PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai orang yang mengalami keterbatasan gerak
yang sangat beragam, keterbatasan gerak mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
aktivitas gerak dan fungsi dasar tubuh dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Keterbatasan gerak
tersebut disebabkan oleh banyak hal antara lain trauma, inflamasi, kesalahan posisi, proses
degeneratif dan sebagainya. (Susilowati, I., Tirtayasa, K., Lesmana , S.I ., 2015). Osetoarthritis
(OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi,
dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi yang kompleks, terdiri dari proses perbaikan
pada kartilago, tulang dan sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi. Osetoarthritis
merupakan kasus terbanyak yang terdapat dirumah sakit dari semua kasus penyakit rematik.
Kelainan pada lutut merupakan kelainan terbanyak dari Osetoarthritis diikuti sendi panggul dan
tulang belakang. Di Indonesia prevalensi OA lutut yang tampat secara radiologik mencapai
15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita berumur antara 40-60 tahun, Error: Reference source
not found.
B. Penyebab
Osteoarthritis lutut penyebab pastinya belum diketahui, berikut ini adalah factor pen-
cetus atau predisposising dari osteoarthritis adalah (1) usia, (2) obesitas, kelebihan berat badan
(kegemukan) akan menyebabkan pem-bebanan yang berlebihan pada sendi yang banyak
menumpu berat badan, (3) jenis kela-min, pada usia 55 tahun keatas wanita lebih berisiko karena
berhubungan dengan meno-phose, (4) aktifitas fisik dan pekerjaan, adanya stress yang
berkepanjangan pada lutut seperti pada olahragawan dan pekerjaan yang telalu banyak menumpu
pada lutut seperti membawa beban atau berdiri yang terus menerus, mempunyai resiko lebih
besar terkena Osteoarthritis lutut riwayat trauma langsung maupun tidak langsung dan
immobilisasi yang lama, (5) Penyakit sendi lain Error: Reference source not found.
1. Subklinis, tidak ditemukan gejala tanda klinis. Hanya secara patologis dapat di-temukan
peningkatan jumlah air, pemben-tukan bulla / blister dan fibrilasi serabut – serabut jaringan
2. Manifestasi Klinis, timbul adanya nyeri pada saat bergerak (pain of motion) dan rasa
kaku pada permukaan gerak, telah terjadi kerusakan sendi yang lebih luas, pada foto
Rontgen tampak penyempitan ruang sendi (joint space) dan sclerosis tulang sub-kondral.
3. Decompesasi, stadium ini disebut juga surgical state. Ditandai dengan timbul rasa nyeri
pada saat istirahat (pain of rest) dan pembatasan lingkup gerak sendi lutut (ROM = Range of
Motion).
D. Komplikasi
Penderita OA lutut, apabila tidak dibe-rikan pertolongan yang cepat maka pada sendi
2. Terjadi kekakuan pada sendi lutut karena peradangan yang berlangsung lama sehingga
4. Menurunnya fungsi otot akan mengurangi stabilitas sendi terutama sendi penumpu berat
Perubahan yang terjadi pada Oste-oarthritis adalah ketidakrataan rawan sendi disusul
ulserasi dan hialngnya rawan sendi sehingga terjadi kotak tulang dengan tulang dalam sendi
disusul dengan terbentuknya kista subkodral,osteopit pada tepi tulang dan reaksi radang pada
membrane sinovial. Pembekakan sendi, penebalan membran sinovial dan kapsul sendi, serta
menjadi lemah karena efusi sino-vial dan disuse atropy pada satu sisi dan spsme otot pada sisi
lain. Perubahan biomekanik ini disertai dengan biokimia dimana terjadi gang-guan metabolisme
1. Nyeri, nyeri pada osteoartritis sendi lutut disebabkan oleh penekanan permukaan sendi
yang telah mengelupas rawan sendinya, sisa inflamasi berupa zat algogen yang merupakan
zat iritan nyeri, regangan jaringan lunak yang kontraktur, iritasi jaringan lunak oleh osteofit.
kartilago persendian, lesi permulaan disusul oleh proses pemusnahan kartilago secara
progresif.
