Anda di halaman 1dari 7

A.

HAKIKAT KERAGAMAN DAN KESETARAAN MANUSIA


1. Makna Keragaman Manusia
Keragaman berasal dari kata ragam. Keragaman menunjukkan adanya banyak
macam, banyak jenis.
Keragaman manusia dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki perbedaan.
Perbedaan itu ada karena manusia adalah makhluk individu yang setiap individu
memiliki ciri-ciri khas tersendiri. Perbedaan itu terutama ditinjau dari sifat-sifat
pribadi, misalnya sikap, watak, kelakuan, temperamen, dan hasrat.
Selain makhluk individu, manusia juga makhluk sosial yang membentuk
kelompok persekutuan hidup. Tiap kelompok persekutuan hidup juga beragam.
Masyarakat sebagai persekutuan hidup itu berbeda dan beragam karena ada
perbedaan, misalnya dalam ras,suku,agama,budaya,ekonomi,status sosial,jenis
kelamin,jenis tempat tinggal. Hal-hal demikian dikatakan sebagai unsur-unsur
yang membentuk keragaman dalam masyarakat. Keragaman individual maupun
sosial adalah implikasi dari kedudukan manusia,baik sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial.
2. Makna Kesetaraan Manusia
Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Kesetaraan atau
kesederajatan menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang
sama, tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah antara satu sama lain.
Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki
tingkat atau kedudukan yang sama. Semua manusia diciptakan dengan
kedudukan yang sama, yaitu sebagai makhluk mulia dan tinggi derajatnya
dibanding makhluk lain. Di hadapan Tuhan, semua manusia sama
derajatnya,kedudukan atau tingkatannya. Yang membedakan adalah tingkat
ketakwaan manusia tersebut terhadap Tuhan.
Kesetaraan atau kesederajatan tidak sekedar bermakna adanya persamaan
kedudukan manusia. Kesederajatan adalah suatu sikap mengakui adanya
persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban sebagai sesama
manusia.

B. KEMAJEMUKAN DALAM DINAMIKA SOSIAL BUDAYA


Keragaman yang terdapat dalam lingkungan sosial manusia melahirkan
masyarakat majemuk. Majemuk berarti banyak ragam,beraneka,berjenis-jenis.
Konsep masyarakat majemuk (plural society) pertama kali dikenalkan oleh
Furnivall tahun 1948 yang mengatakan bahwa ciri utama masyarakatnya adalah
berkehidupan secara berkelompok yang berdampingan secara fisik, tetapi
terpisah oleh kehidupan sosial dan tergabung dalam sebuah satuan politik.
Konsep ini merujuk pada masyarakat Indonesia masa kolonial. Masyarakat Hindia
Belanda waktu itu dalam pengelompokkan komunitasnya didasarkan atas
ras,etnik,ekonomi,dan agama.
Usman Pelly (1989) mengategorikan masyarakat majemuk disuatu kota
berdasarkan dua hal,yaitu pembelahan horizontal dan pembelahan vertikal.
Secara Horizontal, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan :
1. Etnik dan rasa tau asal usul keturunan.
2. Bahasa daerah
3. Adat istiadat atau perilaku
4. Agama
5. Pakaian, makanan, dan budaya material lainnya.
Secara Vertikal, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan :
1. Penghasilan atau ekonomi
2. Pendidikan
3. Pemukiman
4. Pekerjaan
5. Kedudukan sosial politik.
Keragaman atau kemajemukan masyarakat terjadi karena unsur-unsur seperti
ras,etnik,agama,pekerjaan,penghasilan,pendidikan,dan sebagainya.
1. Ras
Kata ras berasal dari bahasa Prancis dan Italia, yaitu razza. Pertama kali istilah
ras diperkenalkan Franqois Bernier,antropolog Prancis, untuk mengemukakan
gagasan tentang pembedaan manusia berdasarkan ketegori atau karakteristik
warna kulit dan bentuk wajah.
Berdasarkan karakteristik biologis, pada umumnya manusia dikelompokkan
dalam berbagai ras. Manusia dibedakan menurut bentuk wajah,rambut,tinggi
badan, dan karakteristik fisik lainnya. Jadi, ras adalah perbedaan manusia
menurut atau berdasarkan cirri fisik biologis.
Di dunia ini dihuni berbagai ras. Pada abad ke-19, para ahli biologi membuat
klasifikasi ras atas tiga kelompok,yaitu Kaukasoid,Negroid,dan Mongoloid.
Sedangkan Koentjaraningrat (1990) membagi ras dunia ini dalam 10
kelompok,yaitu Kaukasoid, Mongoloid, Negroid, Australoid, Polynesia, Melanisia,
Micronesia, Ainu, Dravida, dan Bushmen. Orang-orang yang tersebar di wilayah
Indonesia termasuk dalam rumpun berbagai ras. Orang-orang Indonesia bagian
barat termasuk dalam ras Mongoloid Melayu, sedangkan orang-orang yang
tinggal di Papua termasuk ras Melanesia.
2. Etnik atau Suku Bangsa
Koentjaraningrat (1990) menyatakan suku bangsa sebagai kelompok social atau
kesatuan hidup manusia yang memiliki sistem interaksi, yang ada karena
kontinuitas dan rasa identitas yang mempersatukan semua anggotanya serta
memiliki sistem kepemimpinan sendiri.
F. Baart (1988) menyatakan etnik adalah suatu kelompok masyarakat yang
sebagian besar secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan,
mempunyai nilai budaya sama dan sadar akan kebersamaan dalam suatu bentuk
budaya, membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri, dan menentukan
sendiri ciri kelompok yang diterima kelompok lain dan dapat dibedakan dari
kelompok populasi lain.
Identitas kesukubangsaan antara lain dapat dilihat dari unsur-unsur suku bangsa
bawaan (etnictraits). Ciri-ciri tersebut meliputi natalitas (kelahira) atau hubungan
darah,kesamaan bahasa,kesamaan adat istiadat,kesamaan kepercayaan
(religi),kesamaan mitologi,kesamaan totemisme.
Jumlah etnik atau suku bangsa di Indonesia ada 400 buah. Klasifikasi dari suku
bangsa di Indonesia biasanya didasarkan sistem lingkaran hukum adat. Van
Vollenhoven mengemukakan adanya 19 lingkaran hukum adat
(Koentjaraningrat,1990). Jadi berdasarkan klasifikasi etnik secara nasional,
bangsa Indonesia adalah heterogen.

