
terkoordinasi mengakibatkan perburukan fungsi mekanis atrium.
(PERKI,2014)
Fibrilasi atrium (AF) adalah ritme yang tidak teratur. Irama atrium
mungkin kasar dan terlihat, atau tidak terlihat sama sekali. Kecepatan
ventrikel dihitung diukur dengan interval 6 detik, dan mengalikan jumlah
QRS kompleks dengan 10. Laju ventrikel pada Gambar 7.9 adalah 130
bpm. Fibrilasi atrium- tion meningkat dalam insiden dengan usia lanjut.
Hal ini dapat dikaitkan dengan un- penyakit jantung yang mendasari seperti
hipertensi, penyakit koroner, katup jantung penyakit, dan gagal jantung. Ini
dapat dikaitkan dengan penyakit paru-paru akut seperti: emboli paru, atau
penyakit paru kronis seperti PPOK. Ini bisa menjadi asosiasi- dengan
penyakit sistemik seperti hipertiroidisme. Ini menempatkan pasien
padarisiko emboli sistemik.

17
b) Patofisiologi
Pada dasarnya mekanisme atrial fibriasi terdiri dari 2 proses, yaitu proses
aktivasi fokal dan multiple wavelet reentry. Pada proses aktivasi fokal bisa
melibatkan proses depolarisasi tunggal atau depolarisasi berulang. Pada proses
aktivasi fokal, fokus ektopik yang dominan adalah berasal dari vena
pulmonalis superior. Selain itu, fokus ektopik bisa juga berasal dari atrium
kanan, vena cava superior dan sinus coronarius. Fokus ektopik ini
menimbulkan sinyal elektrik yang dapat mempengaruhi potensial aksi pada
atrium dan menggangu potensial aksi yang dicetuskan oleh nodus sino-atrial
(SA).7,22.Sedangkan multiple wavelet reentry, merupakan proses potensial
aksi yang berulang dan melibatkan sirkuit atau jalur depolarisasi. Mekanisme
multiple wavelet reentry tidak tergantung pada adanya fokus ektopik seperti
pada proses aktivasi fokal, tetapi lebih tergantung pada sedikit banyaknya
sinyal elektrik yang mempengaruhi depolarisasi. Timbulnya gelombang yang
menetap dari depolarisasi atrial atau wavelet yang dipicu oleh depolarisasi
atrial prematur atau aktivas aritmogenik dari fokus yang tercetus secara cepat.
Pada multiple wavelet reentry, sedikit banyaknya sinyal elektrik dipengaruhi
oleh 3 faktor, yaitu periode refractory, besarnya ruang atrium dan kecepatan
konduksi. Hal ini bisa dianalogikan, bahwa pada pembesaran atrium biasanya
akan disertai dengan pemendekan periode refractory dan terjadi penurunan
kecepatan konduksi. Ketiga faktor tersebut yang akan meningkatkan sinyal
elektrik dan menimbulkan peningkatan depolarisasi serta mencetuskan
terjadinya atrial fibrilasi Mekanisme fibrilasi atrium identik dengan
mekanisme fibrilasi ventrikel kecuali bila prosesnya ternyata hanya di massa
otot atrium dan bukan di massa otot ventrikel. Penyebab yang sering
menimbulkan fibrilasi atrium adalah pembesaran atrium akibat lesi katup
jantung yang mencegah atrium mengosongkan isinya secara adekuat ke dalam
ventrikel, atau akibat kegagalan ventrikel dengan pembendungan darah yang
banyak di dalam atrium. Dinding atrium yang berdilatasi akan menyediakan
kondisi yang tepat untuk sebuah jalur konduksi yang panjang demikian juga
konduksi lambat, yang keduanya merupakan faktor predisposisi bagi fibrilasi
atrium.
c) Gejala Atrial Fibrilasi (AF)
Atrial fibrilasi (AF) dapat menimbulkan gejala merasa cepat lelah atau
bahkan tidak menimbulkan gejala apapun, sehingga tidak disadari oleh

18
penderitanya. Tetapi bila denyut jantung terlalu cepat, penderita atrial fibrilasi
dapat mengalami gejala berikut ini:

a) Lemas
b) Pusing.
c) Jantung berdebar
d) Nyeri dada
e) Sesak napas
AF dapat berlangsung sesekali dalam hitungan menit sampai jam, atau
terjadi berulang-ulang selama seminggu. Gejala AF yang seperti ini masih
bisa hilang, baik menghilang dengan sendirinya atau dengan obat-
obatan.Akan tetapi, atrial fibrilasi juga bisa terjadi terus-menerus sampai lebih
dari setahun atau bahkan permanen. Kondisi ini memerlukan pengobatan
jangka panjang untuk mencegah stroke dan gagal jantung.

d) Penyebab Atrial Fibrilasi (AF)


Fibrilasi atrium (AF) terjadi akibat adanya gangguan hantaran sinyal listrik
di otot jantung. Akibatnya, denyut jantung menjadi tidak normal hingga tidak
optimal memompa darah ke seluruh tubuh.
Gangguan hantaran listrik ini diduga disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain:
1) Konsumsi kafein atau alkohol
2) Konsumsi obat-obatan batuk pilek
3) Merokok
4) Tekanan darah tinggi
5) Penyakit jantung koroner
6) Penyakit jantung bawaan
7) Kelainan katup jantung
8) Serangan jantung
9) Hipertiroidisme
10) Infeksi virus
11) Sleep apnea
12) Gangguan metabolik
13) Penyakit paru-paru
Selain beberapa faktor yang dapat menyebabkan atrial fibrilasi (AF),
terdapat kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang terserang AF, antara
lain:

19
1) Berusia lanjut.
2) Menderita obesitas atau berat badan berlebih.
3) Memiliki keluarga yang juga mengalami atrial fibrilasi.

e) Diagnosis Atrial Fibrilasi (AF)


Setelah menanyakan gejala yang dialami dan riwayat penyakit pasien
sebelumnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik. Saat melakukan
pemeriksaan fisik, dokter akan memeriksa denyut nadi dan tekanan darah
pasien, serta mendengarkan denyut jantung pasien melalui stetoskop.Untuk
memastikan apakah pasien menderita atrial fibrilasi, dokter akan melakukan
pemeriksaan penunjang berupa:
a) Elektrokardiogram (EKG), untuk melihat aktivitas listrik jantung yang
menjadi tidak teratur pada penderita atrial fibrilasi (AF).
b) Holter monitor, yaitu EKG portabel yang dapat merekam aktivitas listrik
jantung selama 24 jam atau lebih.
c) EKG treadmill, yaitu tes EKG yang dilakukan saat pasien berjalan atau
berlari di atas mesin treadmill.
d) Foto Rontgen dada, untuk melihat kondisi jantung dan paru-paru secara
visual.Echo jantung, untuk memeriksa bentuk dan fungsi jantung secara
lebih detail.Tes darah, dilakukan guna memeriksa kadar kolesterol pasien
yang sering kali meningkat pada seseorang yang menderita penyakit
jantung.

f) Pengobatan Atrial Fibrilasi (AF)


Tujuan pengobatan AF adalah untuk mengatasi penyebabnya, menormalkan
denyut jantung, dan mencegah penyumbatan di pembuluh darah, sebagaimana
akan dijelaskan di bawah ini.
- Menormalkan denyut dan irama jantung
Guna menormalkan denyut jantung yang terlalu cepat dan membuat irama
jantung menjadi teratur, dokter dapat melakukan metode pengobatan di bawah
ini:
a. Obat-obatan antiaritmia, seperti obat penghambat beta, digoxin, quinidine,
amiodarone, atau antagonis kalsium.Kardioversi atau kejut listrik
jantung.Ablasi jantung dengan menghancurkan bagian jantung yang
mengalami kerusakan dan mengacaukan aliran listrik jantung. Walaupun
sudah dilakukan kejut listrik ataupun ablasi, dokter jantung tetap masih bisa

20
memberiksan obat-obatan untuk mempertahankan denyut jantung tetap
normal.
b. Mencegah penggumpalan darah
Penderita atrial fibrilasi (AF) sangat berisiko mengalami penggumpalan
darah dan penyumbatan pembuluh darah, terutama di otak (stroke). Untuk
mencegahnya, dokter akan meresepkan obat antikoagulan, seperti warfarin,
apixaban, atau rivaroxaban. Pada banyak kasus, pasien memerlukan obat
tersebut sepanjang sisa hidupnya meski denyut jantungnya sudah kembali
normal.

g) Komplikasi Atrial Fibrilasi (AF)


Kepatuhan untuk mengikuti pengobatan disertai kontrol rutin ke dokter dapat
menurunkan risiko penderita atrial fibrilasi terserang komplikasi serius.
Sebaliknya jika tidak diobati, penyakit ini bisa memicu terjadinya gagal jantung
atau struk.

h) Pencegahan Atrial Fibrilasi (AF)


Fibtrilasi atrium (AF) disebabkan oleh banyak faktor, sehingga sulit untuk
mencegahnya. Namun secara umum untuk mencegah AF dapat dilakukan dengan
memelihara kesehatan organ jantung. Beberapa gaya hidup sehat yang dapat
dialkukan untuk menjaga kesehatan jantung adalah:
1. Rutin berolahraga.
2. Mempertahankan berat badan ideal.
3. Mengonsumsi makanan tinggi serat, misalnya buah dan sayur.
4. Berhenti merokok.
5. Mengelola stres dengan baik.
6. Atrial fibrilasi juga dapat dicegah dengan membatasi minuman beralkohol dan
berkafein, serta berhati-hati dalam mengonsumsi obat batuk pilek yang dijual
bebas.
7. Ikuti dosis dan aturan pakai yang tertera di kemasan obat.

21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Atrial aritmia adalah variasi diluar irama normal jantung berupa kelainan
pada kecepatan, keteraturan, tempat asal impuls, atau urutan aktivasi dengan
atau tanpa adanya penyakit jantung struktural yang mendasari. Jenis-jenis atrial
aritmia yaitu atrial takikardi, atrial flutter, atrial fibrilasi, premmature atrial
contraction, dan sinus pause.

B. Kritik & Saran


Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka dari itu
kami mengharapkan kritik dan sarannya dari para pembaca yang bersifat
membangun agar kedepan kami selaku penyusun dapat meyempurnakan
makalah atrial aritmia ini.

22
DAFTAR PUSTAKA
Green, Jacqueline M., Chiaramida, Anthony J. 2010. 12 Lead EKG Confidence.
Springer Publishing Company. Amerika Serikat.
Patty, L dan W Gossman. 2018. Rhthym, Tachycardia, Supraventrikular. Jurnal
Statpearls.
Rampengan, Starry Homenta.2017. Buku Praktis Kardiologi. Jakarta:Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Vincent, Agustinus dan Sitti R. Mahafuddin. 2020. Flutter Atrium Tipikal
Menyerupai Blok Atrioventrikuler Derajat Tinggi. Jurnal Kedokteran Indonesia. 8(2).
143-144.
Yuniadi,Yoga. 2017. Mengatasi Aritmia & Mencegah Kematian Mendadak. Jurnal
Editorial.5(3): 139.

23

Anda mungkin juga menyukai