3. Krepitasi, krepitasi atau bunyi “krek” pada sendi lutut disebabkan oleh permukaan sendi
4. Instabilitas, instabilitas sendi lutut dise-babkan oleh penyempitan sela sendi, jarak
penurunan jumlah motor unit dan aktivitas neurotransmitter, gangguan sirkulasi pada otot
serta berkurangnya kualitas otot akibat proses degenerasi dan penuaan akan menyebabkan
kelemahan otot.
6. Deformitas, akibat kendornya kapsul ligamen atau penurunan elastisitas jaringan lunak
sekitar persendian.
7. Gangguan jalan,jongkok dan duduk, akibat dari Osteoartheritis juga bisa menye-babkan
A. Identitas Pasien
Insial Pasien : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 41 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Cikalan gawanan, Colomadu, Karanganyar
Diagnosis Medis : Osteoarthritis Genu Bilateral
Diagnosis Kausatif : Autoimuno Desease
Diagnosis Topis : sendi lutut sinistra
B. Data Subjektif
1. Data Hasil Observasi
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada tanggal 22 Februari 2017,
penampilan Ny. S terlihat cukup bersih dan rapi. Kedua ekstremitas atas dan bawah
lengkap dan masih berfungsi, namun untuk ekstremitas bawah sebelah kiri ada
pembengkakan pada area lutut dan pada area tersebut telihat berwarna kemerahan. Ny. S
sangat aktif dalam berkomunikasi, ramah, dan terbuka. Ny. S juga mampu
mengekspresikan perasaannya secara tepat sesuai dengan apa yang diceritakan. Dalam
mobilitas, pasien terlihat tidak seimbang dan telapak kaki kiri saat berjalan jinjit, pasien
lebih menitik beratkan tubuhnya pada sisi kanan dibandingkan sisi kiri sehingga saat
berjalan menjadi timpang. Pasien mengaku cepat merasakan lelah jika beraktivitas
terlalu banyak.
Kondisi lingkungan fisik di sekitar rumah Ny. S menghambat Ny. S dalam
bagian dalam cukup mudah di akses karena lantainya datar dan tidak banyak undakan,
namun jika ingin ke kamar mandi agak beresiko untuk jatuh karena cukup licin (kondisi
kamar mandi masih menggunakan desain jaman dulu dimana terdapat sumur di depan
bilik kamar mandi) dan jarak antara pintu belakang rumah dan pintu kamar mandi ± 4
m. Sementara untuk teras, lantainya masih sejajar dengan lantai rumah bagian dalam
undakan tingginya ± 15 cm. Hal ini menghambat mobilisasi Ny. S apabila ingin
pada tahun 2007 Ny. S melakukan rontgen dan didiagnosis mengalami rematik oleh
dokter di Rumah Sakit Orthopedi Dr. Soeharso Surakarta, lalu pada tahun 2009 oleh
dokter yang ada di perusahaan tempatnya bekerja, Ny. S didiagnosis osteoathritis lalu
mengkonsumsi obat-obatan penghilang rasa sakit dari dokter Rumah Sakit Karima
Utama hingga tahun 2015. Ny. S juga melakukan rontgen di Rumah Sakit Orthopedi Dr.
Soeharso Surakarta dan hasilnya adalah tulang femur bagian distal telah menyatu
dengan bagian proksimal dari tulang tibia dan fibula. Kemudian pasien dirujuk ke
Rumah Sakit Orthopedi untuk melakukan operasi ganti sendi (Total Knee Replacement),
tepatnya tanggal 25 November 2015 pada sendi lutut bagian kanan, dan 14 maret 2016
untuk operasi pada sendi lutut sebelah kiri. Dalam mobilitas, Ny. S pernah
menggunakan kursi roda, walker, dan kruk. Saat ini dalam mobilitas, Ny. S terkadang
menggunakan kruk jika merasa sudah lelah. Pekerjaan Ny. S adalah wiraswasta yaitu
Masyarakat/ tetangga di sekitar rumahnya juga tidak ada yang mengucilkan ataupun
3. Data Screening
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari rekam medis Ny. S terdapat
pemeriksaan darah dan rontgen. Hasil pemeriksaan darah Ny. S normal. Sedangkan
hasil rontgen menunjukkan ada penyatuan tulang pada sendi lutut (arthrodesis),
permukaan sendi kasar, serta terdapat spur yang menguatkan diagnosis osteoathritis
genu bilateral. Maka dari itu dilakukan operasi Total Knee Replacement pada kedua
sendi lutut.