C. KEMAJEMUKAN DAN KESETARAAN SEBAGAI KEKAYAAN SOSIAL BUDAYA


BANGSA
1. Kemajemukan sebagai kekayaan Bangsa Indonesia
Kemajemukan bangsa terutama karena adanya kemajemukan etnik, disebut juga
suku bangsa. Ada juga keragaman dalam hal ras,agama,golongan,tingkat
ekonomi, dan gender. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang
multikultural artinya memiliki banyak budaya.
Hampir setiap pulau-pulau besar di Indonesia memiliki etnik yang lebih dari satu.
Di Papua ditemukan kurang lebih 30 suku. Suku-suku di Papua tersebut antara
lain suku Biak, Hattam, Mapia, Dani, Asmat, Mamberamo, dan suku Sentani.
Beberapa suku merupakan suku mayoritas,seperti suku Jawa di pulau Jawa dan
suku minoritas seperti suku Badui di Jawa Barat dan suku Kubu di Jambi.
Etnik atau suku merupakan identitas social budaya seseorang. Artinya,
identifikasi seseorang dapat dikenali dari bahasa, tradisi, budaya, kepercayaan,
dan pranata yang dijalani yang bersumber dari etnik darimana ia berasal. Tetapi,
dalam perkembangan berikutnya, identitas social budaya seseorang tidak
semata-mata ditentukan dari etniknya. Identitas seseorang mungkin ditentukan
dari golongan ekonomi, status sosial, tingkat pendidikan, profesinya. Identitas
etnik lama-kelamaan bisa hilang, misalnya karena adanya perkawinan campur
dan mobilitas yang tinggi.
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang plural. Plural artinya jamak,
banyak ragam, atau majemuk. Kemajemukan masyarakat Indonesia adalah
suatu kenyataan atau fakta yang justru kita terima sebagai kekayaan sosial
budaya bangsa.
Kesadaran akan kemajemukan bangsa tersebut sesungguhnya sudah tercermin
dengan baik melalui semboyan bangsa kita, yaitu Bhineka Tunggal Ika. Bhineka
artinya aneka,berbeda-beda,banyak ragam. Tunggal Ika menunjukkan semangat
akan perlunya persatuan dari keanekaragaman tersebut. Bhineka adalah
kenyataan (das sein) sedang Ika adalah keinginan (das sollen). Kemajemukan
adalah karakteristik sosial budaya Indonesia. Selain kemajemukan, karakteristik
Indonesia yang lain adalah :
1. Jumlah penduduk yang besar
2. Wilayah yang luas
3. Posisi silang
4. Kekayaan alam dan daerah tropis
5. Jumlah pulau yang banyak
6. Persebaran pulau
2. Kesetaraan Sebagai Warga Bangsa Indonesia

