Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

“ Asuhan Keperawatan dan Pendidikan Kesehatan pasien kritis Penyakit Aritmia ”

Dosen Pengampun : 1. Ns. Anastasia Hardyati, S.Kep., M.Kep, Sp.KMB


2. Ns. Seven Sitorus, M.Kep.,Sp.Kep.MB

Disusun oleh:

Kelompok 6

1. Ade Kaeliana Tantri (1032181045)


2. Irna Fitri (1032181046)
3. Tressa Lisdayanti (1032181047)
4. Amalia Safitri (1032181048)
5. Khusnul Khotimah (1032181050)
6. Meriyantika Selvi Adelasaju (1032201070)
7. Raka Nuralif Verdianto

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN JAKARTA
T.A 2021 - 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
kehendak-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini berisi tentang “Asuhan Keperawatan dan Pendidikan Kesehatan pasien kritis
Penyakit Aritmia”. Penulisan makalah ini didasarkan pada materi-materi yang kami dapat
dari berbagai sumber. Penulisan materi kami buat dengan langkah-langkah dan metode yang
sistematis sehingga dapat dengan mudah dipahami.
Dalam penyelesaian makalah, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan
oleh kurangnya ilmu pengetahua. Namun, berkat bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya
makalah ini dapat dielesaikan, walaupun masih banyak kekurangannya.
Kami menyadari, sebagai seseorang mahasiswa/i yang pengetahuannya belum seberapa
dan masih perlu banyak belajar dalam penulisan makalah, dan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif
agar makalah ini akan menjadi lebih baik dan berguna di masa yang akan datang.

Jakarta. 11 November 2021

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….I
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………..........1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………….1
C. Tujuan……………………………………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Aritmia ……………………………………………………………………….
B. Etiologi…………………………………………………………………………………
C. Manifestasi Klinis ……………………………………………………………………...
D. Pemeriksaan Penunjang………………………………………………………………..
E. Penatalaksanaan Medis………………………………………………………………..
F. Klasifikasi Aritmia…………………………………………………………………….
G. Asuhan Keperawatan…………………………………………………………………..
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aritmia merupakan kelainan sekunder akibat penyakit jantung atau ektra kardiak,
tetapi dapat juga merupakan kelainan primer. Kesemuanya mempunyai mekanisme yang
sama dan penatalaksanaan yang sama juga. Kelainan irama jantung ini dapat terjadi pada
pasien usia muda atau usia lanjut.
Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel−sel miokardium. Perubahan
elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman
grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak hanya tebatas pada
iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi
(Hanafi, 1996).
Aritmia jantung (Heart Arhythmia) menyebabkan detak jantung menjadi terlalu
cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia jantung umumnya tidak berbahaya.
Kebanyakan orang sesekali mengalami detak jantung yang tidak beraturan kadang
menjadi cepat, kadang melambat. Naun beberapa jenis aritmia jantung dapat
menyebabkan gangguan kesehatan atau bahkan sapai mengancam nyawa. Aritmia dan
HR (Heart Rate) abnormal tidak harus terjadi bersamaan.
Aritmia dapat tejadi dengan HR yang normal, atau dengan HR yang lambat (disebut
bradiaritmia < 60x/menit). Aritmia bisa juga terjadi dengan HR yang cepat (disebut
takiaritmia >100x/menit).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari Aritmia?
2. Apa saja jenis Aritmia?
3. Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya Aritmia?
4. Apa saja tanda dan gejala Aritmia?
5. Apa saja yang digunakan untuk pemeriksaan Aritmia?
6. Bagiamana asuhan keperawatan dan manajemen pada pasien dengan Aritmia?

C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Aritmia
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi
pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan
irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis
(Doenges, 1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel – sel miokardium.
Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi
yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel. gangguan irama jantung tidak hanya tebatas
pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan
konduksi.

B. Etiologi
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
a) Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis
karena infeksi)
b) Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner),
misalnya iskemia miokard, infark miokard
c) Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat−obat anti
aritmia lainnya
d) Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
e) Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonomy yang mempengaruhi kerja dan
irama jantung
f) Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat
g) Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
h) Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
i) Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
j) Gangguan irama jantung karema penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi
jantung)

Faktor – faktor tertentu dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung atau kelainan
irama jantung. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah:
a) Penyakit Arteri Koroner
Penyempitan arteri jantung, serangan jantung, katup jantung abnormal, kardiomiopati
dan kerusakan jantung lainnya adalah faktor resiko untuk hampir semua jenis aritmia
jantung.
b) Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko Tekena penyakit arteri koroner. Hal
ini juga menyebabkan dinding ventrikel kiri menjadi kaku dan tebal, yang dapat
mengubah jalur impuls elektrik di jantung.
c) Penyakit Jantung Bawaan
Telahir dengan kelainan jantung dapat mempengaruhi irama jantung
d) Masalah pada Tiroid
Metabolism tubuh dipercepat ketika kelenjar tiroid melepaskan hormone tiroid terlalu
banyak. Hal ini dapat menyebabkan denyut jantung menjadi cepat dan tidak teratur
sehingga menyebabkan fibrilasi atrium (atrial fibrillation)
e) Obat dan Suplemen
Obat batuk dan flu serta obat lain yang mengandung pseudoephedrine dapat
berkontribusi pada terjadinya aritmia. Obat −obatan illegal, seperti amfetamin dan
kokain dapat mempengaruhi jantung dan mengakibatkan beberapa jenis aritmia atau
kematian mendadak akibat fibrilasi ventrikel (ventricular fibrillation)
f) Diabetes
Resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi akan meningkat
akibat diabetes yang tidak terkontrol. Selain itu, gula darah rendah (hypoglycemia)
juga dapat memicu terjadinya aritmia
g) Obstructive Sleep Apnea
Disebut juga gangguan pernapasan saat tidur. Napas yang teganggu, misalnya
mengalai henti napas saat tidur dapat memicu aritmia jantung dan fibrilasi atrium
h) Ketidakseimbangan Elektrolit
Zat dalam darah seperti kalium, natrium, dan magnesium (disebut elektrolit),
membantu memicu dan mengatur impuls elektrik pada jantung. Tingkat elektrolit
yang terlalu tinggi atau telalu rendah dapat mempengaruhi impuls elektrik pada
jantung dan memberikan kontribusi tehadap tejadinya aritmia jantung.
i) Terlalu Banyak Minum Alkohol
Dapat mempengaruhi impuls elektrik di dalam jantung serta dapat meningkatkan
kemungkinan tejadinya fibrilasi atrium (atrial fibrillation).
j) Konsumsi Kafein atau Nikotin
Kafein, nikotin, dan stimulant lain dapat menyebabkan jantung berdetak lebih cepat
dan dapat berkontribusi tehadap resiko aritmia jantung yang lebih serius.

C. Manifestasi Klinis
Gejala aritmia/disritmia dapat berbeda−beda untuk setiap orang tergantung dari jenis
aritmia/disritmia yang dialami. Salah satu gejala yang biasanya dirasakan adalah jantung
berdebar (palpitasi). Apabila aritmia/disritmia sudah berlangsung cukup lama sehingga
mempengaruhi kerja jantung, maka gejala yang dapat dialami adalah:
a) Denyut jantung tidak beraturan
b) Sesak nafas
c) Nyeri dada
d) Mudah lelah
e) Keringat dingin, mual, pusing
f) Pingsan bahkan henti jantung

D. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendiagnosa aritmia, dokter akan mengevaluasi gejala dan Riwayat medis
pasien melalui pemeriksaan fisik. Selain itu diperlukan juga pemeriksaan penunjang
seperti:
a) EKG: Pemeriksaan paling sederhana untuk merekam irama jantung sesaat
b) Holter Monitor : alat serupa EKG yang dipasangkan ke tubuh pasien untuk merekam
irama jantung pasien selama 24 jam atau lebih
c) Echocardiogram : Pemeriksaan menggunakan gelombang ultrasound untuk melihat
gambaran, struktur, pergerakan jantung, dan fungsi jantung
d) Treadmill Test : pemeriksaan rekam jantung saat kondisi pasien sedang beraktifitas
karena pada beberapa pasien, aritmia/disritmia muncul saat sedang beraktifitas
e) Electrophysiology Study (EPS) : pemeriksaan untuk memetakan aktifitas listrik
jantung sehingga titik asal penyebab terjadinya gangguan kelistrikan jantung dapat
diketahui. Dari hasil pemeriksaan ini dapat ditentukan Tindakan korektif yang
dibutuhkan. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara memasukan kateter melalui
pembuluh darah sampai ke jantung. Elektroda khusus tepasang di ujung kateter untuk
mengirimkan sinyal listrik ke jantung dan merekam aktifitasnya. Prosedur ini
dikerjakan di ruangan cath lab/ laboratorium kateterisasi
E. Penatalaksanaan medis
Pada prinsipnya tujuan terapi aritmia adalah :
1. Mengembalikan irama jantung yang normal (rhythm control).
2. Menurunkan frekuensi denyut jantung (rate control).
3. Mencegah terbentuknya bekuan darah.

Terapi sangat tergantung pada jenis aritmia. Sebagian gangguan ini tidak perlu di
terapi. Sebagian lagi dapat di terapi dengan obat-obatan. Jika kausa aritmia berhasil di
deteksi, maka tak ada yang lebih baik dari pada menyembuhkan atau memperbaiki
penyebabnya secara spesisifik. Aritmia sendiri, dapat di terapi dengan beberapa hal di
bawah ini; Distitmia umumnya ditangani dengan terapi medis. Pada situasi dimana obat
saja tidak mencukupi, disediakan berbagai terapi mekanis tambahan. Terapi yang paling
sering adalah kardioversi elektif, defibrilasi dan pacemaker. Penatalaksanaan bedah
meskipun jarang juga di lakukan.
1) Terapi medis :
Obat-obat antiaritmia dibagi menjadi 4 kelas yaitu :
a) Kelas 1 : sodium channel blocker
b) Kelas 1 A :
a. Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliaharaan untuk
mencegah berulang nya atrial fiblasari atau fltter
b. Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang
menyertai anestesi.
c. Dysopiraminde untuk SVT akut dan berulang.
c) Kelas 1 B :
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
d) Kelas 1 C :
a. Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
b. Anti aritmia kelas 2 (Beta adrenergic blockade).
c. Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung.

2) Terapi non farmakologi :


a) Kurangi merokok
b) Kurangi stress
c) Kurangi minuman berakohol
d) Diet
e) Olahraga

3) Terapi mekanis :
a) Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia
yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.
b) Defibilasi : kardioversi asinkromis yang di gunakan pada keadaan gawat
darurat.
c) Defibrillator kardioverter implantable : suatu alat untuk mendeteksi dan
mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien
yang rekosi mengalami ventrikel.
d) Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik
berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.

F. Klasifikasi Aritmia :
a. Aritmia Nodus Sinus :
1. Sinus Bradikardi :
Sinus Bradikardi adalah irama sinus yang lambat dengan kecepatan kurang
dari 60denyut/menit. Hal ini sering terjadi pada olahragawan dan seringkali
menunjukkan jantungyang terlatih baik. Bradikardia sinus dapat juga disebabkan
karena miksedema, hipotermia,vagotoni, dan tekanan intrakarnial yang
meninggi. Umumya bradikardia tidak perlu di obatiklau tidak menimbulkan
keluhan pada pasien. Tetapi bila bradikardi > 40/menit danmenyebabkan keluhan
pada pasien maka sebaikkan di obati dengan pemberian sulfasatrofinyang dapat
diiberikan pada intra vena. Sampai bradikardia dapat diatasi.

2. Sinus Takikardi :
Ialah irama sinus yang lebih cepat dari 100/menit. Biasanya tidak melebihi
170/menit.Keadaan ini biasanya terjadi akibat kelainan ekstrakardial seperti
infeksi, febris, hipovolemia,gangguan gastrointestinal,anemia, penyakit paru
obstruktif kronik, hipertiroidisme. Dapatterjadi pada gagal jantung.

3. Sinus Aritmia :
Ialah kelainan irama jantung dimana irama sinus menjadi lebih cepat pada
watuinspirasi dan menjadi lambat pada waktu ekspirasi.

4. Henti sinus (sinus arrest)


Terjadi akibat kegagalan simpul SA, setelah jedah, simpul SA akan aktif
kembali.

b. Aritmia Atrium
1. Kontraksi prematur atrium (Ekstrasistole Atrial)
Secara klinis ekstrasistol nodal hampir tidak dapat dibedakan dengan
ekstrasistolventrikular ataupun ekstrasistol atrial. Pada gambaran EKG ialah
adanya irama jantung yagterdiri atas gelombang T yang berasal dari AV node di
ikuti kompleks QRS, biasanya dengankecepatan 50-60/menit. Pada trakikardia
idionodal (AV junctional tachycardia atau nodaltachycardia) terdapat dua
macam, yaitu : idiojunctional tachycardia dengan kecepatan denyutventrikel
100-140/menit, dan axtrasistolik AV junctional tachycardia dengan denyut
ventrikel140-200/ menit.

2. Paroksimal Takikardi Atriuum


Disebut juga takikardia supra vebtrikular. Merupakan sebuah takikardia yang
berasaldari atrium atau AV node. Biasanya disebabkan karena adanya re-entry
baik di atrium, AVnode atau sinus node. Pasien yang mendapatka serangan
ini merasa jantungnya berdebar cepatsekali, gelisah, keringat dingin, dan akan
merasa lemah. Kadang timbul sesak nafas danhipotensi. Pada pemeriksaan EKG
akan terlihat gambaran seperti ekstrasistol atrial yag berturut-turut > 6. Terdapat
sederetan denyut atrial yang timbul cepat berturut-turut dan teratur : Gelombang
P sering tidak terlihat dan Rate : 140-250x/menit.
3. Flutter atrium
Pelepasan impuls dari fokus ectopic di atrium cepat dan teratur. Rate : 250-35-
x/menit.

4. Fibrilasi atrium
Pada fase ini di EKG akan tampak gelombang fibrilasi (fibrillation wave) yag
berupa gelombang yang sangat tidak teratur dan sangat cepat dengan frekuensi
300/menit.Pada pemeriksaan klinis akan ditemukan irama jantung yang tidak ter
atur dengan bunyi jantung yang intensitasnya juga tidak sama.

c. Aritmia Ventrikel :
1. Kontraksi prematur ventrikel
Terjadi akibat peningkatan otomatisa sel ataupun ventrikel PVC bias di
sebabkan olehtoksisitas digitalis, hipoksia, hipokalemia, demam, asedosis atau
peningktan sirkulkalasikatekolamin. Pada kontraksi premature ventrikel
mempunyai karakter sebagai berikut :
 Frekuensi:60-100 x/menit
 Gelombang p: tidak akan muncul karena impuls berasal dari ventrikel
 Gelombang QRS: biasanya lebar dan aneh, berdurasi lebih dari 0,10 detik
 Hantaran: terkadang retrograde melalui jaringan penyambung atrium
 Irama ireguler bila terjadi denyut premature

2. Fibrilasi ventrikel
Ialah irama ventrikel yang khas dan sama sekali tidak teratur. Hal ini
menyebabkanventrikel tidak dapat berkontraksi dengan cukup sehingga curah
jantung menurun atau tidakada, tekanan darah dan nadi tidak terukur, penderita
tidak sadar dan bila tidak segera ditolong  akan menyebabkan mati. Biasanya
disebabkan oleh penyakit jantung kooner, terutamainfark miokard akut.
Pengobatan harus dilakukan secepatnya, yaitu dengan directed
currentcountershock dengan dosis 400 watt second.

3. Takikardi ventrikel
Ialah ekstrasistole ventrikel yang timbul berturut-turut 4 atau lebih.
Ekstrasistole ventrikel dapat berkembang menjadi fibrilasi ventrikel dan
menyebabkan cardiac arrest. Penyebab takikardia ventrikel ialah penyakit
jantungkoroner,infarkmiokardakut,gagal jantung. Diagnosis ditegakkan apabila 
takikardia dengan kecepatan antara 150-250/menit,teratur, tapi sering juga
sedikit tidak teratur. Pada gambaran EKG kompleks QRS yang lebardari 0,12
detik dan tidak ada hubungan dengan gelombang P.
4. Bigemini ventrikel
Biasanya terjadi disebabka oleh intoksikasi digitalis, penyakit arteri
koroner,miokard,infark, akut dan chf. Istilah bigemini mengacu pada kondisi
dimana setiap denyut jantung adalah premature. Karakter :
 frekuensi: dapat terjadi pada frekuensi jantung berapapun, tetapi biasanya
kuranga dari90x/menit.
 Gelombang p: dapat tersembunyi dalam kompleks QRS
 Kompleks QRS: qrs lebar dan aneh dan terdapat jeda kompensasi lengkap
 Irama: ireguler
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Airway
a) Apakah ada peningkatan secret?
b) Adakah suara nafas cracles?
2) Breathing
a) Adakah distress pernafasan?
b) Adakah hipoksemia berat?
c) Adakah retraksi otot interkosta, dipsnea, sesak nafas?
d) Apakah ada bunyi wheezing?
3) Circulation
a) Bagaimana tingkat kesadaran?
b) Apakah ada takikardi?
c) Apakah ada takipnoe?
d) Apakah keluaran urin menurun?
e) Apakah terjadi penurunan TD?
f) Bagaimana capillary reffilnya?
g) Apakah ada sianosis?
b. Pengkajian Sekunder
1) Riwayat Penyakit
a) Faktor reesiko keluarga
b) Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup
jantung, hipertensi
c) Penggunaan obat digitalis, quinidine dan obat anti aritmia lainnya
memungkinkan untuk terjadinya intoksikasi
d) Kondisi psikososial
2) Pengkajian Fisik
a) Aktivitas : kelelahan
b) Sirkulasi : perubahan TD, nadi tidak teratur, bunyi irama jantung tak
teratur, denyut menurun, warna dan kelembaban kulit berubah pucat,
sianosis, berkeringat, edema, produksi urin menurun bila curah jantung
menurun berat.
c) Integritas ego : perasaan gugup, terancam, cemas, takut, menolak,
marah, gelisah, menangis.
d) Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap
makanan, mual muntah, perubahan BB, perubahan kelembaban kulit.
e) Neurosensory : sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan
pupil.
f) Nyeri : nyeri dada ringan hingga berat, dapat hilang atau tidak dengan
obat antiangina.
g) Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan dan kedalaman nafas, bunyi nafas tambahan.
h) Keamanan : demam, kemerahan kulit, inflamasi, eritema, edema,
kehilangan tonus otot.

2. Diagnosis Keperawatan
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antar suplai dan
kebutuhan oksigen
3) Penurunan fungsi perifer yang berhubungan dengan menurunnya curah jantung

3. Intervensi Keperawatan
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama
Tujuan : Dalam waktu 2x 24 jam penurunan curah jantung dapat teratasi dan
menunjukkan TTV dalam batas yang dapat diterima dan bebas gejala gagal
jantung Kriteria Hasil :
a. Klien akan melaporkan episide dispnea
b. Tekanan darah dalam batas normal
c. Nadi 80x/menit tidak terjadi disritmia
d. Denyut jantung dan irama teratur
e. CRT <3 detik

INTERVENSI
1. Kaji dan laporkan tanda penurunan curah jantung
2. Periksa keadaan klien dengan auskultasi nadi, aspek : kaji frekuensi, irama
Jantung
3. Palpasi nadi perifer
4. Pantau output urine, catat kepekatan atau konsentrasi urine.
5. Kaji perubahan pada sensorik (cemas)
6. Berikan istirahat semirekumben pada tempat tidur.
7. Berikan istirahat sikologis dengan suara yang tenang
8. Kolaborasi Pemberian obat anti disritmia
9. Berikann bretilium dan amiodaron

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antar suplai


dan kebutuhan oksigen
Tujuan : Aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan meningkatnya kemampuan
beraktivitas
Kriteria Hasil : Klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala
yang berat terutama mobilisasi di tempat tidur.

INTERVENSI
1. Catat frekuensi jantung, irama, serta perubahan tekanan darah selama dan
sesudah aktivitas
2. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan berikan aktivitas senggang yang tidak
berat
3. Anjurkan menghindari peningkatan tekanan abdomen, (mengejan saat defekasi)
Pertahankan tirah baring sementara sakit akut
4. Pertahankan rentang gerak pasif selama sakit kritis
5. Berikan waktu yang cukup untuk istirahat dan aktivitas
6. Pertahankan penambahan Oksigen sesuai kebutuhan
7. Selama aktivitas kaji EKG, dispnea, sianosis, kerja, dan frekuensi napas serta
keluhan subjektif

3) Penurunan fungsi perifer yang berhubungan dengan menurunnya curah


jantung
Tujuan : Perbaikan perfusi perifer
Kriteria Hasil :
1. Kulit hangat dan kering
2. Klien memperlihatkan perbaikan status mental
3. Klien mengatakan nyeri dada hilang/ berkurang
4. Mendemonstrasikan teknik relaksasi5) Klien terlihat rileks

INTERVENSI
1. Kaji status mental klien secara teratur
2. Kaji warna kulit, suhu, sianosis,nadi perifer, dan diaforesis secara teratur
3. Kaji kualitas peristaltik, pasang NGT
4. Kaji adanya kongesti hepar pada kuadran kanan atas
5. Ukur tanda vital, periksa Lab, : Hb, Ht, BUN, Sc, BGA sesuai kebutuhan

4. Implementasi Keperawatan
1) Penurunan curah jantung b.d perubahan irama
Intervensi utama :Perawatan jantung

1. Tindakan Obeservasi

a. Mengidentifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (mis. Dipsnea,

kelelahan, edema, ortopnea, proxysmal nocturnal dypsnea, peningkatan CVP)

b. Memonitor tekanan darah

d. Memonitor intake dan output cairan

f. Memonitor saturasi oksigen

h. Memonitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)

2. Tindakan Terapeutik

a. Memberikan posisi semi-fowler atau fowler dengan kaki kebawah atau posisi

nyaman

c. Memberikan terapi relaksasi untuk mengurangi setres, jika perlu

d. Memberikan pasien dukungan emosional dan spritual

e. Memberikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%

4. anti distrimia

a. Mengkolaborasikan pemberian anti aritmia, jika perlu


2). Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antar suplai dan kebutuhan oksigen
1. Monitor TTV
2. Membantu pasien dalam perawatan diri
3. Membantu klien dalam mengidentifikasi aktifitas yang mampu di lakukan
4. Memberikan terapi aktifitas secara bertahap seperti miring kiri miring kanan melatih
duduk dan berjalan
5. Menyarankan kepada pasien untuk tidak terlalu melakukan katifitas berat

3). Penurunan fungsi perifer yang berhubungan dengan menurunnya curah jantung
1. Penurunan fungsi perifer yang berhubungan dengan menurunnya curah jantung
A. Kaji status mental klien secara teratur
 Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam
 Dorong penggunaan perilaku dalam pengaturan stress
 Berikan lingkungan yang tenang
S : Klien mengatakan stress terhadap penyakitnya berkurang
O : Klien sudah tampak tidak cemas dan tenang
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

B. Kaji warna kulit, suhu, sianosi, nadi perifer, dan diaforesis secara teratur
 Mengaulkultasi nadi apikal
 Memantau nadi perifer
 Periksa sirkulasi perifer
S:
O : Nadi perifer teraba kuat
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

C. Kaji kualitas peristaltik, pasang NGT


 Memantau suara bising usus
 Catat jumlah frekuensi bising
 Lakukan perawatan rutin pada NGT
S : Klien mengatakan perutnya kembung
O : Terdengar suara bising usus
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

D. Kaji adanya kongesti hepar pada kuadran kanan atas


 Lakukan pemeriksaan abdomen
S : Klien mengatakan tidak ada keluhan
O : pemeriksaan abdomen ditemukan perut membuncit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

E. Ukur tanda vital, periksa Lab sesuai dengan kebutuhan


 Memantau tanda vital
 Lakukan pemeriksaan Lab
S : klien mengatakan sudah lebih baik
O : Tanda vital sudah mulai stabil
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

5. Evaluasi Keperawatan

1) Penurunan curah jantung b.d perubahan irama


Evaluasi yang diharapkan yang dapat dicapai pada pasien gagal jantung kongestif

dengan penurunan curah jantung adalah :

a. Kekuatan nadi perifer (Skala; 5 meningkat)

b. Palpitasi (Skala; 5 menurun)

c. Lelah (Skala; 5 menurun)

d. Edema (Skala; 5 menurun)

e. Dipsnea (Skala; 5 menurun)

f. Oligurua (Skala; 5 menurun)


g. Pucat/sianosis (Skala; 5 menurun)

h. Ortopnea (Skala; 5 menurun)

i. Batuk (Skala; 5 menurun)

j. Tekanan darah (Skala; 5 membaik)

2). Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antar suplai dan kebutuhan oksigen
1. Pasien mengatakan sudah bisa beraktifitas tapi masih di bantu Sebagian oleh keluarga
2. Pasien mengatakan sudah tidak pusing dan tidak lemah : pasien tampak tidak pucat,
konjungtifa tidak anemis, bibir tidak pucat, CRT <3 detik tanda tanda vital TD:
130/70 mmHg, S :36,4 C, N : 80x/m, RR : 17x/m, HB 10 g/dl
3). Penurunan fungsi perifer yang berhubungan dengan menurunnya curah jantung
a. Hipotensi menunjukan disfungsi ventrikel, hipertensi merupakan fenomena umum
akibat nyeri dan cemas.
b. Mengetahui derajat hipoksemia.
c. Menunjukan komplikasi disritmia
d. Menunjukan terjadinya syok kardiogenik
e. Menunjukan dampak gagal jantung kanan
f.Jalur paten untuk pemberian obat
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aritmia adalah gangguan atau abnormalitas penjalaran impuls listrik ke miokardium.
Sistem konduksi jantung yang berawal dari otomatisitas sel-sel P di nodus SA,
depolarisasi atrium, depolarisasi nodus atrioventrikular (AV), propagasi impuls sepanjang
berkas His dan sistem Purkinje hingga depolarisasi ventrikel merupakan rangkaian
konduksi impuls yang teratur dan presisi. Aritmia jantung (heart arrhythmia)
menyebabkan detak jantung menjadi terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur.
Aritmia jantung umumnya tidak berbahaya. Kebanyakan orang sesekali mengalami detak
jantung yang tidak beraturan kadang menjadi cepat, kadang melambat. Namun beberapa
jenis aritmia jantung dapat menyebabkan gangguan kesehatan atau bahkan sampai
mengancam nyawa. Aritmia dan HR abnormal tidak harus terjadi bersamaan. Aritmia dpt
terjadi dg HR yang normal, atau dengan HR yang lambat (disebut bradiaritmia - kurang
dari 60 kali per menit). Aritmia bisa juga terjadi dengan HR yang cepat (disebut
tachiaritmia - lebih dari 100 kali per menit). Kedua keadaan tersebut akan berpengaruh
terhadap kerja jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Bila jantung berdenyut terlalu
lambat, maka jumlah darah yang mengalir di dalam sirkulasi menjadi berkurang, sehingga
kebutuhan tubuh tidak terpenuhi. Hal ini akan menimbulkan gejala seperti mudah capek,
kelelahan yang kronis, sesak, keleyengan bahkan sampai pingsan. Yang berbahaya, bila
jumlah darah yang menuju otak menjadi berkurang bahkan minimal sehingga terjadi
pingsan atau perasaan melayang. Pada keadaan yang lebih parah dapat menyebabkan
stroke.Sebaliknya, bila jantung berdenyut terlalu cepat maka jantung akan mengalami
kelelahan dan akan menimbulkan gejala-gejala berdebar yang biasanya disertai perasaan
takut karena debaran jantung yang begitu cepat (sampai lebih dari 200 kali permenit).
Pada keadaan yang ekstrim dimana bilik jantung berdenyut sangat cepat dan tidak
terkendali, maka terjadi kegagalan sirkulasi darah yang bila dilakukan pertolongan cepat
dengan kejut listrik (DC shock) dapat mengakibatkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA

1. Yoga Yuniadi. 2017. Mengatasi Aritmia Mencegah Kematian Mendadak. FK


UNIVERSITAS INDONESIA−RSP Jantung Nasional dan Pembuluh Darah Harapan Kita
2. Istiqomah, N., Sri, Rahayu,. dkk. 2019. Asuhan Keperawatan Pasien Aritmia. Surakarta:
Stikkes Kusuma Husada
3. https://www.omni-hospitals.com/kenali-gejala-penyebab-dan-penanganan-gangguan-
irama-jantung-atau-aritmia
4. https://id.scribd.com/doc/239125451/makalah-aritmia
5. http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/6992/3/BAB%20II%20Tinjauan
%20Pustaka.pdf
6. http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/Nia_Angraini_Putri_143110258_.pdf

Anda mungkin juga menyukai