4. Initial Assessment
Screening test dan Screening tassk yang dilakukan pada tanggal 03 Maret 2017
diporoleh hasil :
Screening Test Saat ini keluhan utama Ny. S adalah rasa nyeri pada lutut sebelah
kiri yang secara terus-menerus dirasakan dan bengkak yang tidak kunjung mengempis
mobilitas berjalan, naik dan turun tangga, berjalan kekamar mandi dan dapur harus
mengunakan kruk, mandi, memasak, mencuci baju, mencuci piring, aktivitas toileting
kususnya saat buang air besar, bahkan tidur pun juga terganggu. Ketika dalam posisi
duduk, pasien diminta untuk menaikkan kaki kirinya secara mandiri, namun Ny. S
hanya mampu melakukannya hingga kaki kirinya berada ± 6 cm dari permukaan lantai
rumah, lalu setelah itu dengan bantuan sanggahan dari kaki kanan Ny. S mampu
meminta tolong terapis untuk megambilkan satu kruk untuk membantu agar beliau tidak
merasa cepat lelah. Sekitar 5 menit setelah orientasi, Ny. S mulai terlihat kelelahan
ditandai dengan nafasnya yang tidak beraturan dan terapis meminta pasien untuk duduk
lagi.
5. Kerangka Acuan
adaptasi alat, adaptasi prosedur, modifikasi lingkungan dan edukasi. Joint Protection
Technic (JPT) juga diterapkan dalam menyusun intervensi untuk pasien. JPT merupakan
proses mempengaruhi arthritis dengan cara modifikasi perilaku dan adaptasi lingkungan yang
bertujuan untuk mengurangi tekanan (stress) & nyeri, mengurangi inflamasi, dan
mempertahankan struktur sendi. Prinsip JPT itu sendiri antara lain: respect for pain, rest and
work balance, reduction of effort (energy conservation & work simplification), avoidance of
positions of deformity, use of stronger/ larger joints, change positions that do not tend to be
C. Data Objektif
Pada pemeriksaan tanggal 03 Maret 2017, Menggunakan blangko pemeriksaaan Tanda
Checklist, Job Analisis (Analisis Kerja), dan Instrumen Penilaian Nyeri Visual AID Scale
(VAS).
Hasil pemeriksaan Tanda vital Ny. s diperoleh hasil untuk tekanan darah Ny. S 120/70
dan memiliki 1 anak laki-laki berusia 17 tahun. Pendidikan terakhir Ny. S adalah SMEA
sejak tahun 2007 semejak itu sering merasa nyeri pada kedua lututnya dan mengatakan
pada tahun 2015 sempat tidak bisa melakukan aktivitas hanya berbaring ditempat tidur saja
sehingga aktivitas sehari-hari selalu dibantu keluarga dan tetangga dekatnya. Pasien
pertama kali berobat di Rumah Sakit Orthopedi Dr. Soeharso Surakarta dan di rontgen
pada tahun 2007. Berdasarkan hasil rontgen, dokter memberikan diagnosis sementara yaitu
rematik karena belum diketahui secara pasti jenis rematiknya. Kemudian pada tahun 2009,
Ny. S didiagnosis osteoarthritis oleh dokter yang berada di tempatnya bekerja dan di rujuk
langsung ke Rumah Sakit Moewardi. Pasien juga melanjutkan pengobatan di Rumah Sakit
Karima sampai tahun 2015 dan diberikan obat oleh dokter untuk menghilangkan rasa nyeri.
Ny. S kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Orthopedi Dr. Soeharso Surakarta untuk
melakukan operasi pengantian sendi (Total Knee Replacement). Pasien melakukan operasi
yang pertama tanggal 25 November 2015 pada lutut sebelah kanan dan dirawat selama 9
hari, setelah 1 bulan sudah merasa enakan dan 2 bulan sudah tidak merasakan nyeri tinggal
penguatan saja, karena sebelah kiri juga merasa sakit dan tidak bisa ditahan lagi pada
tanggal 14 Maret juga dioperasi tetapi sampai sekarang masih bengkak dan terasa nyeri.
Pekerjaan Ny. S adalah sebagai wiraswasta yaitu dengan membuka kios dan berjualan
sembako dirumahnya (pekerjaan pasien sebelumnya adalah seorang kasir) yang didapatkan
dari bantuan Dinas Kesahatan pada tahun 2015 dan masih dijalankan sampai sekarang
untuk membeli dagangan pasien meminta bantuan suami, tetapi dagangannya saat ini
sudah berkurang karena tidak ada yang menjaga semejak pasien dirawat dirumah sakit.
Penyakit. Pasien memiliki riwayat penyakit low back pain setelah melakukan operasi
pergantian sendi (Total Knee Replacement) yang kedua dan tidak mengkonsumsi alkohol,
merokok, juga kolesterol dan gula darah normal. Pasien terkadang masih menggunakan
bantuan kruk untuk berjalan dan mengerjakan aktivitas sehari-hari. Kognitif Ny. S baik
terlihat dari mampu menyebutkan nama, umur, kapan dan bagaimana penyakit bermula,
menggerakkan bagian lutut sebelah kiri dan kanan, namun pada bagian kiri harus dibantu
dengan kaki kanan agar dapat bergerak. Komunikasi Ny. S tidak ada defisit bicara dan
paham dengan apa yang ditanyakan. Untuk toleransi duduk baik yaitu dapat memulai dan
menjaga posisi tanpa bantuan, dapat tanpa bantuan, dapat memindahkan berat tubuh, untuk
toleransi berdiri dan berjalan, S- yang berarti dapat memulai dan menjaga posisi dengan
bantuan sedang.
Hasil pemeriksaan blangko FIM diperoleh skor 116, dimana untuk item self-care, sub
item makan, merias diri, dan berpakaian untuk tubuh bagian atas bernilai 7 sedangkan
mandi, berpakaian untuk tubuh bagian bawah, dan toiletting bernilai 6. Item kontrol
spincter bernilai 7. Item mobility bernilai 6. Item locomotion, sub item berjalan/ lengan
kursi roda bernilai 6 dan naik turun tangga bernilai 4. Untuk item komunikasi dan kognitif
membaca, olahraga, melihat tv, mendengar radio, berkebun, memasak, jalan-jalan, surat-
menyurat, beternak dan mendengarkan musik dan kesenangan sekarang maupun yang akan
datang yaitu melihat tv, medengarkan radio, berenang, memasak, dan mendengarkan
musik. yang menjadi kesenangan Ny. S saat ini adalah memasak, karena masih belum bisa
berbelanja sayuran sendiri sehingga pasien lebih sering membeli sayuran yang sudah
matang (terlampir).
Hasil pemeriksaan blangko Job Analisis (Analisis Kerja). Pekerjaan Ny. S adalah
wiraswasta yaitu dengan membuka kios dan berjualan sembako dirumahnya (pekerjaan
pasien sebelumnya adalah seorang kasir) dibuka mulai jam 06.00-18.00 WIB setiap
harinya, biasanya pasien bekerja sambil menyelesaikan pekerjaan rumah jika ada pembeli
baru dilayaninya. Pada saat bekerja posisinya sering berubah-ubah tidak selalu duduk,
berdiri, didalam maupun luar rumah. Jika sedang berobat tidak berjualan dan terkadang
hanya buka setengah hari saja. Aktivitas bekerja yang dilakukan pasien terkadang
membungkuk, berlutut, meraih, memanipulasi jari-jari dan mengegam tetapi pasien lebih
sering meminta pelanggannya untuk mengambil barang yang dibeli pelanggannya tersebut
karena kebanyakan yang membeli hanya tetangga disekitar rumahnya saja. Kondis
lingkungan tempat kerja Ny. S lembab terutama pada saat musim hujan, panas karena
diperoleh nilai 9 yang berarti nyeri tidak tertahankan dengan frekuensi nyeri lebih dari 2
jam yang dirasakan pada kedua lututnya, nyeri ini biasanya muncul pada saat Ny. S
mengerjakan aktivitas sehari-hari dirumah seperti mulai dari membersihkan rumah, dapur,
belanja, memasak, mencuci baju dan sebagainya tetapi yang paling sering menyebabkab
nyeri pada saat melakukan aktivitas mencuci baju dan biasanya nyeri akan hilang setelah
ekstremitas atas dan bawah lengkap dan masih berfungsi, sangat aktif dalam
berkomunikasi, ramah, dan terbuka, juga mampu mengekspresikan perasaannya secara
tepat sesuai dengan apa yang diceritakan, kognitif baik terlihat dari mampu
menyebutkan nama, umur, kapan dan bagaimana penyakit bermula, afek tepat, dan
sehingga saat berjalan menjadi timpang dan harus menggunakan kruk, kaki sebelah kiri
saat berjalan juga jinjit, naik turun tangga, berjalan kekamar mandi dan dapur harus
mengunakan kruk, cepat merasakan lelah jika beraktivitas terlalu banyak, masih sering
merasakan nyeri yang tak tertahankan pada lutut sebelah kiri yang secara terus-menerus
dirasakan dan masih ada bengkak, hanya mampu mengangkat lututnya kearah fleksi
hingga kaki kirinya berada ± 6 cm dari permukaan lantai rumah, aktivitas sehari-hari
juga masih banyak yang terganggu seperti memasak, mencuci baju, mencuci piring,
aktivitas toileting kususnya saat buang air besar, bahkan tidur pun juga terganggu dan
sering meminta bantuan pelanggan untuk mengambilkan barang yang akan dibeli
pelanggannya tersebut.
E. Identifikasi Masalah
1. Masalah pada tiga area okupasi terapi :
Activity Daily Living (ADL): pasien mengalami kesulitan dan perlu bantuan
minimal dalam mobilitas duduk ke berdiri serta berjalan dan aktivitas mandi, naik
baju karena nyeri dan bengkak pada sendi lutut kiri akibat osteoartritis genu bilateral.
F. Prognosis
1. Prognosis Klinis
Dubia et malam (meragukan, cenderung buruk, sulit berakhir dengan baik). Secara
umum progosis osteoarthritis. Namun, pada osteoarthritis lutut gejala yang berat
memiliki prognosis yang kurang baik. Penyakit ini juga berlangsung secara perlahan-
lahan ditandai nyeri sendi, kekakuan, dan keterbatasan gerakan yang berkembang secara
progresif (Forman, M.D., Malamet, R., Kaplan , D., 1983). Terapi bedah dilakukan jika
terapi farmakologi sudah diberikan dan tidak memberikan perbaikan yang signifikan
secara klinis. Tindakan bedah yang diindifikasikan untuk osteoarthritis akut adalah total
semakin lama akan semakin membu ruk (tidak dapat disembuhkan) (Pratiwi, A. I., 2015)
sehingga performance pasien yang dimiliki saat ini dalam melakukan aktivitas fungsional
prinsip JPT sehingga dapat mencuci baju secara mandiri dengan mengunakan alat bantu
Analisis (Analisis Kerja), dan Instrumen Penilaian Nyeri Visual AID Scale (VAS).
c. Pertemuan Ketiga
Terapis melakukan pemeriksaan tanda vital
Terapis dan pasien melakukan stretching aktif dan pasif pada sendi lutut kiri
Terapis mengenalkan modalitas suhu yaitu kompres air hangat dan air dingin pada
sendi lutut kiri. Kompres air hangat dilakukan rutin setiap pagi jam 06:00-07:00
WIB dan sore hari jam 17:00-18:00 WIB (Rahayu. 2009 dalam Pratintya, A. D.,
Harmilah, Subroto, 2014), juga jika hendak beraktivitas sebaiknya dikompres air
hangat terlebih dahulu untuk melancarkan peredaran darah dan membuat otot rileks
kompres air dingin diterapkan ketika pasien merasakan nyeri karena kompres air
dingin berfungsi untuk mengurangi nyeri yang dirasakan (Prasetyo, S. N., 2010).
Terapis mengedukasikan kepada pasien mengenai JPT, yaitu ketika hendak
bangun dari posisi tidur, lalu bagaimana posisi yang nyaman untuk penempatan
tungkai yang sakit ketika tidur (terlampir), serta bagaimana posisi dan tumpuan yang
benar ketika hendak bangun dari posisi duduk ke berdiri, dan bagaimana posisi yang
baju yang akan dibuat untuk membantu pasien mengkonpensasi keterbatasan yang
Penilaian Nyeri Visual AID Scale (VAS), serta prinsip-prinsip JPT yang telah
saat melakukan aktivitas serta menyegerakan untuk istirahat agar relax dan nyeri
berkurang;
2. Reduction of effort (energy conservation & work simplification): hindari tergesa-gesa;
merencanakan dan mengorganisasi aktivitas dengan baik, seperti mencuci baju anak
dan suami dilakukan setiap 5 hari sekali sementara untuk bajunya sendiri dicuci
terpisah untuk meringankan beban kerja; menggunakan postur dan body mechanic
yang benar yaitu saat hendak bangun dari posisi tidur, lalu bagaimana posisi yang
nyaman untuk penempatan tungkai yang sakit ketika tidur, serta bagaimana posisi dan
tumpuan yang benar ketika hendak bangun dari posisi duduk ke berdiri, menempatkan
fleksi lutut;
4. Use of stronger/ larger joints, change positions that do not tend to be stressful to involved
joint, gunakan sendi yang lebih kuat dan stabil sebagai tumpuan saat melakukan
aktivitas. Menjaga punggung tetap lurus sesuai anatomi tubuh, menggunakan alat
bantu seperti krek, kursi yang memiliki sandaran saat melakukan aktivitas masak,
mandi, toileting, dan mencuci. Ini bertujuan untuk menghindari posisi berdiri sehingga
lama, pasien disarankan untuk mengubah posisi setiap 20 menit sekali untuk mengulur
otot yang tegang akibat kontraksi secara terus menerus untuk mempertahankan posisi.
Terapis juga mengenalkan modalitas suhu yaitu kompres air hangat dan air dingin
pada sendi lutut kiri. Kompres air hangat dilakukan rutin setiap pagi jam 06:00-07:00
WIB dan sore hari jam 17:00-18:00 WIB (Rahayu. 2009 dalam Pratintya, A. D.,
Harmilah, Subroto, 2014), juga jika hendak beraktivitas sebaiknya dikompres air hangat
terlebih dahulu untuk melancarkan peredaran darah dan membuat otot rileks (Rifham,
2010 dalam Pratintya, A. D., Harmilah, Subroto, 2014). Sementara kompres air dingin
diterapkan ketika pasien merasakan nyeri karena kompres air dingin berfungsi untuk
lingkungan, dan adaptasi prosedur. Edukasi yang dilakukan mengenai prinsip JPT seperti
strategi yang pertama, namun kali ini dibantu dengan gambar (terlampir). Terapis juga
memonitor tentang kompres air panas dan air dingin dan mengedukasikan kepada
keluarga pasien untuk memodifikasi lingkungan yang ada di sekitar kamar mandi agar
tidak licin dan menaikan tinggi keran air sehingga pasien tidak perlu membungkuk.
Untuk mencapai tujuan jangka pendek 3
Terapis menggunakan strategi kerangka acuan rehabilitatif yaitu untuk adaptasi alat bantu
berupa meja untuk mencuci baju (desain alat terlampir). Alat ini untuk membantu pasien
penampilan Ny. S terlihat cukup bersih dan rapi. Kedua ekstremitas atas dan bawah
lengkap dan masih berfungsi, untuk area lutut sebelah kiri bengkaknya sudah
berkurang dan masih telihat berwarna kemerahan. Ny. S sangat aktif dalam
perasaannya secara tepat sesuai dengan apa yang diceritakan. Dalam mobilitas,
pasien terlihat tidak seimbang, saat berjalan sudah bisa menapakan kakinya. Pasien
sudah tidak menitik beratkan tubuhnya pada sisi kanan dibandingkan sisi kiri. Pasien
mengaku dapat mengangkat keatas kakinya sisi kiri pada saat tidur.
Berdasarkan hasil Interview tanggal 13 Maret 2017 diperoleh informasi bahwa
pasien merasa senang karena sudah bisa menangkat kaki kirinya ke atas pada saat
posisi tidur tetapi masih belum bisa mengangkat kakinya saat duduk, setelah
melakukan kompres air hangat secara rutin setiap pagi dan sore hari, pasien
merasakan efek terapi tersebut setelah 5 hari dilakukannya. Ny. S masih meraskan
nyeri pada saat melakukan aktivitas, nyeri yang di rasakan masih sama seperti
care, sub item makan, merias diri, dan berpakaian untuk tubuh bagian atas bernilai 7
sedangkan mandi, berpakaian untuk tubuh bagian bawah, dan toiletting bernilai 6.
Item kontrol spincter bernilai 7. Item mobility bernilai 6. Item locomotion, sub item
berjalan/ lengan kursi roda bernilai 6, naik turun tangga sebelumnya bernilai 4 dan
setelah dilakukan re-evaluasi bernilai 5. Untuk item komunikasi dan kognitif sosial
Instrumen Penilaian Nyeri Visual AID Scale (VAS) hasilnya masih sama seperti
Dokter post. (2016). Panduan praktik klinis osteoarthritis: diagnosis dan terapi pilihan.
Forman, M.D., Malamet, R., Kaplan , D., (1983). A survey of osteoarthritis of the knee in the
elderly. J. rheumatol vol. 10(2): 282-7.
Error: Reference source not foundPrasetyo, S. N. (2010). Konsep dan proses keperawatan nyeri.
Yogakarta: Graha Ilmu.
Pratintya, A. D., Harmilah, Subroto. (2014). Kompres hangat menurunkan nyeri presendian
osteoartritis pada lanjut usia. Jurnal kebidanan dan keperawatan, Vol. 10, No. 1.
Yogyakarta: Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Pratiwi, A. I. (2015). Diagnosis and treatment osteoarthritis. J majority vol 4 no. 4. Lampung:
Univesitas Lampung.
Vanderbit Orthopaedic Institute. Joint protection for osteoarthritis. Medical Center: Vanderbilt
University.
LAMPIRAN
2. Foto nyata lutut kiri pada pertemuan pertama dan pertemuan kelima
(FIM)
Nama pasien : Ny. S
Diagnosis : Osteoarthritis Genu Bilateral
Mandiri
Tanpa 7 = Mandiri tanpa modifikasi/alat bantu Tanpa bantuan
bantuan 6 = Mandiri dengan modifikasi/alat bantu
Ketergantungan dengan modifikasi/alat
bantu
dengan 5 = perlu supervisi Dengan bantuan
bantuan 4 = Bantuan minimal (subyek = 75%)
3 = Bantuan sedang (subyek = 50%)
2 = Bantuan maksimal (subyek = 25%)
1 = Bantuan penuh (subyek = 0%)
FOLLOW UP
Tanggal 3/3/17 13/3/17
Evaluasi awal Re-evaluasi
SELF-CARE
A. Makan 7 7
7 7
B. Merias diri
6 6
C. Mandi
7 7
D. Berpakaian untuk tubuh bagian atas 6 6
E. Berpakaian untuk tubuh bagian bawah 6 6
F. Toiletting
KONTROL SPINCTER 7 7
A. Manajemen bladder 7 7
B. Manajemen bowel
6 6
MOBILITY
6 6
Transfer : 6 6
A. Tempat tidur, kursi, kursi roda
B. Toilet
C. Tempat duduk mandi, bak mandi, shower
6 6
4 5
LOCOMOTION
A. Berjalan/lengan kursi roda
B. Tangga 7 7
7 7
KOMUNIKASI
7 7
A. Komprehensif
7 7
B. Ekspresi 7 7
SKOR TOTAL
Terapis,
TIM
Kesimpulan :
18-35 bantuan penuh/total assistance
36-53 bantuan maksimal/maximal assistance
54-71 bantuan sedang/moderate assistance
72-89 bantuan minimal/minimal assistance
90-107 membutuhkan “set up” setiap kegiatan
108-126 mandiri penuh/complete independence
Catatan :
Beri nilai 1 bila tidak dapat diteskan (tidak boleh ditinggalkan kosong)1
1 Sumber : FIM Scoring scale from University of New York (1991). (yang sudah diadaptasi).
4. Desain Alat Bantu Meja untuk Mencuci Baju