2. Kesetaraan Sebagai Warga Bangsa Indonesia


Pengakuan akan prinsip kesetaraan dan kesederajatan itu secara yuridis diakui
dan dijamin oleh Negara melalui UUD 1945. Warga Negara tanpa dilihat
perbedaan ras, suku, agama dan budayanya diperlakukan sama dan memiliki
kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan. Hal ini dinyatakan
dalam Pasal 27 ayat 1 UUD 1945.
Persamaan di bidang politik misalnya memperoleh kesempatan sama untuk
warga Negara memilih dan dipilih,berkesempatan untuk berpartisipasi dalam
kehidupan politik Negara.
Persamaan di depan hukum atau equality before of law mengharuskan setiap
warga Negara diperlakukan sama dan adil. Prinsip persamaan warga negara di
depan hukum atau equality before of law adalah jaminan atas harkat dan
martabatnya sebagai manusia. Hukum bertujuan untuk menegakkan keadilan
dan ketertiban.
Persamaan di bidang ekonomi adalah setiap warga negara mendapat
kesempatan yang sama untuk mendapatkan kesejahteraan ekonomi.Warga
negara yang kurang mampu, negara wajib memberikan bantuan agar bisa hidup
sejahtera. Demokrasi ekonomi mengharapakan distribusi yang adil dalam hal
pendapatan dan kekayaan.
Persamaan di bidang social budaya itu meliputi bidang agama, pendidikan,
kesehatan, kebudayaan, seni dan iptek. Persamaan warga negara di bidang
sosial budaya berarti warga negara memiliki kesempatan, hak dari pemerintah.
Negara tidak membeda-bedakan kelas sosial, status sosial, ras, suku, dan agama
dalam memberikan pelayanan.
Dengan demikian, secara yuridis maupun politis, segala warga negara memiliki
persamaan kedudukan, baik dalam bidang politik, hokum, pemerintahan,
ekonomi, dan sosial. Negara tidak boleh membeda-bedakan kedudukan warga
negara tersebut terutama dalam hal kesempatan. Kesempatan yang sama bagi
semua warga negara tersebut dalam berbagai bidang kehidupan berlaku tanpa
membedakan unsur-unsur primodial dari warga negara itu sendiri. Primodial
artinya hal-hal yang berkaitan dengan asal atau awal seseorang, misalnya suku,
agama, ras, kelompok, sejarah.

