DISUSUN OLEH
Melinda Hapsari 1033201001
Novelia Simatupang 1033201002
Aisyah Putri Wahda 1033201004
Raka Nur Alif 1013201006
Oktober 2021
Kata Pengantar
Puji syukur saya ucapkan kepada TUHAN. Karena atas berkat rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih
kepada dosen Mata Kuliah Keperawatan Gerontik yang telah memberikan tugas ini kepada kami
sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia yang berilmu dan berpengetahuan.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, kami mengharapkan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004, lanjut
usia (lansia) adalah sesorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun (Kemenkes RI,
2017). Di Asia, jumlah populasi lansia tahun 2017 diperkirakan mencapai 549,2 juta jiwa
(Department of Economics and Social Affairs and Population Division United Nations,
2017). Di Indonesia pada tahun 2017 diperkirakan terdapat 23,66 juta jiwa lansia atau
9.03% dari total populasi dan angka ini diperkirakan akan terus meningkat (Kemenkes
RI, 2017). Tahun 2025, diprediksikan jumlah lansia mencapai 33,69 juta atau 11.1% dan
mencapai 48,19 juta atau 12.9% (Kemenkes RI, 2017).
Tingginya jumlah lansia berdampak pada status kesehatan masyarakat di suatu
wilayah. Semakin bertambahnya usia lansia akan mengalami perubahan kesehatan baik
secara alamiah maupun yang disebabkan oleh penyakit penyerta. Bertambahnya usia
menyebabkan perubahan proses fisiologis di dalam tubuh. Dengan bertambahnya umur,
fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses penuaan sehingga penyakit tidak
menular banyak muncul pada lanjut usia. Selain itu masalah degeneratif menurunkan
daya tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi penyakit menular. Perubahan fisiologis
yang sering tampak pada lansia adalah penurunan fungsi fisik, sosial, dan psikologis
(Kemenkes RI, 2017).
Salah satu masalah fisik yang paling sering dialami oleh lansia adalah masalah
kaki. Masalah kaki menimpa 71% hingga 87% lansia (Rodríguez-Sanz et al., 2018) yang
terdiri dari masalah ketidaknyamanan di kaki, gangguan sirkulasi, perubahan bentuk kaki,
masalah kulit kaki, dan persyarafan di kaki.
Keluhan pada kaki meningkat dengan bertambahnya usia dan terjadi pada 20%
lanjut usia (lansia). Hal ini menghambat mobilitas dan menyebabkan risiko jatuh dan
fraktur 2 kali lebih besar pada lansia. Pada tahun 1987, sebanyak 38.000 operasi
amputasi di Amerika Serikat dilakukan pada penderita diabetes lansia berumur 65
tahun ke atas. Hal ini membuat Kongres Amerika Serikat mengharuskan Medicare
untuk menanggung therapeutic shoes pada penderita diabetes. Kelainan kaki
biasanya terjadi pada lansia dan menyebabkan kesulitan dalam mobilitas, rasa
nyeri dan ketidakseimbangan gaya berjalan (gait). Perubahan berupa neuropati
dihubungkan dengan penyakit sistemik, seperti diabetes melitus, yang potensial
untuk perkembangan ulkus yang dapat mengakibatkan amputasi pada kaki atau
tungkai bawah.
Perubahan fisik dan psikologis pada lansia dapat ditangani dengan cara senam
kaki dengan musik lenggam Jawa. Senam kaki adalah gerakan ritmis menggerak-
gerakkan kaki dengan gerakan peregangan dan kontraksi otot-otot kaki serta pergerakan
di persendian berupa gerakan fleki, extensi, rotasi, dan sebagainya dengan hitungan
tertentu yang berfungsi untuk meningkatkan sirkulasi darah, meningkatkan sensitifitas
dan kekuatan otot kaki. Senam kaki dapat meningkatkan rentang gerak sendi, tonus otot,
dan mencegah kekakuan sendi, selain itu dapat memperlancar peredaran darah,
memperbaiki sirkulasi darah, dan memperkuat otot kaki (Fitriyansyah, Susanto, & Rasni).
B. Tujuan Penulisan
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia terutama Perawatan
Pada Kaki.
C. Manfaat penulisan
1. Mahasiswa/i Keperawatan mengetahui konsep teori penyakit masalah Psikososial
pada lansia.
2. Mahasiswa/i Keperawatan mengetahui asuhan keperawatan pada klien Lansia
terutama perawatan kaki
3. Mampu memberikan contoh atau demontrasi cara melakukan perawatan kaki pada
lansia
BAB II
TIJAUAN TEORI
G. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan sekarang
d. Riwayat kesehatan dahulu
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Pemeriksaan Umum
1) Aktivitas atau Istirahat Gejala; insomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah,
gangguan koordinasi, kelelahan berat. tanda; Atrofi otot.
2) Sirkulasi Gejala; palpitasi, nyeri dada (angina). Tanda; distritmia (vibrilasi
atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada
yang berat.Takikardia saat istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis).
3) Eliminasi Gejala; perubahan pola berkemih (polyuria, nocturia), rasa nyeri atau
terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan
abdomen, diare, urine encer, pucat, kuning, polyuria (dapat berkembang menjadi
oliguria atau anuria jika terjadi. hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk
(infeksi), bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare).
4) Integritas atau ego Gejala; stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial
yang berhubungan dengan kondisi. Tanda; ansietas peka rangsang.
5) Makanan atau cairan Gejala; hilang nafsu makan, mual atau muntah, tidak
mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat
badan lebuh dari periode beberapa hari atau minggu, haus, penggunaan diuretic
(tiazid). Tanda; kulit kering atau bersisik, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan
kebutuhan metabolisme dengan peningkatan gula darah), bau halitosis ataumanis,
bau buah (napas aseton).
6) Neurosensory Gejala; pusing atau pening, sakit kepala kesemutan, kelemahan
pada otot parasetia, gangguan penglihatan. Tanda; disorientasi, mengantuk,
lethargi, stupor atau koma (tahap lanjut), gangguan memori baru masa lalu, kacau
mental. Reflek tendon dalam (RTD menurun;koma), aktivitas kejang (tahap lanjut
dari DKA).
7) Nyeri atau kenyamanan Gejala; abdomen yang tegang atau nyeri (sedang atau
berat), wajah meringis dengan palpitasi,tampak sangat berhati-hati. h. Pernapasan
Gejala; merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa spuntum purulun
(tergantung adanya infeksi atau tidak). Tanda; sesak napas, batuk dengan atau
tanpa puntum purulent (infeksi), frekuensi pernapasan meningkat
8) Keamanan Gejala; kulit kering, gatal, ulkus kulit Tanda; demam, diafhoresis, kulit
rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan umum atau rentang gerak,
paratesia atau paralysis otot termasuk otot pernapasan (jika kadar kalium menurun
dengan cukup tajam).
9) Seksualitas Gejala; Rabas wanita (cenderung infeksi), masalah impotent pada
pria. Tanda; glukosa darah meningkat 100-200 mg/dl atau lebih, aseton plasma
positif secara mencolok asam lemak bebas kadar lipid dengan kolestrol meningkat
H. DIAGNOSA
D.0109 Defisit Perawatan Diri.
1. Definisi :
Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri
2. Penyebab
a. Gangguan muskuloskeletal
b. Gangguan neuromuskuler
c. Kelemahan
d. Gamgguan psikologis dan/atau psikotik
e. Penurunan motivasi/minat
3. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
a. Menolak melakukan perawatan diri
Objektif
a. Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri
b. Minat melakukan perawatan diri kurang
4. Kondisi Klinis Terkait
a. Stroke
b. Cedera medula spinalis
c. Depresi
d. Arthritis reumatoid
e. Retardasi mental
f. Delirium
g. Demensia
h. Gangguan amnestik
i. Skizofrenia dan gangguan psikotik lain
j. Fungsi penilaian terganggu
I. INTERVENSI
SLKI : Perawatan Diri (L. 11103)
Definisi: Kemampuan melakukn atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri
Ekspetasi : Meningkat Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam masalah defisit perawatan
diri teratasi dengan krirteria hasil :
1) Minat melakukan perawatan diri meningkat dari skala 2 (cukup menurun) menjadi
skala 4 (cukup meningkat)
J. SENAM KAKI
Senam kaki dapat membantu peredaran darah, memperkuat otot dan saraf kaki serta
tungkai bawah.
1. Manfaat Senam Kaki Bagi Penderita Diabetes
Studi membuktikan, senam kaki efektif mencegah komplikasi kaki diabetes, seperti
gangguan pembuluh darah, luka terbuka yang sulit sembuh, mencegah kelainan
bentuk kaki (deformitas) dan masalah kaki lainnya. Senam kaki pada penderita
diabetes juga dapat memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot serta saraf kaki
dan tungkai bawah.
Berikut ini beberapa manfaat senam kaki pada penderita diabetes:
a. Memperbaiki sirkulasi darah yang terganggu.
b. Memperbaiki kekuatan otot tungkai dan kaki.
c. Melatih sendi agar tetap lentur dan tidak kaku.
d. Mencegah komplikasi diabetes pada organ mata, otak, jantung dan ginjal.
Selain bermanfaat, senam kaki ini juga sangat mudah dan praktis. Dapat dilakukan di
mana saja, seperti di rumah atau tempat kerja. Untuk melakukan senam kaki diabetes,
dibutuhkan sebuah kursi dan selembar kertas berukuran cukup besar, misalnya koran
bekas.
Senam kaki dengan gerakan di atas, akan menstimulasi peredaran darah, saraf dan
otot-otot yang ada di daerah kaki dan tungkai bawah. Meski begitu, penderita diabetes
disarankan tetap harus berolahraga. Agar olahraga memberikan manfaat optimal,
dianjurkan melakukannya secara rutin minimal 5 kali dalam sepekan dengan durasi
minimal 30 menit tiap kali olahraga. Jenis olahraga yang dianjurkan adalah olahraga
yang bersifat ritmis dan aerobik, seperti jalan cepat, joging, yoga, bersepeda atau
berenang. Jika dilakukan teratur, olahraga rutin dan senam kaki sangat efektif dalam
mengontrol dan mempertahankan berat badan ideal, memperkuat tulang dan otot,
menurunkan kadar gula darah, mengurangi risiko komplikasi diabetes seperti
penyakit jantung, stroke, gangguan ginjal dan gangguan pembuluh darah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lansia mempunyai masalah pada kaki yang disebabkan oleh proses menua
atau penyakit sistemik yang dapat menyebabkan kelainan-kelainan kaki. Perubahan
pada kaki akibat proses menua dapat dilihat dari kulit yang menjadi lebih kering,
jaringan subkutan dorsum pedis yang menjadi lebih tipis, penebalan kulit plantar pedis
dan kuku jari kaki, dan bentuk kaki yang menjadi lebih lebar. Kemampuan sensorik
kaki dan pergerakan sendi juga berkurang pada lansia. Konstriksi pembuluh
darah juga menyebabkan perubahan sirkulasi pada kaki lansia sehingga rambut berkurang
dan kulit kaki menjadi lebih dingin. Perubahan fisik serta perubahan sosial ekonomi juga
dapat mempengaruhi kaki.
Kelainan kaki lansia terdiri dari kelainan muskuloskeletal, artritis, metabolik,
kelainan kulit dan kuku kaki. Penilaian kaki secara komprehensif sangat diperlukan,
meliputi evaluasi 6 komponen: gait, struktur tulang, integritas kulit, status pembuluh
darah, adanya defisit neurologik dan kondisi kuku kaki. Perawatan kaki sangat
diperlukan untuk mengurangi kesulitan dalam mobilitas, mengurangi rasa nyeri dan
ketidakseimbangan gaya berjalan. Pada lansia dengan penyakit sistemik, seperti
diabetes melitus, perawatan kaki diperlukan untuk mencegah komplikasi kaki akibat
diabetes.
Perawatan kaki sangat penting bagi lansia untuk mencegah masalah kaki yang
lebih serius. Perawatan kaki pada lansia mencakup perilaku mencuci kaki dan
mengeringkan jari-jari kaki setiap selesai mencuci kaki terutama di sela-sela jari kaki,
memberikan bedak atau pelembab setiap hari dan menghindari penggunaan
pelembab/losion di sela-sela jari kaki, memakai dan mengganti kaos kaki maupun stoking
setiap hari, mengenakan alas kaki yang nyaman dan stabil serta menghindari mengenakan
alas kaki yang sempit, tajam, dan menjepit (Soliman & Brogan, 2014). Kegiatan senam
kaki ditunjukkan dengan menurunnya masalah kaki, meningkatnya perilaku perawatan
kaki.
DAFTAR PUSTAKA
https://snars.web.id/sdki/d-0109-defisit-perawatan-diri/
https://text-id.123dok.com/document/7q05j09y-perawatan-kaki-pada-lansia.html
http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-diabetes-melitus/page/17/senam-kaki-
diabetes
https://pdfs.semanticscholar.org/336e/acc017652c4e52a5d3ce0f3835bfba4ddb15.pdf?
_ga=2.25007289.2036450898.1634802480-1067195039.1634802480