D. PROBLEMATIKA KERAGAMAN DAN KESETARAAN SERTA SOLUSINYA DALAM


KEHIDUPAN
1. Problematika Keragaman Serta Solusinya Dalam Kehidupan
Keragaman masyarakat adalah suatu kenyataan sekaligus kekayaan dari bangsa.
Van De Berghe menjelaskan bahwa masyarakat majemuk atau masyarakat yang
beragam selalu memiliki sifat-sifat dasar sebagai berikut :
a. Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok yang sering kali memiliki
kebudayaan yang berbeda.
b. Memiliki struktur social yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang
bersifat nonkomplementer.
c. Kurang mengembangkan consensus diantara para anggota masyarakat
tentang nilai-nilai social yang bersifa dasar.
d. Secara relative, sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu dengan
yang lain.
e. Secara relative, integrasi social tumbuh diatas paksaan dan saling
ketergantungan di dalam bidang ekonomi.
f. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain.
Keragaman budaya daerah memang memperkaya khazanah budaya dan menjadi
modal yang berharga untuk membangun Indonesia yang multikultural. Tetapi,
kondisi aneka budaya itu sangat berpotensi memecah belah dan menjadi lahan
subur bagi konflik dan kecemburuan sosial.
Konflik atau pertentangan sebenarnya terdiri atas dua fase, yaitu fase
disharmoni dan fase disintegrasi. Disharmoni menunjuk pada adanya perbedaan
tentang tujuan, nilai, norma, dan tindakan antarkelompok. Disintegrasi
merupakan fase dimana sudah tidak dapat lagi disatukan pandangan, nilai,
norma, dan tindakan kelompok yang menyebabkan pertentangan antar
kelompok.
Salah satu hal penting dalam meningkatkan pemahaman antarbudaya dan
masyarakat ini adalah sedapat mungkin dihilangkan penyakit-penyakit budaya.
Penyakit budaya tersebut adalah etnosentrisme stereotip, prasangka, rasisme,
diskriminasi, dan scape goating.
Etnosentrisme atau sikap etnosentris diartikan sebagai suatu kecenderungan
yang melihat nilai atu norma kebudayaan sendiri sebagai suatu yang mutlak
sereta menggunakannya sebagai tolok ukur kebudayaan lain. Etnosentrisme
adalah kecenderungan untuk menetapkan semua norma dan nilai budaya orang
lain dengan standar budayanya sendiri.
Stereotip adalah pemberian tertentu terhadap seseorang berdasarkan kategori
yang bersifat subjektif. Pemberian sifat itu bisa positif maupun negatif. Allan G
Johnson menegaskan bahwa stereotip adalah keyakinan seseorang untuk
menggeneralisasikan sifat-sifat tertentu yang cenderung negatif tentang orang
lain karena dipengaruhi oelh pengetahuan dan pengalaman tertentu. Keyakinan
ini menimbulkan penilaian yang cenderung negatif atau bahkan merendahkan
kelompok lain. Yang termasuk problematika yang perlu diatasi adalah stereotip
yang negatif atau memandang rendah kelompok lain. Konsep stereotip ini dalam
bentuk lain disebut stigma atau cacat. Stigmatisasi oleh sekelompok orang
kepada kelompok lain cenderung negatif.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh
pengaruh negatif dari keragaman, yaitu :
1. Semangat religious
2. Semangat nasionalisme
3. Semangat pluralisme
4. Semangat humanism
5. Dialaog antar umat beragama
6. Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi
hubungan antaragama, media massa, dan harmonisasi dunia.
2. Problem Kesetaraan serta Solusinya dalam Kehidupan
Kesederajatan atau kesetaraan adalah suatu sikap untuk mengakui adanya
persamaan derajat, hak, dan kewajiban sebagai sesame manusia. Indikator
kesedarajatan adalah sebagai berikut :
a. Adanya persamaan derajat dilihat dari agama, suku bangsa, ras, gender, dan
golongan
b. Adanya persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan yang
layak.
c. Adanya persamaan kewajiban sebagai hamba Tuhan, individu, dan anggota
masyarakat.
Problema yang terjadi dalam kehidupan, umumnya adalah munculnya sikap dan
perilaku untuk tidak mengakui adanya persamaan derajat, hak, dan kewajiban
anatr manusia atau antar warga. Perilaku yang membeda-bedakan orang disebut
diskriminasi.
Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM menyatakan bahwa
diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, yang langsung ataupun tak
langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras,
etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa,
dan keyakinan politik, yang berakibat pada pengurangan, penyimpangan, atau
penghapusan pengakuan, pelaksanaan, atau penggunaan HAM dan kebebasan
dasar dalam kehidupan baik individu maupun kolektif dalam bidang politik,
ekonomi, hokum, social, budaya, dan aspek kehidupan lainnya.
Program pembangunan jangka menengah nasional (RPJMM) 2004-2009
memasukkan program penghapusan diskriminasi dalam berbagai bentuk sebagai
program pembangunan bangsa. Berkaitan dengan ini, arah kebijakan yang
diambil adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan upaya penghapusan segala bentuk diskriminasi termasuk
ketidakadilan gender bahwa setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama
dihadapan hukum tanpa terkecuali.
b. Menerapkan hukum dengan adil melalui perbaikan system hokum yang
professional, bersih, dan berwibawa.
Penghapusan diskriminasi dilakukan melalui pembuatan peraturan perundang-
undangan yang anti diskriminitif serta pengimplementasiannya di lapangan.
Contohnya adalah Undang-undang No. 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi atas
Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Dikriminasi Terhadap
Perempuan. Contoh lain adalah dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor
29 Tahun 1999 yang merupakan ratifikasi atau Konvensi Internasional tentang
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial.
Pada tataran operasional, upaya mewujudkan persamaan di depan hokum dan
penghapusan diskriminasi rasial antara lain ditandai dengan penghapusan Surat
Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI) melalui Keputusan Presiden
No. 56 Tahun 1996 dan Instruksi Presiden No. 4 Tahun 1999.
Untuk mencegah terjadinya perilaku diskriminatif dalam rumah tangga, antara
lain telah ditetapkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak dan Undang-Undang Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga (KDRT).

Kesimpulan

1. HAKIKAT KERAGAMAN DAN KESETARAAN MANUSIA


a. Keragaman manusia dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki perbedaan.
Perbedaan itu ada karena manusia adalah makhluk individu yang setiap individu
memiliki ciri-ciri khas tersendiri. Perbedaan itu terutama ditinjau dari sifat-sifat
pribadi, misalnya sikap, watak, kelakuan, temperamen, dan hasrat.
b. Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Kesetaraan atau
kesederajatan menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang
sama, tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah antara satu sama lain.
Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki
tingkat atau kedudukan yang sama. Semua manusia diciptakan dengan
kedudukan yang sama, yaitu sebagai makhluk mulia dan tinggi derajatnya
dibanding makhluk lain. Di hadapan Tuhan, semua manusia sama
derajatnya,kedudukan atau tingkatannya. Yang membedakan adalah tingkat
ketakwaan manusia tersebut terhadap Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai